Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sehat 2020 adalah visi pembangunan kesehatan nasional yang
menggambarkan masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya
hidup dalam lingkungan sehat. Dengan mengembangkan visi ini, maka
masyarakat diharapkan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Perilaku sehat untuk memelihara dan untuk meningkatkan
kesehatan. Mencegah terjadinya penyakit, melindungi dari ancaman penyakit
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyakrakat.
Sehat 2020 adalah perilaku mencegah dan menanggulangi penyakit
dengan kegiatan indonesia imunisasi (Depkes. 2018)
Semua orang tua, tentu berkeinginan supaya anak-anaknya tetap sehat,
jangankan sakit berat, sakit ringanpun kalau mungkin jangan sampai diderita
oleh anaknya. Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu
penyakit adalah dengan jalan memberikan imunisasi, serangkaian imunisasi
yang terus di ingatkan hingga saat ini oleh pihak-pihak terkait yang demi
menjaga kesehatan anaknya, baik dari segi kesehatan maupun syari’at
Menurut World Health Organization ( WHO ), program imunisasi di
Indonesia memiliki tujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit dan
angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Di Indonesia pengertian imunisasi belum memasyarakat secara luas.
Cakupan imunisasi pun hanya menyentuh golongan tertentu. Menurut data
yang dilaporkan, diperkirakan hanya sekitar 25-30% anak yang terlindung
dengan imunisasi. Keadaan serupa ini terdapat pula di negara yang sedang
berkembang lainnya. Atas dasar inilah WHO dan UNICEF mencanangkan
suatu sasaran Imunisasi dasar bagi seluruh anak pada tahun 1990, bagi
tercapainya tujuan Kesehatan untuk semua pada tahun 2000. Dengan

1
2

demikian diharapkan masyarakat akan lebih mengenal dan menyadari manfaat


imunisasi bagi kesehatan dan kesejahteraan anak (Markum, 2016 ).
Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif, mudah,
serta murah untuk menghindari terjangkitnya infeksi yang berbahaya terhadap
seorang bayi atau anak. Melalui pemberian imunisasi pada bayi dan anak
tidak hanya memberikan pencegahan terhadap anak tersebut tetapi akan
memberikan dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya
penularan yang luas dengan adanya peningkatan tingkat imunitas secara
umum di masyarakat. Oleh karena itu pandangan serta sikap setiap dokter atau
orang tua sangat penting untuk dipahami tentang arti imunisasi bagi setiap
anak Indonesia (IDAI, 2001).
Hepatitis B merupakan penyakit endemik hampir seluruh dunia pada
anak sering menimbulkan gejala yang minimal bahkan sering terjadi sub-
klinik, namun sering menyebabkan hepatitis yang kronik, yang dalam kurun
waktu 10-20 tahun dapat berkembang menjadi sirosis ataupun hepatoma,
sedangkan pada orang dewasa lebih sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B
juga dapat berkembang menjadi bentuk fulminan, dengan angka kematian
yang tinggi ( IDAI, 2001).
Penyebab utama penyakit hepatitis B adalah virus hepatitis B (Biddulph
dan Stace, 1999). Menurut Departemen Kesehatan (2009), Indonesia termasuk
endemis hepatitis B menengah sampai tinggi dengan prevalensi HBsAG
berkisar antara 5-20%. Hepatitis pada anak paling banyak terjadi pada
populasi anak-anak pra sekolah di daerah endemik (Cecily dan Linda, 2002).
Pada bayi infeksi hepatitis sebagian besar (90%) akan berjalan kronis. Infeksi
hepatitis B dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis dan komplikasinya
seperti sirosis (pengerasan) hati, kanker hati disertai perdarahan saluran cerna
bagian atas dan koma hepatik yang sangat mematikan (Markum, 1997).
Imunisasi sebagai salah satu program yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit menular, menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
dan balita serta meningkatkan kualitas dan produktifitas manusia. Angka
kematian bayi dan balita pada tahun 2012 mencapai 30,1%/ 1000 kelahiran
3

hidup dan pada tahun 2013 menjadi 21,1%/ 1000 kelahiran hidup (Profil
kesehatan, 2014)
Prevalensi “carier” hepatitis B di Indonesia 11 juta (5-15%), di Negara
Indonesia dengan tingkat endemik menengah sampai dengan tinggi (2,5%),
pada populasi umum (5-20%), prevalensi di kalangan donor darah 2,5-25,6%,
kalangan wanita hamil 3,6-8,7% (prevalensi HBsAg 45,7%), kalangan anak-
anak di bawah usia 4 tahun 6,2% (Lombok,1997), kalangan anak-anak setelah
7 tahun 0,8% (Mataram 1999).
Pada tahun 1987 di Lombok dilakukan uji coba untuk vaksin hepatitis B
selama 4 tahun, dan mulai tahun 1991/1992 imunisasi hepatitis B secara
bertahap dipadukan dengan program imunisasi. Tahun 1995 imunisasi
hepatitis B diberikan kepada semua bayi di semua negara di seluruh dunia
dan masuk menjadi imunisasi dasar (Depkes, 2013). Menurut Depkes RI
(2002) sejak tahun 2002 pemberian imunisasi hepatitis B yang pertama (HB-
1) diprogramkan untuk diberikan pada bayi baru lahir (usia 0-7 hari).
Menurut pedoman Depkes RI pemberian imunisasi hepatitis B-1
paling tepat diberikan saat bayi berumur 0-7 hari, sedangkan di Wilayah
Puskesmas Ganti tahun 2020 ibu yang terlambat mengimunisasikan anaknya
sekitar 75%, jumlah yang begitu mengkawatirkan karena lebih dari setengah
dari setengah terlambat dalam pemberian imunisasi hepatitis B-1.menurut
Depkes (2003) vaksin hepatitis B-1 95% efektif jika diberikan sebelum
terpapar virus hepatitis B atau batas 7 hari setelah kelahiran, jadi jika
pemberian hepatitis B-1 terlambat dapat menyebabkan efektifitas dari vaksin
hepatitis tidak maksimal.
Benjamin Bloom (1908) dalam Notoamodjo (2003) membagi perilaku
manusia menjadi kognitif, efektif, dan psikomotor dan dalam
perkembangannya dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan yakni menjadi pengetahuan dan praktek atau tindakan. Menurut
Green dan Krauter dikutip oleh Budioro (1998) ada tiga faktor yang dianggap
potensial berpengaruh pada perilaku kesehatan yaitu predisposisi meliputi
(pengetahuan , sikap, kepercayaan, nilai-nilai persepsi), pendukung (sumber
4

daya manusia, fasilitas kesehatan), dan pendorong (sikap petuga kesehatan,


pendapat, dukungan kritik dari keluarga dan masyarakat).
Didalam bidang kesehatan, pengetahuan tertentu tentang kesehatan
mungkin penting sebelum suatu tindakan kesehatan terjadi, tetapi tindakan
kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali apabila
seseorang dapat isyarat yang cukup kuat untuk memodifikasinya bertindak
atas pengetahuan yang dimilikinya (Azwar, 2003). Sikap adalah merupakan
salah satu kata yang paling samar namun paling sering digunakan didalam
ilmu perilaku. Sikap merupakan proses yang lebih tetapyang ditunjukkan
terhadap suatu obyek dan melekat kedalam kedalam struktur sikap, yaitu
evaluasi didalam dimensi baik-buruk (Azwar, 2003).
Berdasarkan latar belakang diatas, besar kemungkinan ibu bayi tidak
mengimunisasikan bayinya tidak tepat waktu sehingga peneliti tertarik
mengambil judul Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan
ketepatan waktu pemberian imunisasi Hepatitis B-1 di Wilayah Puskesmas
Tanak Beak tahun 2022.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dibuat rumusan
penelitian sebagai berikut “Apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang
dampak yang di timbulkan terkait dengan ketepatan waktu pemberian
imunisasi hepatitis B-1 di Wilayah Puskesmas Tanak Beak tahun 2022 ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan pemberian
imunisasi hepatitis B-1 di Wilayah Puskesmas Tanak Beak tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu bayi tentang
ketepatan waktu pemberian imunisasi Hepatitis B-1 di wilayah
Puskesmas Tanak Beak.
b. Untuk mengetahui ketepatan waktu pemberian imunisasi
Hepatitis B-1 di wilayah Puskesmas Tanak Beak.
5

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan


ketepatan pemberian imunisasi Hepatitis B-1 di Wilayah Puskesmas
Tanak Beak.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan untuk dapat melakukan pendekatan yang lebih efectif
dan efisien guna optimalisasi upaya promotif dan preventif terhadap
kejadian tentang ketepatan pemberian imunisasi hepatitis B-1.
2. Bagi Perawat
Dapat mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ketepatan pemberian
imunisasi hepatitis B-1.
3. Bagi Ibu
Sebagai informasi tentang ketepatan pemberian imunisasi hepatitis B-1 di
Wilayah Puskesmas Tanak Beak.
4. Bagi Ilmu Keperawatan
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang ketepatan
pemberian imunisasi hepatitis B-1 di Wilayah Puskesmas Tanak Beak.
5. Bagi Penulis
Sangat berguna untuk menambah pengalaman dan dapat menambah
wawasan pengetahuan tentang imunisasi serta ketepatan dalam pemberian
imunisasi Hepatitis B-1

E. Keaslian Penelitian
1. Sri astuti 20I3 “Hubungan tingkat pengetahuan ibu dan dukungan
keluarga dengan kelengkapan pemberian imunisasi di puskesmas Tanjung
Karang Tahun 20I2 “ .Jenis penelitia yag digunaka kuantitatif dengan
pendekatan Case Control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubunga signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan
6

pemberian imunisasi. Perbedaan denga penelitian sebelumnya yaitu jenis


penelitian dan variabel penelitian.
2. Sumiatun, 20I4 “ Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan
ibu dengan pemberian imunisasi Hipatitis B-I di Puskesmas Sukaraja “.
Jenis penelitia yang digunakan kuantitatif dengan pendekatan Case
Control . hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat
pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi .
perbedaan denga penelitian sebelumnya yaitu jenis penelitian, dan variabel
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai