Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH IMUNISASI DASAR PADA BAYI

DI SUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.

WIWIN HANDAYANI
YULIANA HIDAYATI
ZALEHA
TITA ZHAFIRAH ZELINDA

B.12.12.054
B.12.12.055
B.12.12.056
B.12.12.057

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
PALEMBANG
2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi. Makalah ini dapat terselesaikan berkat
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapakan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan dan petunjuk sehingga makalah ini dapat terselesaikan, walaupun makalah ini
belum sepenuhnya sempurna.
Besar harapan penulis bahwa makalah ini dapat dipergunakan dengan baik
dan memberikan manfaat kepada pembaca. Juga merupakan harapan penulis semoga
adanya makalah ini, akan mempermudah pembaca mengetahui tentang imunisasi.
Penulis merasa makalah ini belumlah sempurna oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik khususnya teman dan dosen pembimbing.

Palembang, Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................

ii

DAFTAR ISI........................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
1.3 Tujuan penulisan ..........................................................................
1.4 Manfaat penulisan ........................................................................

1
2
3
3

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Definisi imunisasi ........................................................................
2.2 Tujuan imunisasi ..........................................................................
2.3 Manfaat imunisasi ........................................................................
2.4 Macam-macam vaksin imunisasi .................................................
2.5 Jadwal atau waktu pemberian imunisasi dasar pada bayi ............

4
4
5
5
17

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................
3.2 Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

19
19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Agar imunisasi dapat menjangkau semua lapisan masyarakat maka
sasaran yang ditujukan ialah orang tua. Khususnya pada ibu atau calon ibu
untuk diberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi bagi anak,
menganjurkan agar ibu membawa anaknya ke Posyandu.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi yaitu faktor pendidikan
(pengetahuan), usia, penyuluhan oleh bidan.Semua orang tua, tentu
berkeinginan supaya anak-anaknya tetap sehat. Jangankan sakit berat, sakit
ringanpun kalau mungkin jangan sampai diderita anaknya. Salah satu upaya
agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan jalan
memberi imunisasi.
Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat ini
terbukti dengan menurunya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka
kesakitan bayi menurun 10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka
kematian bayi menurun 5% dari angka sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian
setiap tahunnya di Indonesia. Keberhasilan imunisasi dikarenakan sudah
tersebarnya posyandu dan tenaga kesehatan. Selain itu peran dari orang tua
khususmya ibu-ibu sangat mendukung pelaksanaan imunisasi.

Pada hakekatnya masalah imunisasi tidak luput dari perhitungan


untung rugi. Dengan imunisasi anak pasti dapat mencapai keuntungan bukan
kerugian.

Keuntungan

pada

imunisasi

tidak

terlihat

dalam

bentuk

materi.Mungkin pula secara langsung dirasakan. Anak yang tidak mendapat


imunisasi mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit infeksi dan menular.
Penyakit ini mungkin menyebabkan ia cacat seumur hidup, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak bahkan dapat berakhir dengan
kematian.imunisasil

lengkap

sesuai

dengan

status

Universal

Child

Immunitation (UCI) yang ditetapkan oleh WHO, Yaitu sesuai dengan cakupan
BCG minimal 90%, DPT I dan DPT II minimal 90%, DPT III minimal 80%,
Hepatitis B minimal 90%, Polio minimal 95%, dan Campak minimal 90%.
Padahal, umumnya sebagian besar ibu-ibu masih merasa takut dan enggan
membawa anaknya untuk imunisasi ke Posyandu karena alassan bayinya
menjadi sakit setelah pemberian imunisasi.

1.2

Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

1.3

Apa pengertian imunisasi?


Apa tujuan pemberian imunisasi?
Apa syarat pemberian imunisasi?
Jelaskan macam-macam imunisasi!

Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian imunisasi

2. Untuk mengetahui tujuan pemberian imunisasi


3. Untuk mengetahui syarat pemberian imunisasi
4. Untuk mengetahui macam-macam imunisasi

1.4

Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Dapat memperkaya konsep/ teori yang menyokong perkembangan ilmu
pengetahuan

kebidanan

khususnya

yang

terkait

dengan

tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi.


2. Manfaat praktis
Dapat memberikan masukkan yang berarti bagi ibu dalam meningkatkan
pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi khususnya melalui
perspektif motivasi.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi
berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya. (Damayanti, 2012).
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena
sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga
rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya
dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap
terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup
anak. (Damayanti, 2012).

2.2

Tujuan Imunisasi
Menurut Suparyanto (2012), tujuan imunisasi adalah :
1.

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar


dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan
oleh penyakit yang sering berjangkit.

2.

Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal


terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan

mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat


dicegah dengan imunisasi.
2.3

Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi menurut Nurohman (2012), yaitu :
1. Membentuk sistem kekebalan tubuh untuk jangka waktu yang panjang.
2. Tindakan pencegahan yang murah dan sangat efektif.
3. Memberikan perlindungan tanpa menimbulkan bahaya. Efek samping
yang serius jarang terjadi.
4. Menciptakan kekebalan Komunitas.
5. Mampu melenyapkan suatu penyakit dari muka bumi.

2.4

Macam-Macam Vaksin Imunisasi


Vaksin adalah mikro organisme atau toksoid yang diubah sedemikian
rupa sehingga patogenitasnya atau toksistasnya hilang tapi masih tetap
mengandung sifat antigenitas. Berapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin
dapat menentukan keberhasilan vaksinasi, seperti cara pemberian dosis,
frekuensi pemberian anjuvan yang di pergunakan, dan jenis vaksin
(Damayanti, 2012).

Menurut Vivian (2010), vaksin-vaksin yang saat ini dipakai dalam


program imunisasi di Indonesia adalah :
1. Imunisasi BCG (bacillius calmate guerin)
Imunisasi BCG (Bacillius Calmate Guerin) adalah vaksin hidup
yang ibuat dari mycobacterium bavis yang dibiakkan berulang selama 1-3
5

tahun. Sehingga didapat basil yang tidk virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas. (Vivian, 2010).
Imunisasi BCG bermanfat untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC (tuberculosis) yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer
atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah di lakukan imunisasi BCG,
pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat, TBC pada selaput
otak, TBC miller (pada seluruh lapangan paru atau TBC tulang). (Vivian,
2010).
Efek samping imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang
bersifat umum seperti demam 1-2 minggu, kemudian akan timbul indurasi
dan kemerahan ditempat suntikan yang akan berubah menjadi pustule,
kemudian pecah dan menjadi ulkus (bisul kecil yang bernanah dan
menimbulkan luka parut). Luka ini tidak perlu pengobatan karena akan
sembuh dengan sendirinya (Nursewian, 2013).
Menurut Vivian (2010), kontra indikasi imunisasi BCG yaitu :
a. Reaksi tuberkullin, 5 mm
b. Terinfeksi HIV atau dengan resiko HIV, imunokompromais akibat
pengobatan kortikosteroid, obat imunosupresif, sedang menjalani
terapi radiasi serta menderita penyakit keganasan yang mengenai
sumsum tulang atau sistem limfe.
c. Anak menderita gizi buruk
d. Anak menderita demam tinggi
6

e. Anak menderita infeksi kulit yang halus


f. Anak pernah menderita tuberkulosis
g. Kehamilan
Menurut Vivian (2010), imunisasi BCG diberikan pada anak ketika
berumur < 2 bulan dan sebaiknya dilakukan uji mantoux (tuberkulin)
terlebih dahulu (imunisasi bisa diberikan jika uji mantoux negatif).
Menurut Damayanti (2013), cara pemberian dan dosis imunisasi
BCG yaitu :
a. Sebelum disuntikan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.
Melarutkan dengan mengunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)
b. Dosis pemberian : 0,5 ml, sebanyak 1 kali
c. Di suntikan secara intracutan di daerah lengan kanan atas (insertion
muscullus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,5 ml.
d. Vaksin yang sudah dilarutkan harus di gunakan sebelum lewat 3 jam.

2. Imunisasi DPT (Dephteri, Pertusis dan Tetanus)


Menurut Arimijie (2013), imunisasi DPT adalah upaya untuk
mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus
dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah
dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat
menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk
7

melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut. DPT merupakan


singkatan dari Difteri Pertusis Tetanus. Difteri : Radang tenggorokan yang
sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian anak hanya dalam
beberapa hari saja. Pertusis : Penyakit radang pernafasan (paru) yang
disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari, karena lama sakitnya dapat
mencapai 3 bulan lebih atau 100 hari. Gejala penyakit ini sangat khas,
batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi whop dan diakhiri
dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita dapat meninggal
karena kesulitan bernafas. Tetanus : Penyakit kejang otot seluruh tubuh
dengan mulut terkancing tidak bisa dibuka.
Menurut Sarimijie (2013), manfaat pemberian imunisasi DPT
adalah :
a. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan
terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
b. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding
terkena penyakit secara alami.
Menurut Vivian (2010), efek samping imunisasi DPT adalah :
a. Panas.
b. Rasa sakit di daerah suntikan.
c. Peradangan yang mungkin di akibatkan oleh beberapa faktor yaitu :
1) Jarum suntik yang tidak steril.
2) Penyuntikan kurang dalam
3) Kejang-kejang.
Kontra indikasi imunisasi DPT menurut Nursewian (2013), yaitu
hipersensitivitas terhadap komponen vaksin, reaksi berat terhadap dosis

vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya


yang merupakan kontra indikasi terhadap dosis lanjutan vaksin kombinasi.
Beberapa kontra indikasi terhadap DPT diantaranya fist atau gejala
cerebral abnormality pada periode baru lahir atau neurological
abnormality serius lainnya merupakan kontraindikasi terhadap DPT
karenan komponen pertusis. Pada kasus ini vaksin jangan diberikan dalam
bentuk kombinasi, tetapi sebaiknya diberikan secara terpisah yaitu dengan
memberikan vaksin DT (bukan DPT) serta hepatitis B.
Menurut Vivian (2010), untuk imunisasi rutin pada anak dianjurkan
pemberian 5 dosis pada usia 2, 4, 6, 15 18 bulan, dan saat masuk
sekolah. Dosis ke empat harus diberikan sekuang-kurangnya 6 bulan
setelah dosis ke tiga. Kombinasi toksoid difteri dan tetanus (DT) yang
mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki
kontraindikasi terhadap pemberian vaksin pertusis.
Menurut Damayanti (2013), cara pemberian dan dosis imunisasi DPT
yaitu :
a. Sebelum di gunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadi homogen.
b. Di suntikan secara intramuscular dengan dosis pemberian 0.5 ml
sebanyak 3 dosis.
c. Dosis pertama diberikan pada umur 2 tahun, dosis selanjutnya dengan
interval paling cepat 4 minggu (1 bulan).
9

d. Di unit pelayanan statis, vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh
digunakan setelah 4 minggu dengan ketentuan :
1) Vaksin belum kadar luasa
2) Vaksin di simpan dalam suhu 2 derajat celcius sampai 8 derajat
celcius
3) Tidak perna terendam air.
4) Sterilitasnya terjaga.
5) VVM masih dalam kondisi A atau B.
6) Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh
digunakan lagi untuk hari berikutnya.

3. Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah suatu imunisasi yang memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit poliomielitis (Suryoto, 2013).
Menurut Damayanti (2013), penyebab penyakit ini adalah virus
polio yang terdiri dari 3 strain yaitu strain 1 (brun hilde), strain 2 (lanzi),
strain 3 ( leon) virus polio menyebar dari orang satu ke orang lain melalui
jalur Oro faecal pada beberapa kasus dapat berlangsung secara oral-oral.
Infeksi virus mencapai puncak pada musim panas, sedangkan pada daerah
tropis tidak ada bentuk musiman penyebaran infeksi.

10

Manfaat imunisasi polio adalah memberikan kekebalan aktif


terhadap penyakit poliomielitis yang disebabkan oleh virus polio.
(Damayanti, 2013).
Menurut Vivian (2010), efek samping setelah pemberian imunisasi
polio diantaranya adalah sebagian kecil resipien mengalami gejala-gejala
pusing, diare ringan, dan sakit pada otot.
Menurut Vivian (2010), kontraindikasi pemberian imunisasi polio
yaitu :
a. Mengalami penyakit akut atau demam (temperatur > 38,50C) maka
imunisasi harus ditunda.
b. Muntah atau diare, maka imunisasi ditunda
c. Dalam masa pengobatan kortikosteroid atua imunosupresif oral
maupun suntikan juga pengobatan radiasi umum (termasuk kontak
pasien)
d. Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan
sistem retikuloendotelial (seperti limfoma, leukemia, dan penyakit
hodgkin) dan anak dengan mekanisme imunologis yang terganggu,
misalnya pada hipogamaglobulinemia.
e. Menderita infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak
f. Kejadian ikutan pada fetus belum pernah dilaporkan, namun OPV
tidak boleh diberikan pada ibu hamil 4 bulan pertama, kecuali

11

terdapat alasan mendesak, misalnya bepergian ke daerah endemis


poliomielitis.
g. Vaksin polio oral dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin
inactivated dan virus hidup lainnya (sesuai dengan indikasi), tetapi
jangan bersama vaksin tifoid oral.
h. Bila BCG diberikan pada bayi, tidak perlu memperlambat pemberian
OPV, karena OPV memacu imunitas lokal dan pembentukan antibodi
dengan cara replikasi dalam usus.
i. Vaksin polio oral dan IPV didalamnya mengandung sejumlah kecil
antibiotik (neomisin, polimisin, streptomisin) namun hal in bukan
kontraindikasi kecuali pada anak yang mempunyai bakat hipersensitif
yang berlebihan.
j. Kepada saudara atau anggota keluarga kontak dari anak yang
menderita imunosupresi jangan dberikan OPV tetapi diberi IPV
Menurut Damayanti (2013), cara pemberian dan dosis imunisasi
polio yaitu :
a. Diberikan secara oral (melalui mulut). 1 dosis adalah 2 (dua) tetes
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval di setiap dosis
minimal 4 minggu.
b. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)
yang baru

12

c. Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah di buka hanya boleh
minimal 4 minggu dengan ketentuan :
1) Vaksin belum kadar luasa.
2) Vaksin di simpan dalam suhu 2 derajat celcius. Sampai 8 derajat
celcius
3) Tidak pernah terendam air
4) Sterilitasnya terjaga
5) VVM masih dalam kondisi A atau B
d. Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh di
gunakan lagi untuk hari berikutnya
Menurut Vivian (2010), imunisasi polio oral (oral polio vaccine)
diberikan pada bayi baru lahir sebagai dosis awal, kemudian diteruskan
dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan 3 dosis
terpisah berturut-turut

dengan interval waktu 6-8 minggu. Satu dosis

sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per oral pada umur 2-3 bulan, yang
pemberiannya dapat diberikanbersamaandengan suntikan vaksin DPT dan
hepatitis B.
4. Campak
Menurut Damayanti (2013), penyakit campak adalah penyakit
akut yang di sebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada anakanak, di tandai dengan panas, batuk, filek, konjungtivitis dan di temukan

13

spesifik enontem (kopliks spot), di ikuti dengan erupsi makulopopular


yang menyeluruh, bahaya penyakit campak ini di kemudian hari adalah :
a. Kurang gizi, sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca
campak.
b. Sindrom sub akut ponen sifilitis (SSPE) pada anak > 10 tahun
c. Munculnya gejala tuberkolosis paru yang lebih parah pasca mengidap
penyakit campak yang berat yang di sertai pneumonia.
Manfaat dari imunisasi campak adalah untuk menghindari
penyakit campak pada bayi. Penyakit campak di sebabkan oleh karena
virus campak. Virus campak termasuk di dalam famili maramixovirus.
Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak
terhadap suhu 370c. toleransi terhadap pH baik sekali. Bersifat sensitif
tarhadap eter, cahaya, trysine. Virus mempunyai jangka waktu hidup
yamg pendek (short survival time) yaitu kurang dari 2 jam. Penyakit
campak di tularkan secara langsung dasri dropplet infeksi atau, agar
jarang dengan penularan lewat udara (airbone spred) (Damayanti, 2013).
Efek samping imunisasi campak adalah pada 5-15% bayi akan
mengalami demam dan ruam merah setelah mendapatkan imunisasi, tapi
akan segera pulih dengan sendirinya. Orang tua hanya perlu memberikan
cairan ASI dan istirahat lebih banyak pada bayi (Damayanti, 2013).
Menurut Vivian (2010), kontraindikasi imunisasi campak berlaku
bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh
14

pengobatan imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi, dan sedang


memperoleh pengobatan imunoglobulin atau kontak dengan darah.
Menurut Damayanti (2013), cara pemberian dan dosis imunisasi
campak adalah :
a. Sebelum di suntikan vaksin campak terlebih dahulu harus di larutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan
pelarut.
b. Dosis pemberian 0,5 ml di suntikan secara subkutan pada lengan atas,
pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (Booster) pada usia 6-7 tahun
(kelas I SD) setelah catch up campign campak pada anak SD kelas I
sampai VI.
Menurut Vivian (2010), dosis baku minimal untuk pemberian
vaksin campak yang dilemahkan adalah 1.000 TCID 50 atau sebanyak 0,5
ml. untuk vaksin hidup pemberian 20 TCID 50 saja mungkin sudah dapat
memberikan hasil yang baik. Pemberian yang dianjurkan melalui subkutan
walaupun demikian dapat juga diberikan secara intramuskular.
5. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit endemik di hampir seluruh
bagian dunia. Penyakit hepatitis B pada anak tidak jarang menimbulkan
gejala yang minimal bahkan subklinis, namun sering menyebabkan
hepatitis kronik yang dalam kurun waktu 10-20 tahun dapat berkembang
menjadi sirosis ataupun hepatoma. (Vivian, 2010).
15

Manfaat imunisasi Hepatitis B adalah untuk menghindari bayi


dari penyakit hepatitis B yang dapat ditularkan melalui alat-alat
kedokteran, darah, dari ibu kepada bayinya pada umumnya terjadi sekitar
proses persalinan dapat pula melalui transplasental ataupun pada masa
postnatal melalui ASI (Vivian, 2010).
Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B pada
umumnya ringan, hanya berupa nyeri, bengkak, panas, mual dan nyeri
sendi maupun otot. (Vivian, 2010).
Menurut Vivian (2010), sampai saat ini belum dipastikan adanya
kontraindikasi absolut terhadap pemberian imunisasi hepatitis B, kecuali
pada ibu hamil.

Menurut Damayanti (2013), cara pemberian dan dosis imunisasi


hepatitis B yaitu :
a. Sebelum di gunakan vaksin harus di kocok, terlebih dahulu agar
surpensi menjadi homogen
b. Vaksin di suntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID,
pemberian suntikan secara intra muskuler, sebaiknya pada antero
lateral 3 dosis.
c. Pemberian sebanyak 3 dosis

16

d. Dosis pertama di berikan pada usis 0-7 hari, dosis berikutnya dengan
interval minimum 4 minggu (1 minggu).
2.4.1

Jadwal atau Waktu Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi


Menurut Kinanti (2013), sasaran imunisasi untuk anak dikategorikan
menjadi 2, yaitu untuk bayi dan batita. Untuk bayi, imunisasi yang diberikan
merupakan imunisasi dasar yang terdiri atas Hepatitis, BCG, Polio 1-4,
Pentavalen (DPT-BH-Hib), dan campak. Pembagiannya sesuai dengan usia
bayi dibagi menjadi sebagai berikut:

Tabel 2.1 Imunisasi Yang Diwajibkan


Vaksinasi

Jadwal

Booster/Ulangan

Imunisasi Untuk Melawan

BCG
Hepatitis B

Pemberian-Usia
Waktu lahir
Waktu lahir dosis I

-1 tahun pada bayi

Tuberkulosis
Hepatitis B

1 bulan dosis 2

yang lahir dari ibu

DPT dan

6 bulan dosis 3
3 bulan dosis1

dengan hep B.
18 bulan booster 1

Dipteria, pertusis, tetanus,

Polio

4 bulan dosis2

6 tahun booster 2

dan polio

17

5 bulan dosis3
9 bulan

Campak

12 tahun booster 3
--

Campak

BAB III
PENUTUP

3.1

Simpulan
Dengan banyaknya analisa dari para ahli, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan
pada anak atau seseorang terhadap penyakit tersebut. Pemberian imunisasi
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu dan Apabila terjadi
penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat

18

menimbulkan cacat atau kematian. Imunisasi terdri dari BCG, DPT, Hepatitis
B, Polio, dan Campak.

3.2

Saran
Alangkah baiknya apabila kita mengetahi tentang imunisasi dasar
lengkap pada bayi. Imunisasi itu sangat penting bagi pertumbuhan pada bayi,
karena dapat memberikan kekebalan tubuh serta mencegah terjadinya infeksi
tertentu. Bagi orang tua yang memiliki bayi atau balita sebaiknya selalu
memperhatikan imunisasi apa yang belum diberikan kepada sibayi.

DAFTAR PUSTAKA
Arimimijie. 2013. Imunisasi DPT. http://www.infokesehatan.blogspot.com, diakses
30 November 2013
Damayanti. 2012. Imunisasi dasar pada bayi. http://www.damayanti.blogspot.com,
diakses 15 November 2013
Kinanti. 2013. Jadwal pemberian imunisasi pada bayi. http://www.kinanti.
blogspot.com, diakses 30 November 2013
Nurohman. 2012. Manfaat imunisasi bagi bayi. http://www.nurohman.blogspot.com,
diakses 29 November 2013
Nursewian. 2013. Imunisasi BCG pada bayi. http://www.nursewian.wordpress.com,
diakses 30 November 2013
19

Sarimijie. 2013. Manfaat pemberian imunisasi


blogspot.com, diakses 30 November 2013

DPT.

http://www.sarimijie.

Suparyanto. 2012. Imunisasi dasar pada bayi. http://www.suparyanto.blogspot.com,


diakses 28 November 2013
Vivian, Nanny Lia Dewi. 2010. Asuhan neonates bayi dan anak balita. Jakarta :
Salemba Medika.

20

Anda mungkin juga menyukai