Anda di halaman 1dari 2

Nama : Febby Febrianthy Mansur

Nim : 200605502027

Kelas : A 2020

Telaah kasus

○ Semangat pemberantasan korupsi di Indonesia yang menggelora saat ini, seakan


tercederai dengan adanya pejabat bekas terpidana kasus korupsi dipromosikan bahkan
kembali menjabat di struktural pemerintah daerah. Walaupun memang pejabat
yang bersangkutan, telah selesai melaksanakan masa hukuman yang diberikan atas
dakwaan korupsi yang dilakukannya. Namun hal ini tentunya memberi noda hitam
pemberantasan korupsi di negeri ini dan juga penciptaan tata pemerintahan yang baik
(good governance). Jika terus terjadi, karena seyogyanya aparat birokrasi harus
memiliki nilai moral yang baik untuk menciptakan pemerintahan yang bersih.

○ Sampai saat ini, berdasarkan catatan Kemendagri di daerah ada 153 PNS yang statusnya
bekas terpidana korupsi (Kompas, 11/5/22). Para PNS itu termasuk mereka yang
menduduki atau dipromosikan dalam jabatan tertentu. Tentunya hal ini menjadikan
sebuah persoalan dalam etika administrasi publik, terutama terkait dengan moral para
pejabat sebagai teladan dalam birokrasi dan bagi aparatnya dalam hal ini PNS di daerah.

○ Sebagaimana salah satu contoh adalah di Kabupaten XX, memberikan promosi jabatan
kepada terpidana korupsi alih guna lahan hutan lindung, Tahanan. Hal ini menunjukkan
adanya pembangkangan atas nilai-nilai moral birokrasi. Dengan begitu kemudian
birokrasi menjadi semakin tercerabut dari masyarakat, setelah menurunnya kepercayaan
masyarakat terhadap birokrasi pada pelayanan publik. Jika hal ini terus dibiarkan bisa
jadi adanya pembangkangan masyarakat terhadap birokrasi dan program-programnya.
Apakah kemudian hal ini menjadi tujuan dari birokrasi kita?

Pertanyaan Kasus

○ Bagaimana etika memandang persoalan tersebut ?


Dari kasus tersebut merupakan bentuk pelanggaran etika dikarenakan dengan promosi
pengangkatan tersebut seolah-olah orang yang korupsi itu malah mendapatkan
keistmewaan. Secara etika inikan pelanggaran etika secara besar-besaran, secara moral
dan etik ini tidak bisa dibenarkan. Membahas mengenai birokrasi dan etika yang
berkaitan dengan itu, tentu kemudian birokrasi dilihat sebagai sebuah organisasi publik
dengan etika yang tercermin dalam aturan yang berlaku dalam birokrasi. Namun juga,
bahwa birokrasi tidak terlepas pada keberadaan etika individu atau yang sering disebut
sebagai etika kebajikan. Etika ini berkenaan dengan individu dalam birokrasi, disini
kemudian berkenaan terhadap moral dari para birokrat tersebut.

○ Kaitkan dengan moralitas!


Promosi jabatan terhadap pegawai negeri sipil yang pernah dipidana dalam kasus
korupsi merupakan kebijakan yang sangat tidak patut, bertentangan dengan etika, dan
kehilangan moralitas. Hal itu juga bertentangan dengan tekad bangsa dalam
pemberantasan korupsi. Kebijakan pengaktifan kembali pejabat yang tersangkut kasus
korupsi itu tidak sesuai etika dan kepatutan. Meski tidak melanggar ketentuan
perundang-undangan, pengangkatan itu harus ditinjau kembali karena dapat berdampak
besar pada efektivitas pemerintahan.
Moralitas sering kali dipandang terlepas dari hukum. Padahal integritas terpidana kasus
korupsi yang sudah menjalani hukum dapat dipertanyakan. Seseorang sering
memandang moralitas berada di luar pelaksanaan hukum. Seseorang yang sudah bebas
secara hukum dianggap beres. Padahal, integritas moral orang tersebut bisa
dipertanyakan.

○ Ditinjau dari teori utilitarianisme, telaah kasus tersebut!


Berdasarkan teori utiitarianisme. Teori ini menyatakan bahwa keputusan dan tindakan
yang terbaik adalah yang memberikan manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
Maka, apa yang terjadi pada kasus promosi jabatan terhadap pegawai negeri sipil yang
pernah dipidana dalam kasus korupsi tidak juga dapat dibenarkan karena kasus ini hanya
menguntukan bagi beberapa orang saja, dan tidak menguntungkan bagi masyarakat.
Dampak adanya mantan terpidana kasus korupsi yang menjadi pejabat publik, membuat
masyarakat akan bersikap tak peduli. “kepercayaan masyarakat terhadap pejabat publik
seperti itu akan habis”

Anda mungkin juga menyukai