Anda di halaman 1dari 31

Hubungan Antar Dimensi

Administrasi publik

Dr. Abdul Kadir, M.Si.


Analogi mengenai administrasi publik sebagai
tubuh manusia yang hidup dalam suatu lingkungan
memang sangat tepat karena terdapat saling
hubungan internal antara satu unsur dengan unsur
lain seperti otak, jantung, dan urat nadi, organ tubuh,
sistem sensor, termasuk adaptasi antara unsur-unsur
ini dengan suhu atau kondisi yang mengelilingi tubuh
manusia.
Hubungan antara lingkungan dengan kebijakan
nampak dari kondisi dan situasi serta potensi
lingkungan yang digunakan sebagai pertimbangan
dalam proses pembuatan kebijakan publik, atau warna
suatu kebijakan publik sangat ditentukan oleh variasi
dan dinamika masalah, kebutuhan, aspirasi, potensi,
ancaman, dan tantangan dari lingkungan.
Lingkungan juga dapat mewarnai struktur
organisasi dan manajemen. Misalnya lingkungan
masyarakat perkotaan yang relatif lebih maju akan
mewarnai struktur birokrasi yang melibatkan
masyarakat agar lebih berpartisipasi dalam
perencanaan, monitoring dan evaluasi. Sebaliknya
lingkungan masyarakat perdesaan yang belum maju
cenderung mengandalkan birokrasi sehingga tidak
terbentuk struktur atau forum khusus, dan tidak
melibatkan masyarakat dalam fungsi monitoring dan
evaluasi berbagai kegiatan pelayanan.
Lingkungan juga dapat mewarnai moral dan
etika. Semua norma dan nilai yang menjadi dasar
pertimbangan moral dan etika berasal dari berbagai
sumber yang terdapat di lingkungan seperti agama,
budaya, kebiasaan dan tradisi masyarakat. Korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN), misalnya, mungkin
dianggap wajar di kelompok masyarakat tertentu
sehingga sulit untuk menghilangkannya di tubuh
birokrasi pemerintahan.
KKN juga dapat berasal dari lingkungan
birokrasi yang lebih tinggi tingkatannya, seperti
pesanan khusus dari organisasi pemerintah di pusat
untuk menerima personnel tertentu di daerah.
Sebaliknya etika dan moral para birokrat yang tidak
benar dapat merugikan masyarakat yang dilayani
sebagai bagian dari unsur lingkungan.
Saling hubungan antara dimensi kebijakan,
manajemen, struktur organisasi dan moral dapat
dilihat dalam kehidupan birokrasi sehari-hari.
Kebijakan yang nampak dari keputusan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dapat
dipengaruhi oleh moral atau niat baik para pejabat
daerah memutuskan program apa yang harus
dilakukan sesuai kepentingannya.
Pengaruh struktur organisasi dan manajemen
terhadap kebijakan dapat dilihat dari kasus dimana
keputusan untuk melakukan suatu program yang
telah dirumuskan secara baik tetapi kemudian gagal
terlaksana lantaran manajemen dan pengaturan
struktur organisasi tidak berjalan dengan baik.
Contoh praktis dapat dilihat dari kebijakan atau
program yang gagal dijalankan di daerah karena
kelemahan praktek manajmen dan organisasi yang
tidak profesional. Manajemen juga dapat dipengaruhi
oleh kebijakan.
Apabila regulasi atau kebijakan tertulis tentang
bagaimana manajemen program di lapangan
diputuskan dengan pertimbangan yang kurang
rasional atau kurang menggunakan perhitungan yang
matang maka manajemennya gagal. Contoh praktis
dapat dilihat dari kebijakan tender program/proyek
yang berbelit-belit sehingga akhirnya menghambat
manajemen.
Hubungan antara moral dan etika terhadap
manajemen dan struktur organisasi juga sangat
mudah dilihat, misalnya melalui penempatan pejabat
yang kurang mampu di dalam posisi organisasi
tertentu dengan fungsi manajemen tertentu karena
kepentingan politik, kelompok, pribadi, yang
kemudian justru mendatangkan masalah karena tidak
menjalankan fungsi manajemen dengan baik.
Peran administrasi publik sangat vital dalam
membantu memberdayakan masyarakat dan
menciptakan demokrasi. Administrasi publik
diadakan untuk memberikan pelayanan publik dan
manfaatnya dapat dirasakan masyarakat setelah
pemerintah meningkatkan profesionalismenya,
menerapkan teknik efisiensi dan efektivitas, dan lebih
menguntungkan lagi manakalan pemerintah dapat
mencerahkan masyarakat untuk menerima dan
menjalankan sebagian dari tanggung jawab
administrasi publik.
Peran pemerintah harus diarahkan kepada
melayani masyarakat agar mencapai democratic
governance. Dan hal ini harus dilakukan secara efektif
melalui inovasi, prinsip-prinsip good governance,
pemanfaatan teknologi, penguatan institusi-institusi
publik, partisipasi, pengembangan kapasitas,
desentralisasi pemberian pelayanan, pemberdayaan,
dan kemitraan sektor publik dan swasta.
Oleh karena administrasi publik merupakan
medan dimana para aparat pemerintah atau eksekutif
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan
dengan sektor publik khususnya penyediaan
pelayanan bagi kepentingan publik maka peran
administrasi publik sangat menentukan kestabilan,
ketahanan, dan kesejahteraan suatu negara.
Administrasi publik juga dapat dilihat sebagai
ajang dimana dapat disaksikan atau dibuktikan
apakah benar para elit-elit birokrasi dan politisi
memenuhi janji-janjinya atau membuktikan
komitmennya kepada publik yang telah memilih
mereka. Karena itu, administrasi publik juga sangat
berperan dalam menjaga public trust.
Apa yang dikerjakan di dalam dunia
administrasi publik adalah yang dikerjakan
pemerintah dengan jumlah dan jenis yang sangat
banyak dan variatif, baik menyangkut pemberian
pelayanan di berbagai bidang kehidupan (public
services), maupun yang berkenaan dengan mengejar
ketertinggalan masyarakat lewat program-program
pembangunan.
Kegiatan pemberian pelayanan publik dapat
diamati dari pelayanan rutin di bidang kesehatan,
pendidikan, keamanan, dan ketertiban, perijinan, dsb.
Kegiatan yang berkenaan dengan pembangunan
dapat diamati dari penyediaan barang-barang publik
seperti pembangunan ekonomi (sarana dan prasarana
fisik dan sosial), sistem sosial budaya, hukum, politik,
dan pembangunan kualitas manusia, yang
kesemuanya diarahkan untuk mengejar
ketertinggalan, pengentasan kemiskinan,
pengurangan ketimpangan dan pengangguran.
Kegiatan administrasi publik adalah kegiatan
yang dilakukan baik oleh pejabat struktural atau
pemegang eselon yang memimpin suatu unit, maupun
oleh pejabat non struktural yang tidak memimpin
suatu unit.
Kegiatan administrasi publik difokuskan pada
aspek manajemen sebagai pelaksanaan dari kebijakan
publik. Artinya administrasi publik lebih berkenaan
dengan kegiatan pengelolaan pelayanan publik dan
penyediaan barang-barang publik. Memang ada
persepsi umum tentang administrasi publik yaitu the
management of public affairs. Karena itu, kegiatan ini
meliputi semua yang dilakukan oleh para manajer
publik.
Kegiatan administrasi publik bertujuan
memenuhi kepentingan publik atau secara akademik
dikenal dengan istilah public interest. Di dalam
masyarakat terhadap banyak kepentingan seperti
kepentingan publik, pribadi, kelompok, partai
(politik), jabatan, dsb.
Administrasi publik berbeda dengan
administrasi swasta, tidak hanya dalam konteksnya,
tetapi juga dalam orientasi nilai. Misalnya,
administrasi swasta lebih profit-oriented sementara
administrasi publik lebih non profit oriented.
Administrator publik adalah orang-orang yang
berasal dari kalangan orang baik, yang menguasai
berbagai prinsip, metode, dan teknik yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan organisasi publik. Sifat dan
penguasaan tersebut menuntut administrator publik
sebagai sosok yang etis, rasional, pandai
menggunakan prinsip, metode dan teknik-teknik
sesuai kebutuhan.
Administrator yang ideal adalah yang memiliki
technical skills, human skills, conceptual skills,
responsif terhadap institusi-institusi yang demokratis,
berorientasi pada hasil, mampu mengembangkan
jaringan kerja, dan memiliki kemampuan melakukan
komunikasi dan menjaga keseimbangan antara
keputusan dan kegiatan.
Administator publik adalah orang pilihan,
artinya ia menduduki suatu jabatan atas dasar
kompetisi, bukan atas dasar kepangkatan atau
kepercayaan semata. Dengan kompetisi maka yang
dipilih adalah yang lebih baik dari lawan-lawannya
yang juga menginginkan jabatan tersebut.
Evaluasi terhadap kompetensi-kompetensi
tersebut harus menjadi tradisi penting dalam
administrasi publik apabila ingin terus memberikan
yang terbaik kepada masyarakat.
Sifat kegiatan administrasi publik sangat
kompleks karena ditandai oleh adanya dilema atau
benturan nilai-nilai. Para administrator sering
menghadapi benturan nilai yang membuat mereka
“sakit kepala” bahkan sering mengurangi wibawa
mereka karena masyarakat menjadi kurang percaya
pada mereka.
Dalam kenyataan di Indonesia, kita juga
melihat adanya kesulitan untuk memilih antara nilai
efisiensi dengan nilai keadilan, nilai rasionalitas
dengan nilai kepuasan, dan nilai netralitas dengan
nilai keberpihakan, serta nilai tentang besar kecilnya
derajad intervensi.
Contoh pertama dapat dilihat dari benturan
nilai efisiensi dengan nilai keadilan. Bagi seorang
administrator, memperhatikan nilai efisiensi
merupakan suatu keharusan, tetapi nilai tersebut
mungkin kurang tepat karena sesuatu yang efisien
belum tentu sesuai atau sejalan dengan nilai keadilan.
Pemerintah, misalnya, memutuskan untuk
mengurangi subsidi BBM karena pertimbangan
efisiensi. Akibatnya harga pembelian BBM meningkat.
Keputusan yang didasarkan pada pertimbangan
efisiensi ini bertentangan dengan prinsip keadilan
karena masyarakat yang lemah daya belinya semakin
tidak mampu membeli BBM dengan harga yang lebih
tinggi. Keputusan pengurangan subsidi tersebut jelas
lebih memiskinkan masyarakat khususnya masyarakat
yang marginal.
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai