Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323917518

Korupsi dalam Birokrasi dan Strategi Pencegahannya

Article in Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial · December 2017
DOI: 10.25139/jmnegara.v1i2.784

CITATIONS READS

5 27,376

1 author:

Fatkhuri Fatkhuri
Universitas Pembanguan Nasional "Veteran" Jakarta
10 PUBLICATIONS 10 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Education Policy View project

Konsep Dasar Sosiologi dan Antropologi: Teori dan Aplikasi View project

All content following this page was uploaded by Fatkhuri Fatkhuri on 26 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

Korupsi Dalam Birokrasi dan Strategi Pencegahannya

Fatkhuri
Dosen FISIP Universitas Pembangunan Nasional ―Veteran‖ Jakarta
fatkhuri@ymail.com

ABSTRAK

Korupsi dalam pelayanan publik telah menjadi masalah cukup serius di Indonesia.
Korupsi dalam konteks pelayanan publik disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu eksternal
dan internal. Faktor eksternal karena adanya keinginan masyarkat untuk mendapatkan
pelayanan secara cepat dalam berbagai urusan seperti pengurusan perijinan dan sejenisnya.
Rentang kerja birokrasi yang panjang dan berbelit-belit (red-tape) menyebabkan masyarakat
tidak sabar dan menginginkan proses yang cepat dan efisien. Sedangkan faktor internal lebih
menitikberatkan pada adanya fenomena rentang birokrasi yang panjang dengan sengaja
dimanfaatkan oleh oknum-oknum di birokrasi untuk memperoleh keuntungan secara ilegal.
Strategi dalam upaya mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan dua hal: pertama
penguatan kelembagaan internal birokrasi. Penguatan kelembagaan internal birokrasi dalam
rangka mewujudkan birokrasi yang profesional. Birokrasi profesional harus dijalankan
dengan menerapkan aturan-aturan yang ketat dan pelaksanaanya dikontrol oleh atasan secara
ketat, dan tenaga pelayanan birokrasi harus ditopang oleh orang-orang yang memiliki
kompetensi memadai. Kedua penguatan kapasitas sumber daya manusia yang mendorong
birokrasi diisi oleh orang-orang yang profesional. Sumber daya manusia yang profesional
adalah pegawai yang bekerja dengan pengetahuan dan kompetensi yang memadai dan
memiliki integritas yang unggul. Penguatan kapasitas sumber daya manusia dilakukan
melalui profesional development program dan character building program.

Kata Kunci : Birokrasi, korupsi, pelayanan publik

ABSTRACT

Corruption in public services has become quite a serious problem in Indonesia.


Corruption in the context of public services is caused by two main factors, namely external
and internal. External factors due to the desire of the community to get services quickly in
various affairs such as licensing and similar arrangements. The long and tedious
bureaucratic work span (red-tape) causes the community to be impatient and wants a fast
and efficient process. While the internal factors are more focused on the phenomenon of long
bureaucratic range deliberately exploited by the elements in the bureaucracy to gain profits
illegally. Strategies in preventing and combating corruption are two things: first
strengthening the internal institution of the bureaucracy. Strengthening the internal
institution of bureaucracy in order to realize a professional bureaucracy. Professional
bureaucracies must be run by applying strict rules and their execution is controlled by
superiors strictly, and bureaucratic service personnel should be sustained by those with
sufficient competence. Both the strengthening of the human resources capacity that drives the

Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 65
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

bureaucracy is filled by professional people. Professional human resources are employees


who work with sufficient knowledge and competence and have superior integrity. Capacity
building of human resources is done through professional development program and
character building program.

Keywords: Bureaucracy, corruption, public service

A. PENDAHULUAN
Korupsi di Indonesia seperti berbagai urusan seperti pengurusan
penyakit yang sudah sangat akut. perijinan dan sejenisnya. Faktor internal
Berbagai penawar sudah diberikan, akan lebih menitikberatkan pada adanya
tetapi penyakit tersebut tak kunjung fenomena bahwa rentang birokrasi yang
sembuh. Praktik korupsi telah menggejala panjang dengan sengaja dimanfaatkan oleh
dan telah menjangkiti hampir di semua lini oknum-oknum di birokrasi untuk
kehidupan, tak terkecuali pada ranah mempersulit dan memperlama proses
pelayanan publik di Birokrasi pengurusan administrasi. Di sinilah
Pemerintahan. Sektor pelayanan publik peluang korupsi kemudian terjadi ketika
menjadi salah satu lahan yang paling kebutuhan untuk mendapatkan layanan
basah terkait korupsi ini. Sehingga tidak secara cepat dari masyarakat datang, pada
mengherankan, jika kasus-kasus seperti saat bersamaan disambut dengan adanya
pungutan liar, gratifikasi, dan sejenisnya keinginan oknum tertentu di birokrasi
kerapkali terjadi di area ini. Alhasil, untuk mengeruk keuntungan secara ilegal.
birokrasi tidak lagi berjalan efektif dan Seiring gencarnya kampanye
efisien. Birokrasi pada akhirnya hanya tentang pencegahan dan pemberantasan
menjadi pelayan penguasa dan oknum- korupsi di Indonesia, harus diakui bahwa
oknum yang menghalalkan segala cara. korupsi saat ini bisa dikatakan telah
Korupsi sebagaimana digambarkan oleh menjadi musuh bersama (common enemy)
Larmour (2007) menjauhkan diri dari tipe seluruh masyarakat. Secara umum,
ideal sebuah negara yang semestinya harus masyarakat Indonesia menyadari bahwa
memenuhi fungsi-fungsi keadilan dalam korupsi merupakan masalah yang harus
pelayanan publik (the fairness of public diperangi. Mereka sepakat bahwa korupsi
service), persamaan terhadap masyarakat adalah perbuatan yang sangat merugikan.
(the equality of society), dan kemerdekaan Korupsi inilah yang menjadi penghambat
dalam kompetisi ekonomi (the freedom for kemajuan negara dan membuat
economic competition) masyarakat tetap dalam kondisi miskin.
Korupsi di sektor pelayanan Namun demikian, dalam praktiknya tidak
publik umumnya lebih disebabkan oleh semua masyarakat ―dapat‖ terhindar dari
dua faktor utama, yaitu eksternal dan problem korupsi ini. Artinya, secara
internal. Faktor eksternal karena adanya persepsi masyarakat membenci korupsi,
keinginan masyarakat untuk memperoleh akan tetapi dalam konteks pengalaman
proses pelayanan yang cepat dalam atau praktik, belum semua masyarakat

66 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

mampu mewujudkan apa yang menjadi dari seluruh komponen bangsa. Makalah
kepercayaannya tersebut. Berdasarkan ini akan mengebalobarsi secara mendalam
data hasil survei tahun 2015 yang dirilis terkait fenomena korupsi dalam pelayanan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun publik di Indonesia. Fokus kajian akan
2016, Indeks Perilaku Anti Korupsi menekankan pada beberapa aspek
(IPAK) masyarakat Indonesia dilihat dari sebagaimana diuraikan dalam rumusan
aspek persepsi terhadap anti korupsi masalah berikut. Ada pun Rumusan
mengalami kenaikan. Akan tetapi, hal Masalah dari penelitian ini adalah sebagai
tersebut belum diiringi dengan tindakan, di berikut : Motif apa yang melatarbelakangi
mana dalam survei tersebut menunjukkan adanya praktik-praktik korupsi dalam
tindakan yang tidak selaras dengan apa pelayanan publik dan apa strategi untuk
yang dipersepsikan masyarakat yang mencegah perilaku/tindakan korupsi?
tercermin dari Indeks pengalaman
terhadap praktik korupsi yang justru B. KERANGKA TEORI
memperlihatkan kenyataan sebaliknya. 1.Konsep Birokrasi
IPAK disusun berdasarkan dua dimensi Birokrasi merupakan organisasi
utama yakni persepsi dan pengalaman. pemerintah yang berfungsi untuk
Indeks Persepsi cenderung meningkat dari melaksanakan kebijakan-kebijakan dan
kondisi 2014 ke 2015, sebaliknya pada pada umumnya berkaitan dengan fungsi
Indeks Pengalaman cenderung menurun. pelayanan publik. Birokrasi terdiri atas
Hal ini menggambarkan bahwa para pejabat yang diangkat, dimana fungsi
masyarakat semakin idealis ‗membenci utamanya adalah untuk melaksanakan
korupsi‘ tetapi tidak sejalan dengan kebijakan-kebijakan yang telah diambil
perilaku nyata dalam kehidupan sehari- oleh para pengambil keputusan. Birokrasi
hari. Indeks Persepsi Anti Korupsi merupakan faktor penting dalam
masyarakat Indonesia tahun 2015 mensukseskan program-program
sebanyak 3.73, sedangkan Indeks pemerintah sebab menjadi medium yang
Pengalaman Korupsi masyarakat sebanyak berfungsi bagi pencapaian tujuan
3. 39 dari skala 5. Data tersebut kebijakan negara. Begitu penting dan
menunjukkan bahwa pada dasarnya strategisnya keberadaan birokrasi sehingga
kesadaran masyarakat akan pentingnya Lane sebagaimana dikutip oleh Atlay
mencegah dan memberantas korupsi sudah (1999) menyebutkan bahwa alokasi
semakin baik. Akan tetapi trend positif berbagai sumber daya publik (public
tersebut belum diikuti dengan perilaku resources allocation) tidak mungkin ada
masyarakat untuk tidak melakukan tanpa keberadaan birokrasi. Alokasi
korupsi. anggaran untuk barang dan jasa dalam
Besarnya praktik korupsi juga pendistribusiannya membutuhkan struktur
terkonfirmasi dari hasil survei birokrasi. Peran birokrasi adalah
Transparansi Internasional (TI). Ranking melaksanakan keputusan, dan
Indonesia dilihat dari Corruption menyediakan barang dan jasa dalam
Perception Index pada tahun 2015 berada jumlah tertentu untuk masyarakat dan
di urutan ke-88 dari 168 negara yang konsumen . Oleh karena itu, dapat
disurvei. Fakta ini mengindikasikan bahwa disimpulkan bahwa sukses tidaknya
korupsi telah menjadi masalah bersama sebuah negara salah satunya dapat dilihat
yang perlu memperoleh perhatian lebih dari performance birokrasi yang

Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 67
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

menopangnya. Dengan demikian, dapat ataupun karena faktor finansial,


dikatakan bahwa birokrasi merupakan persaudaraan dan sebagainya. Weber
kepanjangan tangan dari pemerintah yang menggambarkan bahwa tipe birokrasi
memiliki peran penting untuk menjalankan yang ideal adalah birokrasi yang memiliki
keputusan dan kebijakan yang telah organisasi rasional dan efisien daripada
ditetapkan. organisasi yang didominasi oleh otoritas
Studi tentang birokrasi telah yang bersumber dari karisma dan model
banyak dilakukan oleh para ilmuwan dan tradisional. Karakteristik birokrasi legal
peneliti. Studi-studi tentang birokrasi menurut Weber harus memuat hirarki,
umumnya merujuk pada kajian tentang aturan, pembagian wewenang/tugas,
model birokrasi yang dicetuskan oleh Max impersonal, dan kompetensi.
Weber. Bagi Weber, birokrasi bukan Penjabaran birokrasi ala Weberian
sebagai tipe pemerintahan, melainkan dapat diuraikan bahwa ―hirarki‖
sebagai sistem administrasi yang menentukan adanya rantai komando,
dijalankan secara terus menerus oleh para dimana unit-unit yang lebih rendah
pegawai yang kompeten dengan dikendalikan oleh dan bertanggung jawab
berdasarkan peraturan-peraturan yang kepada unit yang lebih tinggi. ―Aturan‖
ditentukan (Atlay 1999). Dalam karyanya, mengandaikan adanya penyelenggaraan
Weber memperkenalkan tipe ideal sebuah tugas didasarkan pada peraturan yang
birokrasi melalui model birokrasi legal- tegas. Prosedur tetap menjadi dasar
rational. Menurut Evers dan Schiel pelaksanaan tugas yang menekankan
(1992), birokrasi dalam pandangan Weber kedisiplinan dan pengendalian yang
merupakan tipikal organisasi yang menyisakan hanya sedikit ruang bagi
menekankan pada penggunaan peraturan- pegawai untuk berrinisiatif dan berinovasi.
peraturan dan ketentuan yang dibangun ―Pembagian wewenang/tugas‖ merupakan
secara formal dan rasional, pemisahan bentuk penyerahan tugas oleh atasan
antara kehidupan umum dan pribadi, kepada bawahan berdasarkan pengetahuan
terjadinya bentuk legalitas baru yang dan keahliannya. ―Impersonal‖ maknanya
beralasan rasional, meluasnya cara adalah segala sesuatu ditentukan secara
bertindak yang rasional dan pelembagaan obyektif, bukan karena like and dislike.
semua faktor tersebut ke dalam sebuah Misalnya, promosi jabatan ditentukan
administrasi modern (Departemen Riset bukan atas dasar faktor personal tetapi
dan Kajian Strategis ICW, 2000). lebih karena prestasi bawahan. Segalanya
Birokrasi ala Weberian adalah sebuah ditetapkan dengan hukum dan aturan yang
organisasi modern yang ditandai dengan objektif, sementara unsur personal,
penerapan aturan-aturan yang mengikat irasional dan emosional dieliminasi.
dan harus dijalankan oleh para pegawai Birokrasi yang menekankan pada aspek
atau staf yang keberadaannya dikontrol Impersonal merupakan birokrasi yang
oleh para atasan sebagai pihak yang mendorong tatanan birokrasi yang
memerintah. Model birokrasi legal- berkualitas dan bebas dari korupsi.
rational menurut Weber adalah birokrasi Sebagaimana diuraikan oleh Dahlstrom ...
dimana wewenang yang diberikan kepada “impartiality is in fact the basic norm
pegawai didasarkan pada kompetensi defining high quality, non-corrupt,
(skills) yang dimiliki oleh pegawai/staf, institutions.” (Dahlström, 2011)
bukan karena personality pegawai,

68 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

Apakah birokrasi sebagaimana kajian ini tidak menyediakan deskripsi


digambarkan oleh Weber dapat menjamin yang memadai terkait efektifitas seperti
berjalan efektif? Banyak kritik dilontarkan apa yang telah dicapai oleh birokrasi
oleh para ilmuwan terkait birokrasi ala model ini? Dan apakah birokrasi di Sorong
Weberian tersebut. Salah satunya Selatan tersebut berhasil memberikan
memandang bahwa model birorkasi ala pelayanan tanpa korupsi?
Weber dianggap sangat kaku dan
cenderung mengganggap manusia seperti 2.Korupsi dalam Pelayanan Publik
mesin. Birorkasi seperti ini dinilai tidak Birokrasi yang efektif salah
bisa berjalan efektif karena masing-masing satunya adalah harus bebas korupsi.
unit sesuai tugasnya cenderung ekslusif Korupsi adalah tindakan yang secara
dan hanya berfokus pada tanggung jawab sengaja dilakukan dalam rangka untuk
yang dimilikinya. Sebaliknya dalam memberikan keuntungan baik untuk diri
beberapa kasus, birokrasi dipandang harus sendiri, keluarga, maupun kolega yang
fleksibel, salah satunya dengan akomodatif dilakukan dengan cara ilegal. Menurut
terhadap keragaman dan budaya yang Quah sebagaimana dikutip oleh Suwitri
dimiliki di daerah tertentu. Kajian (2007), korupsi dimaknai sebagai perilaku
perlunya fleksibilitas bagi birokrasi menyimpang para pegawai pamong praja
diuraikan secara panjang lebar oleh untuk memperoleh beberapa hal yang
Purwoko (2016) yang melihat efektifitas secara sosial dan atau menurut hukum
birokrasi salah satunya ditunjang oleh dilarang (hal 24). Aktivitas yang dapat
aspek peran identitas etnik. Studi tentang dikategorikan sebagai tindakan korupsi
peran etnik ini dilakukan di Sorong Papua, menurut Masyarakat Transparansi
yang melihat betapa strategisnya variabel Indonesia sebagaimana dikutip Suwitri
etnik dalam mendorong kinerja birokrasi. (2007), yaitu :
Dalam kajiannya, Purwoko menyimpulkan a. Melibatkan lebih dari satu orang.
bahwa identitas etnik memiliki peran yang b. Tidak berlaku hanya di kalangan
cukup strategis dalam menopang kinerja pegawai negeri atau anggota
birokrasi bahkan masalah politik di birokrasi negara, tapi juga terjadi di
daerah. Menurutnya, model birokrasi di organisasi usaha swasta.
tingkat lokal harus fleksibel atau tidak bisa c. Dapat berbentuk menerima sogok,
kaku, dan yang tidak kalah penting dari itu uang kopi, salam tempel, uang
adalah birokrasi di tingkat daerah harus semir, uang pelancar, baik dalam
akomodatif terhadap kearifan lokal yang bentuk uang tunai atau benda atau
salah satunya ditunjukkan dengan wanita.
melibatkan etnisitas masyarakat setempat. d. Umumnya serba rahasia kecuali
Dalam konteks ini, birokrasi tidak bisa sudah membudaya.
dijalankan secara rigid, melainkan harus e. Melibatkan elemen kewajiban dan
bersandar pada kepentingan etnik keuntungan timbal balik yang tidak
masyarakat untuk mendorong efektifitas selalu berupa uang.
kinerja birokrasi. Kajian Purwoko ini f. Setiap tindakan korupsi
menarik dimana menunjukkan fleksibilitas mengandung penipuan, biasanya
birokrasi tetapi tetap berpegang pada pada badan publik atau masyarakat
upaya untuk memberikan pelayanan umum.
publik sebaik mungkin. Namun demikian,

Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 69
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

g. Setiap perbuatan korupsi melanggar e. Korupsi autogenik yaitu korupsi


norma-norma tugas dan yang dilakukan individu karena
pertanggungjawaban dalam tatanan mempunyai kesempatan untuk
masyarakat. memperoleh keuntungan dari
h. Di bidang swasta, korupsi dapat pengetahuan dan pemahamannya atas
berbentuk menerima pembayaran sesuatu yang hanya diketahuinya
uang, dan sebagainya, untuk seorang diri.
membuka rahasia perusahaan f. Korupsi suportif yaitu korupsi yang
tempat orang bekerja, mengambil mengacu pada penciptaan suasana
komisi yang seharusnya hak yang kondusif untuk melindungi atau
perusahaan. mempertahankan keberadaan tindak
korupsi.
Sedangkan Syed Hussein Alatas g. Korupsi defensif yaitu suatu tindak
sebagaimana dikutip dalam ICW (2000) korupsi yang terpaksa dilakukan
mengembangkan dan mengidentifikasi dalam rangka mempertahankan diri
korupsi dari definisi yang terbagi ke dalam dari pemerasan.
beberapa tipe, meliputi:
a. Korupsi transaktif yaitu korupsi Definisi di atas menggambarkan bahwa
yang menunjukkan adanya korupsi memiliki beragam karakteristik
kesepakatan timbal balik antara pihak yang didasarkan pada kepentingan yang
yang memberi dan menerima demi menyertainya. Dari karakteristik tersebut,
keuntungan bersama dimana kedua dapat dikerucutkan bahwa tindakan
belah pihak sama-sama aktif korupsi selalu berkaitan dengan usaha
menjalankan perbuatan tersebut. untuk mengambil atau mempertahankan
b. Korupsi ekstortif yaitu korupsi yang kepentingan pribadi atau kelompok yang
menyertakan bentuk-bentuk koersi dilakukan secara ilegal.
tertentu dimana pihak pemberi Dalam banyak kasus, korupsi
dipaksa untuk menyuap untuk terjadi di dalam birokrasi karena ada pihak
mencegah kerugian yang mengancam yang ingin mendapatkan privilege dalam
diri, kepentingan, orang-orangnya, proses pelayanan, dan pada saat
atau hal-hal yang dihargainya. bersamaan oknum-oknum dalam birokrasi
c. Korupsi investif yaitu korupsi yang dengan sengaja ingin mengeruk
melibatkan suatu penawaran barang keuntungan secara ilegal. Dalam studi-
atau jasa tanpa adanya pertalian studi terdahulu diterangkan bahwa ada
langsung dengan keuntungan tertentu banyak usaha dilakukan dalam rangka
yang diperoleh pemberi, selain mencegah korupsi. Carl Dahlström dan
keuntungan yang diharapkan akan Victor Lapuente (2012) dalam studinya
diperoleh di masa datang. menyatakan bahwa usaha yang dilakukan
d. Korupsi nepotistik yaitu korupsi dalam rangka mencegah korupsi adalah
berupa pemberian perlakuan khusus dengan menerapkan prinsip birokrasi ala
kepada pertemanan atau yang Weber, yaitu dengan memisahkan politik
mempunyai kedekatan hubungan dari birokrasi. Pemisahan birokrasi dari
dalam rangka menduduki jabatan politik untuk menjaga netralitas birokrasi,
publik. sehingga birokrasi dapat berjalan dengan
efektif, dan dapat terhindar dari praktik-

70 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

praktik korupsi. Praktik korupsi dapat menciptakan ketidakadilan dan


diminimalisir karena minimnya gangguan ketimpangan-ketimpangan yang dilakukan
atau intervensi dari para politisi. Hal oleh birokrasi di dalam memberikan
senada juga diuraikan oleh beberapa ahli pelayanan publik, atau ketika birokrasi
bahwa pemisahan birokrasi dari politik terlibat dalam alokasi dan distribusi
sebagai upaya mewujudkan birokrasi yang sumber-sumber yang ada di negara atau
profesional. Politisasi birokrasi daerah (Kacung Marijan 2010). Menurut
dikhawatirkan membuat profesionalitas Philp (2002), korupsi dalam institusi
birokrasi terganggu. Contohnya, sistim (birokrasi) terjadi ketika birokrat (pejabat
karir yang dibangun bisa terganggu publik) menerima manfaat/keuntungan
ditengah jalan karena adanya intervensi melalui proses politik yang diperoleh dari
politik yang terlalu besar. Politisasi posisinya sebagai politisi atau pejabat
birokrasi juga dikhawatirkan bisa dalam birokrasi tersebut.
kekuasaan yang dimiliki seolah menjadi
C. PEMBAHASAN lahan garapan empuk untuk mendulang
pundi-pundi rupiah. Sebagaimana
Gejala menjalarnya praktik diuraikan dalam hasil survei BPS tahun
korupsi dalam pelayanan publik terjadi 2015, sektor pelayanan publik
karena faktor internal dan eksternal. memberikan andil yang cukup signifikan
Sebagaimana diuraikan di atas, faktor terhadap indeks perilaku anti korupsi
eksternal karena adanya keinginan masyarakat Indonesia yang cukup rendah.
masyarakat untuk memperoleh proses Hal ini yang menyebabkan masyarakat
pelayanan yang cepat dalam berbagai seakan sulit untuk tidak melakukan
urusan seperti pengurusan perijinan dan korupsi dalam berbagai bentuknya.
sejenisnya. Rentang kerja birokrasi yang Sebagian besar masyarakat menyadari
panjang dan berbelit-belit (red-tape) bahkan membenci tindakan korup, akan
menyebabkan sebagian besar masyarakat tetapi faktanya masyarakat belum bisa
tidak sabar dan menginginkan proses yang menghindari aksi-aksi yang justru
cepat dan efisien. Sedangkan faktor bertentangan dengan persepsi mereka
internal lebih menitikberatkan pada tentang korupsi. Hasil survei BPS tersebut
adanya fenomena bahwa rentang birokrasi menunjukkan bahwa masyarakat rata-rata
yang panjang dengan sengaja memiliki pengalaman terlibat dalam
dimanfaatkan oleh oknum-oknum di tindakan korupsi ketika berurusan dengan
birokrasi untuk mempersulit dan masalah pelayanan publik. Perilaku
memperlama proses pengurusan korupsi yang dilakukan masyarakat ketika
administrasi. berhadapan birokrasi dapat dilihat pada
1. Motif apa yang melatarbelakangi beberapa aspek berikut ini:
adanya praktik-praktik korupsi a. Memberikan uang melebihi ketentuan
dalam pelayanan publik? yang diatur.
Sektor pelayanan publik memang Memberikan uang ―lebih‖ kepada
sudah menjadi rahasia umum telah petugas dalam sektor pelayanan publik
menjadi lahan basah bagi oknum-oknum sudah mendarah daging di Indonesia.
yang tidak bertanggungjawab dengan Motif pemberian ini umumnya karena
memanfaatkan posisi dan kekuasaan yang masyarakat tidak mau ribet dengan
dimiliki. Bagi pejabat publik, posisi dan masalah administrasi, misalnya dalam

Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 71
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

pengurusan KTP, KK, dan sebagainya. kasih‖ yang diwujudkan melalui


Rentang pelayanan yang panjang, pemberian berupa barang, uang, atau jasa.
ditambah aturan yang sangat ketat Masyarakat umumnya akan memberikan
menyebabkan masyarakat lebih memilih tambahan uang sebagai ucapan terima
jalur cepat, meskipun harus dengan biaya kasih telah mendapatkan pelayanan dari
lebih mahal. petugas. Meskipun secara persentase lebih
Argumentasi di atas terkonfirmasi sedikit dibanding dengan mereka yang
dari hasil studi yang dilakukan BPS pada menghendaki pelayanan cepat, akan tetapi
tahun 2015. Dalam survei IPAK, hal ini tidak bisa dipandang sebelah mata,
persentase masyarakat yang menilai telah turut memberikan sumbangan
―tidak wajar‖ untuk memberikan uang di terhadap besarnya persentase masyarakat
atas ketentuan yang diatur untuk yang telah bertindak korup. Hasil survei
mempercepat proses administrasi seperti IPAK menunjukkan sebesar 35 persen
KTP, KK dan sejenisnya sebanyak 62% masyarakat memberikan uang sebagai
pada tahun 2015. Angka ini mengalami ucapan terima kasih.
kenaikan dari tahun 2014 sebanyak 58%.
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa, b. Memberikan uang/barang untuk
meskipun terjadi kenaikan, tidak bisa Sekolah agar anaknya dapat diterima
dipungkiri masih ada sebagian masyarakat Dalam survei IPAK BPS,
yang menilai wajar untuk memberikan persentase masyarakat yang menilai
uang dalam rangka mempercepat proses ―tidak wajar‖ untuk memberikan
adiministrasi dalam pelayanan publik. uang/barang kepada sekolah agar anaknya
Praktik-praktik semacam ini lazim diterima di sekolah tersebut sebanyak 90%
diberikan dalam proses pengurusan pada tahun 2015. Angka ini mengalami
administrasi, sehingga sebagian kenaikan dari tahun 2014 sebanyak 88%.
masyarakat sudah menganggap lumrah hal Dari data ini dapat disimpulkan bahwa,
tersebut terjadi. Sekali lagi, berbicara meskipun terjadi kenaikan, tidak bisa
masalah motif yang menjadi dasar kenapa dinegasikan bahwa masih ada sebagian
masyarakat mau memberikan uang di atas masyarakat yang menilai wajar untuk
ketentuan, dari data di atas dapat diuraikan memberikan uang/barang dalam rangka
bahwa rata-rata masyarakat ingin agar mempengaruhi pihak sekolah agar
pelayanan birokrasi dapat berjalan cepat. anaknya dapat diterima. Pemberian uang
Masyarakat tidak menghendaki birokrasi terhadap sekolah ini biasanya dilakukan
berjalan lambat dan membuang-buang secara langsung atau tidak langsung.
waktu. Sehingga dengan cara ini, Pemberian secara langsung dilakukan oleh
masyarakat kemudian mengambil jalan oknum di sekolah tersebut baik melalui
pintas dengan memberikan uang tambahan guru atau kepala sekolah. Sedangkan
untuk petugas. Fakta ini sebagaimana pemberian secara tidak langsung, bisa
dilansir dalam hasil survei IPAK 2015 melalui perantara orang lain/lembaga lain
yang menyebutkan sebanyak 43 persen seperti Lembaga Swadaya Masyarakat dan
menyatakan ingin pelayanan secara cepat. sebagainya. Seperti contoh, pada tahun
Selain karena menghendaki 2016 lalu sejumlah orangtua siswa
pelayanan cepat, harus diakui budaya beberapa sekolah di Depok melaporkan
ketimuran sulit untuk diabaikan. Budaya oknum Lembaga Swadaya Masyarakat
yang dimaksud adalah ucapan ―terima (LSM) dan wartawan ke polisi karena

72 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

diduga terlibat masalah percaloan. Para dan praktek. Kedua jenis ujian tersebut
orangtua siswa mengklaim telah menjadi lebih dirasakan sebagai hambatan terutama
korban praktik percaloan dalam apabila pemohon mengurus melalui
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) prosedur resmi dengan biaya yang resmi
Kota Depok 2016. Orangtua siswa pula. Artinya meskipun pada hari pertama
menyampaikan telah menyetorkan uang hingga ketiga pemohon mengurus SIM
senilai p 8-20 juta per siswa kepada para melalui prosedur resmi namun
oknum tersebut, namun nasib anak-anak pengalaman gagal dalam mengikuti kedua
mereka tidakjelas (Pikiran Rakyat, jenis ujian itu yang terjadi berkali-kali
31/08/2016). Fakta tersebut menunjukkan membuat pemohon harus mengambil
bahwa praktik pemberian uang di pilihan dengan menggunakan jasa calo
masyarakat masih marak terjadi ketika (ICW, 2000)
berkaitan dengan proses Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB). d. Pelanggar lalu lintas memberikan uang
damai
c. Memberikan uang dalam pengurusan Dalam survei IPAK BPS,
SIM dan STNK persentase masyarakat yang menilai
Dalam survei IPAK BPS, ―tidak wajar‖ untuk memberikan uang
persentase masyarakat yang menilai damai kepada Polisi sebanyak 77% pada
―tidak wajar‖ untuk memberikan uang tahun 2015. Angka ini mengalami
damai kepada Polisi sebanyak 69% pada kenaikan dari tahun 2014 sebanyak 73%.
tahun 2015. Angka ini mengalami Dari data ini dapat disimpulkan bahwa,
kenaikan dari tahun 2014 sebanyak 65%. meskipun terjadi kenaikan, tidak bisa
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa, dinegasikan bahwa masih ada sebagian
meskipun terjadi kenaikan, tidak bisa masyarakat yang menilai wajar untuk
dinegasikan bahwa masih ada sebagian memberikan uang damai dalam rangka
masyarakat yang menilai wajar untuk menghindari sanksi atas pelanggaran lalu
memberikan uang dalam pengurusan SIM lintas yang dialami masyarakat.
dan STNK. Masyarakat lebih memilih untuk
Pengurusan SIM dan STNK memberikan uang ―damai‖ kepada oknum
selama ini menjadi lahan empuk oleh polisi, daripada harus mengikuti prosedur
oknum di Kepolisian untuk mengeruk baku ketika terjadi pelanggaran lalu lintas.
keuntungan secara ilegal. Celah korupsi
dalam pengurusan Calo ini terjadi ketika 2. Apa strategi untuk mencegah
masyarakat ingin mendapatkan proses perilaku/tindakan korupsi?
cepat dan tidak berbelit-belit. Berdasarkan Melihat fenomena korupsi di
hasil Survei ICW tahun 2000, para sektor pelayanan publik sampai hal-hal
pemohon yang melakukan pengurusan yang berskala kecil, dibutuhkan strategi
SIM umumnya dilakukan melalui yang komprehensif untuk dapat
perantaraan para calo. Tiap calo biasanya meminimalisir celah atau potensi
menetapkan jumlah uang yang harus terjadinya korupsi. Fakta di atas
dibayarkan sesuai dengan paket yang menunjukkan bahwa korupsi dilakukan
mereka tawarkan dan biasanya para karena rentang birokrasi yang panjang.
pemohon mengambil paket jasa dimana Oleh karena itu, di bawah ini diuraikan
mereka tidak perlu melakukan ujian teori

Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 73
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

beberapa strategi sebagai solusi untuk Dalam konteks pemberian sanksi dan
mencegah perilaku korupsi. penghargaan misalnya, birokrasi perlu
Pertama, memperkuat kapasitas menerapkan aturan reward and
kelembagaan birokrasi pelayanan publik. punishment bagi pegawai. Pegawai bukan
Penguatan kapasitas kelembagaan hanya dituntut untuk bekerja secara
birokrasi sangat penting dalam rangka maksimal, akan tetapi prestasi hasil kinerja
menerapkan birokrasi ala Weberian, yaitu para pegawai juga harus mendapatkan
Birokrasi legal-rational. Birokrasi legal- apresiasi dari pimpinan.
rational ditandai dengan birokrasi yang Kedua, penguatan kapasitas
memuat aturan-aturan yang ketat dan sumber daya manusia (SDM). SDM
pelaksanaanya dikontrol oleh atasan secara menjadi salah satu faktor determinan
ketat, dan tenaga pelayanan birokrasi sukses tidaknya sebuah organisasi
harus ditopang oleh orang-orang yang birokrasi. Oleh karena itu, birokrasi yang
memiliki kompetensi memadai. Harus profesional harus diisi oleh orang-orang
diakui bahwa lahirnya Komisi yang profesional, yakni orang-orang yang
Pemberantasan Korupsi (KPK) di bekerja dengan kompetensi yang
Indonesia patut mendapatkan apresiasi. memadai. Disamping itu, penguatan
KPK memberikan harapan bahwa dengan kapasitas sumber daya dibutuhkan untuk
penguatan institusi anti korupsi, potensi membekali para pegawai agar memiliki
atau jumlah orang yang melakukan tanggung jawab, disiplin dan patuh
korupsi dapat ditindak dan diminimalisir terhadap aturan yang berlaku.
dengan baik. Namun demikian, institusi Mewujudkan birokrasi yang
KPK belum mampu menjangkau problem- profesional dapat dilakukan melalui
problem korupsi sampai pada masalah- program training peningkatan kompetensi
masalah kecil sebagaimana terjadi di dan training tentang pendidikan karakter
institusi pelayanan publik. Kasus-kasus (character building). Peningkatan
seperti korupsi di kantor kelurahan, kantor kompetensi diperlukan agar para birokrat
Polisi, dan sejenisnya yang melibatkan cakap dan efektif dalam bekerja. Para
masyarakat selama ini luput dari perhatian. pegawai diharapkan memiliki peningkatan
Hal ini karena fokus KPK memang pada pengetahuan dan skills yang dibutuhkan
kasus-kasus besar. Oleh karena itu, untuk menunjang kerja birokrasi.
penguatan kelembagaan birokrasi dapat Sedangkan training pendidikan karakter
menjadi strategi untuk mencegah dan menjadi bagian integral mewujudkan
memberantas korupsi dari dalam. Menurut birokrasi yang clean governance.
Hart (2001), penguatan kelembagaan Integritas dapat menjadi jaminan roda
birokrasi (organisasi) dapat mendorong birokrasi dapat berjalan sesuai arah yang
adanya disiplin internal sebagaimana akan dituju. Pendidikan karakter ini dapat
diinginkan dalam model birokrasi legal dilakukan melalui training yang berisi
rasional ala Weberian. Penguatan tentang penanaman nilai tentang kerja
kelembagaan ini dapat diwujudkan melalui sama, kejujuran, disiplin, dan
reformasi internal birokrasi dengan membiasakan budaya malu. Melalui
menerapkan mekanisme Pengawasan profesional development program untuk
Internal, pemberian sanksi dan peningkatan kompetensi pegawai dan
penghargaan, penerapan kode etik, audit menggalakkan program character building
internal, dan lain-lain) (Hart, 2001). diharapkan dapat menjadi solusi untuk

74 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

menimimalisir potensi korupsi dalam yang profesional harus senantiasa diisi


pelayanan publik. oleh orang-orang yang profesional, yakni
orang-orang yang bekerja dengan
D. KESIMPULAN kompetensi yang memadai dan memiliki
Dari uraian di atas, dapat integritas yang unggul.
disimpulkan bahwa fenomena korupsi
dalam layanan publik acapkali terjadi
karena dua faktor utama, yaitu faktor Referensi
faktor eksternal dan internal birokrasi.
Faktor eksternal muncul karena adanya Atlay, Asuman 1999, the efficiency of
keinginan masyarkat untuk mendapatkan Bureuacracy on the public sector,
pelayanan secara cepat dalam berbagai DEU11BF, Dergisi Cilt. 14 Sayu 2
urusan seperti pengurusan perijinan dan Yil: 1999 ss. 35—51
sejenisnya. Rentang kerja birokrasi yang
panjang dan berbelit-belit (red-tape) BPS 2016, Indeks Perilaku Anti Korupsi
menyebabkan sebagian besar masyarakat (IPAK) 2015, No. 21/02/Th. XVIII,
tidak sabar dan menginginkan proses yang 22 Februari 2016
cepat dan efisien. Sedangkan faktor
internal lebih menitikberatkan pada Dahlström, Carl 2011, Bureaucracy and
adanya fenomena bahwa rentang birokrasi the Different cures for gran and
yang panjang dengan sengaja petty corruption, Working Paper
dimanfaatkan oleh oknum-oknum di Series, Qog The Quality Of
birokrasi untuk memperoleh keuntungan Government Institute Department of
secara ilegal. Political Science University of
Strategi dalam upaya mencegah Gothenburg.
dan memberantas korupsi adalah dengan
dua hal: Pertama penguatan kelembagaan Departemen Riset dan Kajian Strategis
internal birokrasi. Penguatan kelembagaan ICW, 2000, Hasil Survey Korupsi di
internal birokrasi lebih menitikberatkan Pelayanan Publik (Studi Kasus di
pada adanya penguatan kapasitas Lima Kota: Jakarta, Palangkaraya,
kelembagaan birokrasi melalui Samarinda, Mataram dan Kupang),
merumuskan dan menegakan aturan-aturan Jakarta.
yang ketat dan pelaksanaanya dikontrol
oleh atasan secara ketat, dan tenaga Natasha Hamilton-Hart 2001, Anti-
pelayanan birokrasi harus ditopang oleh Corruption Strategies In Indonesia,
orang-orang yang memiliki kompetensi Bulletin of Indonesian Economic
memadai. Birokrasi semacam ini adalah Studies, Vol. 37, No. 1, 2001: 65–82
tipe birokrasi ideal, yang bekerja dalam
rangka melayani secara profesional. Larmour, Peter 2007, ‗A short
Birokrasi yang dijalankan secara Introduction to Corruption and Anti
profesional dapat menerapkan pengawasan Corruption‘, CIES e-Working
internal, monitoring dan evaluasi, serta Paper, No. 37
pemberian reward and punishment.
Sedangkan strategi kedua, yaitu penguatan Philp, M. 2002,‘Conceptualising Political
kapasitas sumber daya manusia. Birokrasi Corruption‘, in A. Heidenheimer at

Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 75
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri

al. Political Corruption: Concepts


and Cases (Third edition), Chapter
3, pp. 41-57

Pikiran Rakyat 2016, Orangtua Siswa


Geruduk Kantor Dinas Pendidikan
Depok, diakses 14 Januari 2017,
http://www.pikiran-
rakyat.com/pendidikan/2016/08/31/
orangtua-siswa-geruduk-kantor-
dinas-pendidikan-depok-378854

Purwoko, Bambang 2016, Bureaucracy


and the Politics of Identity: A Study
on the Influence of Ethnicity on the
Bureaucrat Recruitment Process in
Sorong Selatan Regency, West
Papua, Indonesia, Journal of
Government and Politics, Vol. 7
No. 4 November 2016.

Suwitri, Sri 2007, Pemberantasan Korupsi


di Indonesia: sebuah upaya
reformasi birokrasi, Dialogue
Jurnal Ilmu Administrasi dan
Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1
Januari 2007, hal. 34—41

76 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai