Anda di halaman 1dari 6

Nama : Vincent Coryzon Mangasi Siagian

Tingkat :2

Mata Kuliah : Sosiologi Agama

Tugas : Studi Kasus

1.LATAR BELAKANG
Korupsi sudah merupakan masalah yangkronik yang terjadi di bangsa Indonesia.
Fenomenafenomena yang terjadi adalah budaya permisif yangtimbul di masyarakat dimana haus
akan hadirnya Negara yang bebas dari korupsi tetapi masihmempraktekkan perilaku perilaku
koruptif,Penegakan hukum atas tindak pidana korupsi jugamasih jalan ditempat khususnya pada
aparatkejaksaan dan kepolisian, sektor pelayanan publik yang cenderung birokratis dan tidak
efisien, sektor swasta yang juga tak sungkan mempraktikan upayaupaya korupsi demi
keuntungan yang sebesar besarnya dan yang paling penting adalah sistem pemilihan pemimpin
di legislative dan eksekutif yang boros juga jadi penyebab suburnya korupsi.Sejak reformasi
bergaung pada 15 tahunlalu, agenda pemberantasan korupsi merupakansalah satu tuntutan yang
diajukan oleh seluruhkalangan masyarakat di Indonesia. Mereka inginagar pemerintahan yang
ada Indonesia menganut prinsip transparansi, akuntabilitas dan kewajaranyang merupakan juga
prinsip prinsip dalam penegakan anti korupsi. Namun pada praktek yangnyata perilaku perilaku
koruptif masih seringditumbuhkanMenyuap petugas pemerintahan dalammengurus dokumen
tertentu sudah menjadikelaziman yang terjadi, memberikan ‘salam tempel’kepada aparat
kepolisian yan melakukan tilang hal juga jamak terjadi. Pelajar yang menjadi tumpuan bangsa
untuk menjadi generasi penerus pembangunan juga tidak lepas dari perbuatan perbuatan korupsi,
contoh paling masif adalahadanya penyebaran kunci secara masal pada saatUjian Nasional. Nilai
nilai kejujuran yang selalu ditanamkandan didengungkan kadang dalam praktik kehidupan
bermasyarakat menjadi suatu hal yang langka bahkan bisa menimbulkan pengucilan
olehmasyarakat sekitar. Masih mengambil contoh atas peristiwa Ujian Nasional, Pada tahun
2010 diSurabaya terdapat seorang ibu dan anaknya yangharus pindah dari kampungnya karena
memegangteguh prinsip kejujuran dengan tidak memberikantoleransi atas perbuatan mencontek
dan penyebarankunci jawaban dan melaporkan peristiwa itu kepadadinas pendidikan dan
mendapat ekspose dari media. Hal ini menjadi suatu yang ironi jikamengharapkan Negara ini
menjadi Negara yang bebas dari korupsi tapi perbuatan perbuatan yangmengarah pada korupsi
justru dibiarkan dan nilainilai yang mendukung untuk hilangnya korupsimalah dianggap hal yang
aneh dan mengakibatkan pengucilan bagi yang mempraktekannya.Penegakan hukum di
Indonesia khususnya ditindak pidana korupsi masih menjadi hal yangdisorot karena penuh
dengan kelemahan. KomisiPemberantasan Korupsi (KPK) yang didirikan padatahun 2002 untuk
melakukan penggalangankegiatan pemberantasan korupsi dari segi penindakan sudah cukup
menunjukkan keberaniandengan membongkar berbagai praktik tindak pidanan korupsi di
berbagai sektor dan dengan pelaku yang berasal dari berbagai tingkatan jabatannamun menjadi
tidak optimal karena tidak adanya
support
dari lembaga penegak hukum lain yangtelah ada jauh sebelum berdirinya KPK. Langkahlangkah
pemberantasan korupsi di KPK jugasempat mengalami cobaan dari dua lembaga penegak hukum
tersebut dengan adanya usahauntuk menarik aparat mereka yang diperbantukan diKPK. Dengan
segala keterbatasan sumber dayayang dimiliki oleh KPK maka upaya untuk melakukan
penuntasan kasus kasus yang berhasildiungkap menjadi terkatung katung karena permasalahan
yang baru juga tidak pernah berhentiuntuk muncul.Aparat penegak hukum seperti kejaksaandan
kepolisian semestinya juga terpacu dan ikutmendukung langkah langkah pengungkapan
yangdilakukan oleh KPK tersebut karena dari segi jangkauan dan jumlah personil yang
dimilikisemestinya bisa sangat berdayaguna untuk melakukan pemberantasan korupsi jika
memilikikomitmen yang tegas.Sektor pelayanan publik yang menjadikepanjangan tangan Negara
untuk melaksanakanfungsinya mengayomi kepentingan umum wargayang berdomisili di
wilayahnya juga sampai berjalannya reformasi sekian lama masih jugamenjadi sorotan karena
terlalu rumit,tidak efisiendan penuh dengan praktik praktik KKN.Peraturan peraturan telah
banyak dibuatuntuk menjamin terlaksananya praktik praktik pemerintahan yang baik (good
governance)
sehingga pelayanan publik bisa menjadi lebihefisien dan dampak positif bisa langsung
dirasakanoleh masyarakat, kepastian atas kualitas dankecepatan pelayanan. Namun tujuan
tersebutmenjadi tidak terwujud karena masih banyaknyatumpang tindih antar peraturan tersebut
dan SDMyang melaksanakan tidak kompeten dan merekamelanggengkan praktek praktek KKN
denganalasan utama kesejahteraan yang diperoleh tidak mampu mencukupi pengeluaran yang
harusdipenuhi.Sektor swasta yang merupakan tulang punggung perekonomian suatu Negara
padadasarnya diharapkan efisien sehingga tingkatkesejahteraan suatu Negara menjadi
meningkatdengan adanya pertumbuhan yang pesat dan secaratidak langsung pembiayaan
pelaksanaan pelayanan publik yang berasal dari perpajakan akan ikut naik dan kebijakan
pengeluaran Negara untuk fungsi pemerataan pendapatan seharusnya akan menjadilebih optimal.
Tetapi pada kenyataan, praktik praktik usaha tidak sehat sering timbul dengan bekerjasama
dengan oknum pemerintah untuk memperoleh ‘kue’ yang lebih dari bidang yangdigeluti Praktek
penggelapan pajak dengan berbagaimetode baik dengan memanfaatkan celah celahyang ada pada
aturan aturan akuntansi dan perpajakan hingga perbuatan melakukan perbuatan penyuapan
kepada aparat pajak banyak ditemui.Komponen suksesi kepemimpinan dilegislatif dan eksekutif
juga merupakan salah satu

sumber timbulnya korupsi juga menjadi hal yangmenjadi sorotan utama. Sejak tumbangnya era
orde baru, Indonesia telah mengalami pemilu sebanyak 3kali. Pemilihan yang dilakukan tidak
hanyadigunakan untuk menentukan siapa saja orangorang ‘pilihan’ yang akan bertugas untuk
mewakilikepentingan seluruh rakyat melalui mekanismelegislasi di Dewan Perwakilan Rakyat
tetapi jugadigunakan untuk melakukan pemilihan langsung bagi figure yang akan menjadi
PimpinanPemerintah Pusat yaitu Presiden dan PimpinanPemerintah daerah yaitu gubernur pada
level provinsi dan bupati/walikota untuk tingkatankabupaten/kotamadya.Pemilihan Umum
dengan format tersebutternyata memakan anggaran yang sangat besar berdasarkan data Litbang
Kompas Pada tahun 2004, biaya pemilu mencapai Rp 55,909 triliun. Lalu, pada tahun 2009,
biaya pemilu mencapai Rp 47,941triliun untuk semua tingkatan. Biaya ini jika bisadilakukan
penghematan tentu bisa digunakan untuk membiayai pengeluaran yang terkait pelayanan publik.
Namun bukan biaya penyelenggaran yangmenjadi sorotan utama, biaya yang digunakan oleh
para calon yang hendak maju dalam pemilihananggota legislatif dan pemilihan kepala
daerahternyata cukup mencengangkan. Berdasarkan rilisIndonesian Public Institute biaya yang
digunakanuntuk tiap calon bupati sekitar 5 miliar dan untuk daerah tertentu bisa mencapai 20-50
milyar dan bagi pemilihan gubernur bisa berkisar antara 20-100 milyar. Dengan tingginya biaya
yangdikeluakan tersebut yang terjadi adalah kepaladaerah terpilih akan lebih berfokus untuk
bagaimana cara mengembalikan dana yang telahdikeluarkan tersebut dan tentunya cara cara
yangdigunakan mengarah pada tindak pidan korupsi.Atas keadaan keadaan diatas penulis tertarik
untuk mencoba menyusun sebuah tulisan mengenai pemberantasan korupsi secara komprehensif

2.LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Korupsi


Korupsi secara etomologis berasal dari bahasaLatin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,memutarbalik, menyogok). Secara harfiah,
korupsiadalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang
secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri ataumemperkaya mereka yang dekat
dengannya,dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yangdipercayakan kepada
mereka.Kemudian Robert Klitgaard dalam bukunyaControlling Corruption (1998) yang dikutip
olehWiwit (2010) mendefinisikan korupsi sebagai"tingkah laku yang menyimpang dari tugas-
tugasresmi sebuah jabatan Negara karena keuntunganstatus atau uang yang menyangkut
pribadi(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri);atau untuk melanggar aturan-aturan
pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi". Menurut KomberlyAnn Elliott dalam Corruption
and The GlobalEconomy yang dikutip oleh Wiwit (20101)menyajikan definisi korupsi,
yaitu"menyalahgunakan jabatan pemerintahan untuk keuntungan pribadi".Dari sudut pandang
hukum, tindak pidanakorupsi yang diatur dalam Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mencakup unsur-unsur sebagai berikut:a)perbuatan
melawan hukum;
b)penyalahgunaan kewenangan kesempatan,atau sarana;
c)memperkaya diri sendiri, orang lain, ataukorporasi;d)merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di
antaranya:a)memberi atau menerima hadiah atau janji(penyuapan); b)penggelapan dalam
jabatan;c)pemerasan dalam jabatan;d)ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawainegeri atau
penyelenggara negara);e)menerima gratifikasi (bagi pegawai negeriatau penyelenggara
negara)Sedangkan berdasarkan syed husen alatas(1997) yang dikutip
didalamhttp://leinadunam.blogspot.com/2010/05/memahami-korupsi-dan-modus-
operandinya.html secarasosiologis korupsi terdiri dari

:a) Korupsi transaktif (transactivecorruption)Jenis korupsi ini disebabkan olehadanya


kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungankedua belah
pihak dan secara aktif merekamengusahakan keuntungan tersebut.
b) Korupsi yang memeras (extortivecorruption)Pemerasan adalah korupsi di mana pihak pemberi
dipaksa menyerahkan uangsuapuntuk mencegah kerugian yang sedangmengancam dirinya,
kepentingannya atausesuatuyang berharga baginya.
c) Korupsi defensif (defensive corruption)Orangyang bertindak menyeleweng karena jika tidak
dilakukannya, urusan akanterhambat atauterhenti (perilaku korban korupsi dengan pemerasan,
jadi korupsinya dalamrangkamempertahankan diri).
d) Korupsi investif (investivecorruption)Pemberian barang atau jasa tanpamemperoleh
keuntungan tertentu, selain keuntungan yang masih dalam angan-angan atau yang dibayangkan
akan diperoleh di masa mendatang.
e) Korupsi perkerabatan atau nepotisme(nepotistic corruption)Jenis korupsi inimeliputi
penunjukan secara tidak sah terhadap Sanak-Saudara atauteman dekat untuk menduduki jabatan
dalam pemerintahan.Imbalan yang bertentangan dengan norma dan peraturan itu mungkin dapat
berupa uang,fasilitas khusus dan sebagainyaf) Korupsi otogenik (autogeniccorruption)Bentuk
korupsi yang tidak melibatkan orang lain dan pelakunya hanyasatu orangsaja.g)Korupsi
dukungan (supportive corruption) Korupsi yang dilakukan untuk melindungi ataumemperkuat
korupsi yang sudah adamaupun yangakan dilaksanakan.

2.2 Penyebab Korupsi


Banyak teori yang membahas mengenai penyebab timbulnya korupsi. Teori GONE
yangdicetuskan oleh Jack Bologne menguraikan bahwaakar penyebab korupsi berasal dari
greed(keserakahan), opportunity (kesempatan), need (kebutuhan) dan Exposes (hukuman).
Keserakahan timbul karena adanya sifat tidak pernah puas yang dimiliki oleh manusia. Dengan
penghasilan yang sudah tinggi pun jika dikuasai keserakahan yang dilandasi akan rasa tidak
pernah puas akan kebutuhan yang dipenuhi maka korupsi pun akan dilakukan. Contoh yang
ditemui baru baru ini adalah pada kasus Suap kepada mantanKepala SKK Migas yang berinisial
RR, sebagaikepala SKK Migas dan komisaris Bank Mandirigaji yang diperoleh berkisar 260 juta
perbulantetapi dengan penghasilan tersebut RR diduga maumenerima suap dari Kernel Oil.
Kesempatan merupakan suatu keadaan yangmenjadi faktor penarik tindakan kriminal. Didalam
tindak pidana korupsi, kelemahan peraturan ataupun kekuasaan yang dimiliki menjadikan
seseorang memiliki kesempatan untuk melancarkan aksinya. Need atau kebutuhan merupakan
salah satu penyebab lain dari korupsi. Jika pada keserakahan didorong oleh rasa tidak pernah
puas, makakebutuhan menyebabkan korupsi dikarenakanadanya keadaan yang mengharuskan
seseoranguntuk memberanikan diri melakukan perbuatankorupsi tersebut.Ekposes/ hukuman
menjadi salah satu penyebab korupsi karena jika hukuman yangditerapkan kepada para koruptor
lemah ataupun penegakan hukumnya bisa dilakukan hanky pankytentunya tidak aka efek jera
dalam penindakankorupsi tersebut. Pada tulisan ini akan dibahassecara khusus mengenai langkah
langkah yang bisadilakukan untuk memperbaiki penegakan hukumtersebut.Keempat faktor
greed, opportunity, need danexpose diatas bisa saling berdiri sendiri atau bisa juga timbul
menjadi faktor faktor yang salingmendukung untuk mendorong seseorangmelakukan perbuatan
korupsi.

2.3 Dampak Korupsi


Menurut Soejono Karni (2010) pada bloghttp://soejonokarni.wordpress.com/category/11-sebab-
akibat-praktek-korup-dan-korupsi/ dampak dampak yang ditimbulkan oleh perbuatan
korupsiadalah :

Merusak Sistem Tatanan Masyarakat, Norma- Norma Masyarakat Dirusak OlehPersekongkolan-
Persekongkolan. KorupsiCenderung Menggerogoti Pemerintah yangDidukung Publik

Masyarakat Sebagian Besar Menderita Baik Dalam Dunia Ekonomi, Administrasi,Politik dan
Hukum

Terjadi Biaya Ekonomi Tinggi

Sulit Meningkatkan Efisiensi

Kemiskinan

Banyak Orang Yang Menjadi Putus Asa DanFrustasiSedangkan K.A. Abbas (2010) menguraikan
bahaya bahaya akibat korupsi adalah :K.A Abbas (1975), korupsi berakibat sangat berbahaya
bagi kehidupan manusia, baik aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, danindividu.
Bahaya korupsi bagi kehidupandiibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah,
sehingga si empunya badan harusselalu melakukan “cuci darah” terus menerus jika
iamenginginkan dapat hidup terus. Secaraaksiomatik, akibat korupsi dapat dijelaskan seperti
berikut:a. Bahaya korupsi terhadap masyarakatdan individu.Jika korupsi dalam suatu masyarakat
telahmerajalela dan menjadi makanan masyarakat setiaphari, maka akibatnya akan menjadikan
masyarakattersebut sebagai masyarakat yang kacau, tidak adasistem sosial yang dapat berlaku
dengan baik.Setiap individu dalam masyarakat hanya akanmementingkan diri sendiri (self
interest), bahkanselfishness. Tidak akan ada kerjasama dan persaudaraan yang tulus. b. Bahaya
korupsi terhadap generasi muda.Salah satu efek negatif yang paling berbahayadari korupsi pada
jangka panjang adalah rusaknyagenerasi muda. Dalam masyarakat yang korupsitelah menjadi
makanan sehari-harinya, anak tumbuh dengan pribadi antisosial, selanjutnyagenerasi muda akan
menganggap bahwa korupsisebagai hal biasa (atau bahkan budayanya),sehingga perkembangan
pribadinya menjadi
3.Perumusan Masalah
Agar permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan skripsi mencapai tujuan
yang diinginkan maka perlu disusun perumusan masalah yang didasarkan pada uraian latar
belakang. Adapun perumusan masalah dalam skripsi ini adalah: 1.Bagaimana peranan normatif
Kejaksaan, Kepolisian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam penanganan Tindak
Pidana Korupsi? Apakah ada karakteristik tertentu tentang Tindak Pidana Korupsi yang harus
diselesaikan di kejaksaan, kepolisian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ?

4.Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian, terdapat tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.Tujuan Obyektif a.Mendeskripsikan peranan normatif kejaksaan, kepolisian, dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam penanganan Tindak Pidana Korupsi.b.Mendeskripsikan
dan menjelaskan adanya karakteristik tertentu tentang Tindak Pidana Korupsi yang harus
diselesaikan oleh kejaksaan, kepolisian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).2.Tujuan
Subyektif.a.Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan guna penulisan penelitian,
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana dalam bidang ilmu hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.b.Menambah pengetahuan penulis dalam
penulisan ilmu hukum. c.Membandingkan materi hukum yang diterima di perkuliahan dengan
kenyataan sehari-hari di lapangan.

5. PENUTUP
Pada bab ini berisi: kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai