Anda di halaman 1dari 12

Presentasi 3

Kajian akhlak dan ilmu akhlak.


a. Hubungan ilmu akhlak dan ilmu lain
1. Hubungan ilmu akhlak degan ilmu tasawuf
• Membagi menjadi 3 bagian:
a) Tasawuf falsafi, pendekatan rasio atau akal pikiran, filsafat tentang tuhan,
manusia, hubungan manusia dengan tuhan.
b) Tasawuf akhlaki, pendekatan takhalli (mengosongkan diri dari akhlak
yang buruk), tahalli (menghiasinya dengan akhlak terpuji), tajalli
(terbukanya dinding penghalang/hijab) yang membatasi manusia dengan
tuhan sehingga nur ilahi tampak jelas padanya
c) Tasawuf amali, pendekatan amaliyah dan wirid, mengambil bentuk
tarikat.
• Harun Nasution; ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa al-qur’an
dan al-hadis mementingkan akhlak, ajaran amar ma’ruf nahi munkar.

2. Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid


• Dilihat dari segi objek pembahasannya masalah tuhan baik dari segi zat, sifat
dan perbuatannya. Mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas
merupakan salah satu akhlak mulia.
• Dilihat dari segi fungsinya menghendaki agar seseorang yang bertauhid tidak
hanya cukup dengan menghafal rukun iman dengan dalil-dalinya saja, yang
terpenting meniru dan mencontoh terhadap subjek yang terdapat dalam rukun
iman itu
• Dilihat dari eratnya kaitan antara iman dan amal salih, baik dalam al-qur’an
maupun hadis, al-anfal (2-4), al-mukminun (1-5), al-hujarat (15), HR Bukhari dan
3. Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu jiwa
• Jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat dengan tuhan akan
melahirkan perbuatan dan sikap yang tenang pula, sebaliknya jiwa yang kotor,
banyak berbuat kesalahan dan jauh dari tuhan akan melahirkan perbuatan yang
jahat dan menyesatkan orang lain
4. Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu pendidikan
• Tujuan pendidikan islam adalah terbentuknya seorang hamba allah yang patuh
dan tunduk melaksanakan segala perintah-nya dan menjauhi larangan-nya serta
memiliki sifat-sifat dan akhlak yang mulia
• Pendidikan islam merupakan sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi
orang yang berakhlak
• Pendidikan dalam pelaksanaannya memerlukan dukungan orang tua di rumah,
guru di sekolah dan pimpinan serta tokoh masyarakat di lingkungan yang
merupakan bagian integral dari pelaksanaan pendidikan akhlak.
5. Hubungan ilmu akhlak dengan filsafat
• Tentang manusia, dalam pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau sumber
yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep ilmu akhlak.
• Manusia sebagai makhluk berfikir, melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
memperoleh makna hidup dan melahirkan peradaban (evolusi dalam
perkembangan dan pertumbuhan alam semesta).
b. Manfaat mempelajari akhlak
• Secara umum, agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai
atau beradat istiadat yang baik sesuai ajaran islam, memiliki akhlak mulia, baik
lahiriah maupun batiniah.
• Ibadah-ibadah inti dalam islam memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia, shalat
mencegah perbuatan tercela; zakat menyucikan harta dan menyucikan diri dengan
membantu sesama; puasa menahan dari berbagai syahwat; haji memunculkan
tenggang rasa dan kebersamaan dengan sesama
• Secara khusus:
1) Mengetahui tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW,
menyempurnakan akhlak (q.s. Al-anbiya 107); mendorong mencapai akhlak
mulia
2) Menjembatani kerenggangan antara akhlak dan ibadah, menyatukan antara
agama dan dunia, dengan bimbingan hati yang diridai allah swt, dengan
keikhlasan akan terwujud perbuatan yang terpuji, seimbang kepentingan
dunia dan akhirat, terhindar dari perbuatan tercela.
3) Mengimplementasikan pengetahuan tentang akhlak dalam kediupan, tidak
dapat menjadikan manusia baik atau buruk, etika tidak bermanfaat jika
petunjuknya tidak diikuti, bukan hanya teori, tapi memengaruhi dan
mendorong supaya membentuk hidup suci, kebaikan dan kesempurnaan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
• Ada 3 aliran:
1) Nativisme, faktor pembawaan dari dalam, bakat, akal, batin yang ada dalam diri
manuisa.
2) Empirisme, faktor luar, lingkungan sosial, pembinaan dan pendidikan yang
diberikan, percaya dunia pendidikan dan pengajaran.
3) Kovergensi, dipengaruhi faktor internal pembawaan si anak dan faktor eksternal
pendidikan dan pembinaan melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan
kecenderungan ke arah baik yang ada di dalam diri manusia secara intensif melalui
berbagai metode. Aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan),
psikomotorik (pengalaman). Q. S. Luqman: 13-14 dan HR Bukhari
d. Konsep kebahagiaan dan kemuliaan dalam ilmu akhlak
• Wacana kebahagiaan menurut Ibn Miskawaih juga dapat ditemukan dalam tujuan
pendidikan akhlak. Menurutnya tujuan pendidikan akhlak adalah terwujutnya sikap
batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan
bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan
yang puncak. Dengan alasan ini maka Ahmad Abdul Hamid As-Syaier dan
Muhammmad Yusuf Musa mengolongkan Ibn Miskawaih sebagai Filosof yang
bermazhab al saadat di bidang akhlaq. As saadat memang merupakan persoalan
utama dan mendasar bagi hidup manusia dan sekaligus bagi pendidikan akhlak
• Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan akhlak manusia. Akhlak
seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Quran. Peran akhlak sangatlah besar dalam kehidupan
manusia, untuk mengantarkan kita semua pada kehidupan terarah yang diridhai
oleh Allah Swt. Secara garis besar tujuan pendidikan akhlak Islam adalah ingin
mewujudkan masyarakat beriman yang senantiasa berjalan di atas kebenaran.
Masyarakat yang konsisten dengan nilai-nilai keadilan, kebaikan dan musyawarah.
Di samping itu, pendidikan Islam juga bertujuan menciptakan masyarakat yang
berwawasan, demi tercapainya kehidupan manusia yang berlandaskan pada nilai-
nilai humanisme yang mulia.
• Rasa bahagia muncul dari dalam diri sendiri berupa sikap hidup, bukan dari luar
seperti kekayaan, kekuasaan, popularitas dan sebagainya. Sikap hidup adalah merasa
cukup dan mensyukuri apa yang diperoleh, bersabar dan senang dengan keadaan
hidupnya meski kurang beruntung, optimis dan mencintai kehidupannya. Dalam
kehidupan ini kadang-kadang mengalami kesulitan atau penderitaan, seperti krisis
ekonomi. Menghadapi keadaan seperti ini orang dianjurkan untuk bersabar supaya
keadaan dunia tidak bertambah sulit, yang kemudian membuatnya tidak bahagia.
• Dalam Islam, pusat kebahagiaan adalah ketika seorang hamba berjumpa dengan
Allah swt. Bukan berarti jalan yang ditempuh harus meninggalkan dunia fana ini,
karena boleh jadi ketika seorang hamba meninggal dunia tidak bertemu dengan Sang
Ilahi karena faktor kualitas ketakwaannya. Kebahagiaan yang didambakan di dunia,
cara mencapainya, apa saja jalan yang harus ditempuh untuk menuju kepada Allah
swt.
• Faktor utama yang dapat mengundang kebahagiaan adalah faktor yang
membangkitkan cinta kepada Allah swt. Untuk mencapai cinta kepada Allah
diperlukan tahapan-tahapan yang tidak gampang dan memerlukan waktu yang
panjang untuk mereflek diri. Mengenal Allah swt menjadi satu alasan penting kenapa
seseorang mencintai-Nya dan bertemu dengan-Nya merupakan kebahagiaan terbesar
dalam hidupnya.
e. Penentuan baik dan buruk dalam ilmu akhlak
• Baik Dari segi bahasa arab khair, sesuatu yang berhubungan dengan luhur,
bermartabat, menyenangkan, dan disukai manusia.
• Buruk Dari segi bahasa arab syarr, sesuatu yang tidak baik, tercela, dinilai sebaliknya
dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.
• Penentuan baik dan buruk:
1) Baik buruk menurut aliran adat-istiadat (sosialisme), berdasarkan adat istiadat yang
berlaku dan dipegang teguh oleh masy, yang mengikuti dipandang baik, yang
menentang dipandang buruk atau dihukum secara adat; cara berpakaian, makan,
minum, bercakap dan bertandang; paham ini karena masyarakat yang menentukan
baik buruknya.
2) Baik buruk menurut aliran hedonisme, perbuatan yang baik banyak mendatangkan
kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis; kelezatan akal dan rohani;
lebih banyak mengutamakan kelezatan badan, makanan dan minuman alkohol,
tempat hiburan, pergaulan bebas memenuhi hawa nafsu. Dampaknya didukung
keberhasilan pembangunan material yang kurang seimbang dengan pembangunan
bidang spiritual dan moral.
3) Baik buruk menurut aliran intuisisme (humanisme), kata hati, perbuatan yang baik
adalah perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan hati nurani atau
kekuatan batin dalam diri dan sebaliknya.
4) Baik buruk menurut aliran utilitarianisme, berguna, dilihat dari sudut pandang
materialistik; orang tua jompo kurang dihargai,padahal tetap berguna untuk
nasihat dan doanya; memperjuangkan kepentigan politik, khianat, kekerasan,
paksaan. Yang bersifat rohani orang baik memberi manfaat pada yang lainnya (HR
5) Baik buruk menurut aliran vitalisme, mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia,
kekuasaan menaklukkan orang lemah dianggap baik, seperti sikap binatang hukum
siapa yang kuat dan menang itulah yang baik, pada zaman feodalisme dan
kolonialisme; dalam masyarakat maju bersifat demokratis.
6) Baik buruk menurut aliran religiosisme, baik yang sesuai kehendak tuhan dan
sebaliknya, keyakinan teologis atau keimanan kepada tuhan; terdapat bermacam-
macam agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masing-masing seperti
Islam, hindu budha, yahudi, kristen.
7) Baik buruk menurut aliran evolusi (evolution), berkembang menuju kesempurnaan,
tidak hanya benda tampak seperti manusia dan binatang, tetapi yang tidak tampak
juga seperti akhlak dan moral.
f. Konsep tanggung jawab kebebasan dan hati nurani
1) Pengertian kebebasan, dari segi sifatnya dapat dibagi tiga:
a. Kebebasan jasmaniyah, bebas dalam menggerakkan dan mempergunakan
anggota badan yang kita milki.
b. Kebebasan kehendak (rohaniah), bebas untuk menghendaki sesuatu,
kemungkinan berfikir .
c. Kebebasan moral, tidak ada ancaman, tekanan, larangan, dan desakan yang
tidak sampai berupa paksaan fisik.
• Kebebasan dalam bertindak, menentukan sendiri apa yang mau dibuat
berhadapan dengan macam-macam unsur, menentukan sendiri tindakannya.
• Bertindak dipengaruhi oleh lingkungan, dapat juga mengambil sikap dan
menentukan dirinya sendiri.
• Paham kebebasan sejalan dengan isyarat al-qur’an qs Fushilat: 40

2) Tanggung jawab, keyakinan bahwa tindakannya itu baik, erat kaitannya dengan
kesengajaan atau dilakukan dengan kesadaran.
3) Hati nurani atau intusi, memperoleh saluran ilham dari tuhan, keyakinan yang
cenderung kepada kabaikan dan tidak suka kepada keburukan.
4) Hubungan kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani dengan akhlak;
• Perbuatan yang berakhlak yang dilakukan dengan sengaja secara bebas
(kebebasan dan akhlak)
• Perbuatan akhlak harus dilakukan atas kemauan sendiri dan bukan paksaan
(tanggung jawab dan akhlak)
• Perbuatan akhlak muncul dari keikhlasan hati yang melakukannya (akhlak dan hati)
g. Hak kewajiban dan keadilan
1) hak, wewenang atau kekuasaan untuk menuntut sesuatu, perlawanan, milik
• Dalam al-qur’an, al-haqq, kecocokan, kesesuaian dan kesepakatan, keadilan,
argumentasi yang kuat.
• Hak memiliki sesuatu dikenal dengan istilah al-milk, kemampuan menolak
kemudharatan dan mengambil manfaat.
2) Kewajiban, dalam pelaksanaan hak, bukan keharusan fisik, berdasarkan
kemanusiaan; dalam islam sebagai hukum syara’ yaitu perbuatan apabila
dikerjakan akan mendapatkan pahal dan ditinggalkan mendapatkan siksa.
Kewajiban dalam agama berkaitan dengan pelaksanaan hak yang diwajibkan oleh
allah, melaksanakan shalat lima waktu, mambayar zakat dan berpuasa di bulan
ramadhan.
3) Keadilan, persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara, qs al-nahl: 90
4) Hubungan hak, kewajiban dan keadilan dengan akhlak
• Hubungan hak dapat dilihat pada arti sebagai milik yang dapat digunakan olh
seseorang tanpa ada yang dapat menghalanginya, merupakan bagian dari
akhlak, harus dilakukan oleh seseorang sebagi haknya
• Akhlak yang mendarah daging menjadi kepribadian sesorang dengan timbul
kewajiban untuk melaksanakannya tanpa merasa berat
• Keadilan merupakan induk akhlak.
h. Hubungan etika moral dan susila dengan akhlak
• Etika, tingkah laku manusia untuk dikatakan baik atau buruk; pada akal fikiran atau
filsafat; penilaian; bersifat relatif sesuai dengan zaman
• Moral, adat kebiasaan, penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan;
menentukan batas sifat atau perbuatan secara layak dikatakan baik atau buruk.
• Etika dan moral memiliki perbedaan:
1) Etika menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, moral tolak ukurnya norma
yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
2) Moral dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai
pengkajian sistem nilai yang ada
• susila, aturan hidup yang lebih baik, yang berkelakuan baik, sopan, beradab, baik
budi bahasanya; membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan hidup
sesuai dengan norma atau nilai yang berlaku dalam masy/ menerapkan nilai
dipandang baik.
• Hubungan etika, moral, dan susila dengan akhlak
1) Dilihat dari fungsinya sama, menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan
yang dilakukan manusia ditentukan baik bururknya.
2) Istialahnya sama-sama menghendaki terciptanya masy yang baik, teratur, aman,
tentram, sejahtera batiniah dan lahiriah.
3) Keberadaan etika, moral, susila dibutuhkan dalam menjabarkan dan
mengoperasionalkan ketentuan akhlak yang terdapat di dalam al-qur’an dan hadis.
4) Akhlak juga berperan memberikan batas-batas umum dan universal agar apa yang
dijabarkan etika, moral dan susila tidak bertentangan dengan nilai luhur dan tidak
membawa manusia menjadi sesat.

Anda mungkin juga menyukai