Anda di halaman 1dari 4

Praktik Culas Di Kementrian

 Masalah Pokok
Praktik jual beli jabatan yang semakin marak terjadi. Komisi Aparatur Sipil Negara
(KASN) menduga lebih dari separuh kementrian dan lembaga yang melakukan praktik
curang tersebut. Bahkan pada saat presiden mempertanyakan berapa banyak kementrian
yang terlibat, di prediksikan melakukan jual beli jabatan sekitar lebih dari separuh dari
90% yang melakukan praktek yang sama, hanya tingkatan jual-beli jabatannya yang
berbeda.
Dari hasil analisis sejak tahun 2017 praktik ini marak terjadi didalam kementrian yang
menangani SDM terutama di sekitar pendidikan dan agama. Salah satunya kasus di
kementrian agama terdeteksinya permainan dalam seleksi pencalonan dan pengangkatan
jabatan tinggi. Padahal sebelumnya KASN sudah mengingatkan sekjen kemenag agar
tidak memasukkan 2 dari 18 calon yang bermasalah, tetapi sekjen kemenag tetap tidak
mengindahkan teguran tersebut sehingga tak berapa lama calon yang di loloskan tersebut
tertangkap dalan OTT oleh KPK.
Maraknya praktek jual beli jabatan di kementrian tak luput dari partai politik yang
mengusung calon mentrinya. Banyak mentri yang melakukan jual beli jabatan karena
tekanan dari pimpinan parpol. Padahal sistem jabatan yang dilakukan melibatkan panitia
seleksi independen, namun masih belum mampu menanggulangi praktek jual beli jabatan
ini. Untuk saat ini pemerintah sudah mulai gencar melakukan gerakan OTT yang
dilakukan lembaga KPK,untuk menanggulangi praktek jual-beli jabatan ini, namun masih
saja ada oknum-oknum yang melakukannya salah satunya tertangkapnya Romahurmuzi
selaku sekjen Kemntrian Agama dam OTT jual beli jabatan. Semoga dengan
tertangkapnya beliau dapat menjadi contoh bagi oknum-oknum lain untuk tidak
melakukan hal yang sama

b. Aktor yang terlibat beserta perannya masing-masing berdasarkan konteks


 (Ir. Joko Widodo) Presiden Republik Indonesia berperan dalam men
 (Sofian Affendi ) Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) selaku lembaga yang
mengawasi dan menindaklanjuti pelaksanaan kerja Aparatur Sipil Negara.
 (Nur Kholis Setiawan) sekjen kemenag berperan pelaku yang melakukan jual-beli
jabatan kepada calon bermasalah yang akan menduduki jabatan tinggi di Kemenag.
 (Jimly Asshidiqe)Pakar Hukum Tata Negara berperan sebagai orang yang memberikan
pendapat dengan di tangkapnya Romahurmuruziy baru baru ini dapat dijadikan
sebagai momentum penindakan lebih serius terhadap praktek korupsi, baik yang
dilakukan aparatur sipil negara (ASN) maupun elite partai politik di Indonesia.
Menurutnya pendekatan etika dirasa perlu diterapkan utuk membuat para pelaku
korupsi jera, disamping menggunakan jalur hukum.
2. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan pengetahuan
terhadap kedudukan dan peran PNS dalam NKRI oleh setiap faktor yang terlibat
berdasarkan konteks deskripsi kasus:
Nilai-nilai ANEKA dilanggar:
Akuntabilitas : Sekjen Kemenag (Nur Kholis Setiawan) tidak bisa mempertanggunggajawabkan
pekerjaannya. Beliau tidak amanah dalam melaksanakan tugas yang di percayakan kepadanya
yaitu menyeleksi sesuai kriteria yang telah di sepakati pencalonan dan pengangkatan calon
pejabat yang akan melaksanakan tugas di kementrian Agama.

Nasionalisme : Tidak tertanam rasa cinta tanah air oleh Sekjen Kemenag/oknum yang
melakukan praktek jual beli jabatan
.
Etika Publik : Sekjen Kemenag/oknum tersebut sebagai ASN tidak menerapkan nilai-nilai
kode Etik ASN yang tertanam dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN.

Komitmen Mutu: Sekjen Kemenag/oknum sebagai ASN tidak bertindak secara efisien dan
efektif dalam bekerja sehingga terlibat jual beli jabatan untuk memperkaya dirinya sendiri dan
partai pengusungnya.

Anti korupsi : Belum tertanamnya di dalam jiwa Sekjen Kemenag dan oknum yang masih
melakukan jual beli jabatan tersebut nilai-nilai anti korupsi, sehingga dengan iming-iming
imbalan berupa uang,harta, dan sesuatu yang bisa di tukar dengan sebuah jabatan, mereka rela
melakukan hal yang melanggar nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 sehingga melakukan hal yang merugikan.

Semua nilai-nilai dasar seorang ASN tela dilanggar. ASN yang melakukan tindak pidana
tersebut tidak memegang teguh nilai ideologi dalam Negara Pancasila, tidak setia pada Undang-
Undang Dasar NKRI 1945, tidak menjalankan tugas secara professional,tidak menjungjung
tinggi standar etika luhur dan nilai-nilai lain yang tercantum dalan Undang-Undang tentang
ASN. Seorang ASN harus berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas kebijakan
publik namun pada kasus tersebut sudah tidak mencerminkan hal tersebut. ASN yang terkait
tindak pidana sebaliknya malah meakukan peran yang bertolak belakang dengan yang
seharusnya dilakukannya.

Dalam menanggulangi sistem jual-beli jabatan yang sedang marak terjadi ini dengan
salah satunya pengangkatan jabatan/mentri secara online dan harus sesuai kriteria yang telah
ditetapkan, tapi masih saja ada oknum tertentu yang masih bisa melakukan tindakan yang
curang. Jika hal seperti ini di temukan sudah seharusnya pemerintah secspatnya bertindak,
terhadap ASN yang curang tersebut karena sudah ada UU No. 5 tahun 2014 pasal 87 ayat 2 dan 4
dalam memberhentikan ASN yang terlibat kasus korupsi.

b. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS, dan pengetahuan terhadap kedudukan dan
peran PNS dalam NKRI oleh setiap faktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus:
Nilai-nilai dasar yang tidak diterapkan akan berdampak kerugian besar pada banyak
pihak. Selain ASN yang terpidana korupsi sudah meraup kekayaan yang cukup besar dari hasil
jual-beli jabatan yang dilakukannya, maka jika hal tersebut tidak segera di tindak lanjuti,
kemungkinan besar pejabat yang mendudukin kursi pemerintahan di kemtrian dari hasil jual beli
tersebut akan melakukan tindak korupsi untuk mengembalikan harta kekayaannya yang telah
digunakan untuk membeli jabatan yang telah di dudukinya itu, sistem birokrasi yang
dijalankannya akan menjadi tidak baik karena berasal dari hal yang tidak baik. Hal ini akan
merugikan Negara. Pada akhirnya, banyak pihak yang akan dirugikan terutama masyarakat.

3. Gagasan-gagasan alternatif pemecahan terhadap konteks di atas


Alternatif pemecahan masalah tersebut ialah dengan mengutamakan dalam menanamkan
integritas. Mulai dari dalam diri sendiri, lingkungan hidup ataupun organisasi dalam bekerja.
Dalam menumbuhkan integritas, dibutuhkan kesediaan, identifikasi, dan internalisasi. Ketiga
komponen tersebut mempermudah kita dalam menjalankan sisttem integritas. Sistem integritas
yang dapat dilaksanakan:
a. Reframing culture
Mengubah budaya kita menjadi anti korupsi, seperti dengan menanamkan kebijakan yang
tegas di organisasi.Terlihat bahwa konteks di atas pemerintah masih belum bersikap
tegas.
b. Seeding dan perilaku otomatis dalam konteks anti korupsi (seeding of integrity). Cara ini
ialah dengan menanamkan sikap anti korupsi dibawah alam bawah sadar kita.
Kebanyakan koruptor melakukan tindak korupsi di bawah alam sadar salah satunya
tergoda oleh lingkungan. Tunas integritas yang kuat akan tercipta bila hati nurani kita
dapat menekan wow effect korupsi (yang menstimulus untuk berperilaku korupsi).
Melihat masih terdapat oknum di kemntrian yang masih melakukan jual beli jabatan,
maka dapat diasumsikan mereka merasa jual-beli jabatan tersebut merupakan hal yang
wajar dan tindakan di bawah alam sadar mereka.Dalam konteks di atas, KPK
sudahmempunyai perencanaan agar mengadakan pelatihan Anti Korupsi kepada ASN.
Hal ini agar tertanam budaya anti korupsi dalam jati diri ASN.
Penerepan sistem integritas di suatu organisasi dapat tercapai dengan berabagai cara,
seperti:
1. Kebijakan perekrutan dan promosi. Contohnya sekarang dalam merekrut CPNS
pemerintah sudah melakukan system yang transparan.
2. Pengukuran kinerja. Kinerja pegawai harus terukur sehingga kita tahu apakah target
kita sudah tercapai. Bagi yang targetnya tercapar di beri penghargaan, dan bila tidak
akan mendapat sanksi atau perlu evaluasi lagi.
3. Sistem dan kebijakan pengembangan SDM.
4. Pengadaan barang dan jasa,
5. Kode Etik dan pedoman perilaku,
6. Laporan harta kekayaan penyelenggara Negara,
7. Program pengendalian gratifikasi, dll

4. Kosekuensi dari segala penerapan alternatif tersebut ialah:

Dalam menerapkan sistem integritas, sangatlah sulit karena salah satu caranyan ialah
harus mengubah kebiasaan atau budaya. Jual-beli jabatan sudah dianggap budaya atau kebiasaan
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Mereka tidak kaget bila menemukan pejabat-pejabat
yang melaksanakan KKN. Upaya pemerintah pun sudah banyak dalam menanggulangi korupsi
sejak dulu. Pemikiran dan budaya yang lama sulit untuk diubah, oleh karena itu tantangan
pemerintah sekarang ialah dengan menciptakan generasi baru terutama di kalangan ASN untuk
menanakan tunas interagritas dalam memberantas korupsi. Diperlukan perencanaan maksimal
dan komitmen kuat dalam pelaksanaannya. Upaya yang seharusnya dilakukan pemerintah
diantaranya yaitu:

- Pemerintah harus menyiapkan anggaran untuk memberikan pelatihan / refresh


pelatihan demi menanamkan kembali nilai – nilai dasar PNS kembali yang
mempunyai 5 elemen penting (Akuntabilitas, Nasionalisme, mempunyai Etika public,
Komitmen mutu, dan sikap Anti Korupsi)
- Pemenrintah harus lebih ketat lagi dalam mengawasi setiap seleksi pejabat
pemerintahan agar tidak ada cela bagi oknum-oknum tertentu yang dapat
memanfaatkan cela tersebut untuk memperkaya pribadinya dan parta yang
mengusungnya.
- Perekrutan untuk pejabat/ mentri yang akan menduduki kursi di pemerintahan harus
lebih diperketat kembali walaupun sekarang sudah baik dengan sistem CAT (TKD
dan TKB) harus ditambahakan lagi dengan seleksi wawancara dan psikologi , ini
dilakukan agar dapat menilai karekteristik calon pejabat lebih dalam lagi dan
penerapannya ke dunia pemerintahan sehinggan dapat menciptakan pemerintahan
yang berintegritas dan anti korupsi

Anda mungkin juga menyukai