Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan ridha-Nya kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini.
Terima kasih tak lupa kami ucapkan pada semua pihak yang ikut serta
mendukung atas pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat
pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan juga jauh dari sempurna, oleh sebab itu kami sangat mengharap
kritik dan saran yang membangun.
Semoga dengan terselesainya makalah ini dapat memberikan ilmu, informasi,
pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk mengembankan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu
saat terpajan dengan suatu penyakit hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi sangat diperlukan demi
memberikan perlindungan, pencegahan, sekaligus membangun kekebalan tubuh anak terhadap berbagai
penyakit menular maupun penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan kecacatan tubuh, bahkan kematian.
World Health Organization (WHO) mengatakan imunisasi sebagai alat yang terbukti untuk mengendalikan
penyakit menular yang mengancam jiwa dan dapat mencegah antara dua hingga tiga juta kematian setiap
tahun. Anak-anak yang menerima vaksin terbukti terlindungi dari penyakit menular yang dapat menyebabkan
penyakit serius atau kecacatan dan berakibat fatal. Namun saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang
belum mendapatkan imunisasi secara lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari lahir. Hal itu
menyebabkan mereka mudah tertular penyakit berbahaya karena tidak adanya kekebalan terhadap penyakit
tersebut. Dalam program imunisasi di Indonesia, pemberian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada bayi,
merupakan suatu keharusan.
Imunisasi dasar merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kesakitan dankematian pada bayi.
Imunisasi Dasar Lengkap tercapai jika bayi telah mendapat imunisasi Hepatitis B, BCG, DTP, Polio, dan
campak sebelum berusia satu tahun. Imunisasi BCG hanya dianjurkan bagi negara endemis. Indonesia saat ini
merupakan negara ke-3 tertinggi di dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan Tiongkok Menurut data
Riskesdas tahun 2013 dan 2018 didapatkan data cakupan imunisasi di Indonesia untuk HB-0 meningkat dari
79,1% menjadi 83,1%, BCG menurun dari 87,6% menjadi 86,9%, DPT-HB-3 menurun dari 75,6%menjadi
61,3%, Polio-4 yang menurun dari 77,0% menjadi 67,6%, dan imunisasi Campak yang menurun dari 82,1%
menjadi 77,3%. Pencapaian cakupan kelengkapan pemberian imunisasi menurut Riskesdas tahun 2013 dan
2018 didapatkan, imunisasi lengkap yang menurun dari 59,2% menjadi 57,9%, imunisasi tidak lengkap yang
meningkat 32,1% menjadi 32,9% dan tidak imunisasi yang meningkat dari 8,7% menjadi 9,2%.10 Indikator
lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi yaitu Universal Child Immunization (UCI)
desa/kelurahan. Cakupan UCI desa/kelurahan menurut Provinsi pada tahun 2016 di Sumatera Utara adalah
(73,44%). Untuk cakupan imunisasi dasar lengkap di Kabupaten Dairi tahun 2016 – 2017 telah terjadi
penurunan diantaranya tahun 2016 (83,7%) dan tahun 2017 (81,3%. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa
masih ada bayi yang imunisasinya tidak lengkap serta bayi yang belum pernah di imunisasi. Ada beberapa hal
yang mempengaruhi belum tercapainya target cakupan imunisasi antara lain rumor yang salah tentang
imunisasi, masyarakat berpendapat imunisasi menyebabkan anaknya menjadi sakit, cacat atau bahkan
meninggal dunia, pemahaman masyarakat terutama orang tua yang masih kurang tentang imunisasi,serta usia
dan pekerjaan ibu.
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang sudah dilakukan oleh Afiyan, dan Ira pada tahun 2018
bahwa terdapat hubungan karakteristik ibu, pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dengan kepatuhan imunisasi
13 dan menurut penelitian Vivi Triana yang dilakukan di Kecamatan Kuraji Kota Padang tahun 2015 bahwa
pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang mempengaruhi kelengkapan pemberian imunisasi dasar pada
bayi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan,
dan sikap ibu dengan
kelengkapan imunisasi dasar wajib.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud imunisasi?
2. Apa saja tujuan imunisasi?
3. Apa saja manfaat imunisasi?
4. Apa saja jenis penyelenggaraan imunisasi program sebelum pandemi?
5. Apa saja penyakit yang dapat dicegah dari imunisasi?
6. Bagaimana cara pemberian imunisasi?
7. Apa saja faktor yang berhubungan dari kelengkapan imunisasi dasar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Sedangkan, tujuan khusus dari
imunisasi ini diantaranya, tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi
sesuai target, tercapainya presentase minimal 80% bayi yang mendapat IDL disuatu
D. Manfaat Penelitian
Agar mahasiswa dapat memahami tentang aplikasi imunisasi di Indonesia sebelum pandemi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
2. Tujuan Imunisasi
(IDL) pada bayi sesuai target RPJMN (target tahun 2019 yaitu 93%),
3. Manfaat Imunisasi
a. Imunisasi Rutin
2) Imunisasi Lanjutan
2018).
b) Imunisasi AnakSekolah
kelompok usia 15-39 tahun baik itu WUS hamil (ibu hamil) dan
b. Imunisasi Tambahan
c. Imunisasi Khusus
2018).
Menurut buku ajar imunisasi yang disusun oleh pusat pendidikan dan
a. Tuberculosis(TBC)
melalui pernafasan dan melalui bersin atau batuk. Gejala awal penyakit
ini adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan keluar
menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah, sedangkan gejala lain
b. Difteri
nafsu makan, demam ringan,dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-
kematian.
c. Pertusis
percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau bersin. Gejala yang
timbul berupa pilek, mata merah, bersin, demam, batuk ringan yang
lama kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat dan
d. Tetanus
yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal yang timbul
berupa kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan
menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat
gejala berhenti menetek antara 3-28 hari setelah lahir dan gejala
kematian.
e. HepatitisB
gangguan perut, flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, dan
warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit. Komplikasi yang
f. Campak
ludah) dari bersin atau batuk penderita. Gejala awal yang timbul berupa
dan koplik spots, selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,
g. Rubella
memiliki RNA genom untai tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur
serta ditemukan dalam darah 5-7 hari setelah infeksi dan menyebar ke
dua hari yang ditandai dengan ruam awal pada wajah yang menyebar
limfadenopati servikal. Sedangkan gejala pada anak yang lebih tua dan
seperti gejala, dan sakit sendi terutama pada wanita muda. Masalah
h. Poliomielitis
i. Radang SelaputOtak
Pada stadium I selama 2-3 minggu ditandai dengan gejala ringan dan
sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam
j. RadangParu-Paru
dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat
6. Jadwal PemberianImunisasi
Catatan:
b. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
7. Pelayanan KesehatanImunisasi
PMK RI no 43 tahun 2016, terdiri dari pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, bayi baru lahir, balita, pada usia pendidikan dasar, pada usia
dengan gangguan jiwa berat, orang dengan TB, dan pelayanan kesehatan
2016).
1) RumahSakit
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Tugas dan
2) Puskesmas
a) Pelayanan promosikesehatan
b) Pelayanan kesehatanlingkungan
d) Pelayanangizi
3) Pustu
dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan
4) DokterPraktek
2010).
5) BidanPraktek
sebelum berumur satu tahun bayi sudah mendapatkan lima imunisasi dasar
lengkap yaitu satu kali imunisasi Hepatitis B diberikan pada bayi <24 jam
atau sampai <7 hari pasca persalinan, satu kali imunisasi BCG diberikan
ketika bayi berumur 1-2 bulan, tiga kali imunisasi DPT-HB-HiB diberikan
ketika bayi berumur 2,3,4 bulan dengan interval minimal empat minggu,
empat kali imunisasi polio diberikan pada bayi ketika berumur 1,2,3,4
dengan interval minimal empat minggu, dan satu kali imunisasi campak/MR
a. Imunisasi HepatitisB
umumnya tidak ada, jika pun terjadi yaitu berupa keluhan nyeri pada
b. ImunisasiBCG
getah bening di ketiak atau leher bagian bawah dan biasanya akan
mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang
c. ImunisasiDPT-HB-Hib
e. ImunisasiCampak
merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan,
perilaku hanyalah sebagian dari masalah yang harus di upayakan untuk menjadi
individu dan masyarakat yang sehat. Menurut teori Health Belief Model perilaku
seseorang ditentukan oleh motif dan kepercayaan individu. Health Belief Model
penyakit dan keyakinan terhadap nilai manfaat dan tindakan kesehatan. Apabila
variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang
dari:
1) Usia
berusia <20 tahun dan >35 tahun, dan secara statistik terdapat
hal ini yang dimaksud adalah tinggi rendahnya kelas sosial seseorang
c. Variabel struktural(pengetahuan)
yang terdiridari:
1) Tahu(know)
2) Memahami(comprehension)
setelah seseorang itu tahu apa saja imunisasi dasar lengkap yang
dasar.
3) Aplikasi(aplication)
5) Sintesis(synthesis)
6) Evaluasi(evaluation)
8,4 kali untuk imunisasi tidak lengkap dibandingkan dengan anak dari
atau angket yang menanyakan isi materi yang diukur dari subjek
b. T j ≤50%
rendah dan mereka tidak melihat diri mereka beresiko terhadap penyakit,
maka mereka tidak mungkin untuk terlibat dalam perilaku pencegahan dan
individu mengganggap perilaku pencegahan tidak akan menghasilkan
atau rentan terhadap suatu penyakit (Suryawati, 2016). Dengan kata lain,
dengan imunisasi.
seriousness tinggi.
Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka mengacu pada sejauh
penyakit tersebut muncul akibat ulah dirinya sendiri atau penyakit tidak
Jika orang memiliki persepsi bahwa suatu penyakit tidak perlu dicegah,
maka mereka tidak mungkin untuk terlibat dalam tindakan pencegahan, sisi
penyakit maka ada motivasi individu yang lebih besar untuk terlibat dalam
memiliki perceived barriers tinggi memiliki peluang 38,9 kali untuk imunisasi
a. Pesan-Pesan diMedia
dari suatu produk. Iklan juga dapat dikatakan suatu bentuk metode
tujuan mengapa iklan itu dibuat. Semakin banyak orang tertarik maka
semakin baik iklan tersebut, dengan kata lain iklan yang baik harus
b. Teman danKeluarga
mengetahuibahwapenyebabterserangnyapenyakittersebut
disebabkan karena tidak imunisasi campak. Jika individu berada dalam
C. KerangkaTeori
FAKTOR MODIFIKASI
Variabel Demografi (usia, jeniskelamin)
Variabel Sosial Psikologis (sosialekonomi)
Variabel Struktural(pengetahuan)
Persepsi kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) dari ketidaklengkapan imunisasi Persepsi manfaat yang dirasakan (perceived benafis) dari kelengkapan imunisasi
Persepsi keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness) dari ketidaklengkapan imunisasi Persepsi hambatan yang dirasakan (perceivedbarrier) untuk membawa anak imunisa
Isyarat Untuk Bertindak
kampanye media baik mediacetak atauelektronik
teman atau keluarga yang menderita penyakit karena ketidaklengkapanimunisasi
nasehat dari petugas kesehatan untuk memberikan imunisasi dasarlengkap
Gambar 2.1
Modifikasi Teori Health Belief Model oleh Becker dalam Notoatmodjo (2012), Nies dan McEwen (2015) dalam Ratnawati
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Permenkes RI 12, 2017). Imunisasi program adalah Imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari
masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah
dengan Imunisasi. Imunisasi program terdiri dari imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus (Permenkes RI
12, 2017). Imunisasi rutin merupakan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan yang
terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan (Permenkes RI 12, 2017). beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi yaitu sebagai berikut Tuberculosis(TBC), Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B dan sebagainya.
Faktor-Faktor Yang Behubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar (Teori Health BeliefModel) Faktor penentu yang
mempengaruhi pemberian imunisasi pada masyarakat adalah perilaku masyarakat tersebut. Dengan demikian, faktor
perilaku hanyalah sebagian dari masalah yang harus di upayakan untuk menjadi individu dan masyarakat yang sehat
seperti faktorModifikasi, kerentanan yang dirasakan, keseriusan yang dirasakan, ancaman yang dirasakan, manfaat yang
dirasakan dan sebagai nya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu:
1. Bagi KeluargaDisarankan untuk selalu memberikan dukungan keluarga kepada ibu balita baik berupa
dukungan informasional, penilaian, instrumental maupun emosional sehingga ibu balita mau mengimunisasikan
balita dan diharapkan imunisasi balitanya lengkap.
2. Bagi Petugas KesehatanDisarankan untuk petugas Kesehatan/Puskesmas dapat lebih meningkatkan
pelayanan imunisasi dan pendidikan masyarakat/penyuluhan kesehatan tentang imunisasi dasar lengkap. Selain
penyuluhan, teknik dalampenyampaian informasi salah satunya dengan cara diskusi partisipan. Pemberian
informasi tidak hanya searah saja, tetapi dua arah sehingga masyarakat/ ibu balita dapat berdiskusi tentang apa
yang kurang dipahami agar informasi yang disampaikan mudah dipahami dan direspon oleh masyarakat/ibu
balita.
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Jateng. 2012. Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
http://www.depkes.go.id. Diakses 24 September 2013 Hadinegoro, S.R., Pusponegoro, H.D., Soedjatmiko, &
Oswari, H. 2011. Panduan Imunisasi Anak : mencegah lebih baik daripada mengobati. Jakarta : Satgas Imunisasi
IDAI
Ranuh, I.G.N., Suyitno, H., Hadinegoro, S.R., Kartasasmita, C.B., Ismoedijanto, Soedjatmiko. 2011. Pedoman
Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI