Modus korupsi sesungguhnya merupakan suatu manipulasi jabatan publik untuk
keuntungan pribadi. Mereka menggunakan kewenangan menentukan kebijakan publik
semata demi kepentingan sendiri. Peran KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan BPK ( Badan Pemeriksa Keuangan) dalam hal ini sangat berpengaruh untuk menghentikan laju pertumbuhan korupsi. Berdasarkan besaran uang yang dikorupsi pada kasus berita yang diberikan hal ini termasuk dalam klasifikasi petty corruption yaitu merupakan Penyalahgunaan kekuasaan oleh pegawai publik dalam interaksi mereka dengan warga masyarakat yang sering mengakses layanan barang atau jasa di tempat-tempat seperti rumah sakit, sekolah, kantor polisi dan lainnya. Jumlah uang yang dikorupsi tidak besar namun praktiknya terus- menerus. Pada paparan berita menitik beratkan korupsi yang terjadi di ranah pemerintahan (sektor publik), yang dilakukan oleh pegawai negeri dan pejabat publik dengan cara menyalah gunakan wewenangnya demi mencari keuntungan pribadi ataupun kelompok tertentu, dengan mengorbankan hak masyarakat serta merugikan negara. Karena melanggar hukum, maka korupsi harus ditindak secara hukum pula. Konteks tersebut mengarah pada Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). Perbuatan korupsi tersebut yaitu melakukan penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power . karena perbutana tersebut hal ini merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Pada berita tersebut pejabat tinggi merupakan pegawai rumah sakit yang menyeret belasan KaDes. Penyebab lain dalam berita tersebut yaitu Birokrasi yang tidak efisien berarti banyak peraturan yang tidak perlu, yang harus dipenuhi oleh publik. Semakin berbelit peraturan, dan juga tidak transparannya peraturan, maka semakin besar peluang terjadinya korupsi karena petugas yang berperan dalam menjalankan peraturan, memiliki otoritas atau kekuasaan untuk mempercepat ataupun memperlambat proses birokrasi sehingga membuka peluang korupsi. Dengan transparansi, semakin mudah untuk memahami alur birokrasi dan mendeteksi kecurangan yang terjadi. Dengan transparansi, akuntabilitas pengambil keputusan juga bisa diamati. Obyektivitas maupun subyektivitas, kesesuaian dengan aturan, dapat diamati, sehingga menjadi benteng untuk mencegah korupsi. Agar tidak terjadi tindakan korupsi, kita dapat memahami prinsip yang menjadi dasar utama dalam membangun system yang bersinggungan langsung dalam lingkup social masyarakat seperti akuntabilitas bekerja sesuai aturan dan pelaksanaan kerja, Tranparansi atau keterbukaan sehingga segala informasi yang ada dapat diaskes sebagai bentuk kontrol terhadap potensi penyimpangan, kewajaran atau bentuk penganggaran yang sesuai dengan kebutuhan, kebijakan atau aturan yang telah ditetapkan, serta kontrol kebijakan atau upaya sebuah kebijakan yang efektif dijalankan.