Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI PADA

ANAK YANG MENDAPATKAN IMUNISASI DPT DI PUSKESMAS


PARONGPONG TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Ahli Madya Kebidanan

SITI NURAZIJAH
2118004

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya proses penyusunan proposal gambaran kejadian ikutan pasca
imunisasi pada anak yang mendapatkan imunisasi DPT ini bisa diselesaikan
dengan sebaik-baiknya.

Proposal yang berjudul “Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi pada Anak
yang Mendapatkan Imunisasi DPT di puskesmas parongpong Tahun” ini bisa
disusun dengan semaksimal mungkin atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga
pembuatan proposal bisa berjalan dengan lancar. Untuk itu saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan proposal ini.

Saya menyadari begitu banyak kekurangan dari proposal ini baik dari segi
susunan kalimat maupun dari tatabahasa. Oleh karena itu, saya menerima kritik
dan saran dari pembaca agar proposal ini bisa diperbaiki untuk kedepannya.

Akhir kata saya berharap semoga proposal ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi para pembaca.

Bandung, November 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunisasi berdasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak yang
diimunisasi berarti diberikan kekebelan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak
kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap
penyakit yang lain. Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar pada penyakit
tersebut anak tidak menjadi sakit atau hanya sakit ringan (Simbolon,2019).
Imunisasi dasar di berikan kepada bayi sebelum berusia satu tahun. Jenis
imunisasi dasar terdiri atas Hepatitis B pada bayi baru lahir,BCG, Difteria
Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diftriteria Pertusis Tetanus –
Hepatitis B-Haemoph Ius Infiuenza type B (DPT-HB-HIB), Polio dan Campak
(Simbolon,2019).
Vaksin difteria Pertusis Tetanus- Hepatitis B (DPT-HB) atau difteria
Pertusis Tetanus- Hepatitis B- Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-HiB)
Berupakan suspense homogeny yang berisikan difteria murni, toxoid tetanus,
bakteri pertussis inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) Murni yang
tidak infesius dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa
kapsul polisakarida haemophillus influenzatipe b (hib) tidak infesius yang
dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus (Simbolon,2019).
Vaksin ini digunakan untuk mencegah terhadap difteri, tetanus, pertussis
(batuk rejan),hepatitis B dan infeksi haemophilus influenza tipe b secara
simultan. Stategic Advisory Grup of Expert on immunization (SAGE)
merekomendasikan vaksin pentavalent (DPT-HB-HIB) untuk mengurangi
jumlah suntikan pada bayi, penggabungan berbagai intigen menjadi satu
suntikan telah dibuktikan melalui uji kelinik, bahwa kombinasi tersebut secara
materi tidak akan mengurangi keamanan dan tingkat perlindungan, pemberian
imunisasi DPT-HB-Hib di berikan sebanyak (tiga) kali pada usia 2,3, dan 4
bulan (Simbolon,2019).
Vaksin DPT akan menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang
bersamaan terhadap penyakit Difteria, Pertusis (batuk rejan / batuk serratus
hari), dan tetanus. Diindonesia vaksin ini terhadap ketiga penyakit tersebut
dipasarkan dalam tiga kemasan, yaitu dalam bentuk kemasan tunggal bagi
tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (difteria dan tetanus), dan kombinasi
DPT (difteria, pertussis, dan tetanus) (Priono, 2010).
Vaksin DPT dapat di berikan secara simultan atau bersamaan dengan
vaksin hepatitis B, Vaksin DPT tidak di berikan kepada bayi yang sedang
sakit parah, panas tinggi dan kejang.
Keadaan keadaan yang timbul setelah di berikan imunisasi DPT umumnya
bayi akan menderita panas pada sore hari setelah mendapatkan imunisasi,
tetapi akan turun dalam 1-2 hari. Di tempat suntikan yah akan memerah dan
sedikit bengkak serta sakit (Nurlaila,Utami,Cahyani,2018).
Imunisasi DPT primer 3 kali sejak umur 3 bulan (DPT tidak boleh di
berikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu, interval terbiak
diberian pada usia 8 minggu, jadi DPT 1 di berikan pada usia 2 bulan,DPT-2
di berikan pada usia 4 bulan dan DPT-3 di berikan pada usia 6 bulan. Dosis
DPT adalah 0,5 ml, Intramuskular, baik untuk imunisasi dasar ataupun
ulangan. Vaksin DPT dapat di berikan secara kombinasi dengan vaksin lain
DPT / Hepatitis B dan DPT/IPV.
Menurut World Health Organization (WHO), ada 1,5 juta anak mengalami
kematian tiap tahunnya oleh penyakit yang sebetulnya bisa dicegah dengan
imunisasi. Dari 194 negara anggota WHO, 65 di antaranya memiliki cakupan
imunisasi difteri, pertusis dan tetanus (DPT) di bawah target global 90%.
WHO mengajak negara negara untuk bekerja lebih intensif bersama mencapai
target cakupan imunisasi, dengan mengusung tema Close the Immunization
Gap, Vaccination for All sebagai tema Pekan Imunisasi Dunia, tanggal 24- 30
April 2015 (WHO, 2015).
Selama 2016 di Asia diperkirakan 116,5 juta (sekitar 89%) anak anak di
bawah usia 1 tahun di seluruh dunia menerima 3 dosis vaksin difteri-tenanus-
pertusis (DPT3). Anak anak ini terlindung dari penyakit menular yang dapat
menyebabkan penyeakit serius atau kecacatan dna berakibat fatal. Sekitar 19,5
juta bayi di dunia masih melewatkan imunisasi dasar. Sekitar 60% anak-anak
ini tinggal di 10 negara : Angola, Brazil, Rebublik Demokratik konggo,
Ethiopla, indan, Indonesia, Iraq, Negeria, Pakistan dan Afrika Selatan
(IDAI,2018).
Terkait capaian imunisasi di Indonesia , cakupan imunisasi dasar lengkap
pada 2017 mencapai 92,04 %, melebihi target yang telah yang telah ditetapkan
yakni 92% dan imunisasi DPT-HB-HIB. Baduta mencapai 63,7 % juga
melebihi target 45 %. Sementara pada tahun 2018 ini mengitung dari bulan
januari hingga maret imunisasi dasar lengkap mencapai 13,9 % dan imunisasi
DPT-HB-Hib Baduta mencapai 10,8 %. Target cakuan imunisasi dasar
lengkap 2018 sebesar 92,5% dan Imunisasi DPT-HB-Hib Baduta 70 %
(Kemenkes RI, 2018).
Angka drop out Imunisasi DPT/Hb1- campak pada tahun 2018 kembali
dapat di tekan sehingga menurun menjadi 2,5 %. Pada tahun 2019, angka drop
out Kembali meningkat menjadi 3,1 % (profil Kesehatan RI, 2019).
Cakupan imunisasi HB0 di Jawa Barat selama tahun 2015 – 2019
berflukatif dari 86,99 % pada tahun 2015 menjadi 88,1 % pada tahun 2019,
kurang da ri target yang telah di tetapkan ialah sebesar 95,9%, pemberian
imunisasi DPT/HB3 merupakan upaya menurunkan risiko bayi terhadap
kemungkinan infeksi penyakit difheri, pertussis, tetanus neonatum dan
hepatitis B. Dosis pemberian imunisasi DPT/ HB diberikan sebanyak 3 kali,
masing-masing Ketika bayi berusia 1 bulan sampai 4 bulan (Profil Kesehatan
Provisi Jawa Barat, Tahun 2019).
Di Kabupaten Bandung Barat DPT- HB3/DPT-HB-Hib3 cakupannya
sebesar 96 % sementara di Kecamatan Parongong cakupan nya sebesar 58 %
masih rendah di bandingkan dengan cakupan Kabupaten Bandung Barat
(Profil Dinkes Bandung Barat, Tahun 2018).
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diindentifikasi masalah
sebagai berikut :
Cakupan imunisasi DPT di Kabupaten Bandung Barat tepatnya di
Kecamatan Parongpong sebesar 58% sedangkan target cakupan imunisasi
DPT di Bandung Barat sebesar 96 %
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini ialah : “Bagaimana Gambaran ikutan pasca imunisasi pada anak yang
mendapatkan imunisasi DPT di Puskesmas Parongpong.?”.
1.4 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gmabaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi pada Anak
yang mendapatkan Imunisasi DPT
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian KIPI
2. Untuk mengetahui gejala-gejala KIPI
3. Untuk mengetahaui seberapa lama kejadian KIPI
1.5 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Bagi Pendidikan kebidanan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
kebidanan khusunya terkait pengaruh pemberian imunisasi DPT
2. Manfaat praktisi
a. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan informasi bagi
pemerintahan setempat terutama pihak Puskesmas dalam
menentukan langkah atau cara menurunkan angka kejadian KIPI
b. Bagi Responden
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan dan pemahan tentang efek samping imunisasi DPT
DAFTAR PUSTAKA

Simbolon, Demsa. 2019.Pengetahuan Stunting Melalui Intervensi Gizi Spesifik

pada Ibu Menyusui Anak Usia 0-24 Bulan. Bengkulu: Media Sahabat
Cendikia.

Priono, Yunisa. 2010. Merawat Bayi Tampa Baby Sitter. Yogyakarta: Media
Pressindo.

IDAI (2018,30 April) Seputar pekan imunisasi Dunia 2018. Diakses pada tanggal

8 Oktober 2020 dari http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/seputar-


pekan-imunisasi-dunia-2018

Kemenkes.go.id (2018, 28 April) Berikan Anak Imunisasi Rutin Lengkap.


Diakses

pada tanggal 8 Oktober 2020 dari


https://www.kemenkes.go.id/article/view/18043000011/berikan-anak-
imunisasi-rujin-lengkap-ini-rinciannya.html

Kemenkes, 2018. Profil Kesehatan Rebublik Indonesia

Kemenkes, 2019. Profil Kesehatan Rebublik Indonesia

Kemenkes, 2019. Profil Kesehatan Jawa Barat

Dinkes, 2018 . Profil Kesehatan Bandung Barat

Anda mungkin juga menyukai