Abstrak
Membicarakan korupsi di Indonesia rasanya tidak akan ada habisnya, mengingat kasus
yang terjadi secara beruntun terus bermunculan di sana-sini baik di lingkungan privat
maupun di lingkungan birokrasi pemerintahan tampaknya sudah menjadi hal yang biasa,
bukan hal yang luar biasa sehingga penyelesaiannya dituntut luar biasa pula. Sikap yang
melihat adanya kasus korupsi sebagai hal yang biasa menjadi pemicu melemahnya
pemberantasan korupsi. Sebagai contoh kasus bank century yang semakin melemah dari
proses hukum dan bahkan dari pihak penegak hukum sendiri telah memberikan warning
bahwa kasus bank century belum cukup bukti untuk di bawa ke meja hijau. Dengan
semakin banyaknya kasus-kasus korupsi yang sulit diberantas atau kalau toh dapat diadili
hukuman yang diberikan tidak memberikan efek jera jelas akan berdampak pada
perekonomian Indonesia di satu sisi, dan di sisi lain akan menurunkan kredibilitas bangsa
Indonesia di percaturan internasional.
A. Pendahuluan
Salah satu kasus korupsi yang menyedot perhatian sangat besar adalah
mencuatnya kasus bank century yang ditengarai melibatkan berbagai pejabat dan
diyakini sebagai rentetan peristiwa perseteruan lembaga penegak hukum antara KPK
ketiga aparat penegak hukum tersebut, mengemukanya persoalan bank century juga
ditengarai tidak terlepas dari persoalan politik. Hal tersebut tampak dengan
digesernya Sri Mulyani dari posisi Menteri Keuangan digantikan oleh Agus
track record Sri Mulyani saat memimpin Kementrian Keuangan yang sangat bagus,
terlebih pernah terpilih sebagai Menteri Keuangan terbaik se Asia dan termasuk
sebagai 10 perempuan berpengaruh di dunia, rasanya Sri Mulyani adalah “korban”
yang mengirinya, seperti mencuatnya kasus korupsi yang menimpa salah satu anggota
DPR yang getol menggoalkan bank Century untuk diproses dan kasus-kasus lain
sampai dengan munculnya kasus Gayus yang juga menyita perhatian cukup besar,
meski nilai uang yang dikorupsi tidak sebesar kasus bank Century. Oleh para
beberapa waktu lalu aparat penegah hukum menyatakan bahwa kasus bank Century
Dengan melemahnya kasus bank Century, saat ini masyarakat sedang dibawa ke
ranah Gayus yang nilainya korupsinya jauh di bawah bank Century. Akan tetapi
melihat prosesnya, tampaknya kasus Gayus dikuatirkan juga akan melemah begitu
saja. Sebab kasus Gayus diduga juga melibatkan beberapa petinggi di ketiga institusi
penegah hukum seperti Kejaksaan, Kepolisian dan KPK. Tidak tuntasnya kasus-kasus
korupsi yang ditangani aparat penegak hukum jelas akan membawa kerugian di
sektor perekonomian kita. Jika kasus tersebut bisa diselesaikan dan kerugian negara
Perekonomian Hatta Rajasa yang mengatakan bahwa untuk mengatasi dampak krisis
pangan pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar 2 triliun yang bersumber dari
APBN 2010, terdiri dari cadangan beras 1 triliun dan dana stabilisasi sebesar 1 triliun
(Suara Merdeka, 14 Agustus 2010). Seandainya dana yang dikorupsi (jumlahnya
diperkirakan lebih dari 3 triliun) bisa segera dikembalikan ke kas Negara maka untuk
B. Permasalahan
C. Pembahasan
di meja hijau secara tidak memuaskan, menjadikan korupsi sebagai kasus yang
penyelesaiannya sangat rumit, pelik, berbelit dan membutuhkan waktu cukup lama.
Kesulitan lain yang mengakibatkan korupsi sukar diberantas sampai tuntas adalah
para pelakunya adalah orang-orang berduit, berpendidikan tinggi dan mengerti hukum
sehingga mereka mampu mencari celah untuk menghindar dari jerat hukum.
memberatas tindak pidana korupsi secara efektif, maka perlu diketahui terlebih
dahulu definisi, penyebab dan upaya pemberantasannya. Korupsi itu sendiri berasal
dari bahasa latin comrumpere, yang berarti penyimpangan dari kesucian (profanity),
kecurangan. Oleh Klitgaard (2005), korupsi diartikan sebagai memungut uang bagi
korupsi diterjemahkan sebagai perilaku pejabat publik, politikus atau pegawai negeri
yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka
yang dekat dengan dirinya, dengan cara menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku menyimpang baik yang berasal
dari ajakan atau niatan sendiri yang dilakukan secara sendiri atau bersama-sama
untuk mendapatkan keuntungan atau memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan
cara, baik sengaja maupun tidak sengaja melanggar aturan atau norma yang berlaku.
Bila korupsi berkembang sedemikian rupa sehingga hak milik tidak lagi dihormati,
aturan hukum dianggap remeh dan insentif untuk investasi menjadi kacau, maka
korupsi terdiri atas (1) suap menyuap (2) penyalahgunaan jabatan (3) pemerasan (4)
kecurangan (5) benturan kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa dan (6)
pemberian hadiah/gratifikasi.
hal yang sangat mungkin dialami oleh negara berkembang antara lain :
berkurangnya hasrat untuk terjun ke bidang usaha dan pasar nasional mengalami
kelesuan.
stabilitas politik
3) Karena adanya kesengajaan di antara para pejabat untuk menerima suap dan
perintah atau izin dari pejabat yang lebih tinggi. Dan pada saat izin diberikan,
Seharusnya tugas ini dilaksanakan melalui mekanisme checks and balances yang
dilakukan oleh lembaga politik lembaga legislatif dan komponen di luar birokrasi.
Akan tetapi lembaga tersebut justru menjadi bagian dari persoalan dalam
3) Model birokrasi
Kelemahan utama pada model ini adalah tidak mengenal perbedaaan antara
pilih di dalam menangani kasus korupsi, meskipun aturan hukumnya sudah ada
dan jelas.
5) Partisipasi masyarakat
kurang diawasi dan dikontrol terutama oleh lembaga di luar eksekutif, legislatif
Faktor tersebut masih menjadi pro dan kontra, karena banyak juga para birokrat
yang jumlah kekayaan sudah lebih dari cukup/kaya masih melakukan korupsi.
gaji tidak selalu efektif dapat meredam nafsu para birokrat melakukan
korupsi.
Berdasarkan penyebab terjadinya tindak pidana korupsi, maka secara umum ada
3 hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya korupsi, antara lain :
dan pada saat yang sama membenahi birokrasi sehingga celah-celah yang dapat
3) Cara moralistik
Dapat dilakukan secara umum melalui pembinaan mental dan moral manusia,
1. Menyingkirkan orang-orang yang tidak jujur. Ini dapat dilakukan dengan cara
menghindari nepotisme.
b. Menerapkan sistem pemberian imbalan dan sanksi (reward and punishment) bagi
pelaksana.
Selanjutnya oleh Teten Masduki (dalam Klitgaard, et.al, 2005) diusulkan upaya
(Kartono, 2005) untuk membasmi korupsi. Kalau tidak ada pemimpin di tingkat
b. Pemberantasan korupsi harus dimulai dari apa yang paling mudah dilakukan
bukan apa yang harus diprioritaskan, supaya ada keberhasilan yang bisa segera
pemberantasan korupsi.
c. Perang melawan korupsi sistematis harus menjadi bagian dari perbaikan yang
pengadilan yang harus membuktikan apakah yang bersangkutan bersalah atau tidak
terbalik, maka yang bersangkutan yang disangka melakukan tindak pidana korupsi
D. Kesimpulan
korupsi merupakan penyakit sebagai akibat dari adanya tindakan atau perbuatan jahat
yang dapat menjangkiti siapa saja baik lembaga publik maupun swasta dan dapat
melumpuhkan semua sendi-sendi kehidupan negara dan kemasyarakatan. Oleh karena itu
agar pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi dapat dilakukan secara cepat,
efektif dan efisien, tidak rumit, dan tidak bertele-tele, maka sangat mendesak untuk
segera diterapkan asas pembuktian terbalik. Karena jika pencegahan dan pemberantasan
korupsi hanya jalan ditempat atau kalau toh berhasil diselesaikan hasilnya tidak
memuaskan, maka secara langsung akan berdampak pada tingkat kesejahteraan dan
pertumbuhan masyarakat. Di samping itu pencegahan korupsi yang bertele-tele jelas akan
DAFTAR PUSTAKA
Lopa, Baharuddin, 2002. Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum, Penerbit Kompas
Jakarta.
Suara Merdeka, 14 Agustus 2010, Rp 2 Triliun untuk Atasi Dampak Krisis Pangan.