Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas rahmat dan karunianya
kita dapat mengenalilmu,pengetahuan, tidak lupa kita haturkan shalawat beserta
salamat atas junjungan alam Nabi besar kita yaitu nabi Muhammad saw. Dan
kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah mengajari kami
ilmu yang sangat banyak,berkat ilmu itu juga kami mampu menyelesaikan tugas
mata kuliah “Asuhan Neonatus” dengan berjudul “ Imunisasi Dasar Berdasarkan
Daftar Tilik”. Dalam menyusun makalah ini,kami menyadari masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah
kami selanjutnya.
Indonesia sehat pada tahun 2015 merupakan target dari berbagai program
yang terdapat dalam MDG’s, salah satu program tersebut adalah menurunkan
angka kematian balita sebesar 2/3 antara 1990 sampai 2015. Untuk memenuhi
program ini maka dibentuk dua indikator yaitu angka kematian balita dan
cakupan imunisasi campak pada usia satu tahun. Cakupan imunisasi dan
campak pada anak usia satu tahun terus meningkat setip tahunnya dalam
rangka mencapai target MDG’s sebesar 90 % tahun 2015. (BPS MDGs.
Indikator MDGs. 2000). Cakupan imunisasi campak di Sumatera Barat tahun
2010 hana 66,3% menurun dibandingkan tahun 2007 sebesar 75,4%.
Persentase rincian imunisasi pada tahun 2010 yaitu BCB 71,8%, polio 63,5%,
DPT-HB 51,0%, dan campak 66,3%. Jika dibandingkan dengan data pada
tahun 2007 imunisasi BCG 83,1% menurun sebesar 11,3%, imunisasi polio
69,4% menurun sebesar 5,9%, imunisasi DPT-HB g4,2% menurun sebesar
13,2%, dan imunisasi campak 75,4% menurun sebesar 9,1%. Namun angka ini
meningkat pada tahun 2011 sebesar 19% yaitu 85,3% berdasarkan sumber
data Diknas Sumbar tahun 2012. Menurut laporan Dinas Kesehatan Kota
Padang (DKK) tahun 2012, cakupan imunisasi campak Kota Padang tahun
2011 88,1% angka ini sudah mencapai target yang seharusnya dan dapat
dikatakan cukup tinggi. Namun angka ini belum merata pada semua
kecamatan yang ada di Kota Padang.
1. SJSHSHSH
2. HDHDJD
3. HDHDH
4. DHDHHD
5. HDJSDdjws
1) Imunisasi BCG
g. Kehamilan.
(Vivian 2010)
2. Rekomendasi
2. Pada bayi yang kontak erat dengan penderita TB, dan melalui
pemeriksaan A
3. Sputum didapati BTA (+3) maka sebaiknya diberikan INH
profilaksis terlebih dahulu, dan jika kontak sudah dapat diberi
BCG.
2) Imunisasi Hepatitis B
3. Jadwal pemberian
4. Kontra indikasi
5. Lokasi Penyuntikan
3) Imunisasi Polio
Kata polio (abu-abu) dan meylon (sumsum), berasal dari bahasa
latin yang bearti medula spinalis. Penyakit ini disebabkan oleh virus
poliomielitis pada medula spinalis yang secara klasik menimbulkan
kelimpuhan. Virus polio termasuk dalam kelommpok (subgrub)
enterovirus, famili picomaviridea, virus polio dibagi menjadi 3 macam
serotipe yaitu p1,p2, dan p3, virus polio ini menjadi tidak aktif apabila
terkena panas ,formaldehida, dan sinar ultra violet. Reservior virus
polio liar hanya pada manusia, yang sering ditularkan oleh pasien
infeksi polio yang tanpa gejala. Namun tidak ada pembawa kuman
dengan status karier asimptomatris, kecuali pada orang yang menderita
defisiensi sistem imun.
Vaksin ini berisi virus polio tipe 1,2, dan 3 serta merupakan bagian dari
suku sabin yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated).
Vaksin digunakan rutin sejak bayi lahir sebagai dosis awal, dengan
dosis 2 tetes (0,1 ml). Imunisasi dasar umum 2-3 bulan dalam 3 bulan
dosis terpisah berturut-turut dengan interval 6-8 minggu untuk
mendapatkan imunitas jangka lama. Apabila OPV yang diberikan
dimuntahkan dalam waktu 10 menit, maka dosis pemberian perlu
diulangi. Virus vaksin akan menempatkan diri di usus dan memacu
antibodi dalam darah dan epitelium usus,sehingga menghasilkan
pertahanan lokal terhadap virus polio liar. Virus vaksin ini dapat
dieksresi melalui tinja sampai 6 minggu setelah pemberian dan
melakukan infeksi pada kontak yang belum diimunisasi. Siapa saja
kontak dengan bayi yang baru saja iberi OPV agar mencuci tangan
setelah mengganti popok bayi. Asi tidak berpengaruh pada respon
antibodi. Apabila OPV yang diberikan dimuntahkan dalam waktu 10
menit, maka dosis pemberian diulangi. (Wafi 2010)
2. Inactived Poliomylitis Vaccine (IPV)
Vaksin polio inactived merupakan antigen polio tipe 1,2 dan 3 yang
mati. Vaksin harus disimpan pada suhu 2-8 C dan tidak boleh
dibekukan. Dosis pemberian adalah 0,5 ml dengan suntikan subkutan
dalam, tiga kali berturut-turut, dengan jarak antara masing-masing dosis
adalah 2 bulan, sehingga memberikan imunitas jangka panjang.
Imunitas mukosa IPV lebih rendah dari OPV. Vaksin OPV dan IPV
keduanya dapat dipakai berganti. Vaksin IPV bisa diberikan pada anak
sehat, anak dengan imunokompromise atau bersamaan dengan vaksin
DPT. Vaksin IPV dapat menjadi alternatif, karena reaksi KIPI dari OPV
, antara lain dapat menyebabkan terjadinya VAPP dan VDPV.(Wafi
2010).
Saat ini telah beredar vaksin DtaP (DTP dengan komponen acelluler
pertusis), disamping DTwP (DTP dengan whole cell pertusis) yang
telah ada selama ini. Keduanya dapat digunakan secara bergantian. DTP
adalah toksin difteria digabung toksoid diteria dan tetanus, yang dapat
diberikan pada anak dengan kontraindikasi vaksin pertusis.
Kontra indikasi vaksin pertusis,antara lain riwayat anafilaksis dan
ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertulis sebelumnya precaution,
pada beberapa kasus ,diantaranya riwayat hiperpireksia, hipotonik dan
hiporesponsif dalam 48 jam, menangis terus-menerus selama 3 jam dan
kejang dalam 3 hari paska penyuntikan pertusis sebelumnya. Riwayat
kejang,reaksi KIPI, alergi vaksin pada keluarga bukan merupakan
kontraindikasi, tetapi HARAP dipertimbangkan keuntungan dan risiko
pemberian vaksin pertusis. (Nur Muslihatun Wafi 2010)
5) Imunisasi Campak
Ada dua jenis vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus
campak hidup dan dilemahkan dan vaksin yang berasal dari virus
campak yang dimatikan. Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam
satu dosis 0,5 ml melalui suntikan subkutan dalam pada umur 9 bulan.
Imunisasi ulangan perlu diberikan pada saat anak masuk SD (5-6 tahun)
untuk mempertinggi serokonversi. Apabila anak pada umur 15-18 bulan
telah mendapatkan vaksin MMR, maka imunisasi ulangan campak usia
5 tahun tidak perlu diberikan. Kontra indikasi pemberian imunisasi
campak, antara lain demam tinggi, sedang pengobatan imunosupresi,
hamil, memeliki riwayat alergi, sedang pengobatan imunoglobulin atau
bahan-bahan dari darah. Reaksi KIPI akibat imunisasi campak banyak
dijumpai pada pemberian vaksin campak dari virus yang dimatikan.
Reaksi KIPI dari imunisasi campak tersebut antara lain demam lebih
dari 39,50C pada hari ke 5-6 selama 2 hari yang dapat merangsang
terjadinya kejang demam, ruam pada hari ke 7-10 selama 2-4 hari, serta
gangguan sistem syaraf pusat, di antaranya sensefalitis dan ensefalopati
paska imunisasi.
2. Genetik
3. Kualitas vaksin
b. Dosis vaksin
c. Frekuensi pemberian.
imunisasi adalah suatu prosese untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal
terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan virus).
Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka penderitaan suatu
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya
Macam-macam dari imunisasi adalah imunisasi aktif dan pasif.
Jenis-jenis imunisasi adalah BCG,Hepatitis B,Polio,DTP,Campak.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka di sarankan bagi setiap ibu agar selalu
memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus selalu aktif ke posyandu atau
tenaga kesehatan terdekat untuk di beri imunisasi karena dengan di beri imunisasi
dapat mencegah bayi dalam berbagai macam penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
https://afdelinasusari.wordpress.com/2015/02/11/makalah-imunisasi-dasar/
DAFTAR PUSTAKA