Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia

pemerintah telah melakukan berbagai program kesehatan

demi menunjang kesehatan masyarakat. Salah satunya

adalah upaya untuk menurunkan Angka Kematian Balita

(AKBA) dengan program imunisasi. Menurut Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi

merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya

penyakit menular (UU No 36 tahun 2009). Hal ini

merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen

pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals

(SDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada

anak (Permenkes RI No 12, 2017).

Imunisasi penting untuk mencegah penyakit

berbahaya, salah satunya adalah imunisasi DPT

(Diphteria, Pertussis, Tetanus). Kebanyakan para

orangtua khususnya ibu tidak tepat waktu dalam pemberian

vaksin DPT pada anaknya (Tecyya, 2019). Salah satu

faktor yang perlu diperhatikan dalam pemberian imunisasi

DPT adalah ketepatan waktu imunisasi DPT. Imunisasi DPT

tepat apabila diberikan pada bayi usia 2 bulan dan

diberikan vaksin DPT ulang saat usia 2,3,4 bulan.


Apabila ibu tidak tepat dalam mengimunisasi DPT bayinya

maka antibodi yang dimiliki bayi untuk melawan penyakit

difteri, pertusis dan tetanus akan melemah.

Menurut (WHO, 2021) kasus difteri, pertusis,

tetanus sejak 1 Januari- 31 Desember 2022 telah

ditemukan sebanyak 591 kasus, sekitar 32 diantaranya

meninggal dunia di 95 Kabupaten/Kota di 20 Provinsi di

Indonesia (Kemenkes RI, 2022). Pada tahun 2019 jumlah

kasus difteri, pertusis, tetanus di Indonesia dilaporkan

sebanyak 775 kasus (19% dari total kasus SEAR),

selanjutnya jumlah kasus menurun menjadi 430 kasus pada

tahun 2022 (6% dari total kasus SEAR). Indonesia

menduduki posisi tertinggi jumlah kasus difteri,

pertusis, tetanus.

Pada tahun 2018 prevalensi difteri, pertusis,

tetanus di Indonesia menduduki posisi pertama dengan 342

kasus, Myanmar di posisi kedua dengan 136 kasus dan

Philipina di posisi ketiga dengan 42 kasus. Indonesia

sebanyak 20 provinsi melaporkan terdapat kasus difteri,

pertusis, tetanus diwilayahnya. Dari jumlah tersebut,

kasus tertinggi terjadi di NTB dengan 209 kasus dan NTT

yaitu 133 kasus. Kejadian kasus difteri, pertusis,

tetanus, sebesar 51% diantaranya disebabkan karena tidak

tepat waktu dalam melakukan vaksinasi (Rusman, 2020).

Kota Mataram tahun 2022 menurunkan angka kematian

neonatal sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup dan angka


kematian balita sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup,

dimana 87% kematian terjadi karena penyakit difteri,

pertusis, tetanus yang dapat dicegah oleh imunisasi DPT

(Dikes Kota Mataram, 2022).

Hasil studi pendahuluan terkait cakupan imunisasi

DPT di Desa Gumantar wilayah kerja Puskesmas Kayangan

masih rendah sehingga angka kejadian ISPA masih tinggi

yang menyerang bayi usia 2-4 bulan dengan jumlah kasus

di bulan Januari- April 2023 sebanyak 224 kasus. Jumlah

bayi usia 2-4 bulan yang tidak tepat waktu dalam

melakukan imunisasi DPT pada bulan Januari 2023 ada 11

kasus, Februari 2023 ada 9 kasus, Maret 2023 ada 9 kasus

dan di bulan April 2023 ada 12 kasus. Jadi, di Desa

Gumantar wilayah kerja Puskesmas Kayangan kasus difteri

masih belum terjadi tetapi lebih banyak terjadi kasus

ISPA. Hasil wawancara pada ibu yang memiliki bayi usia

2-4 bulan, bahwa dari 7 ibu yang memiliki bayi usia 2-4

bulan 5 diantaranya tidak mengetahui pengertian dari

imunisasi DPT, jadwal imunisasi DPT, manfaat imunisasi

DPT, efek samping imunisasi DPT dan tempat penyuntikan

imunisasi DPT (Puskesmas Kayangan, 2023).

Dampak dari vaksin DPT yang tidak diberikan secara

tepat waktu pada bayi 2-4 bulan dapat mengakibatkan

rentan terserang penyakit ISPA. Apabila sudah terserang

penyakit ISPA dapat menyebabkan status kesehatan bayi


rendah yang akhirnya akan mengakibatkan tingginya angka

morbiditas dan mortalitas pada bayi (Indarwati, 2018).

Peran perawat yang dapat dilakukan adalah

memberikan pemahaman kepada orang tua selaku pengambil

keputusan bagi anak tentang penyakit maupun tentang

kesehatan anak. Perawat melakukan promosi kesehatan

berupa edukasi kesehatan pada klien dan keluarga.

Promosi kesehatan ini merupakan tindakan positif yang

mengarahkan pada perubahan perilaku dan tindakan

kesehatan yang dilaksanakan oleh individu dipengaruhi

oleh karakteristik individu dan pengalaman (Mandesa,

2018).

Solusi untuk ketepatan pemberian imunisasi DPT

salah satunya dengan dilakukannya pendidikan kesehatan

terkait ketepatan pemberian imunisasi. Apabila

pendidikan kesehatan sudah dilakukan, tenaga kesehatan

dapat mengikut sertakan ibu- ibu untuk memberikan

pengetahuan tentang pengertian, tujuan, waktu pemberian,

dan kontraindikasi imunisasi DPT dengan cara lisan,

dengan cara seperti itu masarakat akan merasa lebih bisa

menerima tentang pengalaman dari rekan mereka, selain

itu tenga kesehatan dapat menekan atau meminimalisir

kejadian ikutan pasca imunisasi tersebut dengan cara

mengkonsultasikan dengan tenaga medis dengan pemberian


terapi pencegahan terjadinya KIPI. Para tenaga kesehatan

hendaknya kreatif dalam menggali perasaan orang tua.

Mempelajari tentang pengetahuan ibu tentang imunisasi

DPT dan ketepatan pemberian imunisasi DPT maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Hubungan

Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Dengan Ketepatan

Imunisasi DPT Pada Bayi Usia 2-4 Bulan Di Desa Gumantar

Wilayah Kerja Puskesmas Kayangan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Dengan

Ketepatan Imunisasi DPT Pada Bayi Usia 2-4 Bulan Di Desa

Gumantar Wilayah Kerja Puskesmas Kayangan?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang

Imunisasi DPT Dengan Ketepatan Imunisasi DPT Pada


Bayi Usia 2-4 Bulan Di Desa Gumantar Wilayah Kerja

Puskesmas Kayangan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi

DPT Di Desa Gumantar Wilayah Kerja Puskesmas

Kayangan;

b. Mengidentifikasi Ketepatan Imunisasi DPT Pada Bayi

Usia 2-4 Bulan Di Desa Gumantar Wilayah Kerja

Puskesmas Kayangan;

c. Menganalisis H Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang

Imunisasi DPT Dengan Ketepatan Imunisasi DPT Pada

Bayi Usia 2-4 Bulan Di Desa Gumantar Wilayah Kerja

Puskesmas Kayangan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional yaitu jenis penelitian yang menentukan

waktu pengukuran/observasi data variable independen dan

dependen hanya satu kali pada satu saat jadi tidak ada

tindak lanjut, artinya setiap subjek hanya diobservasi

satu kali saja (Notoatmodjo, 2020).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

disebut populasi penelitian (Notoatmodjo, 2020).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang

mempunyai bayi usia 2-4 bulan yang ada di wilayah

kerja Puskesmas Kayangan periode bulan Januari -

April tahun 2023 sebanyak 41 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi (Anshori, 2019). Sampel

dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi

dan kriteria ekslusi.


a. Kriteria inklusi:

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek

penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian

yang memenuhi syarat sebagai sampel (Arikunto,

2020). Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:

1)Bersedia untuk menjadi responden;

2)Ibu yang memiliki bayi usia 2-4 bulan yang ada

di wilayah kerja Puskesmas Kayangan;

3)Responden memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS).

b. Kriteria eksklusi:

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek

penelitian tidak dapat mewakili sampel karena

tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Arikunto, 2020). Kriteria eksklusi pada

penelitian ini yaitu:

1)Ibu yang mengalami gangguan jiwa

2)Ibu yang memiliki bayi usia lebih dari 2-4

bulan.

3. Besarnya Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Anshori,

2019). Jumlah anggota sampel yang paling tepat

digunakan dalam penelitian, bergantung pada tingkat

kepercayaan atau tingkat kesalahan yang dikehendaki.

Tingkat kesalahan yang dikehendaki sering bergantung

pada tujuan penelitian, sumber dana, waktu, dan


tenaga yang tersedia. Isaac dan Michael mengembangkan

dan membuat tabel untuk penentuan jumlah sampel dari

populasi tertentu, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%,

dan 10%. Rumus besar sampel populasi <1000:

n = N
1 + N (d)2
n = 41
1 + 41 (0,1)2
n = 41
1 + (41 x 0,01)
n = 41
1,41
n = 29 responden
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d2 : Taraf signifikan (10%)

4. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sample pada penelitian ini

menggunakan teknik Purposive Sampling. Purposive

sampling adalah pengambilan sampel yang didasarkan

pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmodjo, 2020).

Anda mungkin juga menyukai