AKHLAKUL
KARIMAH
TIM AKHLAKUL KARIMAH
Akhlak
• Sumber akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, bukan akal pikiran atau
pandangan masyarakat, sebagaimana pada konsep etika dan moral.
• Dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik-buruk, terpuji-tercela,
semata-mata karena syara‟ (al-Qur’an dan Sunnah) menilainya demikian.
Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menerangkan tentang Rasulullah SAW
sebagai suri tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat manusia.
Pentingnya memiliki akhlakul karimah
Faktor Eksternal
Selain faktor internal (yang bersifat dari dalam),
juga terdapat faktor eksternal (yang bersifat dari
luar), yaitu pendidikan, guru/dosen dan
lingkungan.
Elemen-elemen Psikologi dalam
Proses Pembentukan Akhlak
Dalam membentuk karakter generasi milenial yang berakhlakul karimah (mulia) harus
adanya penanaman akhlak yang baik sejak dini, baik di lingkungan keluarga
maupun masyarakat.
Tidak hanya penanaman akhlak saja, daripada itu dalam membentuk karakter generasi
milenial yang berakhlak mulia; diperlukan juga praktek dalam penguatan sikap yang
penting mencakup perkembangan sosial, seperti ketulusan hati atau kejujuran,
membangun koneksi yang harmonis antara keluarga dan masyarakat, menerapkan
sikap toleransi, dan yang paling utama adalah melakukan kontrol diri.
Membangun Kultur Akhlakul Karimah di Kalangan Generasi Millenial
1. Memperbanyak kajian tentang keutamaan berkahlakul karimah. Kajian dapat dilakukan dengan online/ofline.
Banyak situs/web yang menyuguhkan tentang keutamaan memiliki akhlak yang baik. Jika generasi millennial
sudah faham tentang keutamaan berakhlak karimah, insyaAllah akan muncul dari dalam dirinya (motivasi
internal) untuk berakhlakul karimah. Dan motivasi ini biasanya akan lebih lama, tidak mudah luntur, karena
akhlak yang tercermin original dari dalam dirinya.
2. Memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah. Ibadah adalah bukti keimanan dan ketaqwaan seseorang. Nash-nya,
jika ibadah seseorang bagus, akhlak yang keluar dari dirinya baik ucapan maupun perbuatan juga akan bagus.
Pada prinsipnya, luaran dari ibadah adalah akhlak. Jika ibadahnya bagus, akhlaknya bagus, jika ibadahnya
kurang bagus, akhlaknya juga kurang bagus.
3. Memilah dan memilih komunitas yang bagus, yang memiliki kesamaan visi misi dan tujuan hidup. Lingkungan
yang bagus akan menambah semangat seseorang untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
4. Aktif dalam organisasi keagamaan/Muhammadiyah yang di dalamnya banyak kegiatan yang dapat
memperdalam pemahaman keagamaan dan dialog antar anggota sehingga saling menguatkan nilai-nilai
keislaman dalam dirinya.
Tujuan
• Aktivitasnya dilakukan karena ada • Apa yang ia lakukan itu karena kesengajaan ,
dorongan untuk mewujudkan sesuatu yang direncanakan .
sesuatu sehinggatumbuh rasa karenanya,terkandung di dalamnya satu
tanggung jawab yang besar untuk gairah semangat untuk mengerahkan seluruh
mewujudkan sesuatu potensiyang dimilikinya sehingga apa yang
untukmenghasilkan karya atau dikerjakannya benar-benar memberikan
produk yang berkualitas. kepuasandan manfaat.
Akhlak sebagai pembentukan Etika kerja
Allah telah menanggung rezeki bagi setiap makhluk yang ada di muka bumi ini ,
sebagaimana firmannya : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberirezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
(Q.S Hud ayat : 6 )
Namun disisi lain , Allah menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah kondisi seseorang
selama orang (umat) tersebut tidak merubahnya sendiri ( Q.S Al-Ra‟ad : 11) hal itu bisa
diartikan bahwa walaupun Allah telah menyediakan rezeki bagi manusia dan segenap
makhluk yang ada di dunia ini, namun rezeki yang telah tersedia itu akan didapatkan lewat
jalan bekerja dan berdo‟a.
Dari pernyataan itulah , secara implisit Allah menyatakan bahwa setiap manusia harus
mencari rezeki dengan jalan bekerja dan beraktivitas. Islam memberikan apresiasi yang
tinggi terhadap seorang muslim yang gigih bekerja, dan sebaliknya, akan membenci setiap
muslim yang bermalas-malasan.
Apresiasi dan penghargaan yang Perintah Allah itu memberikan 2 pelajaran
tinggikepada orang / muslim yang penting :
Pertama , setiap selesai ibadah harus bekerja
bekerja itu ditunjukkan dengan mencari apa yang dianugerahkan Allah. Ibadah
prinsip-prinsip sebagai berikut : saja tidak cukup, hanya berdo‟a dan meminta
1. Perintah untuk giat bekerja kepada Allah tidak cukup, meminta rezeki
setelah selesainya ibadah. Allah tetapi tidak berbuat dan bekerja untuk
mencarinya adalah suatu sikap yang tidak ada
berfirman : “ apabila telah tuntunannya.
ditunaikan salat , maka
bertebaranlah kamu di muka bumi Kedua, dalam bekerjaharuslah didasari dengan
dan carilah karunia Allah dan ibadah dan dan ingat kepada Allah, sehingga
banyaknya rezeki dan kesibukan yang tinggi
ingatlah banyak- banyak supaya tidak akan menggoyahkan iman dan menjadi
kamu beruntung “ ( Q.S Al- jumu‟ah seseorang berfikiran materialistis
:10 )
2. Perintah untuk selalu beraktivitas, dan dilarang kosong (menganggur) .
Allah berfirman dalam AL-
Qur‟an : “ maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain.” (Q.S Alam Nasyrah (94) : 7 )
Ayat ini menunjukkan bahwa waktu kosong itu tidak baik. Dalam sebuiah pepatah
bahasa Arab dikatakan : „ Al-faragh mafsadah” ( kekosongan itu adalah kerusakan
). Di lain kesempatan Allah juga memerintahkan Nabi Muhammad Saw agar
menyuruh kaumnya beraktivitas ( bekerja ) sesuai dengan keadaanya asing-
masing , yakni dalam Q.S Az-zumar[39]:39. Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah
sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak
kamu akan mengetahui, Q.S Az-zumar [39]:39
3. Larangan meminta-minta
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa tangan di atas lebih baik
daripada tangan di bawah. Lebih baik bekerja, meskipun pekerjaan
itu oleh orang – orang dinilai sebagai pekerjaan kasar.
Dan sebaik – baiknya hasil adalah yang diperoleh dengan karyanya
sendiri.
dalam sebuah hadis, yang artinya “ Abu Hurairah r.a berkata :
Rasulullah SAW bersabda : demi sekiranya salah seorang dari kamu
itu pergi mencari kayu bakar dan dipikul di atas punggungnya, lebih
baik daripada meminta – minta kepada orang – orang , baik
diberitahu atau ditolak ( HR. Bukhari – muslim ).
4. Di dalam berusaha seorang muslim tidak boleh berputus asa bila menemui kegagalandan
kesulitan.
Berputus asa adalah tindakan yang biasa dilakukan oleh orang-orang kafir . Budaya kerja bukan
hanya sekedar sisipan atau perintah sambil lalu, tetapi menempatkannya sebagai tema sentral
dalam pembangunan umat, karena untuk mewujudkan suatu pribadi dan masyarakat yang
tangguh hanya dimungkinkan apabila penghayatan terhadap esensi bekerja dengan segala
kemuliaannya dikajikan sebagai pokok kajian bagi setiap muslim, sehingga akan tercipta budaya
yang khas ini dalam setiakehidupan muslim
Hanya pribadi-pribadi yang menghargai nilai kerja yang kelak akan mampu menjadikan
masyarakatnya sebagai masyarakat yang tangguh, dan sebaliknya, pribadi yang malas dan
bermental pengemis hanyalah akan mengorbankan masyarakat da bakan generasiya sebagai
umat yang terbelakang, terjajah, dan terbelenggu dalamkategori bangsa yang memiliki nilai
kerja kelas teri, tidak mempunyai wibawa,sebagaimana wibawa, sebagaimana ibarat, ke dalam
tak mengganjilkan dan keluar takmenggenapkan, ke atas tak berpucuk, ke bawah tak berakar
Adapun SyaratMendapatkan Surga Dengan Bekerja
diantaranya adalah
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang muslim,
seperti etikadalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum,
berhadapan dengancustomer, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika
ini merupakan ciri kesempurnaan
iman seorang mu‟min.
Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip
syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya.
Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal :
Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti memporduksi tidak
boleh barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi), mengandung
unsurriba, maysir, gharar dsb.
Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan, seperti
risywah,membuat fitnah dalam persaingan, tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki
dengan perempuan, dsb
Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul
dan janganlahkamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad, 47 : 33)
6. Menghindari Syubhat
Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah
haditsRasulullah SAW bersabda, “Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara
keduanya ada perkara-perkara yag syubhat. Maka barang siapa yag terjerumus
dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan…”
(HR. Muslim)
7. Menjaga Ukhuwah Islamiyah
Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah
islamiyah antarasesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha
melahirkan perpecahan ditengah-tengah kaum muslimin.
Rasulullah SAW sendiri mengemukakan tentang hal yang bersifat prefentif agar
tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin.