Anda di halaman 1dari 29

KULTUR

AKHLAKUL
KARIMAH
TIM AKHLAKUL KARIMAH
Akhlak

 Akhlak adalah salah satu hal pokok yang


dimiliki manusia. Umumnya, setiap
manusia akan menilai seseorang
berdasarkan apa yang ia lihat dari akhlak
tersebut.

 Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata


Khuluq yang berarti tingkah laku, tabiat atau
budi pekerti.

 Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang


dimiliki seseorang, telah melekat dan
biasanya akan tercermin dari perilaku orang
tersebut.
• Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al din mengatakan bahwa akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
• Ketinggian budi pekerti atau dalam bahasa Arab disebut akhlakul karimah yang
terdapat pada seseorang yang menjadi seseorang itu dapat melaksanakan kewajiban
dengan baik dan sempurna, sehingga menjadikan seseorang itu dapat hidup bahagia.
• Sebaliknya apabila manusia buruk akhlaknya, kasar tabiatnya, buruk prasangkanya
terhadap orang lain, maka itu sebagai pertanda bahwa orang itu akan hidup resah
sepanjang hayatnya.
Jenis Akhlakul Karimah
1. Husnudzhan hablumminallah wahablumminannas ( Hubungan Baik
Kepada Alloh Dan Hubungan Baik Sesama Manusia )
2. Qana’ah yaitu menerima segala pemberian Allah SWT.
3. Ikhlas yaitu melaksanak sesuatu perbuatan yang baik hanya karena
Alllah SWT.
4. Sabar yaitu menerima pemberian dari Allah baik berupa nikmat
maupun berupa cobaan.
5. Istiqomah yaitu teguh pendirian terhadap keyakinannya.
6. Tasammuh yaiitu memiliki sifat tenggang rasa, lapang dada, dan
memiliki sifat toleransi.
7. Ikhtiar yaitu berusaha atau kerja keras untuk mencapai tujuan.
8. Berdoa yaitu memohon kepada Allah.
Sumber Akhlakul Karimah

• Sumber akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, bukan akal pikiran atau
pandangan masyarakat, sebagaimana pada konsep etika dan moral.
• Dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik-buruk, terpuji-tercela,
semata-mata karena syara‟ (al-Qur’an dan Sunnah) menilainya demikian.
Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menerangkan tentang Rasulullah SAW
sebagai suri tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat manusia.
Pentingnya memiliki akhlakul karimah

• Dalam ajaran agama Islam, akhlakul karimah merupakan salah satu


indikator dalam menilai tingkat keimanan seorang umat. Hal tersebut sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW berikut ini: “Bertaqwa kepada Allah dan
berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu
Majah)
• “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik
akhlaknya.” (HR At- Tirmidzi)
• Dalam hadits lain beliau bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku cintai
di antara kalian dan yang paling dekat tempat tinggalnya denganku pada
hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR. Tirmidzi, shahih)
• “Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan (kebajikan) seorang
mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR At-
Tirmidzi)
• Hadits ini mengisyaratkan kepada kita bahwa seseorang mukmin berusaha
untuk melakukan amalan yang terbaik dengan timbangan yang terberat
pada hari kiamat. Karena kita sadar bahwa umur dan kemampuan kita
untuk beramal sholeh terbatas, maka Nabi mengarahkan kita untuk
berakhlak yang mulia, karena akhlak mulia merupakan amal ibadah yang
sangat berat timbangannya pada hari kiamat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembinaan akhlakul karimah

Faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak ada


dua, yaitu:
 Faktor Internal
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor
internal ini yaitu diantaranya: insting atau naluri,
adat atau kebiasaan (Habit), kehendak/ kemauan
(iradah), suara batin/suara hati.

 Faktor Eksternal
Selain faktor internal (yang bersifat dari dalam),
juga terdapat faktor eksternal (yang bersifat dari
luar), yaitu pendidikan, guru/dosen dan
lingkungan.
Elemen-elemen Psikologi dalam
Proses Pembentukan Akhlak

 Elemen-elemen psikologi Islami adalah terdiri dari tiga aspek :


 Ketiga aspek : aspek jismiah (fisik, biologis), aspek nafsiah (psikis,
psikologi), dan aspek rohaniah (spiritual, transcendental).
 Dalam proses pembentukan akhlak dapat digunakan beberapa metode yaitu
dengan menjalankan ibadah yang kuat dan ikhlas, metode teladan.
 Metode pembentukan akhlak yang kemudian mengubah seluruh sifat-sifat
baik menjadi kebiasaan.
 Metode nasihat, dengan pendidikan dapat menanamkan pengaruh yang baik
ke dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung
jiwa.
1. Prinsip Akhlakul Kharima Pada Hubungan
Dengan Kolega Kerja
2. Manfaat Penerapann Akhlakul Kharima Pada
Hubungan Dengan Kolega Kerja
Pembentukan Akhlak Secara
Psikologis bagi Mahasiswa
 Dalam membentuk akhlak secara psikologis bagi mahasiswa diperlukan tahapan
pembinaan. Pembinaan pembangunan adalah proses, pembuatan, cara pembinaan,
pembaharuan, usaha dan tindakan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil
dengan baik.

 Siswa Pembinaan akhlakul karimah siswa merupakan kegiatan yang dilaksanakan di


dalam/luar lingkungan instansi sebagai usaha membentuk mahasiswa dengan
menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dalam
rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan serta menginternalisasikan
nilai-nilai agama serta mengembangkan akhlak para mahasiswa agar mereka memiliki
akhlak yang mulia, serta memiliki kebiasaan yang baik.
Membangun Generasi Milenial
Berakhlakul Karimah

 Salah satu indikator yang mempengaruhi


menurunnya sikap dan perilaku moral para
remaja generasi milenial ini ditandai dengan
meningkatnya keterlibatan mereka dalam
berbagai tindak kriminal; seperti, bertutur kata
yang kasar, penyalahgunaan obat-obatan
terlarang, hubungan seks pranikah, tawuran
masal, serta yang kerap kali terjadi yaitu
penindasan terhadap teman atau sering disebut
bullying.
Membangun Generasi Milenial Berakhlakul
Karimah

 Dalam membentuk karakter generasi milenial yang berakhlakul karimah (mulia) harus
adanya penanaman akhlak yang baik sejak dini, baik di lingkungan keluarga
maupun masyarakat.
 Tidak hanya penanaman akhlak saja, daripada itu dalam membentuk karakter generasi
milenial yang berakhlak mulia; diperlukan juga praktek dalam penguatan sikap yang
penting mencakup perkembangan sosial, seperti ketulusan hati atau kejujuran,
membangun koneksi yang harmonis antara keluarga dan masyarakat, menerapkan
sikap toleransi, dan yang paling utama adalah melakukan kontrol diri.
Membangun Kultur Akhlakul Karimah di Kalangan Generasi Millenial
1. Memperbanyak kajian tentang keutamaan berkahlakul karimah. Kajian dapat dilakukan dengan online/ofline.
Banyak situs/web yang menyuguhkan tentang keutamaan memiliki akhlak yang baik. Jika generasi millennial
sudah faham tentang keutamaan berakhlak karimah, insyaAllah akan muncul dari dalam dirinya (motivasi
internal) untuk berakhlakul karimah. Dan motivasi ini biasanya akan lebih lama, tidak mudah luntur, karena
akhlak yang tercermin original dari dalam dirinya.
2. Memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah. Ibadah adalah bukti keimanan dan ketaqwaan seseorang. Nash-nya,
jika ibadah seseorang bagus, akhlak yang keluar dari dirinya baik ucapan maupun perbuatan juga akan bagus.
Pada prinsipnya, luaran dari ibadah adalah akhlak. Jika ibadahnya bagus, akhlaknya bagus, jika ibadahnya
kurang bagus, akhlaknya juga kurang bagus.
3. Memilah dan memilih komunitas yang bagus, yang memiliki kesamaan visi misi dan tujuan hidup. Lingkungan
yang bagus akan menambah semangat seseorang untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
4. Aktif dalam organisasi keagamaan/Muhammadiyah yang di dalamnya banyak kegiatan yang dapat
memperdalam pemahaman keagamaan dan dialog antar anggota sehingga saling menguatkan nilai-nilai
keislaman dalam dirinya.
Tujuan

Mengatahui Mengetahui cara Mengetahui aktualisasi diri


jenis atau tipe mengenali potensi diri sebagai bagian diri
kepribadian diri tertinggi dalam Hieracy of
manusia Needs Maslow.
AKHLAK KERJA DAN PROFESI DALAM ISLAM
Bekarja adalah
• segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi
kebutuhantertentu (jasmani dan rohani) , dan
• di dalamnya tersebut dia berupaya dengan penuhkesungguhan
untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian
dirinyakepada Allah SWT.

Hampir di setiap sudut kehidupan , kita menjumpai begitu banyaknya


orang yang bekerja . para salesmen yang hilir mudik mendatangi toko
dan rumah, rumah ,guru yang tekun berdiri di depan kelas , polisi yang
mengatur lalu-lintas dalam selingan hujandan panas terik, serta
segudang profesi lainnya.
tidak semua aktifitas manusia bisa disebut dengan bekerja karena dalam beke
rjaterkandung aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu sebagai
berikut

• Aktivitasnya dilakukan karena ada • Apa yang ia lakukan itu karena kesengajaan ,
dorongan untuk mewujudkan sesuatu yang direncanakan .
sesuatu sehinggatumbuh rasa karenanya,terkandung di dalamnya satu
tanggung jawab yang besar untuk gairah semangat untuk mengerahkan seluruh
mewujudkan sesuatu potensiyang dimilikinya sehingga apa yang
untukmenghasilkan karya atau dikerjakannya benar-benar memberikan
produk yang berkualitas. kepuasandan manfaat.
Akhlak sebagai pembentukan Etika kerja
Allah telah menanggung rezeki bagi setiap makhluk yang ada di muka bumi ini ,
sebagaimana firmannya : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberirezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
(Q.S Hud ayat : 6 )

Namun disisi lain , Allah menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah kondisi seseorang
selama orang (umat) tersebut tidak merubahnya sendiri ( Q.S Al-Ra‟ad : 11) hal itu bisa
diartikan bahwa walaupun Allah telah menyediakan rezeki bagi manusia dan segenap
makhluk yang ada di dunia ini, namun rezeki yang telah tersedia itu akan didapatkan lewat
jalan bekerja dan berdo‟a.

Dari pernyataan itulah , secara implisit Allah menyatakan bahwa setiap manusia harus
mencari rezeki dengan jalan bekerja dan beraktivitas. Islam memberikan apresiasi yang
tinggi terhadap seorang muslim yang gigih bekerja, dan sebaliknya, akan membenci setiap
muslim yang bermalas-malasan.
Apresiasi dan penghargaan yang Perintah Allah itu memberikan 2 pelajaran
tinggikepada orang / muslim yang penting :
Pertama , setiap selesai ibadah harus bekerja
bekerja itu ditunjukkan dengan mencari apa yang dianugerahkan Allah. Ibadah
prinsip-prinsip sebagai berikut : saja tidak cukup, hanya berdo‟a dan meminta
1. Perintah untuk giat bekerja kepada Allah tidak cukup, meminta rezeki
setelah selesainya ibadah. Allah tetapi tidak berbuat dan bekerja untuk
mencarinya adalah suatu sikap yang tidak ada
berfirman : “ apabila telah tuntunannya.
ditunaikan salat , maka
bertebaranlah kamu di muka bumi Kedua, dalam bekerjaharuslah didasari dengan
dan carilah karunia Allah dan ibadah dan dan ingat kepada Allah, sehingga
banyaknya rezeki dan kesibukan yang tinggi
ingatlah banyak- banyak supaya tidak akan menggoyahkan iman dan menjadi
kamu beruntung “ ( Q.S Al- jumu‟ah seseorang berfikiran materialistis
:10 )
2. Perintah untuk selalu beraktivitas, dan dilarang kosong (menganggur) .
Allah berfirman dalam AL-
Qur‟an : “ maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain.” (Q.S Alam Nasyrah (94) : 7 )

Ayat ini menunjukkan bahwa waktu kosong itu tidak baik. Dalam sebuiah pepatah
bahasa Arab dikatakan : „ Al-faragh mafsadah” ( kekosongan itu adalah kerusakan
). Di lain kesempatan Allah juga memerintahkan Nabi Muhammad Saw agar
menyuruh kaumnya beraktivitas ( bekerja ) sesuai dengan keadaanya asing-
masing , yakni dalam Q.S Az-zumar[39]:39. Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah
sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak
kamu akan mengetahui, Q.S Az-zumar [39]:39
3. Larangan meminta-minta
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa tangan di atas lebih baik
daripada tangan di bawah. Lebih baik bekerja, meskipun pekerjaan
itu oleh orang – orang dinilai sebagai pekerjaan kasar.
Dan sebaik – baiknya hasil adalah yang diperoleh dengan karyanya
sendiri.
dalam sebuah hadis, yang artinya “ Abu Hurairah r.a berkata :
Rasulullah SAW bersabda : demi sekiranya salah seorang dari kamu
itu pergi mencari kayu bakar dan dipikul di atas punggungnya, lebih
baik daripada meminta – minta kepada orang – orang , baik
diberitahu atau ditolak ( HR. Bukhari – muslim ).
4. Di dalam berusaha seorang muslim tidak boleh berputus asa bila menemui kegagalandan
kesulitan.

Berputus asa adalah tindakan yang biasa dilakukan oleh orang-orang kafir . Budaya kerja bukan
hanya sekedar sisipan atau perintah sambil lalu, tetapi menempatkannya sebagai tema sentral
dalam pembangunan umat, karena untuk mewujudkan suatu pribadi dan masyarakat yang
tangguh hanya dimungkinkan apabila penghayatan terhadap esensi bekerja dengan segala
kemuliaannya dikajikan sebagai pokok kajian bagi setiap muslim, sehingga akan tercipta budaya
yang khas ini dalam setiakehidupan muslim

Hanya pribadi-pribadi yang menghargai nilai kerja yang kelak akan mampu menjadikan
masyarakatnya sebagai masyarakat yang tangguh, dan sebaliknya, pribadi yang malas dan
bermental pengemis hanyalah akan mengorbankan masyarakat da bakan generasiya sebagai
umat yang terbelakang, terjajah, dan terbelenggu dalamkategori bangsa yang memiliki nilai
kerja kelas teri, tidak mempunyai wibawa,sebagaimana wibawa, sebagaimana ibarat, ke dalam
tak mengganjilkan dan keluar takmenggenapkan, ke atas tak berpucuk, ke bawah tak berakar
Adapun SyaratMendapatkan Surga Dengan Bekerja
diantaranya adalah

1. Niat Ikhlas Karena Allah SWT


• Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena Allah SWT
sebagai kewajiban dariAllah yang harus dilakukan oleh setiap hamba.

2. Itqan, sungguh-sungguh dan profesional dalam bekerja


Syarat kedua agar pekerjaan dijadikan sarana mendapatkan surga dari Allah
SWT adalah profesional , sungguh-sungguh dan tekun dalam bekerja.
Diantara bentuknya adalah, tuntas melaksanakan pekerjaan yang
diamanahkan kepadanya,memiliki keahlian di bidangnya dsb.Dalam sebuah
hadits Rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba
yang apabila ia bekerja, ia menyempurnakan pekerjaannya. (HR. Tabrani )
3. sikap Jujur & Amanah
Karena pada hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut
merupakan amanah, baik secara duniawi dari atasannya atau pemilik
usaha, maupun secara duniawi dari Allah SWT yang akan dimintai
pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukannya.

Implementasi jujur dan amanah dalam bekerja diantaranya adalah den


gan tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, tidak
curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: Seorang pebisnis


yang jujur lagi dapat dipercaya, (kelak akan dikumpulkan) bersama
para nabi, siddiqin dn syuhada”. (HR. Turmudzi)
4. Menjaga Etika Sebagai Seorang Muslim

Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang muslim,
seperti etikadalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum,
berhadapan dengancustomer, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika
ini merupakan ciri kesempurnaan
iman seorang mu‟min.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda : Sesempurna-sempurnanya


keimanan seorang mu‟min adalah yang paling baik akhlaknya(HR. Turmudzi
5. Tidak Melanggar Prinsip-Prinsip Syariah

Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip
syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya.
Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal :
Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti memporduksi tidak
boleh barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi), mengandung
unsurriba, maysir, gharar dsb.
Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan, seperti
risywah,membuat fitnah dalam persaingan, tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki
dengan perempuan, dsb

Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul
dan janganlahkamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad, 47 : 33)
6. Menghindari Syubhat

Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau


sesuatu yangmeragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya.
Seperti unsur-unsur pemberiandari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu
kepentingan terntentu. Atau seperti bekerjasama dengan pihak-pihak yang secara
umum diketahui kedzliman atau pelanggarannyaterhadap syariah. Dan syubhat
semacam ini dapat berasal dari internal maupun eksternal.

Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah
haditsRasulullah SAW bersabda, “Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara
keduanya ada perkara-perkara yag syubhat. Maka barang siapa yag terjerumus
dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan…”
(HR. Muslim)
7. Menjaga Ukhuwah Islamiyah

Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah
islamiyah antarasesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha
melahirkan perpecahan ditengah-tengah kaum muslimin.

Rasulullah SAW sendiri mengemukakan tentang hal yang bersifat prefentif agar
tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin.

Beliau mengemukakan, “ Dan janganlah kalian membeli barang yang sudah


dibeli saudara kalian ” Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di atas, tentu akan
merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su‟udzon
dsb.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai