Anda di halaman 1dari 4

Tugas Minggu Ke-13

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Pengantar Administrasi Publik

Dosen Pengampu:
Melda Fadiyah Hidayat, M.P.A.

Oleh:
Riandharu Ari Pratista (23040674069)

Kasus Permasalahan Etika Administrasi

KELAS 2023 B
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
I. Kasus Pelanggaran Etika

Pelanggaran Etika Pejabat Publik Studi Kasus Korupsi


Bupati Probolinggo Puput Tantriana
Bupati Probolinggo yaitu Puput Tantriana menjalani jabatan pada periode keduanya di
tahun 2018-2023, jabatan pertama dijalankan pada tahun 2013-2018. Sebelumnya, posisi Bupati
Probolinggo dipegang oleh suaminya sendiri yaitu Hasan Aminudin yang sempat menjabat
sebanyak dua periode. Pada tahun 2018, pasangan Puput Tantriana dan Timbul Prihanjoko
memenangkan Pilkada Probolinggo dengan perolehan suara unggul sebesar 57,6%. Namun,
ditengah periode menjabat Bupati Probolinggo Puput Tantriana terlibat kasus suap jual-beli
jabatan, gratifikasi, serta tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang dapat dikategorikan sebagai
pelanggaran etika pejabat publik.

Dalam kasus ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan bahwa Bupati
Probolinggo Puput Tantriana memberlakukan tarif jabatan kepala desa di Probolinggo. Setiap
ASN yang ingin duduk di posisi tersebut maka akan diminta uang upeti sebesar Rp20 juta dan
tanah kas desa sebesar Rp5 juta per hektar.

Hal ini menjadi cerminan bahwasanya Bupati Probolinggo Puput Tantriana menyalahgunakan
kekuasaannya (abuse of power) demi memperkaya dan menguntungkan dirinya. Berdasarkan
standar etika pejabat publik, sudah jelas bahwa Puput Tantriana ini menyelewengkan
kekuasaannya dan melanggar standar etika pejabat publik. Etika bagi para pejabat publik sudah
seharusnya menjadi dasar atau landasan dalam bertindak, berperilaku, serta melayani seluruh
masyarakat dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Pejabat publik atau para pemimpin ini juga nantinya akan menjadi contoh atau patron yang akan
menjadi teladan banyak orang mulai dari bawahan hingga masyarakat dalam berkelakuan dan
bertindak. Berkaca dari kasus korupsi pada kasus ini, Bupati Nonaktif Puput Tantriana sudah
tidak lagi dinilai sebagai sosok pemimpin yang bisa dijadikan panutan atau contoh yang baik.

Kemudian, fakta bahwa adanya penggunaan uang masyarakat yang menuntut pejabat publik
harus memberikan yang terbaik pula kepada masyarakat. Namun, Puput Tantriana tidak
memegang teguh amanah dari masyarakat sebagai Bupati Probolinggo. Selanjutnya, pejabat
publik mampu meningkatkan kepercayaan publik (public trust) yang menjadikan jabatannya
lebih efektif. Lain halnya yang dilakukan Bupati Nonaktif Puput Tantriana dalam kasus ini, ia
terbukti melanggar peraturan perundang-undangan serta tidak berperilaku jujur dengan
menerima suap jual-beli jabatan, gratifikasi, serta tindak pidana pencucian uang (TPPU) terkait
seleksi jabatan di Pemerintah Kabupaten Probolinggo pada tahun 2021 yang akan menurunkan
kepercayaan publik akan seorang pejabat publik dalam menjalankan tugas dan mengemban
wewenangnya. Secara otomatis, pelanggaran sumpah jabatan juga terjadi demi kepentingan
pribadi.
Disamping itu, sanksi dari pelanggaran etika yang ada hingga kini belum bisa memberikan efek
jera, sehingga pada kenyataannya kini terus bermunculan kabar terkuaknya kasus pejabat publik
yang melanggar etika. Kasus korupsi yang kini sedang hangat diperbincangkan yaitu kasus
korupsi oleh Bupati Nonaktif Puput Tantriana. Oleh sebab itu, terlihat bahwa pemerintah kurang
maksimal dalam memanifestasikan etika publik, sehingga etika pejabat publik yang urgensinya
tergolong penting ini harus terus dioptimalisasi untuk meminimalisir tindakan melanggar etika
publik kedepannya.

II. Cara Alternatif

Kasus etika korupsi Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari dan suaminya, Hasan
Aminuddin, merupakan kasus yang sangat disayangkan. Kasus ini menunjukkan bahwa masih
ada oknum pejabat publik yang tidak memiliki integritas dan etika yang baik.

Secara hukum, kasus ini telah diselesaikan melalui proses peradilan. Puput dan Hasan telah
divonis bersalah dan dijatuhi hukuman penjara. Namun, dari segi etika, kasus ini masih
menyisakan beberapa pertanyaan.

1. Apakah hukuman penjara yang diberikan kepada Puput dan Hasan sudah cukup untuk
memberikan efek jera?
2. Apakah ada upaya untuk memperbaiki sistem yang memungkinkan terjadinya kasus ini?

Berikut ini adalah beberapa cara alternatif untuk menyelesaikan kasus etika korupsi Bupati
Probolinggo:

 Pemulihan nama baik korban

Salah satu dampak dari kasus ini adalah hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah daerah. Oleh karena itu, penting untuk melakukan upaya pemulihan nama baik
korban, yaitu para calon kepala desa yang telah menyerahkan uang suap kepada Puput dan
Hasan. Upaya pemulihan nama baik korban dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan memberikan bantuan hukum dan pendampingan psikologis.

 Reformasi sistem pemerintahan

Kasus ini menunjukkan bahwa sistem pemerintahan di Kabupaten Probolinggo masih


memiliki celah yang memungkinkan terjadinya korupsi. Oleh karena itu, penting untuk
melakukan reformasi sistem pemerintahan di Kabupaten Probolinggo. Reformasi sistem
pemerintahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pemerintahan, serta memperkuat pengawasan terhadap pejabat
publik.
 Pendidikan antikorupsi

Kasus ini juga menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang tidak memiliki
pemahaman yang baik tentang korupsi. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pendidikan
antikorupsi kepada masyarakat. Pendidikan antikorupsi dapat dilakukan melalui berbagai cara,
misalnya dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan tentang korupsi. Pemerintah daerah,
masyarakat, dan seluruh komponen bangsa perlu bekerja sama untuk menyelesaikan kasus etika
korupsi Bupati Probolinggo. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan kasus ini dapat menjadi
pelajaran bagi kita semua untuk membangun pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

III. Upaya Solusi


Untuk mengatasi permasalahan etika tersebut, adapun upaya – upaya mengendalikannya
dapat dilakukan antara lain dengan:
1. Mewujudkan good governance dan good corporate governance.
2. Laporan kekayaan penyelenggara negara (diumumkan di Lembaran Negara, diaudit,
ditindaklanjuti, dilihat kelayakannya sebelum, sewaktu, sesudah menjabat, dan ditindak
dengan sanksi – sanksi yang sesuai) diatur oleh KPKPN
3. Keberanian “whistle blower”
4. Pembatasan pasca ikatan kerja

Anda mungkin juga menyukai