Anda di halaman 1dari 47

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

IMUNISASI DPT COMBO DENGAN TINGKAT KECEMASAN


IBU PASCA IMUNISASI DPT COMBO DI PUSKESMAS
KALAMPANGAN KOTA PALANGKA RAYA

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:

SELVY NICE
PO 62.24.2.435

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAANSUMBER DAYA
MANUSIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu

saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami

sakit ringan. Imunisasi terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan.

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun, yaitu

terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit: hepatitis B, poliomyelitis,

tuberculosis, difteri, pertussis, tetanus, pneumonia, meningitis yang

disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib) dan campak. Sedangkan

imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk

mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa

perlindungan anak yang sudah mendapatkan Imunisasi dasar (Kemenkes,

2017). Di Indonesia, setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan mendapatkan

imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3

dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis campak/MR (Kemenkes

RI, 2020)

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) (2016), ada

21,8 juta anak pada tahun 2013 tidak mendapatkan imunisasi, sedangkan pada

tahun 2014 terdapat 18,7 juta bayi diseluruh dunia yang tidak mendapat
imunisasi rutin DPT3. Pelaksanaan imunisasi terbukti dapat mencegah 2-3

juta kematian setiap tahun akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis, dan

campak. Pada tahun 2019 imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar

93,7%, angka ini sudah memenuhi target Renstra tahun 2019 yaitu sebesar

93% dan angka Drop out rate DPT/HB1-Campak tidak melebihi 5% (pada

tahun 2019, angka DO di Indonesia 3,1%). Drop Out (DO) adalah suatu

kondisi dimana sebelum anak berusia satu tahun, imunisasi dasar pada bayi

seharusnya sudah diberikan sesuai dengan umurnya tidak mendapatkan

imunisasi dasar secara lengkap. Misalnya Bayi hanya mendapatkan imunisasi

DPT/HB1 pada awal pemberian imunisasi, namun tidak mendapatkan

imunisasi campak (Kemenkes, 2020)

Di Provinsi Kalimantan Tengah, pada tahun 2019 data cakupan imunisasi

dasar lengkap hanya 88,1 %, angka tersebut jauh berada di bawah target

Renstra tahun 2019 yaitu sebesar 93%. Dengan cakupan Desa/ Kelurahan

UCI (Universal Child Immunization) hanya sebesar 75,73% (Kemenkes,

2020). Berdasarkan data Kota Palangka Raya, Cakupan Imunisasi Lengkap

(UCI) tahun 2018 capaiannya 106,4%, tahun 2019 capaian UCI 103,5% dan

tahun 2020 capaian UCI menurun menjadi 84,4%. Cakupan Imunisasi DPT di

Kota Palangka Raya tahun 2018 sebanyak 50,3%, tahun 2019 sebanyak

56,17% dan pada tahun 2020 menurun menjadi 39,6%. Sedangkan di

Puskesmas Kalampangan UCI tahun 2019 sebanyak 71,4 % dan menurun

pada tahun 2020 menjadi 68,7%. Cakupan imunisasi DPT di Puskesmas


Kalampangan pada tahun 2019 sebanyak 81,7% dan meurun pada tahun 2020

menjadi 65,9% (Dinkes Kota Palangka Raya, 2021)

Imunisasi perlu diberikan beberapa kali agar memberikan hasil kekebalan

tubuh seperti yang diharapakan. Imunisasi DPT adalah suatu upaya

pemberian toksoid difteri vaksin pertusis dan vaksin tetanus yang bertujuan

untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, dan

tetanus dalam waktu yang bersamaan. Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali

sejak anak umur dua bulan dengan interval 4 - 6 minggu. DPT 1 diberikan

umur 2 – 4 bulan, DPT 2 umur 3 -5 bulan, dan DPT 3 umur 4 -6 bulan.

Imunisasi DPT pada bayi tiga kali (3 dosis ) akan memberikan imunitas satu

sampai 3 tahun (Padriani dan Putri, 2020)

Saat ini imunisasi DPT sudah dikombinasikan dengan vaksin lain yaitu

HB-Hib sehingga imunisasi DPT menjadi imunisasi DPTHB-Hib atau yang

disebut dengan imunisasi pentavalen yang mana vaksin pentavalen berfungsi

mencegah beberapa jenis penyakit, yaitu difteri, pertussis, tetanus, hepatitis

B, radang otak dan radang paru. Program imunisasi yang sudah berjalan sejak

lama di Indonesia, akhir-akhir ini mendapatkan hambatan dengan

merebaknya informasi yang tidak benar mengenai imunisasi sehingga banyak

orangtua ragu dan takut mengimunisasi bayinya. Informasi yang tidak benar

seringkali menggunakan isu ketakutan (fear mongering) terhadap Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang mungkin dapat terjadi pada anak setelah

mendapatkan imunisasi (Rahmawati dan Ningsih, 2020)


Vaksin Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT) tidak berkembang mulus seperti

vaksin-vaksin yang telah lebih dulu ditemukan. Ibu cenderung merasa cemas

setelah pemberian imunisasi DPT karena efek samping yang ditimbulkan

seperti bengkak di bekas suntikan dan demam. Peran seorang ibu pada

program imunisasi sangatlah penting, karena suatu pengetahuan tentang

program imunisasi amat diperlukan dalam pelaksanaan imunisasi.

Pemahaman persepsi dan pengetahuan ibu tentang imunisasi membantu

pengembangan program Kesehatan. Kecemasan yang dialami ibu dalam

tingkat kecemasan yang berbeda-beda, kecemasan tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya kurangnya pengetahuan, usia, dan paritas

(Padriani dan Putri, 2020)

Melihat uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana

“Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Combo Dengan

Tingkat Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi DPT Combo Di Puskesmas

Kalampangan Kota Palangka Raya”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam pemilihan judul diatas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut; Bagaimanakah Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu

Tentang Imunisasi DPT Combo Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Pasca

Imunisasi DPT Combo Di Puskesmas Kalampangan Kota Palangka Raya ?


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Combo

Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi DPT Combo Di

Puskesmas Kalampangan Kota Palangka Raya

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur ibu,

pendidikan dan status bekerja

b. Untuk mengetahui rata-rata tingkat pengetahuan ibu tentang

imunisasi DPT Combo

c. Untuk mengetahui rata-rata tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi

DPT Combo

d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan

Ibu Pasca Imunisasi DPT Combo

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat seperti :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan mutu dan kualitas

pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan pengetahuan ibu tentang

imunisasi DPT Combo dan perbandingan bagi peneliti lain


2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang

imunisasi DPT Combo dan pengaruhnya terhadap kesehatan bayi yang

berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan kecemasan ibu pasca imunisasi

E. Keaslian Penelitian

1. Padriani dan Putri (2020), meneliti tentang Hubungan Tingkat

Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Tentang Efek Samping

Pemberian Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) pada Balita Di

Puskesmas Sekupang Kelurahan Tiban Indah kecamatan sekupang

Kelurahan Tiban Indah Kota Batam. Desain penelitian ini merupakan

penelitian yang menggunakan jenis penelitian studi kolerasi yaitu yang

menghubungkan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu

tentang efek samping pada pemberian imunisasi DPT dengan pendekatan

cross sectional karena antara variabel bebas dan variabel terikat diukur

secara bersamaan dalam satu waktu. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

dengan tingkat kecemasan ibu tentang efek samping pemberian imunisasi

DPT pada balita dengan hasil uji statistic dengan Chi-Square diperoleh

nilai p value = 0,03< 0,05. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi

penelitian dan subjek penelitian

2. Rahmawati dan Ningsih (2020), meneliti tentang Hubungan Tingkat

pengetahuan Dan Sikap Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi


Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Memberikan Imunisasi DPT-Hb-Hib Di

Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang. Metode Penelitian

ini adalah Survei Analitik dengan pendekatan cross sectional dengan

teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Data

dianalisis menggunakan komputerisasi dengan uji Chi-square. Hasil

analisis univariat diperoleh 60,6% ibu tidak patuh dalam pemberian

imunisasi DPT-HB-Hib, 51,5% ibu berpengetahuan baik, 56,1% ibu

memiliki sikap negatif dan 87,9% bayi yang mengalami KIPI DPT-HB-

Hib demam. Hasil analisis bivariat terdapat Hubungan Tingkat

Pengetahuan tentang KIPI dengan Kepatuhan Ibu dalam Pemberian

Imunisasi DPT-HB-Hib (p=0,002) dan terdapat Hubungan Sikap tentang

KIPI dengan Kepatuhan Ibu dalam Memberikan Imunisasi DPT-HB-Hib

(p=0,039). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan

dan sikap tentang KIPI imunisasi dengan kepatuhan ibu dalam

memberikan imunisasi DPT-HBHib. Perbedaan dengan penelitian ini

adalah lokasi penelitian dan subjek penelitian

3. Malasari (2019), meneliti tentang Hubungan Reaksi Pasca Penyuntikan

Imunisasi DPT/HB Dengan Sikap Ibu Dalam Penerimaan Imunisasi Di

Desa Blang Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Jenis

penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan menggunakan

pendekatan Cross sectional dan data dianalisi dengan uji chi- square.

Hasil penelitian diperoleh dari 36 responden menunjukan bahwa yang

memiliki reaksi ringan 1 responden (2,8%), yang memiliki reaksi berat


sebanyak 10 respoden (27,8%) yang memiliki sikap negatif sebanyak 24

responden (66,7%) dan yang memiliki sikap positif sebanyak 1 responden

(2,8%). Secara bivariat hasil penelitian menunjukan ada hubungan reaksi

pasca penyuntikan dengan sikap ibu yang ditandai dengan hasil uji

statistic di dapatkan p-value 0,000< = 0,05. Perbedaan dengan penelitian

ini adalah variable penelitian, lokasi penelitian dan subjek penelitian


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Teori

1. Konsep Dasar Imunisasi

a. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen sehingga bila kelak ia

terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadinya penyakit (Sinta

dan Andriani. 2019)

Menurut Faadhilah dan Wahidin (2016), pada dasarnya masalah

imunisasi tidak luput dari perhitungan untung rugi, dengan imunisasi

orang pasti dapat mencapai keuntungan bukan kerugian. Anak yang

mendapatkan imunisasi jarang menderita penyakit parah dan

pertumbuhan berjalan secara wajar

b. Jenis Kekebalan menurut Sinta dan Andriani (2019), adalah;

1) Kekebalan Aktif; adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh

sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau

terpajan secara alamiah. Kekebalan Aktif berlangsung lebih

lama daripada kekebalan pasif karena adanya memori

imunologik

2) Kekebalan Pasif; adalah kekebalan yang diperoleh dari luar

tubuh bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contoh; kekebalan


pada janin yang diperoleh dari ibu/ kekebalan yang diperoleh

setelah pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif

tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh.

Waktu paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu paruh

immunoglobulin lainnya lebih pendek

c. Tujuan Imunisasi menurut Kemenkes (2019) adalah;

1) Tujuan Umum

Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan

akibat Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

2) Tujuan Khusus

a) Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI)

yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara

merata pada bayi di seluruh desa/ kelurahan

b) Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal

(insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu

tahun)

c) Eradikasi polio pada tahun 2015

d) Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015

e) Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta

pengelolaan limbah medis (safety injection practise and

waste disposal management)


d. Jenis Imunisasi Dasar

1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin )

Diberikan pada umur sebelum 2 bulan, dengan dosis untuk

bayi <1 tahun adalah 0,05 ml diberikan intrakutan di daerah

insersio muscullus deltoideus kanan. BCG tidak diberikan pada

pasien imunokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid

jangka panjang, infeksi HIV, dan lain lain)(Sinta, LS., Andriani,

F., 2019)

2) Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah

lahir, berdasarkan status HBsAg ibu pada saat melahirkan. Bayi

lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui.

Diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 mg atau Engerix B

10 mg) atau vaksin plasma derived 10 mg, secara intramuskular,

segera setelah lahir. Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan

dosis ketiga umur 6 bulan (Sinta, LS., Andriani, F., 2019)

3) Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus )

a) Pengertian; vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk

pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan),

hepatitis B, dan infeksi haemophilus influenzae tipe-b

secara simultan (Kemenkes,2019)


b) Penyakit Yang Bisa Dicegah Dengan Imunisasi DPT

menurut Kemenkes (2019), adalah;

(1) Difteri; penyakit yang disebabkan oleh bakteri

corynebacterium diphtheriae. Penularannya melalui

kontak fisik dan pernafasan. Gejala yang timbul adalah

radang tenggorokan, hilang nafsu makan, demam

ringan dan dalam 2–3 hari timbul selaput putih kebiru-

biruan pada tenggorokan. Kompilkasinya adalah

gangguan pernafasan yang berakibat kematian

(2) Pertusis; penyakit pada saluran pernapasan yang

disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis (batuk

rejan). Penularannya melalui percikan ludah (droplet

infection) dari batuk atau bersin. Gejala yang timbul

adalah pilek, mata merah, bersin, demam, batuk ringan

yang lama-kelamaan menjadi parah dan menimbulkan

batuk yang cepat dan keras. Komplikasi pneumonia

bacterialis yang dapat menyebabkan kematian

(3) Tetanus; penyakit yang disebabkan oleh clostridium

tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penularannya

melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam.

Gejala awalnya adalah kaku otot pada rahang, disertai

kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,

berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala


berhenti menetek (sucking) antara 3 sampai dengan 28

hari setelah lahir. Gejala berikutnya kejang yang hebat

dan tubuh menjadi kaku. Komplikasinya adalah patah

tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang

dapat menimbulkan kematian

c) Kontra Indikasi; kejang atau gejala kelainan otak pada bayi

baru lahir atau kelainan saraf serius (Kemenkes,2019)

d) Dosis Pemberian

(1) Cara pemberian dan dosis; vaksin harus disuntikkan

secara intramuskular pada anterolateral paha atas, satu

dosis anak adalah 0,5 ml (Kemenkes, 2019)

(2) Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2

bulan dengan interval 4-6 minggu, DPT1 diberikan

pada umur 2-4 bulan, DPT2 pada umur 3-5 bulan dan

DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan selanjutnya

(DPT4) diberikan satu tahun setelah DPT3 yaitu pada

umur 18-24 bulan dan DPT5 pada saat masuk sekolah

umur 5-7 tahun

(3) Sejak tahun 1998, dT5 dapat diberikan pada kegiatan

imunisasi di sekolah dasar (BIAS). Ulangan dT6

diberikan pada 12 tahun, mengingat masih dijumpai

kasus difteria pada umur >10 tahun


(4) Sebaiknya ulangan dT6 pada umur 12 tahun diberikan

dT (adult dose), tetapi di Indonesia dT belum ada di

pasaran. · Dosis DPT/dT adalah 0,5 ml intramuskular,

baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan (Sinta, LS.,

Andriani, F., 2019)

e) Efek samping menurut Kemenkes (2019) adalah; reaksi

lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan

pada lokasi suntikan, disertai demam dapat timbul dalam

sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti

demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan

nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.

f) Penanganan Efek Samping menurut Kemenkes (2019);

orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih

banyak (ASI atau sari buah). Jika demam, kenakan pakaian

yang tipis. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air

dingin. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB

setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). Bayi boleh

mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi

memberat dan menetap bawa bayi ke dokter

4) Polio

Untuk imunisasi dasar (polio 2, 3, 4), vaksin diberikan 2

tetes per-oral, dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.

Mengingat Indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai


pedoman PPI untuk men-dapatkan cakupan imunisasi yang lebih

tinggi, diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan

segera setelah lahir (pada kunjungan I)(Sinta, LS., Andriani, F.,

2019)

Perlu mendapat perhatian pada pemberian polio 1 saat bayi

masih berada di rumah bersalin/rumah sakit, dianjurkan vaksin

polio diberikan pada saat bayi akan dipulangkan agar tidak

mencemari bayi lain mengingat virus polio hidup dapat

diekskresi melalui tinja. Imunisasi polio ulangan diberikan satu

tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah

(5-6 tahun)(Sinta, LS., Andriani, F., 2019)

5) Campak Vaksin; diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-

kutan dalam, pada umur 9 bulan (Sinta, LS., Andriani, F., 2019)

2. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi Pada Masa Pandemi Covid-19

Pada masa pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini, hendaknya

pelayanan imunisasi sebagai salah satu pelayanan pelayanan kesehatan

esensial tetap menjadi prioritas untuk dilaksanakan. Perlu dilakukan

langkah-langkah penting untuk memastikan setiap sasaran imunisasi,

yaitu anak yang merupakan kelompok rentan menderita PD3I, terlindungi

dari penyakit-penyakit berbahaya dengan imunisasi. Pada posyandu,

puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya yang biasanya memberikan

layanan imunisasi, pelayanan imunisasi dapat tetap dilaksanakan sesuai

jadwal dan prinsip PPI serta menjaga jarak aman 1-2 meter. Untuk
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di

wilayah kerja puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam

gedung puskesmas karena berbagai alasan, seperti kesulitan menjalankan

pelayanan imunisasi di puskesmas atau posyandu atau keraguan

masyarakat membawa ke puskesmas karena khawatir akan penularan

COVID-19, maka dapat dilakukan pelayanan kesehatan yang sifatnya

bergerak (mobile) berupa kegiatan puskesmas keliling (Kemenkes RI,

2020)

Adapun, prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam melaksanakan

program imunisasi pada masa pandemi COVID-19 menurut (Kemenkes,

RI. 2020), yaitu;

a. Pelayanan Imunisasi Di Posyandu Selama Masa Pandemi COVID-19

1) Ketentuan Ruang/ Tempat Pelayanan Imunisasi:

Diselenggarakan sesuai prinsip PPI dan menjaga jarak aman 1-2

meter:

2) Menggunakan ruang/ tempat yang cukup besar dengan sirkulasi

udara yang baik (dapat juga mendirikan tenda di lapangan

terbuka)

3) Bila menggunakan kipas angin, letakkan kipas angin di belakang

petugas kesehatan agar arah aliran udara kipas angin mengalir

dari tenaga kesehatan ke sasaran imunisasi;


4) Memastikan ruang/tempat pelayanan imunisasi bersih dengan

membersihkan sebelum dan sesudah pelayanan dengan cairan

disinfektan;

5) Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir

atau hand sanitizer;

6) Atur meja pelayanan antar petugas agar menjaga jarak aman 1-2

meter

7) Ruang/tempat pelayanan imunisasi hanya untuk melayani bayi

dan anak sehat;

8) Jika memungkinkan sediakan jalan masuk dan keluar yang

terpisah bagi orang tua atau pengantar. Apabila tidak tersedia,

atur agar sasaran imunisasi dan pengantar keluar dan masuk

bergantian;

9) Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi dan orang tua

atau pengantar untuk menunggu sebelum dan 30 menit sesudah

imunisasi dengan jarak aman antar tempat duduk 1-2 meter.

Atur agar tempat/ ruang tunggu sasaran yang sudah dan sebelum

imunisasi terpisah. Jika memungkinkan tempat untuk menunggu

30 menit sesudah imunisasi di tempat terbuka

10) Ketentuan Waktu Pelayanan Imunisasi:

a) Tentukan jadwal hari atau jam pelayanan khusus imunisasi

di posyandu;
b) Jam layanan tidak perlu lama dan batasi jumlah sasaran

yang dilayani dalam satu kali sesi pelayanan. Jika jumlah

sasaran banyak bagi menjadi beberapa kali sesi pelayanan

posyandu agar tidak terjadi penumpukan atau kerumunan

orang. Jika memungkinkan dan sasaran cukup banyak

pelayanan posyandu dapat dilakukan lebih dari sekali

sebulan;

c) Koordinasi dengan lintas program lainnya untuk

memberikan pelayanan kesehatan lain bersamaan dengan

imunisasi jika memungkinkan;

d) Informasikan nomor telepon petugas kesehatan atau kader

yang dapat dihubungi oleh orang tua atau pengantar untuk

membuat jadwal janji temu imunisasi yang akan datang.

b. Pelayanan Imunisasi Di Puskesmas Atau Fasilitas Kesehatan

Lainnya Yang Memberikan Layanan Imunisasi Pada Masa Pandemi

Covid-19

1) Ketentuan Ruang/ Tempat Pelayanan Imunisasi:

Diselenggarakan sesuai prinsip PPI dan menjaga jarak aman 1-2

meter:

2) Menggunakan ruang/tempat pelayanan yang cukup besar dengan

sirkulasi udara yang baik (dapat juga mendirikan tenda di

lapangan terbuka halaman puskesmas atau di dalam kendaraan


puskesmas keliling di halaman puskesmas atau fasilitas

kesehatan lainnya yang memberikan layanan imunisasi);

3) Apabila ruang/tempat pelayanan menggunakan kipas angin,

letakkan kipas angin di belakang petugas kesehatan agar arah

aliran udara kipas angin mengalir dari tenaga kesehatan ke

sasaran imunisasi;

4) Ruang/tempat pelayanan imunisasi tidak berdekatan atau

terpisah dari poli pelayanan anak atau dewasa sakit;

5) Memastikan ruang/tempat pelayanan bersih dengan

membersihkan sebelum dan sesudah pelayanan dengan cairan

disinfektan;

6) Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir

atau hand sanitizer;

7) Atur meja pelayanan antar petugas dan orang tua agar jarak

aman 1-2 meter;

8) Ruang/ tempat pelayanan imunisasi hanya untuk melayani bayi

dan anak sehat;

9) Sebaiknya sediakan jalan masuk dan keluar yang terpisah bagi

sasaran imunisasi dan pengantar dengan pengunjung puskesmas

yang sakit. Atur agar sasaran imunisasi dan pengantar keluar

dan masuk bergantian;

10) Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi dan orang tua

dan pengantar untuk menunggu sebelum dan 30 menit sesudah


imunisasi dengan jarak aman antar tempat duduk 1-2 meter.

Atur agar tempat/ruang tunggu sasaran yang sebelum dan

sesudah imunisasi terpisah. Jika memungkinkan tempat untuk

menunggu 30 menit sesudah imunisasi di tempat terbuka

11) Ketentuan Waktu Pelayanan Imunisasi:

a) Tentukan jadwal hari atau jam pelayanan khusus imunisasi

di puskesmas yang terpisah dari layanan MTBS atau

dewasa sakit. Atur agar pelayanan imunisasi dilaksanakan

di ruang terpisah dari pelayanan MTBS;

b) Jam layanan tidak perlu lama dan batasi jumlah sasaran

yang dilayani dalam satu kali sesi pelayanan. Jika jumlah

sasaran banyak bagi menjadi beberapa kali hari atau sesi

pelayanan imunisasi agar tidak terjadi penumpukan atau

kerumunan orang;

c) Koordinasi dengan lintas program lainnya untuk

memberikan pelayanan kesehatan lain bersamaan dengan

imunisasi jika memungkinkan;

d) Informasikan nomor telepon petugas kesehatan atau kader

yang dapat dihubungi oleh orang tua atau pengantar untuk

membuat jadwal janji temu imunisasi yang akan dating

c. Pelayanan Imunisasi Melalui Puskesmas Keliling

1) Ketentuan Pelayanan Imunisasi, dengan mempertimbangkan:

a) Prinsip PPI dan menjaga jarak aman 1-2 meter;


b) Risiko transmisi penyakit COVID-19 yang sangat cepat dan

tidak mudah dideteksi terutama pada karier asimptomatik;

c) Pentingnya menjaga suhu dan mutu vaksin, logistik dan kit

anafilaktik untuk pelayanan imunisasi yang berkualitas;

d) Prinsip penyuntikan yang aman dan kemungkinan terjadi

KIPI;

e) Biaya transportasi yang cukup besar;

f) Jumlah dan lokasi sasaran: Bayi/ baduta yang tidak datang

saat pelaksanaan posyandu atau janji temu dengan tenaga

Kesehatan di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya dan

Bayi/ baduta di wilayah geografis sulit

2) Kriteria tempat pelayanan imunisasi

a) Ruang/tempat pelayanan imunisasi yang cukup besar

dengan sirkulasi udara yang baik atau dapat juga dilakukan

di teras rumah ataupun mobil puskesmas keliling di depan

rumah salah satu sasaran imunisasi atau balai desa, tempat

ibadah dan lain-lain;

b) Bila menggunakan kipas angin, letakkan kipas angin di

belakang petugas kesetahan agar arah aliran udara kipas

angin mengalir dari tenaga kesehatan ke sasaran imunisasi.

Pastikan tidak ada anggota keluarga dalam rumah tersebut

yang sakit;
c) Jika dilakukan di rumah, ruang/tempat pelayanan imunisasi

terpisah dari ruangan untuk anggota keluarga lainnya;

d) Ruang/tempat pelayanan bersih dengan membersihkan

sebelum dan sesudah pelayanan dengan cairan disinfektan;

e) Fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir

(sebaiknya letaknya di luar rumah) atau hand sanitizer;

f) Meja untuk pelayanan imunisasi yang terpisah dengan

petugas lainnya agar jarak aman 1-2 meter;

g) Sediakan tempat duduk bagi orang tua atau pengantar untuk

menunggu sebelum dan 30 menit sesudah imunisasi dengan

jarak aman antar tempat duduk 1 – 2 meter. Atur agar

tempat/ruang tunggu sasaran yang sudah dan sebelum

imunisasi terpisah. Jika memungkinkan tempat untuk

menunggu 30 menit sesudah imunisasi di tempat terbuka

3) Ketentuan Waktu Pelayanan Imunisasi:

a) Tentukan jadwal hari atau jam pelayanan puskesmas

keliling;

b) Hubungi beberapa orang tua yang rumahnya berdekatan

dengan lokasi imunisasi untuk memberi tahu tentang hari

dan jam puskesmas keliling;

c) Dalam satu kali sesi puskesmas keliling, waktu layanan

tidak lama dan batasi jumlah sasaran yang dilayani dalam

satu kali sesi pelayanan (maksimal 5-6 anak). Jika jumlah


sasaran banyak bagi menjadi beberapa kali sesi pelayanan

imunisasi puskesmas keliling untuk meminimalisir risiko

penyebaran infeksi;

d) Koordinasi dengan lintas program lainnya untuk

memberikan pelayanan kesehatan lain bersamaan dengan

imunisasi jika memungkinkan;

e) Informasikan nomor telepon petugas kesehatan atau kader

yang dapat dihubungi oleh orang tua atau pengantar untuk

membuat jadwal puskesmas keliling

3. Hubungan Imunisasi Dengan Pengetahuan

Keberhasilan program imunisasi dapat dilihat dari jumlah cakupan

imunisasi dasar yang tinggi pada tingkat masyarakat, namun cakupan

imunisasi dasar dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain sikap

petugas, lokasi imunisasi, kehadiran petugas, usia ibu, tingkat pendidikan

ibu, tingkat pendapatan keluarga per bulan, kepercayaan terhadap

dampak buruk pemberian imunisasi, status pekerjaan ibu, tradisi

keluarga, tingkat pengetahuan ibu, dan dukungan keluarga (Dillyana,

2019)

Pengetahuan memiliki peranan penting terhadap seseorang untuk

bertindak. Sikap merupakan suatu reaksi seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu rangsangan dimana faktor pendapat dan emosi sudah

terlibat di dalamnya, jadi penggunaan pelayanan kesehatan dipengaruhi


oleh sikap dan pengetahuan seseorang yang dapat memilih dan

memutuskan dalam penggunaan pelayanan Kesehatan (Dillyana, 2019)

Berdasarkan hasil penelitian Dillyana (2019), responden terbanyak

dalam penelitiannya yang memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi

adalah ibu dengan pengetahuan yang baik tentang imunisasi (48,72%).

Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan bahwa nilai p = 0,001 < 0,05 maka

Ho diterima sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan

kelengkapan status imunisasi dasar pada batita di RW 8 Kelurahan

Wonokusumo

Pengetahuan ibu yang kurang akan berdampak pada status

kelengkapan imunisasi dasar pada batita, semakin rendah pengetahuan

ibu, maka semakin banyak berkontribusi terhadap ketidaklengkapan

imunisasi. Buruknya pengetahuan tentang imunisasi juga berkaitan

dengan peran ibu dalam melengkapi imunisasi bayinya. Ibu dengan

pengetahuan rendah cenderung tidak memberikan imunisasi dasar

lengkap dibandingkan ibu yang berpengetahuan tinggi


B. Kerangka Konsep

Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai

landasan penelitian yang didapatkan pada tinjauan pustaka yaitu, merupakan

ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai

variabel yang diteliti.

Variabel Independent Variabel Dependent

Tingkat
Kecemasan
Tingkat Pengetahuan

Variabel Lain

1. Umur Ibu
2. Pendidikan
3. Status bekerja

Keterangan:
____________ = yang diteliti
------------------ = yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian


C. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan secara sederhana sebagai dugaan sementara

terhadap suatu hasil penelitian yang perlu diuji kebenarannya. Dalam

penelitian ini, hipotesis penelitian yang diharapkan adalah yaitu ada

Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Combo Dengan

Tingkat Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi DPT Combo Di Puskesmas

Kalampangan Kota Palangka Raya


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan jenis

penelitian studi kolerasi yaitu yang menghubungkan tingkat pengetahuan

dengan tingkat kecemasan ibu tentang efek samping pada pemberian

imunisasi DPT dengan pendekatan cross sectional karena antara variabel

bebas dan variabel terikat diukur secara bersamaan dalam satu waktu

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kalampangan Kota

Palangka Raya

2. Waktu penelitian pengambilan data dilakukan bulan Januari 2022 sampai

dengan Maret 2022

C. Populasi dan Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian. Populasi merupakan salah satu hal yang esensial dan

perlu mendapat perhatian dengan seksama apabila peneliti ingin

menyimpulkan suatu hasil yang dapat dipercaya dan tepat guna untuk
daerah (area) atau objek penelitian. Yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 3-9 bulan wilayah

kerja Puskesmas Kalampangan Kota Palangka Raya

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini yang menjadi

sampel penelitian ibu yang mempunyai bayi usia 3-9 bulan wilayah kerja

Puskesmas Kalampangan Kota Palangka Raya yang memenuhi kriteria

inklusi. Kriteria subjek penelitian ini ditetapkan sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

akan diteliti. Kriterianya adalah :

1) Ibu yang mempunyai bayi usia 3-9 bulan

2) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kalampangan

Kota Palangka Raya

b. Kriteria Ekslusi

Merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu sehingga tidak dapat mewakili

karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria

eksklusi dalam penelitian ini adalah : selama penelitian responden

pindah tempat tinggal keluar wilayah kerja Puskesmas Kalampangan

Kota Palangka Raya dan tidak bersedia menjadi responden. Hanya


semua anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi yang

diambil sebagai subjek penelitian

D. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah suatu cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Purposive Sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampling non

random dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara

menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga

diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu


Tentang Imunisasi DPT Combo Dengan Tingkat Kecemasan
Ibu Pasca Imunisasi DPT Combo Di Puskesmas
Kalampangan Kota Palangka Raya

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional

Variabel Dependent

Tingkat Pengetahuan Kemampuan Skor Kuisioner 1. Kurang Ordinal


responden dalam 2. Cukup
menjawab dengan 1. Baik
benar atas
beberapa
pertanyaan tes
tertulis (kuesioner
tertutup) tentang
materi imunisasi
pada bayi
1. Kurang bila
skor
pengetahuan
<65%
2. Cukup bila
skor
pengetahuan
65-75%
Baik bila skor
pengetahuan 76-
100%
Variabel Independent

Kecemasan Kecemasan Wawancara Kuisioner/ 1. Tidak Cemas Nominal


merupakan Format 2. Ya
pengalaman isian
perasaan yang mengguna
menyakitkan serta kan skala
tidak
menyenangkan,
diukur dengan
skala HARS :
1. Tidak cemas :
bila skor ≥ 6
2. Cemas; bila
skor >6
Variabel Lain

1. Umur Ibu Umur adalah lama Wawancara Kuisioner 1. < 20 tahun Ordinal
waktu hidup 2. 20 – 35 tahun
seseorang sejak 3. > 35 tahun
dilahirkan.
Penentuan dalam
penelitian ini
adalah usia saat
menjadi
responden dan
dinyatakan dalam
tahun
2. Pendidikan Pendidikan adalah Wawancara Kuisioner/ 1. Tidak lulus Ordinal
ibu jenjang format pendidikan
pendidikan isian dasar
tertinggi yang 2. Pendidikan
ditamatkan oleh Dasar
responden / ibu 3. Pendidikan
dikelompokkan Menengah
menjadi 4. Pendidikan
pendidikan dasar Tinggi
jika tamat
SD/SMP.
Pendidikan
menengah jika
tamat SMA/SMK.
Dan pendidikan
tinggi jika tamat
akademi

3. Status Pekerjaan adalah Wawancara Kuisioner/ 1. Bekerja Nominal


bekerja aktivitas yang Format 2. Tidak bekerja
dilakukan oleh isian
ibu sehari-hari
dan menghasilkan
secara finansial

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa: format isian, alat

tulis, buku register yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya.

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale), merupakan penilaian

kecemasan terdiri dan 14 item yang menyangkut tingkat kecemasan.

Kuisioner ini terlah tervalidasi dan dapat digunakan pada tiap pengobatan

secara luas. Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai

dengan kategori :

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1 -

14 dengan hasil :

1. Skor kurang dari atau sama dengan 6 = tidak ada kecemasan.

2. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.

3. Skor 15 – 27 = kecemasan sedang.

4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat


Setelah semua jawaban dari setiap ibu hamil dikumpulkan, perhitungan

data dinilai berdasarkan kategori dan tingkat kecemasan (kuisioner

terlampir).

G. Jenis Dan Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengampulan data observasi.

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau

hal-hal yang diteliti. Dalam observasi ini instrumen yang digunakan antara

lain panduan pengamatan (observasi) atau lembar observasi. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Persiapan

a. Mengidentifikasi data ibu yang mempunyai bayi usia 3-9 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Kalampangan Kota Palangka Raya

b. Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih 3 bulan terhitung

mulai Januari sampai dengan Maret 2022

c. Mengurus iji penelitian dan etika penelitian

2. Pelaksanaan

a. Saat pengumpulan data tetap dengan mematuhi protokol kesehatan;

petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), sedangkan

responden melakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah

pengumpulan data, memakai masker dan tetap menjaga jarak pada

saat pengumpulan data


b. Melakukan informed consent sebagai pernyataan kesediaan ibu

menjadi responden dalam penelitian

c. Melakukan pengumpulan data primer melalui wawancara

menggunakan instrument format isian dan kuisioner pada saat ibu

melakukan kunjungan ke puskesmas, posyandu dan pada saat

kunjungan rumah

d. Semua data yang telah diambil, selanjutnya dikumpulkan, diolah,

dan di analisis oleh peneliti

e. Pada penelitian ini, sehubungan dengan wilayah penelitian yang

cukup luas, peneliti dalam melakukan pengumpulan data dibantu

oleh enumerator (petugas lapangan yang membantu peneliti dalam

kegiatan pengumpulan data)

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan tahap-tahap pengolahan

data sebagai berikut :

a. Penyuntingan Data (Data Editing)

Data yang sudah ada dikoreksi kelengkapan lembar observasi

dan kejelasannya, apabila ditemukan kesalahan maka dilakukan

konfirmasi untuk memperoleh data yang sebenarnya. Termasuk

memeriksa kembali semua kuisioner dengan seksama dan melihat

apakah setiap kuisioner telah diisi oleh responden sesuai petunjuk

untuk memastikan tidak adanya missing (data yang hilang)


b. Scoring

Pada tahap scoring dilakukan pemberian nilai untuk setiap

kuesioner yang dikerjakan oleh responden dengan menjumlahkan

semua skor dari setiap jawaban sehingga diketahui nilai pengetahuan

masing-masing responden. Pemberian skor kuesioner tingkat

pengetahuan dilakukan dengan memberikan nilai 0 bila jawaban

salah dan nilai 1 bila jawaban benar

c. Pengkodean Data (Data Coding)

Memberikan kode terhadap data-data valid yang dikumpulkan,

hal ini dimaksudkan untuk mempermudah waktu mengadakan

tabulasi dan analisa

d. Pemrosesan Data (Processing)

Setelah semua isian terisi dan benar, langkah selanjutnya adalah

memproses data agar dapat dianalisa. Proses data dilakukan dengan

cara mengentry data hasil kuesioner atau lembar observasi ke

komputer

e. Pembersihan Data (Data Cleaning)

Pengecekan data yang sudah dimasukkan guna memastikan

bahwa data telah bersih dari kesalahan-kesalahan dalam membaca

kode

f. Tabulasi data (tabulating)

Melakukan penyusunan/ perhitungan data berdasarkan variabel

yang diteliti
2. Analisa Data

Data dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak komputer

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Analisis Univariat

Data yang diambil, kemudian dianalisis secara analisis univariat

atau menganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif

dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk

mengetahui karakteristik dari subjek penelitian. Tujuan dari analisis

univariat adalah untuk menjelaskan/ mendeskripsikan karakteristik

dari masing-masing variabel penelitian. Analisa univariat ini

dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian dengan tidak

menganalisis hubungan dari masing-masing variabel. Pada umumnya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari

tiap variabel. Setelah semua data terkumpul, data tersebut diolah

secara manual dan komputerisasi, maka hasil penelitian disajikan

dalam bentuk tabel, gambar dan diagram.

Dengan mengumpulkan data, mengelompokkan data,

memasukkan data dalam tabel yang berisi frekuensi dan kemudian

dihitung distribusinya dan dalam bentuk narasi. Caranya yaitu

dengan membagi frekuensi kejadian (f) dengan populasi (n)

dikalikan 100% dengan rumus sebagai berikut :


f
P = n x 100 %

Keterangan :

f :Frekuensi kejadian

n :Populasi Penelitian

P :Presentasi Distribusi

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui ditribusi

frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan

pekerjaan

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat

apakah ada hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen (Yusuf, 2014), yaitu “Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu

Tentang Imunisasi DPT Combo Dengan Tingkat Kecemasan Ibu

Pasca Imunisasi DPT Combo Di Puskesmas Kalampangan Kota

Palangka Raya”. Data yang dihasilkan akan dikelompokkan

sehingga menghasilkan data kategorik, kemudian dianalisis

menggunakan uji chi-square untuk mengetahui kemaknaan

hubungan secara statistik, jika p value <0,05 terdapat hubungan yang

bermakna. Dengan rumus dasar sebagai berikut;

Keterangan:
ꭓ2 = Nilai chi-square

O = Nilai yang diobservasi

E = Nilai yang diharapkan

Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh itu bermakna,

maka digunakan tingkat kemaknaan 0,05. Dengan demikian, akan

didapatkan kesimpulan statistik sebagai berikut;

Ha = jika nilai p≤0,05 maka hasil perhitungan statistik signifikan/

bermakna, berarti ada hubungan antara dua variabel

Ho = jika nilai p>0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak

signifikan/ bermakna, berarti tidak ada hubungan antar dua

variabel

Jika uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk digunakan,

yaitu tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan lebih kecil

dari 1 (satu) dan tidak lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan

lebih kecil dari 5 (lima). Maka alternative uji lain yang akan

digunakan adalah adalah tehnik uji Fisher Exact Test (Yusuf, 2014)

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memerlukan adanya ijin penelitian

dari institusi pendidikan berupa surat kaji etik penelitian dan protocol etik

penelitian. Ijin tersebut akan digunakan untuk mengajukan permohonan ijin

penelitian ke Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya dan Puskesmas

Kalampangan.
Dalam melakukan penelitian, peneliti menekankan masalah etika yang

meliputi :

1. Respect For Person

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan memberikan informasi pada

responden mengenai proses penelitian, tugas, peran, manfaat dan

kerugian yang akan didapatkan

2. Informed Consent

Setiap responden yang menjadi subjek penelitian ini telah

mendapatkan persetujuan partisipasi sebagai responden yaitu dengan

menandatangani lembar persetujuan dan penjelasan untuk mengikuti

penelitian (PSP). Peneliti menghormati segala keputusan responden

apabila responden tidak bersedia untuk menjadi responden maka peneliti

tidak akan memaksa

3. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada format pengumpulan data penelitian.

Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari penelitian dijamin oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai

hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Dillyana, T. A. 2019. Hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan


status imunisasi dasar di Wonokusumo. Jurnal Promkes: The Indonesian
Journal of Health Promotion and Health Education, 7(1), 67-77. Terdapat
di https://www.unair.ac.id diakses pada tanggal 02 Desember 2021
Faadhilah, A., & Wahidin, W. 2020. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa renged Kecamatan
Kresek Kabupaten Tangerang. IMJ (Indonesian Midwifery Journal), 3(2).
Terdapat di https://www.umt.ac.id diakses 04 Desember 2021
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi. Terdapat di https://www.hukor.kemkes.go.id diakses pada
tanggal 04 Desember 2021
__________. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Terdapat di
https://www.kemkes.go.id diakses pada tanggal 04 Desember 2021
__________, 2020. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi Pada Masa Pandemi
Covid-19. Terdapat di https://www.infeksiemerging.kemkes.go.id diakses
pada tanggal 04 Desember 2021
Malasari, L. 2019. Hubungan Reaksi Pasca Penyuntikan Imunisasi DPT/HB
Dengan Sikap Ibu Dalam Penerimaan Imunisasi Di Desa Blang Kecamatan
Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya Tahun 2019 (Doctoral dissertation,
Institut Kesehatan Helvetia). Terdapat di https://www.helvetia.ac.id diakses
pada tanggal 04 Desember 2021
Padriani dan Putri, A. 2020. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat
Kecemasan Ibu Tentang Efek Samping Pemberian Imunisasi DPT (Difteri,
Pertusis, Tetanus) pada Balita Di Puskesmas Sekupang Kelurahan Tiban
Indah kecamatan sekupang Kelurahan Tiban Indah Kota Batam. Terdapat
di http://dx.doi.org/10.37776/zk.v9i1.248 diakses pada tanggal 04 Desember
2021
Rahmawati, L dan Ningsih, MP. 2020. Hubungan Tingkat pengetahuan Dan
Sikap Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Dengan Kepatuhan Ibu
Dalam Memberikan Imunisasi DPT-Hb-Hib Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Buaya Kota Padang. Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume
7, Nomor 1, Mei 2020. Terdapat di
https://doi.org/10.36743/medikes.v7i1.223 diakses pada tanggal 04
Desember 2021
Sinta, LS., Andriani,F., Yulizawati. 2019. Buku Ajar Asuhan kebidanan Pada
Neonatus, Bayi Dan Balita. Terdapat di https://www.repo.unand.ac.id
diakses pada tanggal 04 Desember 2021
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Edisi Pertama. Jakarta : Prenamedia Group
LAMPIRAN 1

LEMBAR INFORMASI DAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


PENELITIAN

Dengan Hormat,
Sehunungan dengan kegiatan penelitian yang saya lakukan tentang
“Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Combo
Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi DPT Combo Di Puskesmas
Kalampangan Kota Palangka Raya”, maka saya sebagai peneliti mohon
kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam kegiatan penelitian ini
Saudara tidak perlu mencantumkan identitas dalam kuisioner ini, karena ini
bukan penilaian. Informasi dan jawaban yang saudara berikan akan dijaga
kerahasiaannya oleh peneliti. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saudara
berikan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan sesuai dengan
keadaan saudara yang sebenarnya. Apabila ada hal yang belum jelassilahkan
bertanya sebelu menjawabnya
Demikian informasi ini saya sampaikan, atas kesediaan saudara saya ucapkan
terima kasih

Palangka Raya, ……………………2022


Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Alamat :

Bersedia untuk dijadikan subjek penelitian yang berjudul “Hubungan


Tingkat pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Combo Dengan Tingkat
Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi DPT Combo Di Puskesmas Kalampangan
Kota Palangka Raya”, yang diajukan oleh:
Nama : Selvi Nice
NIM : Po 62.24.2.21.435
Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan Kelas
Alih Jenjang Angkatan V Semester I Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Prosedur penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan risiko apapun
terhadap saya dan keluarga saya. Saya telah diberikan penjelasan bahwa penelitian
ini akan menjamin kerahasiaan identitas saya dengan mengubah nama dalam
bentuk kode angka pada saat penyajian data informasi dan keterangan yang saya
berikan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Kuesioner asli akan
disimpan oleh peneliti dan hanya diketahui oleh peneliti dan dosen pembimbing.
Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapatkan jawaban yang benar dan jelas. Dengan ini saya
menyatakan dengan sukarela untuk menjadi responden pada penelitian ini dan
berperan serta di dalam kelancaran penelitian yang dilakukan

Palangka Raya, ………....................... 2022


Peneliti Responden
LAMPIRAN 3
KUISIONER PENGUMPULAN DATA
“Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Combo
Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi DPT Combo Di Puskesmas
Kalampangan Kota Palangka Raya”

Nomor Urut Responden :

Tanggal Wawancara :

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Ibu :
2. Tanggal Lahir/ Umur :
3. Alamat :
Berikan tanda √, pada kotak jawaban yang anda anggap benar.
4. Apa pendidikan terakhir ibu ? ………………………………………………..
 1. tidak sekolah
 2. SD
 3. SMP
 4. SLTA
 5. perguruan tinggi
5. Apa Pekerjaan Ibu ? ………………………………………………………….
 1. PNS/ honorer  2. Wiraswasta (pedagang dan lain-lain) 
3. Tidak bekerja/ Ibu rumah tangga
KUISIONER TINGKAT KECEMASAN
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)
PETUNJUK: Berilah tanda silang (X) pada kolom nilai angka (score).
0= jika tidak ada gejala,
1= jika gejala ringan
2= jika gejala sedang
3= jika gejala berat
4= jika gejala berat sekali.
No GejalaKecemasan Nilaiangka (score)
0 1 2 3 4
1. Perasaancemas (anxietas)
Cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2. Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Tidak bisa istirahat tenang
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3. Ketakutan
Pada gelap
Pada orang asing
Ditinggal sendiri
Pada binatang besar
Pada keramaian lalu lintas
Pada kerumunan orang banyak
4. Gangguantidur
Sukar tidur
Terbangun malam hari
Tidur tidak nyenyak
Bangun dengan lesu
Banyak mimpi-mimpi
Mimpi buruk
Mimpi menakutkan
5. Gangguankecerdasan
Sukar konsentrasi
Daya ingat menurun
Daya ingat buruk
6. Perasaandepresi (murung)
Hilangnya minat
Berkurangnya kesenangan pada hobi
Sedih
Bangun dini hari
Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7. Gejalasomatikataufisik (otot)
Sakit dan nyeri di otot-otot
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemerutuk
Suara tidak stabil
8. Gejala somatic ataufisik (sensorik)
Tinnitus (telingaberdenging)
Penglihatan kabur
Muka merah atau pucat
Merasa lemas
Perasaan ditusuk-tusuk

9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)


Takikardi (denyut jantung cepat)
Berdebar-debar
Nyeri di dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
Detak jantung menghilang (berhenti sekejap)
10. Gejala respiratory (pernafasan)
Rasa tertekan atau sempit di dada
Tercekik
Sering menarik nafas
Nafas pendek atau sesak
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan)
Sulit menelan
Perut melilit
Gangguan pencernaan
Nyeri sebelum dan sesudah makan
Perasaan terbakar di perut
Rasa penuh (kembung)
Mual
Muntah
BAB lembek
Sukar BAB (konstipasi)
Kehilangan berat badan
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)
Sering buang air kecil
Tidak dapat menahan air seni
Tidak datang bulan (haid)
Darah haid berlebihan
Darah haid amat sedikit
Masa haid berkepanjangan
Masa haid amat pendek
Haid beberapa kali dalam sebulan
Menjadi dingin (frigid)
Ejakulasi dini
Ereksi melemah
Ereksi hilang
Impotensi
13. Gejalaautonom
Mulut kering
Muka merah
Mudah berkeringat
Kepala pusing
Kepala terasa berat
Kepala terasa sakit
Bulu-bulu berdiri
14. Tingkahlaku
Gelisah
Tidak tenang
Jari gemetar
Kerut kening
Muka tegang
Otot tegang (mengeras)
Nafas pendek dan cepat
Muka merah

Anda mungkin juga menyukai