Analogi mengenai administrasi publik sebagai tubuh manusia yang hidup dalam suatu lingkungan memang sangat tepat karena terdapat saling hubungan internal antara satu unsur dengan unsur lain seperti otak, jantung, dan urat nadi, organ tubuh, sistem sensor, termasuk adaptasi antara unsur-unsur ini dengan suhu atau kondisi yang mengelilingi tubuh manusia. Hubungan antara lingkungan dengan kebijakan nampak dari kondisi dan situasi serta potensi lingkungan yang digunakan sebagai pertimbangan dalam proses pembuatan kebijakan publik, atau warna suatu kebijakan publik sangat ditentukan oleh variasi dan dinamika masalah, kebutuhan, aspirasi, potensi, ancaman, dan tantangan dari lingkungan. Lingkungan juga dapat mewarnai struktur organisasi dan manajemen. Misalnya lingkungan masyarakat perkotaan yang relatif lebih maju akan mewarnai struktur birokrasi yang melibatkan masyarakat agar lebih berpartisipasi dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi. Sebaliknya lingkungan masyarakat perdesaan yang belum maju cenderung mengandalkan birokrasi sehingga tidak terbentuk struktur atau forum khusus, dan tidak melibatkan masyarakat dalam fungsi monitoring dan evaluasi berbagai kegiatan pelayanan. Lingkungan juga dapat mewarnai moral dan etika. Semua norma dan nilai yang menjadi dasar pertimbangan moral dan etika berasal dari berbagai sumber yang terdapat di lingkungan seperti agama, budaya, kebiasaan dan tradisi masyarakat. Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), misalnya, mungkin dianggap wajar di kelompok masyarakat tertentu sehingga sulit untuk menghilangkannya di tubuh birokrasi pemerintahan. KKN juga dapat berasal dari lingkungan birokrasi yang lebih tinggi tingkatannya, seperti pesanan khusus dari organisasi pemerintah di pusat untuk menerima personnel tertentu di daerah. Sebaliknya etika dan moral para birokrat yang tidak benar dapat merugikan masyarakat yang dilayani sebagai bagian dari unsur lingkungan. Saling hubungan antara dimensi kebijakan, manajemen, struktur organisasi dan moral dapat dilihat dalam kehidupan birokrasi sehari-hari. Kebijakan yang nampak dari keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dapat dipengaruhi oleh moral atau niat baik para pejabat daerah memutuskan program apa yang harus dilakukan sesuai kepentingannya. Pengaruh struktur organisasi dan manajemen terhadap kebijakan dapat dilihat dari kasus dimana keputusan untuk melakukan suatu program yang telah dirumuskan secara baik tetapi kemudian gagal terlaksana lantaran manajemen dan pengaturan struktur organisasi tidak berjalan dengan baik. Contoh praktis dapat dilihat dari kebijakan atau program yang gagal dijalankan di daerah karena kelemahan praktek manajmen dan organisasi yang tidak profesional. Manajemen juga dapat dipengaruhi oleh kebijakan. Apabila regulasi atau kebijakan tertulis tentang bagaimana manajemen program di lapangan diputuskan dengan pertimbangan yang kurang rasional atau kurang menggunakan perhitungan yang matang maka manajemennya gagal. Contoh praktis dapat dilihat dari kebijakan tender program/proyek yang berbelit-belit sehingga akhirnya menghambat manajemen. Hubungan antara moral dan etika terhadap manajemen dan struktur organisasi juga sangat mudah dilihat, misalnya melalui penempatan pejabat yang kurang mampu di dalam posisi organisasi tertentu dengan fungsi manajemen tertentu karena kepentingan politik, kelompok, pribadi, yang kemudian justru mendatangkan masalah karena tidak menjalankan fungsi manajemen dengan baik. Peran administrasi publik sangat vital dalam membantu memberdayakan masyarakat dan menciptakan demokrasi. Administrasi publik diadakan untuk memberikan pelayanan publik dan manfaatnya dapat dirasakan masyarakat setelah pemerintah meningkatkan profesionalismenya, menerapkan teknik efisiensi dan efektivitas, dan lebih menguntungkan lagi manakalan pemerintah dapat mencerahkan masyarakat untuk menerima dan menjalankan sebagian dari tanggung jawab administrasi publik. Peran pemerintah harus diarahkan kepada melayani masyarakat agar mencapai democratic governance. Dan hal ini harus dilakukan secara efektif melalui inovasi, prinsip-prinsip good governance, pemanfaatan teknologi, penguatan institusi-institusi publik, partisipasi, pengembangan kapasitas, desentralisasi pemberian pelayanan, pemberdayaan, dan kemitraan sektor publik dan swasta. Oleh karena administrasi publik merupakan medan dimana para aparat pemerintah atau eksekutif melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan sektor publik khususnya penyediaan pelayanan bagi kepentingan publik maka peran administrasi publik sangat menentukan kestabilan, ketahanan, dan kesejahteraan suatu negara. Administrasi publik juga dapat dilihat sebagai ajang dimana dapat disaksikan atau dibuktikan apakah benar para elit-elit birokrasi dan politisi memenuhi janji-janjinya atau membuktikan komitmennya kepada publik yang telah memilih mereka. Karena itu, administrasi publik juga sangat berperan dalam menjaga public trust. Apa yang dikerjakan di dalam dunia administrasi publik adalah yang dikerjakan pemerintah dengan jumlah dan jenis yang sangat banyak dan variatif, baik menyangkut pemberian pelayanan di berbagai bidang kehidupan (public services), maupun yang berkenaan dengan mengejar ketertinggalan masyarakat lewat program-program pembangunan. Kegiatan pemberian pelayanan publik dapat diamati dari pelayanan rutin di bidang kesehatan, pendidikan, keamanan, dan ketertiban, perijinan, dsb. Kegiatan yang berkenaan dengan pembangunan dapat diamati dari penyediaan barang-barang publik seperti pembangunan ekonomi (sarana dan prasarana fisik dan sosial), sistem sosial budaya, hukum, politik, dan pembangunan kualitas manusia, yang kesemuanya diarahkan untuk mengejar ketertinggalan, pengentasan kemiskinan, pengurangan ketimpangan dan pengangguran. Kegiatan administrasi publik adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh pejabat struktural atau pemegang eselon yang memimpin suatu unit, maupun oleh pejabat non struktural yang tidak memimpin suatu unit. Kegiatan administrasi publik difokuskan pada aspek manajemen sebagai pelaksanaan dari kebijakan publik. Artinya administrasi publik lebih berkenaan dengan kegiatan pengelolaan pelayanan publik dan penyediaan barang-barang publik. Memang ada persepsi umum tentang administrasi publik yaitu the management of public affairs. Karena itu, kegiatan ini meliputi semua yang dilakukan oleh para manajer publik. Kegiatan administrasi publik bertujuan memenuhi kepentingan publik atau secara akademik dikenal dengan istilah public interest. Di dalam masyarakat terhadap banyak kepentingan seperti kepentingan publik, pribadi, kelompok, partai (politik), jabatan, dsb. Administrasi publik berbeda dengan administrasi swasta, tidak hanya dalam konteksnya, tetapi juga dalam orientasi nilai. Misalnya, administrasi swasta lebih profit-oriented sementara administrasi publik lebih non profit oriented. Administrator publik adalah orang-orang yang berasal dari kalangan orang baik, yang menguasai berbagai prinsip, metode, dan teknik yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi publik. Sifat dan penguasaan tersebut menuntut administrator publik sebagai sosok yang etis, rasional, pandai menggunakan prinsip, metode dan teknik-teknik sesuai kebutuhan. Administrator yang ideal adalah yang memiliki technical skills, human skills, conceptual skills, responsif terhadap institusi-institusi yang demokratis, berorientasi pada hasil, mampu mengembangkan jaringan kerja, dan memiliki kemampuan melakukan komunikasi dan menjaga keseimbangan antara keputusan dan kegiatan. Administator publik adalah orang pilihan, artinya ia menduduki suatu jabatan atas dasar kompetisi, bukan atas dasar kepangkatan atau kepercayaan semata. Dengan kompetisi maka yang dipilih adalah yang lebih baik dari lawan-lawannya yang juga menginginkan jabatan tersebut. Evaluasi terhadap kompetensi-kompetensi tersebut harus menjadi tradisi penting dalam administrasi publik apabila ingin terus memberikan yang terbaik kepada masyarakat. Sifat kegiatan administrasi publik sangat kompleks karena ditandai oleh adanya dilema atau benturan nilai-nilai. Para administrator sering menghadapi benturan nilai yang membuat mereka “sakit kepala” bahkan sering mengurangi wibawa mereka karena masyarakat menjadi kurang percaya pada mereka. Dalam kenyataan di Indonesia, kita juga melihat adanya kesulitan untuk memilih antara nilai efisiensi dengan nilai keadilan, nilai rasionalitas dengan nilai kepuasan, dan nilai netralitas dengan nilai keberpihakan, serta nilai tentang besar kecilnya derajad intervensi. Contoh pertama dapat dilihat dari benturan nilai efisiensi dengan nilai keadilan. Bagi seorang administrator, memperhatikan nilai efisiensi merupakan suatu keharusan, tetapi nilai tersebut mungkin kurang tepat karena sesuatu yang efisien belum tentu sesuai atau sejalan dengan nilai keadilan. Pemerintah, misalnya, memutuskan untuk mengurangi subsidi BBM karena pertimbangan efisiensi. Akibatnya harga pembelian BBM meningkat. Keputusan yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi ini bertentangan dengan prinsip keadilan karena masyarakat yang lemah daya belinya semakin tidak mampu membeli BBM dengan harga yang lebih tinggi. Keputusan pengurangan subsidi tersebut jelas lebih memiskinkan masyarakat khususnya masyarakat yang marginal. Terima Kasih