Anda di halaman 1dari 11

A.

Dampak Korupsi Terhadap Birokrasi Pemerintahan

1. Pengertian Birokrasi

Secara etimologi Birokrasi berasal dari istilah ‘buralist’ yang dikembangkan

oleh Reiheer von Stein pada 1821, kemudian menjadi ‘bureaucracy’ yang akhir-

akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional, impersoal dan leglistik

(Thoha, 1995 dalam Hariyoso, 2002). Birokrasi menurut Evers dalam Zauhar (1996)

dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu:

Birokrasi dipandang sebagai rasionalisme prosedur pemerintahan dan aparat

administrasi publik. Makna ini adalah sejalan dengan ide Weber tentang birokrasi,

dan oleh Evers dinamakan Birokrasi Weber (BW). Birokrasi dipandang sebagai

bentuk organisasi yang membengkak dan jumlah pegawai yang besar. Konsep inilah

yang sering disebut Parkinson Law.

Birokrasi dipandang sebagai perluasan kekuasaan pemerintah dengan

maksud mengontrol kegiatan masyarakat. Oleh Evers (dalam Zauhar) disebut

Orwelisasi. Dengan demikian maka Istilah Birokrasi dalam masyarakat dimaknai

secara diametral (bertentangan satu sama lain yang tidak mungkin mencapai titik

temu):

a. Secara Positif: Birokrasi sebagai alat yang efisien dan efektif untuk

mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya alat yang efisien dan efektif ini

maka tujuan suatu organisasi (privat maupun publik) lebih mudah

tercapai.

b. Secara Negatif: Birokrasi sebagai alat untuk memperoleh,

mempertahankan dan melaksanakan kekuasaan. Birokrasi adalah sesuatu

yang penuh dengan kekakuan (inflexibility) dan kemandegan struktural


(structural static), tatacara yang berlebihan (ritualism) dan

penyimpangan sasaran (pervesion goals), sifat pengabaian (alienation)

serta otomatis (automatism) dan menutup diri terhadap perbedaan

pendapat (constrain of dissent). Birokrasi seperti ini menurut Marx

bersifat parasitik dan eksploitatif.

2. Fungsi Birokrasi

Menurut Tjokrowinoto, sebagaimana dikutip oleh Tamin, menyatakan ada 4

(empat) fungsi birokrasi:

a. Fungsi instrumental, yaitu menjabarkan perundang-undangan dan

kebijaksanaan publik dalam kegiatan-kegiatan rutin untuk memproduksi

jasa, pelayanan, komoditi, atau mewujudkan situasi tertentu.

b. Fungsi politik, yaitu memberi input berupa saran informasi, visi, dan

profesionalisme untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan.

c. Fungsi katalis public interest, yaitu mengartikulasikan aspirasi dan

kepentingan publik dan mengintegrasikan atau menginkorporasikannya di

dalam kebijaksanaan dan keputusan pemerintah.

d. Fungsi Entrepreneurial, yaitu memberi inspirasi bagi kegiatan-kegiatan

inovahf dan non rutine, mengaktifkan sumber-sumber potensial yang ideal,

dan menciptakan resource-mix yang optimal untuk mencapai tujuan.

Dalam pelaksanaannya kinerja birokrasi pemerintah tersebut diperlukan

organisasi pemerintah yang solid dan kinerja tinggi. Demikian juga termasuk

aparatur negaranya masing-masing mau tidak mau harus mampu berlari dengan

lompatan berkecepatan tinggi secara terukur, rasional dan realitis dalam

keseluruhan kreatifitas dan inovasinya.


3. Dampak Korupsi

a. Pelayanan publik menjadi tidak efisien

Korupsi pada birokrasi level bawah jumlahnya banyak tetapi nilai tidak

begitu besar, tetapi sangat terasa karena langsung menyangkut masyarakat

termasuk masyarakat kecil yang memerlukan pelayanan sama. Kegiatan korupsi

ditubuh birokrasi sudah menjalar kesemua jenjang/level birokrasi apalagi yang

berhubungan langsung dengan pelayanan kepada masyarakat dan perijinan,

sehingga pelayanan masyarakat menjadi tidak efisien. Seluruh pelayanan public

dilakukan secara berbelit-belit dan diulur-ulur agar mendapat celah dalam

melakukan tindak korupsi.

Masyarakat pun merasa frsutasi dan memilih untuk membayar lebih

(menyuap) agar mendapat pelayanan terdepan. Hal tersebut tentu sangat

merugikan masyarakat yang seharusnya mendapatkan pelayanan yang sesuai

tanpa membayar ekstra. Contohnya adalah masalah administrasi. penyakit

administrasi di sini adalah segala bentuk korupsi, penyalahgunaan jabatan,

penyelewengan kekuasaan, ketidak adilan pelayanan publik, atau berbelit-

belitnya pelayanan dalam birokrasi yang semua itu disebabkan oleh kepentingan-

kepentingan pribadi aparatur maupun ketidak mampuan mereka dalam

mengelola administrasi publik. Penyakit adminsitarsi terdapat dalam setiap

interaksi antara birokrasi dengan masyarakat umum, sejak jenjang paling

atas sampai dengan jenjang paling bawah. Praktek korupsi dalam jajaran

birokrasi dan pejabatan negara bervariasi dan tergantung levelnya. Kegiatan-

kegiatan yang rawan korupsi diantaranya:


1) Pelayanan yang bersifat administratif, surat-surat pengantar atau

rekomendasi seperti untuk pengurusan KTP/KK, Akta Kelahiran, Kartu

Kuning, SKCK (dulu Kelakuan Baik), rekomendasi ijin rame-rame,

keterangan tanah dan mutasi tanah, Serifikasi Tanah dan sebagainya.

Bahkan dibeberapa daerah Kepala Desa menentukan besaran tertentu/M2

untuk jatah Kepala Desa setiap terjadi mutasi tanah di Desanya diluar

biaya saksi PPAT.

2) Pelayanan perijinan seperti Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Tanda

Daftar Perusahaan (TDP), Surat Keterangan Domisili Usaha, Rencana

Penggunaan Lahan (RPL) dan Rencana Tapak (site plan), Analisa

Dampak Lingkungan/UKLUPL, Ijin Lokasi/Pembebasan Tanah, Ijin

Mendirikan Bangunan (IMB), Ijin Lingkungan (HO), Ijin Pengunaan Air

Bawah Tanah (Sumur Pompa Dalam) dan sebagainya.

3) Bantuan-bantuan langsung kepada masyarakat baik untuk sarana maupun

prasarana, rumah ibadah, bantuan kepada lembaga-lembaga

kemasyarakatan (bansos). Lebih diarahkan kepada kelompok-kelompok

yang mempunyai hubungan tertentu terutama berkaitan dengan sosial

politik.

b. Pelayanan Publik Yang Mengecewakan Dan Terabaikan

Banyak aparat birokrasi melakukan korupsi. Salah satunya adalah korupsi

waktu yang merugikan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan. Aparat

pelayanan yang ideal seharusnya tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan lain

seperti pekerjaan sambilan di luar pekerjaan kantor yang dapat mengganggu

tugas-tugas penyelenggaraan pelayanan. Kinerja pelayanan aparat birokrasi akan

dapat maksimal apabila bila semua waktu dan konsentrasi aparat benar-benar
tercurah untuk melayani masyarakat pengguna jasa.

Kondisi pelayanan yang ideal di atas dalam realitasnya sangat sulit untuk

diwujudkan dalam birokrasi. Ketidakelasan pembagian wewenang, inkonsistensi

pembagian kerja, serta sikap pimpinan kantor yang sewenang-wenang

memberikan tugas kepada aparat bawahan tanpa memperhitungkan aspek sifat

pekerjaan, urgensi pekerjaan, dan dampak pemberian tugas terhadap kualitas

pemberian pelayanan kepada masyarakat. Hal-hal tersebut merupakan beberapa

fakta penyebab sulitnya aparat birokrasi berkonsentrasi secara penuh pada tugas-

tugas pelayanan masyarakat. Aparat birokrasi seringkali meninggalkan tugas

pelayanan dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk tugas-tugas lain di luar

tugas pelayanan.

Kondisi tersebut membuat pelayanan kepada masyarakat menjadi

terganggu. Masih seringnya aparat birokrasi meninggalkan tugas-tugas

pelayanan kepada masyarakat, erat kaitannya dengan adanya tugas-tugas

tambahan yang dibebankan oleh pimpinan kepada aparat pada tingkat bawah

yang menjalankan tugas pelayanan langsung kepada masyarakat. Hal tersebut

sangat sering menimpa aparat birokrasi di tingkat desa, kelurahan, atau

kecamatan yang merupakan tingkatan pemerintahan terendah yang langsung

berhadapan dengan masyarakat.

Dampak Korupsi Terhadap Birokrasi Pemerintahan Negara kita sering disebut

bureaucratic polity . Birokrasi pemerintah merupakan sebuah kekuatan besar yang

sangat berpengaruh terhadap sendi - sendi kehidupan bermasyarakat dan bernegara .

Selain itu , birokrasi pemerintah juga merupakan garda depan yang berhubungan

dengan pelayanan umum kepada masyarakat . Namun di sisi lain , birokrasi sebagai

pelaku roda pemerintahan merupakan kelompok yang rentan terhadap jerat korupsi .
Korupsi melemahkan birokrasi sebagai tulang punggung negara . Sudah menjadi

rahasia umum bahwa birokrasi di tanah air seolah menjunjung tinggi pameo " jika bisa

dibuat sulit , mengapa harus dipermudah " .

Semakin tidak efisien birokrasi bekerja , semakin besar pembiayaan tidak sah

atas institusi negara ini . Sikap masa bodoh birokrat pun akan melahirkan berbagai

masalah yang tidak terhitung banyaknya . Singkatnya , korupsi menumbuhkan

ketidakefisienan yang menyeluruh di dalam birokrasi . Korupsi , tidak

diragukan ,menciptakan dampak negatif terhadap kinerja suatu sistem politik atau

pemerintahan .

Pertama , korupsi mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku . Pada

dasarnya , isu korupsi lebih sering bersifat personal . Namun , dalam manifestasinya

yang lebih luas , dampak korupsi tidak saja bersifat personal , melainkan juga dapat

mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor bekerja . Pada tataran tertentu ,

imbasnya dapat bersifat sosial .Korupsi yang berdampak sosial sering bersifat samar ,

dibandingkan dengan dampak korupsi terhadap organisasi yang lebih nyata .

Kedua , publik cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang

diduga terkait dengan tindak korupsi . Ketiga,lembaga politik diperalat untuk

menopang terwujudnya berbagai kepentingan pribadi dan kelompok . Ini mengandung

arti bahwa lembaga politik telah dikorupsi untuk kepentingan yang sempit ( vested

interest ) . Sering terdengar tuduhan umum dari kalangan anti - neoliberalis bahwa

lembaga multinasional seperti Perserikatan Bangsa - Bangsa ( PBB ) , IF , dan Bank

Dunia adalah perpanjangan kepentingan kaum kapitalis dan para hegemoni global

yang ingin mencaplok politik dunia di satu tangan raksasa . Tuduhan seperti ini sangat

mungkin menimpa pejabat publik yang memperalat suatu lembaga politik untuk

kepentingan pribadi dan kelompoknya . Dalam kasus seperti ini , kehadiran masyarkat
sipil yang berdaya dan supremasi hukum yang kuat dapat meminimalisir terjadinya

praktik korupsi yang merajalela di masyarakat .

Sementara itu , dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi

pemerintah , sebagai pengampu kebijakan negara , diantaranya :

1) Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi ,

2) Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset ,

3) Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas

ekonomi dan politik .

Contoh dampak korupsi di bidang otoritas pemerintahan :

1) Matinya Etika Sosial Politik Korupsi bukan suatu tindak pidana biasa karena

ia merusak sendi - sendi kehidupan yang paling dasar yaitu etika sosial

bahkan kemanusiaan . Kejujuran sudah tidak ditegakkan lagi . Kejujuran

yang dihadapi dengan kekuatan politik adalah sesuatu yang tidak mendidik

dan justru bertentangan dengan etika dan moralitas . Melindungi seorang

koruptor dengan kekuatan politik adalah salah satu indikasi besar runtuhnya

etika sosial poltik .

2) Tidak efektifnya peraturan dan perundang - undangan Dewasa ini banyak

sekali seseorang yang memiliki perkara atau permasalahan ingin diposisikan

sebagai pihak yang benar . Oleh sebab itu banyak upaya yang dilakukan oleh

seseorang dalam memenangkan perkaranya seperti menyuap hakim ,

memberikan iming - iming , gratifikasi bahkan sampai kepada ancaman

nyawa . Di sisi aparat hukum , semestinya menyelesaikan masalah dengan

fair dan tanpa adanya unsur pemihak an , seringkali harus mengalahkan

integritasnya dengan menerima suap , iming - iming , gratifikasi atau apapun


untuk memberikan kemenangan . Peraturan dan perundang - undangan yang

berlaku menjadi mandul karena setiap perkara selalu diselesaikan dengn

korupsi .

3) Birokrasi Tidak Efisisen Menurut Survei Oleh PERC menunjukkan bahwa

indonesia menempati peringkat kedua dengan birokrasi terburuk di Asia .

Banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya di Indonesia , namun

untuk mendapatkan perizinan usaha dan investasi harus melalui birokrasi

yang berbelit - belit . Pada akhirnya suap adalah jalan yang banyak ditempuh

oleh para pengusaha untuk memudahkan izin usaha mereka . Maka

sebaiknya birokrasi di Indonesia harus dibenahi .

4. Dampak Korupsi Terhadap Politik dan Demokrasi Korupsi

Dampak Korupsi Terhadap Politik dan Demokrasi Korupsi tidak terlepas dari

kehidupan politik dan demokrasi . Rencana anggaran yang diajukan pihak eksekutif

kepada pejabat legislatif yakni pihak DPR / DPRD untuk disetujui dalam APBN /

APBD adalah berdampak politik . Anggaran APBN / APBD yang dikucurkan ke

masyarakat implementasinya harus dapat dipertangungjawabkan secara accountable

kepada masyarakat dan bebas dari intervensi kepentingan pribadi maupun golongan

tertentu . Korupsi mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku . Publik

cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait

dengan tindakan korupsi . Dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi antara

lain :

a. Memunculkan kepemimpinan korup karena kondisi politik yang carut

marut dan cenderung koruptif .

b. Hilangnya kepercayaan publik pada demokrasi karena terjadinya tindak

korupsi besar - besaran yang dilakukan oleh petinggi pemerintah ,


legislatif , yudikatif atau petinggi partai politik .

c. Menguatnya plutokrasi ( sistem politik yang dikuasai oleh pemilik

modal / kapitalis ) , dan

d. Hancumya kedaulatan rakyat yang disebabkan kekayaan negara hanya

dinikmati oleh sekelompok tertentu .

Contoh dampak terhadap politik dan demokrasi :

a. Munculnya Kepemimpinan Korup Kondisi politik yang carut marut

dan cenderung sangat koruptif menghasilkan masyarakat yang tidak

demokratis . Perilaku koruptif dan tindak korupsi dilakukan dari

tingkat yang paling bawah . Konstituen di dapatkan dan berjalan

karena adanya suap yang diberikan oleh calon - calon pemimpin

partai , bukan karena simpati atau percaya terhadap kemampuan

dan kepemimpinannya . Hubungan transaksional sudah berjalan

dari hulu yang pada akhirnya pun memunculkan pemimpin yang

korup juga karena proses yang dilakukan juga transaksional .

Masyarakat juga seolah - olah digiring untuk memilih pemimpin

yang korup dan diberikan mimpi - mimpi dan janji akan

kesejahteraan yang menjadi dambaan rakyat sekaligus menerima

suap dari calon pemimpin tersebut .

b. Hilangnya Kepercayaan Publik pada Demokrasi Demokrasi yang

diterapkan di Indonesia sedang menghadapi cobaan berat yakni

berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi . Hal ini

dikarenakan terjadinya tindak korupsi besar - besaran yang

dilakukan oleh petinggi pemerintah , legislatif atau petinggi partai

politik . Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya


kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang sedang berjalan .

Masyarakat akan semakin apatis dengan apa yang dilakukan dan

diputuskan oleh pemerintah . Apatisme yang terjadi ini seakan

memisahkan antara masyarakat dan pemerintah yang akan terkesan

berjalan sendiri - sendiri . Hal ini benar - benar harus diatasi dengan

kepemimpinan yang baik , jujur , bersih dan adil . Sistem demokrasi

yang dijalankan Indonesia masih sangat muda , walaupun

kelihatannya stabil namun menyimpan berbagai kerentanan .

c. Menguatnya Plutokrasi Korupsi yang sudah menyandera

pemerintahan pada akhimya akan menghasilkan konsekuensi

menguatnya plutokrasi ( sitem politik yang dikuasai oleh pemilik

modal / kapitalis ) karena sebagian orang atau perusahaan besar

melakukan transaksi dengan pemerintah , sehingga pada suatu saat

merekalah yang mengendalikan dan menjadi penguasa di negeri

ini . Perusahaan - perusahaan besar ternyata juga ada hubungannya

dengan partai partai yang ada di kancah perpolitikan negeri ini ,

bahkan beberapa pengusaha besar menjadi ketua sebuah partai

politik . Tak urung antara kepentingan partai dengan kepentingan

perusahaan menjadi sangat ambigu.


Daftar Pustaka

Fakultas Hukum Universitas Palangkaraya . 2011. Dampak Masif dan Upaya

Pemberantasan Korupsi di Indonesia.http :

//www.scribd.com/doc/176201367/DAMPAK-MASIF-DAN UPAYA-

PEMBERANTASAN-KORUPSI-DI–INDONESIA. Diakses pada 06 Juni 2022

Nisa , Indah Khoirun . 2014. Pendidikan Anti Korupsi . http : // indah – khoirun

feb13.web.unair.ac.id/artikel_detail-105020-PPKN-Pendidikan%20Anti %

20Korupsi % 20 ( 1 ) .html . Diakses pada 06 Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai