1 Tahun 2020
Rudiyansyah
Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik YAPIS Biak
Email : rudyansyah488@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui Patologi Birokrasi di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Biak Numfor, Penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif
yang menggambarkan pada realitas perilaku/penyakit pegawai negri sipil dalam pelayanan
public yang disebut (Patologi Birokrasi). Obyek penelitian di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kab. Biak Numfor, dengan waktu 3 bulan, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Pelayanan public yang
dilakukan oleh aparatur pemerintah, bertujuan untuk memberikan pelayanan terhadap
masyarakat untuk meningkatkan segala aktifitas dilakukan untuk mencapai tujuan. Dari hasil
penelitian, bahwa patologi birokrasi dalam pelayanan publik Di Kantor Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Biak numfor masih sering terjadi. Yang dapat dilihat dari 3
indikator yang penulis gunakan untuk membuktikan berbagai patologi yang muncul dalam
pelayanan publik yang pertama yaitu pengaburan masalah, diskriminasi, dan cara kerja
berbelit-belit. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir berbagai
patologi birokrasi Di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Biak
numfor berdasarkan hasil penelitian dan wawanara penulis dengan informan, yaitu pertama,
regulasi (hukum) yang tepat dan tegas. Kedua, menciptakan kondisi sosial dan spiritual yang
baik. Ketiga, penjelasan-penjelasan yang logis, dan keempat penyederhanaan kerja (flat
organization).
Kata Kunci: Patologi Birokrasi, Pelayanan Public.
kabar menggembirakan, melainkan justru sikap tidak acuh dan cara kerja yang
merupakan pertanda malapetaka dan berbelit-belit.
bencana baru yang menakutkan (Blau dan Dalam konteks perkembangan ilmu
Meyer, 2000: 3). Menurut Islamy (1998: 8), pengetahuan, pemahaman tentang
birokrasi dikebanyakan negara berkembang pengetahuan birokrasi mulai dikenal seiring
termasuk Indonesia cenderung bersifat dengan perkembangan konsep negara
patrimonialistik : tidak efesien, tidak efektif modern. Menurut Taliziduhu Ndraha, istilah
(over consuming and under producing), birokrasi berasal dari dua akar kata, yaitu
tidak obyektif, menjadi pemarah ketika bureau (burra, kainkasar penutu pmeja), dan
berhadapan dengan kontrol dan kritik, tidak crazy, ruler. Keduanya membentuk kata
mengabdi kepada kepentingan umum, tidak breau-crazy. Selanjutnya, pemerintahan
lagi menjadi alat rakyat tetapi telah menjadi birokratik adalah pemerintahan tanpa
instrumen penguasa dan sering tampil partisipasi pihak yang diperintah (M.
sebagai penguasa yang sangat otoritatif dan Crozier dalam Riggs, 1971; 76).
represif. Meskipun sudah menjadi gejala Konsep sibirokrasi dalam ilmu sosial
yang sangat umum, ternyata pada setiap merupakan usaha-usaha modern untuk
konteks sistem budaya masyarakat, secara mendorong kearah proliferasi konsep lebih
empirik birokrasi dan birokratisasi terlihat lanjut. Untuk menjaga perspektif
dalam pola perilaku yang beragam. perkembangan konsep birokrasit ersebut,
Dinas Kependudukan dan penulisan tentang birokrasi modern akan
Pencatatan Sipil merupakan salah satu ditelaah berdasarkan konsep yang telah biasa
instrumen daerah yang sangat vital digunakan, mengacu pada berbagai afiliasi
fungsinya yang tugas pokoknya bidang ilmu, kecenderungan teoritik dan
melaksanakan urusan pemerintahan daerah strategi-strategi konsep tual atau elaborasi
berdasarkan azas otonomi dan tugas dari pengertian-pengertian birokrasi yang
pembantuan di bidang kependudukan dan telah baku.
pencatatansipil. Sebagai salah satu intrumen 1. Birokrasi Sebagai Organisasi Rasional
birokrasi yang banyak bersentuhan/ Gagasan birokrasi yang memandang
berhubungan langsung dengan masyarakat, birokrasi sebagai suatu mekanisme sosial
harusnya mampu memberikan pelayanan yang memaksimumkan efisiensi dan juga
yang berdaya guna serta pelayanan yang sebagai suatu bentuk organisasi sosial yang
efektif dan efesien. memiliki ciri-ciri khas merupakan hubungan
Serangkaian contoh penyakit antara atribut-atribut suatu lembaga sosial
(patologi) birokrasi yang lazim dijumpai dan dan akibat-akibatnya, kemudian diarahkan
dikeluhkan masyarakat dalam hal pelayanan pada pendefinisian birokrasi sebagai
publik di Kantor Dinas Kependudukan dan organisasi yang memaksimumkan efisiensi
Pencatatan Sipil Kabupaten biak Numfor dalam administrasi yang
yang relatif sama dengan pendapat yang selanjutnyadigunakan secara netral untuk
dikemukakan Siagian ( 1994: 40-117 ) mengacu kepada aspek-aspek administrasif
mengenai patologi birokrasi khususnya dari organisasi-organisasi sebagaimana
pelayanan publik yaitu pengaburan masalah, dikemukakan oleh Peter Blau (Albrow, 1989
tidak adil, menerima sogok, tidak sopan, : 83).
2. Birokrasi Sebagai Inefisiensi sedang dan terus dijalani bangsa ini belum
Organisasional mampu menyingkirkan patologi birokrasi,
Konsep birokrasi sebagai organisasi bahkan dibeberapa daerah kita menyaksikan
rasional merupakan kajian yang senantiasa semakin mengukuhkan patologi
ditelaah oleh para akademisi. Tetapi untuk birokrasi itu sendiri, citra buruk tersebut
mengembangkan konsep birokrasi sebagai semakin diperparah dengan isu yang sering
organisasi yang tidak efisien tidak muncul kepermukaan, yang berhubungan
membutuhkan banyak tradisi akademis. dengan kedudukan dan kewenangan pejabat
Victor Thompson mengatakan bahwa publik, yakni korupsi dengan beraneka
birokrasi tidak mengenal belas kasihan tidak ragam bentuknya, serta lambatnya
pula mengenal cinta kasih dikatakan pelayanan, dan diikuti dengan prosedur yang
selanjutnya bahwa birokrasi itu bersifat berbelit-belit atau yang lebih dikenal dengan
“impersonalitas” (Miftah Thoha, 2002 : efek pita merah (red-tape).
102), Kondisi yang mengakibatkan
M. De Gournay memandang bahwa tumbuh dan berkembangnya patologi
birokrasi merupakan sesuatu yang biasanya birokrasi adalah akibat pembiaran terhadap
dikeluhkan, para pejabat, para juru tulis, para lahir dan tumbuhnya benih-benih gejala
sekretaris, para inspektur dan para intendan patologi birokrasi itu sendiri. Seperti kita
(manajer) yang diangkat bukannya untuk ketahui, arti patologi dalam ilmu kedokteran
menguntungkan kepentingan umum adalah ilmu tentang penyakit. Berbagai
(Albrow, 1989 : 1). penyakit yang mungkin sudah “di deritanya”
Munculnya patologi birokrasi atau mengancam akan “menyerangnya” perlu
(Bureaupathology) dikenal sejak hadirnya didefinisikan untuk kemudian di carikan terapi
rutinitas kegiatan yang menyibukkan para pengobatan yang paling efektif. Harus diakui
birokrat itu sendiri dan menciptakan aktifitas bahwa tidak ada birokrasi yang sama sekali
yang berbelit-belit. Kemudian kondisi ini bebas dari berbagai patologi birokrasi,
dikenal dengan istilah Red Tape (pita merah) sebaliknya tidak ada birokrasi yang menderita
yakni birokrasi yang berbelit-belit sehingga semua “penyakit” birokrasi.
menciptakan perilaku birokrasi yang sangat Analogi itulah yang diterapkan oleh
bertentangan dengan tujuan mulia kehadiran Siagian ( 1989: 310 ) yang diberlakukan bagi
birokrasi itu sendiri di tengah-tengah suatu birokrasi. Artinya, agar seluruh
masyarakat. Kajian dan eksprimen terhadap birokrasi pemerintahan negara mampu
patologi birokrasipun kian berkembang dan menghadapi berbagai tantangan yang
menghasilkan banyak pandangan atau teori mungkin timbul, baik yang sifatnya politis,
tentang patologi birokrasi. Pada ekonomi, sosial-kultural dan teknologikal,
kenyataannya negara berkembang telah berbagai “penyakit” yang mungkin sudah
menjadi ‘ruang dan tempat’ tumbuh dideritanya atau mengancam akan
suburnya patologi birokrasi. menyerangnya perlu diidentifikasikan untuk
Seperti Indonesia sebagai negara kemudian dicarikan terapi pengobatannya
berkembang masih dalam selimut patologi yang paling efektif. Harus diakui bahwa
birokrasi, mulai dari birokrasi pusat hingga tidak ada birokrasi yang sama sekali bebas
birokrasi di daerah. Bahwa ternyata dari berbagai patologi birokrasi. Sebaliknya
desentralisasi atau otonomi daerah yang
tidak ada birokrasi yang menderita semua Serangkaian contoh penyakit (patologi)
“penyakit” birokrasi. birokrasi yang lazim dijumpai dan
dikeluhkan masyarakat dalam pelayanan
Jenis-jenis Patologi Birokrasi
publik sejalan dengan identifikasi yang
Menurut Siagian (1994: 310-1410),
dilakukan oleh Siagian (1994: 40-117),
Patologi birokrasi dapat dikategorikan pada
yaitu:
lima kelompok, yaitu :
1. Pengaburan masalah
➢ Patologi yang timbul karena persepsi dan
Merupakan kenyataan bahwa dalam
gaya manajerial para birokrat. Diantara
kehidupan setiap organisasi pasti akan
patologi jenis ini antara lain,
timbul berbagai permasalahan. Faktor-faktor
penyalahgunaan wewenang dan jabatan,
penyebabnya berbeda-beda ada yang
menerima suap, arogansi dan intimidasi,
bersifat politis, ekonomi, hukum, budaya,
kredibilitas rendah, dan nepotisme.
administratif, ataupun teknikal. Dengan
➢ Patologi yang disebabkan karena
adanya pengaburan masalah ini akan
kurangnya pengetahuan dan
keterampilan para petugas pelaksana membuat interpretasi sedemikian rupa,
birokrasi. Diantara patologi jenis ini sehingga permasalahan yang sebenarnya
sederhana, dibuat menjadi sangat rumit.
antara lain, ketidak telitian dan
Akibatnya, tindakan penyelesaian menjadi
ketidakcekatan, ketidak mampuan
berbelit-belit dan menyita tenaga, waktu,
menjabarkan kebijakan pimpinan, rasa
pikiran dan perasaan ( inefesiensi ) dalam hal
puasdiri, bertindak tanpa pikir,
pelayanan.
kemampuan rendah, tidak produktif, dan
2. Diskriminasi
kebingungan.
Sebagai penyakit birokrasi, tindakan
➢ Patologi yang timbul karena tindakan
diskriminatif dapat menghinggapi bukan
para birokrat yang melanggar norma
hanya para pejabat pimpinan, akan tetapi
hukum dan peraturan perundang-
juga para pelaksana kegiatan operasional.
undangan. Diantara patologi jenis ini
Hal ini dapat dilihat dari pengurusan KTP,
antara lain, menerima suap, korupsi,
ketidakjujuran, kleptokrasi, dan mark akte kelahiran maupun KK di kantor Dinas
Kependudukan dan Pencatatan sipil dengan
upanggaran.
adanya perlakuan diskriminatif dalam
➢ Patologi yang dimanifestasikan dalam
pelayanannya. Bagi mereka yang memiliki
perilaku para birokrat yang bersifat
keluarga atau orang dekat yang bekerja di
disfungsional. Diantara patologi jenis ini
antara lain, bertindak sewenang-wenang, instansi tersebut akan diutamakan
pelayanannya berbeda dengan mereka yang
konspirasi, diskriminatif, dan
tidak memiliki keluarga atau orang dekat di
tidakdisiplin.
instansi itu. Begitu pula jika yang datang
➢ Patologi yang merupakan akibat situasi
mengurus adalah orang yang penting
dalam berbagai analisis dalam
(pemimpin) maka akan diutamakan
lingkungan pemerintahan. Diantara
pelayanannya berbeda dengan masyarakat
patologi jenis ini antara lain, eksploitasi
biasa, yang biasanya akan lamban
bawahan, motivasi tidak tepat, beban
pengurusannya.
kerja berlebihan, dan kondisi kerja
kurang kondusif.
para pegawai yang sering melakukan manajerial para birokrat, kedua patologi
penyimpangan dalam hal pelayanan. yang disebabkan karena kurangnya
Berangkat dari konsep tersebut, pengetahuan dan keterampilan para petugas
maka skema penulisan dapat digambarkan pelaksana birokrasi, ketiga patologi yang
dalam bagan sebagai berikut : timbul karena tindakan para birokrat yang
melanggar norma hukum dan peraturan
perundang-undangan, keempat patologi
yang dimanifestasikan dalam perilaku para
birokrat yang bersifat disfungsional, dan
yang kelima adalah patologi yang
merupakan akibat situasi dalam berbagai
analisis dalam lingkungan pemerintahan.
1. Pengaburan masalah
Merupakan kenyataan dalam
kehidupan setiap organisasi yang membuat
interpretasi sedemikian rupa, sehingga
permasalahan yang sebenarnya sederhana
dibuat menjadi sangat rumit. Kadang-
kadang terjadi bahwa para pejabat pimpinan
mengaburkan bentuk dan sifat
METODE PENELITIAN permasalahan, karena dengan adanya
Penelitian ini bersifat kualitatif pengaburan itu, penyelesaiannya dapat
dimana dengan tipe penelitian studi kasus, direkayasa sedemikian rupa sehingga
penelitian berfokus pada patologi birokrasi menguntungkan pejabat yang bersangkutan
dan pelayanan publik di dinas kependudukan dalam arti kedudukannya. Akibatnya,
dan catatan sipil. Data penelitian diperoleh tindakan penyelesaian menjadi berbelit-belit
melalui sumber primer yaitu penelitian dan menyita tenaga, waktu, pikiran dan
dilapangan dengan melalui wawancara perasaan ( inefesiensi ) dalam hal pelayanan.
SKPD dan masyarakat terkait patologi Untuk mengetahui ada tidaknya patologi
birokasi dalam pelayanan publik, selain itu birokrasi seperti yang telah dibahas di atas
intervew dari beberapa informan dan data dalam hal pelayanan publik di Kantor Dinas
sekunder diperoleh dari dokumen. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab.
Biak Numfor, maka dapat diketahui
HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan indikator, yaitu :
Bentuk-Bentuk Patologi Birokrasi Dalam ➢ Memperumit pelayanan
Pelayanan Publik Merupakan suatu tindakan
Berbagai bentuk patologi birokrasi dengan membuat palayanan yang
yang sering kita temui dan dikeluhkan sebenarnya mudah dan sederhana
masyarakat dalam pelayanan publik sejalan menjadi rumit dan berbelit-belit yang
dengan pemikiran Siagian ( 1994 : 310 -1410 berimplikasi terhadap pelayanan yang
) yang mengkategorikan patologi birokrasi tidak efesien. Masalah ini sering
timbul dari lima hal yaitu pertama patologi ditemukan aparatur pemerintah dalam
yang timbul karena persepsi dan gaya