Anda di halaman 1dari 14

VAKSIN HB0 UNTUK BAYI BARU LAHIR

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 :
PUTU YUDI PUSPAYANTI PO7124321034
ASRINI PO7124321009
MUTIARA AYUFRISKA PO7124321027
NURFAINI PO7124321032
NI NYOMAN WIADNYANI PO7124321055
DEYSI SWANDAYANI PO7124321052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
PROGRAM STUDI S.Tr.KEB
KELAS ALIH JENJANG
2022
Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kamimengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 01 Juni 2022

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Imunisasi................................................................................................................3
B. Hepatitis B..............................................................................................................4
C. Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir..........................................................7
BAB III............................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virus Hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 miliar orang di
dunia, dan sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap hepatitis B
kronis. Angka kejadian hepatitis B kronis di Indonesia mencapai 5 hingga
10 persen dari total penduduk atau setara dengan 13,5 juta penderita.
Jumlah ini membuat Indonesia menjadi negara ke-3 di Asia yang penderita
hepatitis kronisnya paling banyak. Oleh karena itu, penting untuk
mencegah penyebaran penyakit ini dengan melakukan imunisasi sejak
dini. Hepatitis B adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan infeksi hati
kronis. Penyakit ini termasuk penyakit yang sangat menular dan banyak
orang yang terinfeksi pada masa kanak-kanak. Penyakit ini ditularkan
melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Namun, bayi yang baru lahir
berisiko tinggi terkena hepatitis B dari ibu yang sudah terinfeksi virus
hepatitis B melalui persalinan baik normal maupun caesar.
Itu sebabnya, para dokter dan ahli kesehatan lainnya yang
merekomendasikan vaksin hepatitis pada bayi yang baru lahir untuk
mencegah pengembangan dan penularan penyakit ini. Pasalnya, sekitar 30-
40 persen infeksi menular dari orang yang sama sekali tidak memiliki
faktor risiko infeksi. Selain itu, ibu yang menderita hepatitis B sering kali
tidak sadar dirinya terkena penyakit tersebut karena tidak ada gejala yang
dirasakan. Oleh karena itu memberikan vaksin saat kelahiran menjadi cara
terbaik yang bisa diambil.
Vaksin ini juga dilakukan tanpa pengecualian, termasuk pada ibu
yang negatif terinfeksi hepatitis B. Vaksin hepatitis B melindungi anak
Anda dari virus hepatitis B, yang dapat menyebabkan kerusakan hati
hingga kematian. Tak hanya itu, pemberian vaksin saat lahir juga

1
membantu mengurangi risiko anak terkena hepatitis B di masa kecil yang
mungkin di tularkan oleh orang sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu imunisasi pada bayi baru lahir ?
2. Apa itu Hepatitis B ?
3. Apa itu imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui imunisasi pada bayi baru lahir
2. Untuk mengetahui tentang Hepatitis B
3. Untuk mengetahui imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau


resisten. Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar
tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya
bagi seseorang (Lisnawati, 2011).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/


meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI,
2013).

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi


dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh. Agar tubuh
membuat zat anti untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG,
DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).
(Hidayat, 2008).

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit


tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu
penyakit tertentu dari dunia. (Ranuh, 2008).

3
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah difteri,
tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan
tuberkulosis. (Notoatmodjo, 2013)

Secara umun tujuan imunisasi antara lain: (Atikah, 2010) :


a. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
b. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
c. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada balita

3. Manfaat Imunisasi
a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga
apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
negara.

B. Hepatitis B
1. Pengertian Hepatitis B
Hepatitis B merupakan infeksi virus yang menyerang hati dan
dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronik dan secara potensial
merupakan infeksi hati yang mengancam nyawa disebabkan oleh virus
hepatitis B. (WHO, 2012).
Hepatitis adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan
infeksi bakteri, virus, proses autoimun, obat-obatan, perlemakan,
alkohol dan zat berbahaya lainnya. (Kemenkes RI, 2016)

4
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B yang merusak hati dengan masa inkubasi 14-160 hari.
Penyebaran penyakit melalui darah dan produknya, suntikan yang
tidak aman, transfusi darah, proses persalinan, melalui hubungan
seksual.
2. Klasifikasi Hepatitis B
Menurut Kemenkes RI (2016), Hepatitis B dibagi menjadi dua,
yakni:
a. Hepatitis B Akut
Hepatitis B Akut merupakan hepatitis B dari golongan virus
DNAyang penularannya vertikal 95% terjadi saat masa perinatal
(saat persalinan) dan 5% intrauterin. Penularan Horisontal melalui
transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tatto dan
transplantasi organ. Hepatitis B akut memiliki masa inkubasi 60-90
hari.
b. Hepatitis B Kronik
Hepatitis B kronik merupakan perkembangan dari Hepatitis B akut.
Usia saat terjadi infeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila
penularan terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi Hepatitis
kronik. Sedangkan bila penularan terjadi saat usia balita, maka 2-
3% menjadi penederita Hepatitis B kronikdan bila penularan saat
dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita Hepatitis kronik.
3. Manifestasi Klinis Hepatitis B
a. Hepatitis B akut
1) Malaise/lesu/kelelahan.
2) Nafsu makan menurun.
3) Demam ringan.
4) Nyeri abdomen sebelah kanan.
5) Kencing berwarna seperti teh.
6) Ikterik.
b. Hepatitis B kronis
1) HbsAg (Hepatitis B surface Antigen) positif.

5
2) HbeAg (Hepatitis B E-Antigen, anti-Hbe dalam serum, kadar
ALT (Alanin Amino Transferase), HBV DNA (Hepatitis B
Virus-Deoxyyribunukleic Acid) positif.
3) Berlangsung >6 bulan
4) Asimtomatik (tanpa tanda dan gejala)

4. Etiologi

Penyebab penyakit Hepatitis B menurut Susan Smeltzer (dalam


Brunner and Suddarth, 2015), yaitu :

a. Penularan melalui cairan tubuh. Hepatitis B dapat ditularkan


melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B. Cairan tubuh
yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah,
cairan vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum suntik
serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis
B dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini. bu yang
menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan kepada bayinya
melalui jalan lahir.
b. Konsumsi alkohol. Kerusakan pada hati oleh senyawa kimia,
terutama alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan merusak sel-
sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi gagal hati
atau sirosis.
c. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga
dapat menyebabkan hepatitis.
d. Autoimun. Pada Hepatitis terutama Hepatitis B, sistem imun tubuh
justru menyerang dan merusak sel dan jaringan tubuh sendiri, dalam
hal ini adalah sel-sel hati, sehingga menyebabkan peradangan.
Peradangan yang terjadi dapat bervariasi mulai dari yang ringan
hingga berat. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada wanita
dibanding pria.
5. Komplikasi

6
Hepatitis B kronik merupakan penyulit jangka lama pada pada
Hepatitis B akut. Penyakit ini terjadi pada sejumlah kecil penderita
hepatitis B akut. Kebanyakan penderita hepatitis kronik tidak pernah
mengalami gejala hepatitis B akut yang jelas. Hepatitis fulminal
merupakan penyulit yang paling dia takuti karena sebagian besar
berlangsung fatal. 50% kasus hepatitis virus fulmnal adalah dari tipe B
dan banyak diantar kasus hepatitis B akut fulminal terjadi akibat ada
koinfeksi dengan hepatitis D atau hepatitis C. Angka kematian lebih
dari 80% tetapi penderita hepatitis fulminal yang berhasil hidup yang
berhasil hidup biasanya mengalam kesembuhan biokimiawi atau
histologik.

Terapi pilihan untuk hepatitis B fulminal adalah transplantasi


hati. Sirosis hati merupakan kondisi dimana jaringan hati tergantikan
oleh jaringan parut yang terjadi bertahap. Jaringan parut ini semakin
lama akan mengubah struktur normal dari hati dan regenerasi sel-sel
hati. Makan sel-sel hati akan mengalami kerusakan yng menyebabkan
fungsi hati mengalami penurunan bahkan kehilangan fungsinya
(Mustofa & Kurniawati, 2013).

C. Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir


Penting untuk diingat, meski anak kecil sering kali tidak
menunjukkan gejala saat terkena infeksi hepatitis B, tapi risiko anak
akan mengalami masalah hepatitis kronis cukup tinggi. Faktanya, 90
persen anak yang terkena hepatitis sebelum berusia 12 bulan akan
mengalami hepatitis kronis. Hingga kini belum ada obat untuk
hepatitis B kronis dan hanya sedikit perawatan yang dapat diandalkan.
Oleh karena itu, memberikan vaksin hepatitis B pada anak sejak lahir
merupakan cara terbaik untuk mencegahnya. Bayi baru lahir memiliki
sistem kekebalan tubuh yang masih lemah. Karena itulah, ia sangat
rentan terkena berbagai penyakit dari lingkungan. Tak terkecuali virus
hepatitis B.

7
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
95% penularan hepatitis B terjadi secara vertikal, yaitu dari ibu ke bayi
pada saat persalinan. Sedangkan 5% lainnya terjadi secara intra uterine
atau pada saat di dalam kandungan. Jika penularan terjadi saat bayi,
maka kemungkinan besar virus ini akan bertahan lama di dalam tubuh
bayi dan terbawa sampai ia dewasa. Akibatnya, bayi mengalami
hepatitis B kronis. Bila tidak cepat-cepat ditangani, hal ini bisa
memicu komplikasi dan menyebabkan kematian.

Vaksin ini diberikan untuk mencegah infeksi hati serius, yang


disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B diberikan dalam
waktu 12 jam setelah bayi lahir, dengan didahului suntik vitamin K,
minimal 30 menit sebelumnya. Lalu, vaksin kembali diberikan pada
usia 2, 3, dan 4 bulan. Vaksin diberikan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin
hepatitis B dapat menimbulkan efek samping, seperti demam serta
lemas dan sedikit nyeri di area suntikan beberapa hari. Pada kasus
yang jarang terjadi, efek samping bisa berupa gatal-gatal, kulit
kemerahan, dan pembengkakan pada wajah. Imunisasi ini diberikan
melalui paha bagian luar.

8
Pemberian kepada bayi prematur dengan berat < 2000 gram perlu
diperhatikan karena biasanya tidak berespon baik terhadap vaksin. Pada
kondisi tersebut biasanya imunisasi diberikan setelah berat badan pada
bayi mencapai 2.000 gram atau saat bayi berumur 2 bulan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hepatitis B merupakan infeksi virus yang menyerang hati dan
dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronik dan secara potensial
merupakan infeksi hati yang mengancam nyawa disebabkan oleh virus
hepatitis B. (WHO, 2012).

Untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis B tersebut, bayi baru


lahir diberikan imunisasi Hepatitis B tersebut. Vaksin hepatitis B diberikan
dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir, dengan didahului suntik vitamin K,
minimal 30 menit sebelumnya. Lalu, vaksin kembali diberikan pada usia
2, 3, dan 4 bulan. Vaksin diberikan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin hepatitis
B dapat menimbulkan efek samping, seperti demam serta lemas dan
sedikit nyeri di area suntikan beberapa hari. Pada kasus yang jarang
terjadi, efek samping bisa berupa gatal-gatal, kulit kemerahan, dan
pembengkakan pada wajah. Imunisasi ini diberikan melalui paha bagian
luar.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan khususnya seorang Bidan kita harus
mampu memenuhi serta melakukan asuhan pada bayi baru lahir dengan

10
baik khususnya dalam pemberian imunisasi hepatitis B sehingga bayi
dapat terhindar dari penyakit hepatitis B.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/hepatitis-b Diakses pada tanggal 18 November 2019

https://www.halodoc.com/pentingnya-vaksin-hepatitis-b-bagi-bayi-baru-lahir
Diakses pada tanggal 18 November 2019

https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hepatitis.pdf Diakses pada tanggal 19 November 2019

11

Anda mungkin juga menyukai