Penyebab efek pita merah adalah bersifat internal, yaitu dari birokrasi itu sendiri.
Coba Saudara temukan contoh penyakit administrasi yang berekses pita merah dalam
praktek birokrasi di negara kita.
Birokrasi di Indonesia tidak pernah lepas dari permasalahan, permasalahan yang ada
pun masih sama dari zaman dahulu. Saat ini pemerintah baik pusat maupun daerah
menghabiskan lebih dari setengah anggarannya untuk birokrasi.Pengeluaran ini tidak diikuti
dengan kinerja birorasi yang optimal. Di Negara dan pemerintahan manapun, para anggota
birokrasi disebut sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat. Dengan predikat demikian,
mereka diharapkan dan dituntut menampilkan perilaku yang sesuai dengan peranannya selaku
abdi tersebut. Keseluruhan perilaku para anggota birokrasi tercermin pada pelayanan kepada
seluruh masyarakat. Karena penerapan prinsip fungsionalisasi, spesialisasi dan pembagian
tugas, sudah barang tentu terdapat bagian masyarakat yang menjadi “clientele” suatu instansi
tertentu. Sebagai prinsip dapat dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh birokrasi
kepada para masyarakat harus bersifat adil, cepat, ramah dan tanpa diskriminasi.
Karena itu, ungkapan yang mengatakan bahwa para pegawai negeri adalah untuk
melayani dan bukan untuk dilayani, hendaknya terwujud dalam praktik administrasi
pemerintahan sehari-hari, sebab apabila tidak ada, ungkapan tersebut hanya akan menjadi
slogan tanpa makna. Dengan kata lain, teramat penting untuk mengupayakan agar para
anggota birokrasi menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan peranannya selaku abdi
negara dan abdi masyarakat. Dari segi inilah, penting dipahami patologi birokrasi yang ber-
sumber dari keperilakuan. Pemahaman perilaku dalam kaitannya dengan patologi birokrasi,
mutlak perlu disoroti dari sudut pandang etos kerja dan kultur organisasi yang berlaku dalam
suatu birokrasi tertentu. Dewasa ini, Berbagai keluhan dan kritikan mengenai kinerja
birokrasi memang bukan hal baru lagi, karena sudah ada sejak zaman dulu.
Birokrasi lebih menunjukkan kondisi empirik yang sangat buruk, negatif atau sebagai
suatu penyakit (bureau patology), seperti Parkinsonian (big bureaucracy), Orwellian
(peraturan yang menggurita sebagai perpanjangan tangan negara untuk mengontrol
masyarakat) atau Jacksonian (bureaucratic polity), ketimbang citra yang baik atau rasional
(bureau rationality), seperti yang dikandung misalnya, dalam birokrasi Hegelian dan
Weberian. penyakit birokrasi bersumber dari rekruitmen dan penempatan birokrat yang tidak
berdasarkan merit system (berdasarkan jenjang karir). Selain itu keterlibatan birokrasi dalam
politik dianggap sebagai hal yang harus diwaspadai karena birokrasi bukanlah institusi atau
lembaga yang bisa mewakilkan kepentingan kelompok atau golongan tertentu. Secara makro
atau nasional persoalan birokrasi di Indonesia lebih di dominasi karena kurangnya pemisahan
atau segresi yang jelas antara kepentingan politik dan administrasi. Citra buruk tersebut
semakin diperparah dengan isu yang sering muncul ke permukaan, yang berhubungan dengan
kedudukan dan kewenangan pejabat publik, yakni korupsi dengan beranekaragam bentuknya,
serta lambatnya pelayanan, dan diikuti dengan prosedur yang berbelit-belit.
6. Kualitas pelayanan publik yang masih belum memenuhi harapan publik. Dijelaskan,
pelayanan publik bisa dalam bentuk perizinan, pelayanan dasar, ataupun pelayanan
jasa, menjadi tanda kehadiran pemerintah di masyarakat. Pelayanan publik yang buruk
akan memberikan kesan bahwa pemerintah tidak memperhatikan kebutuhan
masyarakat.