Anda di halaman 1dari 8

kisi-kisi UAS type A;

1. Patologi birokrasi dan contohnya;


2. Paternalistik dan fragmentasi birokrasi dan contohnya;
3. Disfunctions of bureaucracy dan mal administration dan contohnya;
4. Solusi memecahkan persoalan patologi birokrasi di Indonesia;
5. Partisipasi masyarakat;
6. Referendum dan contohnya;
7. Benang kusut birokrasi;
8. Pengawasan internal dan eksternal dan contohnya;
9. Komunikasi birokrasi;
10. E-government dan contohnya.
Jawab
1. Patologi birokrasi merupakan suatu 'penyakit' dalam sistem birokrasi negara yang muncul
akibat perilaku para pejabat pemerintahan yang melanggar aturan, dan kerap kali
didukung oleh kondisi di sekitarnya. Contoh nya :
 Penyalahgunaan wewenang dan jabatan (korupsi): menerima suap, markup,
menetapkan imbalan, kontrak fiktif, penipuan.
 Tindakan sewenang-wenang: ekstorsi (pemerasan secara kasar/halus). Misalnya:
pemotongan insentif, rapel, gaji dsb
 Empire Building dengan menciptakan para aktor dependent disekelilingnya:
promosi (pangkat dan jabatan) , bonus dsb.
 Nepotisme/primordialisme : perekrutan dan penempatan posisi atas dasar
“pertalian darah” /kesukuan kedaerahan bukan kompetensi.
 Sycophancy (kecenderungan ingin memuaskan atasan dengan cara yang counter
productive)
 Konsumerisme dan hedonisme
 Takut mengambil keputusan/mengambil resiko (Decidiophiobia):
 Mutu Pelayanan terhadap pelanggan rendah: acuh tak acuh , purapura sibuk, tidak
sopan, diskriminasi.
 Disiplin dan Semangat kerja umumnya rendah
2. Paternalistic
 Paternalistik, yaitu atasan bagaikan seorang raja yang wajib dipatuhi dan
dihormati, diperlakukan spesial, tidak ada kontrol secara ketat, dan pegawai
bawahan tidak memiliki tekad untuk mengkritik apa saja yang telah dilakukan
atasan.
Contoh nya :
elite lembaga pemerintahan yang menjadi poros dalam menetapkan kebijakan yang
kemudian seorang aparat bawahan sulit melakukan penolakan mengenai suatu ide atau
gagasan dari pimpinan. Apabila penolakan ide oleh bawahan kepada pimpinan yang
dilakukan secara terbuka, maka dapat membuka konflik diantara pimpinan dengan
bawahannya. Berbeda dengan bawahan yang mendukung ide ataupun gagasan dari
pimpinan serta mendukung secara baik berdasarkan kedekatan hubungan. Pola
pendelegasian seperti ini dapat secara sistematis tercipta aparat bawahan yang selalu
tunduk dan patuh pada pimpinan.

Contoh kasus : Praktek korupsi yang terjadi dalam Program Penanganan Sosial Ekonomi
Masyarakat (P2SEM). P2SEM di ciptakan untuk meredam kontraksi ekonomi dan
dinamika sosial di Pemerintah Provinsi Jawa Timur akibat kenaikan Bahan Bakar
Minyak (BBM). Inti penatausahaan kegiatan P2SEM ini adalah disalurkannya sejumlah
dana hibah langsung kepada masyarakat dengan maksud agar dapat mengembangkan
kemampuannya untuk menstimulasi dan mengukur potensi sumber daya internal dan
sekaligus mengurangi secara bertahap ketergantungan pada sumber daya eksternal.
Mekanisme penyaluran Dana Hibah P2SEM secara formal dilakukan dengan cara
membuat dan mengajukan proposal yang menjadi kebutuhan di daerahnya yang
kemudian di rekomendasikan oleh anggota dewan setempat. Selanjutnya, proposal
tersebut dikumpulkan di Sekretariat DPRD Jawa Timur (Sekwan). Tahapan selanjutnya
adalah proses verifikasi proposal yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Wilayah
(Bakorwil) tingkat daerah, kemudian diteruskan ke BAPEMAS untuk di seleksi secara
administratif. Seleksi administratif meliputi alamat, tempat, pengurus lembaga, kegiatan
dan akta lembaga. Pada proses ini, harus terlampir surat pengantar dari perangkat desa
setempat. Setelah di seleksi, lembaga-lembaga ini kemudian diajukan ke Gubernur untuk
di tetapkan. Gubernur sebagai pemegang otoritas kemudian membuat surat keputusan dan
meminta Biro Keuangan untuk mencairkan anggaran. Realitanya, lembaga yang
mendapatkan dana hibah justru berdasarkan informasi dari orang kepercayaan DPRD
bukan dari BAPEMAS. Orang kepercayaan DPRD tersebut kemudian memberikan
kesempatan untuk membuat, mengajukan proposal dan melengkapi data administrasi.
Proposal tersebut diajukan tidak melalui uji verifikasi Bakorwil tingkat daerah tetapi
cukup di sampaikan kepada orang kepercayaan DPRD dan menunggu informasi dana
tersebut cair. Adanya syarat seperti harus menggunakan rekomendasi dari anggota dewan
padahal syarat tersebut tidak tercantum dalam pedoman umum P2SEM, mengakibatkan
timbulnya calo anggaran yang merupakan relasi atau kenalan anggota dewan. Calo-calo
anggaran tersebut berlomba-lomba untuk melobi anggota dewan guna mendapatkan
rekomendasi sebagai syarat untuk mendapatkan dana hibah P2SEM. Bahkan BAPEMAS
sebagai leading sector penyaluran dana hibah P2SEM ini mengakui bahwa penerima dana
hibah harus melalui kepercayaan anggota DPRD dengan menggunakan rekomendasi dari
anggota dewan. Bahkan rekomendasi anggota dewan tersebut dapat menjadi dasar proses
pencairan dana. Hal ini terjadi karena dewanlah yang memiliki kewenangan untuk
menilai layak atau tidaknya kelompok masyarakat (pokmas) mendapat dana hibah.
Dengan rekomendasi tersebut, anggota dewan bisa menunjuk lembaga atau pokmas dan
desanya untuk mendapatkan dana hibah. Melalui rekomendasi ini, anggota DPRD berhak
untuk menyalurkan anggaran APBD serta menentukan masyarakat penerima dana hibah.
Selain itu, dengan mengeluarkan rekomendasi, anggota DPRD juga berpeluang
mendapatkan Kick Back dari dana P2SEM, terbukti dengan banyaknya pemotongan
terhadap sejumlah LSM. P2SEM dalam prakteknya menjadi program yang ditunggangi
oleh kepentingan politik praktis para elit-elit pembuat kebijakan, baik dari lembaga
Legislatif maupun lembaga Eksekutif. Salah satu faktor sebagai penyebab korupsi adalah
aspek perundangan yang memberikan peluang bagi para aktor pembuat kebijakan untuk
melanggengkan korupsi.

Fragmentasi birokrasi
 Fragmentasi birokrasi, yaitu banyaknya kementerian baru yang dibuat oleh pemerintah
lebih sering tidak didasarkan pada suatu kebutuhan untuk merespon kepentingan
masyarakat agar lebih terwadahi tetapi lebih kepada motif tertentu.

Contoh nya:

penambahan kementerian dalam satu bidang Pendidikan. kementerian ini dibagi menjadi dua
yaitu pertama, kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) yang khusus
menangani pendidikan baik itu tingkat SD, SMP, SMA dan sederajat, kedua, kementerian riset
dan perguruan tinggi (kemenristek yaitu kementerian yang bertugas khusus dalam perguruan
tinggi negeri maupun swasta serta riset-riset yang dilakukan dalam perguruan tinggi tersebut.

3. Disfunctions of bureaucracy, yakni berkaitan dengan struktur, aturan, dan prosedur atau
berkaitan dengan karakteristik birokrasi atau birokrasi secara kelembagaan yang jelek, sehingga
tidak mampu mewujudkan kinerja yang baik, atau erat kaitannya dengan kualitas birokrasi
secara institusi.

Mal-administration, yakni berkaitan dengan ketidakmampuan atau perilaku yang dapat disogok,
meliputi: perilaku korup, tidak sensitif, arogan, misinformasi, tidak peduli dan bias, atau erat
kaitannya dengan kualitas sumber daya manusianya atau birokrat yang ada di dalam birokrasi.
Contoh nya :

 Pemalsuan : perbuatan meniru sesuatu secara tidak sah untuk melawan hukum untuk
kepentingan menguntungkan diri sendiri, orang lain, dan / kelompok yang menyebabkan
masyarakat tidak memperoleh pelayanan umum secara baik.
 Pelanggaran undang-undang : dalam pemberian pelayanan umum pejabat public
sengaja melakukan tindakan menyalahi/ tidak mematuhi ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, jadi masyarakat tidak memperoleh pelayanan secara baik.
4. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam rangka mengatasi birokrasi atau bahasa lainnya
menyembuhkan penyakit-penyakit kronis yang melekat pada birokrasi yaitu, mengembangkan
kebijakan pembangunan birokrasi yang holistis (menyeluruh) agar mampu menyentuh semua
dimensi baik itu sistem, struktur, budaya, dan perilaku birokrasi; mengembangkan sistem politik
yang demokratis dan mampu mengontrol jalannya pemerintahan dengan maksud agar
pemerintah lebih transparan, tanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan dan
masyarakat dengan mudah mengakses informasi publik; mengembangkan birokrasi berbasis
teknologi informasi dan komunikasi seperti, e-government, e-procurement untuk
mempermudah interaksi antara masyarakat dengan para pemberi layanan.
pemecahan masalah patologi di tubuh birokrasi dalam membangun pelayanan publik yang
efisien, responsif, dan akuntabel dan transparan :
 membuat peraturan Undang – Undang pelayanan publik yang memihak pada rakyat.
 Dalam hubungan dengan struktur yang gemuk, kinerja berbelit – belit, perlu dilakukan
restrukturisasi brokrasi pelayanan public.
 Dalam mengatasi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme selain hal diatas diharapkan
pemerintah menetapkan perundangan dibidang infomatika (IT) sebagai bagian
pengembangan dan pemanfaatan e Goverment agar penyelenggaraan pelayanan publik
terdapat transparasi dan saling control.
 Setiap daerah provinsi dan kabupaten dituntut membuat Perda yang jelas mengatur
secara seimbang hak dan kewajiban dari penyelenggara dan pengguna pelayanan publik.
 Setiap daerah diperlukan lembaga Ombusman.
 Peran kualitas sumber daya aparatur sangat mempengaruhi kualitas pelayanan, untuk
itu kemampuan kognitif yang bersumber dari intelegensi dan pengalaman, skill atau
ketrampilan, yang didukung oleh sikap (attitude) merupakan faktor yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah patologi atau penyakit birokrasi yang
berhubungan dengan pelayanan publik. Untuk itu pelatihan diharapkan mampu menjadi
program yang berkelanjutan agar sumber daya aparatur memeliki kecerdasan inteltual,
emosional dan spiritual sebagai landasan dalam pelayanan public.
5. Modul 9
6. Referandum yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat sebagai individu untuk
menyuarakan opininyalangsung dalam keputusan yang diambil oleh pemerintah.
Referandum mungkin bersifat mengikat atau tidak mengikat (referendum konsultatif)
Contoh referendum : Referendum dilaksanakan ketika hanya terdapat satu calon walikota.
Rakyat diberi kesempatan untuk memberikan suara, apakah setuju atas calon walikota ataukah
tidak setuju dengan walokota terpilih yang hanya terdiri dari satu kursi saja.
7. Gatau
8. Pengawasan internal dan eksternal
 Pengawasan internal
Indonesia memiliki sebuah sistem pengawasan internal yang disebut Sistem Pengedalian
Internal Pemerintah (SPIP). Menurut PP 60 Tahun 2008, sistem pengendalian
pemerintah memiliki lima unsur, antara lain lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan pengendalian
intern. Contoh pengawasan internal yaitu :
 Aparatur Pengawas Internal Pemerintah (APIP)
Lembaga ini merupakan lembaga pengawasan internal yang ada disetiap
instansi pemerintah. Berada di dalam organisasi pemerintah menuntut APIP
untuk bersifat objektif dalam mengawasi birokrasi.
 BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan pembangunan)
BPKP merupakan badan ideal dalam proses pengawasan pemerintahan dalam
hal ini birokrasi. BPKP sendiri juga merupakan instansi pemerintah yang secara
internal memahami anggaran pemerintah dalam penggunaannya untuk
pembangunan dari perencanaan hingga pelaksanaan, terutama oleh birokrasi
sebagai implementator terhadap kebijakan tersebut.
 Kemen PANRB (Kemen. Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi)
Kemen PANRB khususnya deputi bidang pengawasan dapat dikatakan juga
bertindak sebagai pengawas internal. Tetapi sesuai yang dikatakan oleh Deputi
Bidang Pengawasan, Kemen PANRB tidak bertindak langsung sebagai pengawas
melainkan swbagai wadah atas tindak lanjut terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam setiap departemen
 Pengawasan eksternal
Pengawasan eksternal merupakan proses pengawasan yang dilakukan oleh
instansi/lembaga diluar pemerintah sebagai eksekutor kebijakan nasional dan daerah.
Contoh pengawasan eksternal :
 BPK (Badan Pemeriksan Keuangan)
BPK sendiri tidak langsung terlibat dalam pengawasan yang kita sepakati definisi
operasional sebagai kegiatan memantau opersional yang disesuaikan dengan
perancanaan untuk dievaluasi untuk mencapai tujuan. BPK memiliki
kewenangan untuk menolak memberikan pernyataan opini akuntan (disclaimer)
jika laporan keuangan pemerintah dinilainya jeblok.
 DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Berbekal laporan hasil pemeriksaan dari BPK, DPR juga menjalankan fungsi
pengawasan terhadap pemerintah. DPR menjalankan fungsi pengawasan jika
kebijakan yang dimaksud tidak sesuai dengan kepentingan politik partai dan
golongan yang ada di DPR.
 KPK (Komisi Pemeberantasan Korupsi)
Pembentukan KPK sendiri merupakan suatu bentuk keseriusan dalam menjawab
banyaknya permasalahan korupsi di tubuh pemerintah, Demi meminimalkan
potensi korupsi, disusun undangundang keterbukaan informasi publik (UU KIP).
Disebutkan, keterbukaan informasi merupakan sarana mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggaran negara yang berhubungan dengan
kepentingan umum (konsideran c, UU 14/2008).
 LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
LSM juga dapat menjadi batu sandungan bagi korporasi yang melakukan praktik
pemerintah yang tidak etis, seperti tindakan penyalahgunaan wewenang hingga
korupsi. Keberadaan LSM di Indonesia sendiri bersama dengan gerakan rakyat
sekurang-kurangnya dapat menjadi pengontrol dan pengingat jikalau
pemerintah dalam hal ini pejabat/birokrasi melakukan tindakan penyelewengan
sehingga dapat berperan sebagai pembuka jalan bagi instansi/lembaga audit
dan pengawas.
9. Modul 12
10. e-Government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi terbaru oleh pemerintah
untuk memberikan pelayanan intensif kepada masyarakat, pelaku bisnis, dan lingkungan
pemerintah dengan menggunakan aplikasi berbasis website melalui perubahan pada proses
internal dan eksternal dalam rangka mengurangi korupsi, meningkatkan transparansi,
kemudahan yang semakin bertambah, peningkatan pendapatan dan mengurangi ongkos dalam
penyelenggaran pemerintahan.
Contoh e-government :
 adanya situs-situs resmi lembaga pemerintah dan tersedianya pelayanan terpadu
dengan sistem daring (online).
 Sistem Informasi Manajemen Pusat Informasi Spasial Daerah (PISDA)
PISDA merupakan aplikasi penyediaan informasi/data peta kewilayahan Provinsi
Kalimantan Tengah berbasis peta atau spasial (alamat aplikasi: pisda.kalteng.go.id).
 sistem pelayanan instansi yang berbasis online, seperti E-Kelurahan,
BPJSTKU Mobile, Mobile JKN,
kisi-kisi UAS type B;
1. Patologi birokrasi penyakit akut dan konvensional;
2. Ada pungli, diskriminasi pelayanan dll dalam patologi birokrasi langkah apa yg anda lakukan
sbg seorang mhs;
3. Perilaku para birokrat yang menyimpang dll bagaimana cara mengurangi budaya tsb;
4. Faktor apa saja yg mempengaruhi patologi birokrasi di Indonesia;
5. Pandangan masyarakat terhadap birokrasi di Indonesia;
6. Pentingnya partisipasi masyarakat;
7. Benang kusut birokrasi;
8. Pengawasan dilakukan oleh masyarakat?lembaga negara apakah yg melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan pelayanan sektor publik;
9. Komunikasi birokrasi di pemerintahan Jokowi-Amin?;
10. E-government daerah dan masa depannya.
Jawab :
1. gatau
2. caranya yaitu:
 pemerintah harus lebih transparan dan terbuka dalam melakukan pelayanan
kepada masyarakat, Praktikpungli dapat dikikis bila penyelengga pelayanan
publik melibatkan peran aktif masyarakat dan parapemangku kepentingan dalam
penyusunan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi penerapanStandar Pelayanan
dan Maklumat Pelayanan.
 Membuat forum pengguna layanan, yang dimana masyarakat diposisikan setara
dengan birokrasi sehingga memiliki kontribusi dalam mewujudkan sistem
pelayanan publik yang terbuka, bertanggung jawab, dan partisipatif.
 Memberikan sanksi tegas bagi ASN yang melakukan pungli dalam memberikan
pelayanan publik.
 Mempercepat pengintegrasian sistem pengelolaan pengaduan pelayanan publik
nasional yang dibuat oleh pemerintah.
3. Gatau
4. Faktor faktor nya :
 Lemahnya faktor moral,
 gaji rendah,
 system rekrutmen dan promosi tidak baik,
 aturan dan mekanisme kerja belum jelas,
 birokrasi berpotensi politis,
 lemahnya pengawasan.
 kekurangan Administrasi yang cakap,
 besarnya jumlah aparat birokrasi,
 luasnya tugas pemerintahan,
 analisir tradisional (nepotisme, patrimorial, Hirarkis),
 sentralisasi dan besarnya kekuasaan birokrasi.
5. Masyarakat tidak mau berurusan dengan birokrasi. Birokrasi memiliki konsekuensi lebih
dari citra negatif seperti buruknya kualitas pelayanan publik, KKN, cenderung memusatkan
kekuasaan, kurangnya profesionalisme, kurangnya budaya dan etika yang baik. Buruknya
kualitas pelayanan publik merupakan salah satu fakta yang menonjol bagi pejabat pemerintah
yang melayani masyarakat.
Peningkatan pelayanan publik pada masa reformasi merupakan harapan seluruh
masyarakat, namun tidak ada perubahan besar dalam prosesnya. Masyarakat berpendapat
bahwa berbagai jenis pelayanan publik justru terus mengalami penurunan. Hal ini antara lain
ditandai dengan banyaknya kesalahan pelayanan publik tersebut. Masyarakat juga menekankan
sistem dan prosedur pelayanan yang kompleks, serta lambannya sumber daya manusia yang
terlibat dalam memberikan pelayanan.
Di sektor pelayanan publik, upaya telah dilakukan untuk menetapkan standar pelayanan
publik dalam rangka memberikan pelayanan yang cepat, akurat, hemat biaya dan mudah.
Namun, upaya ini tidak diterima dengan baik oleh masyarakat dikarenakan penerapan sistem
dan prosedur layanan yang tidak efisien, terlalu sulit, memakan waktu, dan tidak peka terhadap
kepentingan publik. Itulah beberapa hal yang membuat birokrasi selalu dipandang negatif oleh
masyarakat.
Birokrasi di Indonesia membuat masyarakat kecewa karena adanya politisasi dalam
birokrasi. Kepentingan partai politik lebih penting daripada kepentingan memberikan pelayanan
publik yang baik kepada masyarakat.
6. Gatau
7. Gatau
8. Ombudsman merupakan lembaga negara yang memiliki kewenangan dalam mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan negara termasuk
yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), dan Badan Hukum Milik Negara (BHMN), serta badan swasta atau perorangan yang
diberikan tugas untuk menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang dananya baik seluruh
maupun sebagian bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
9.

Anda mungkin juga menyukai