Anda di halaman 1dari 13

PRESENTASI 2

MACAM-MACAM AKHLAK
A. AKHLAK TERHADAP ALLAH

• Yang dimaksud dengan akhlak terhadap Allah atau pola hubungan manusia dengan Allah Swt, adalah
sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah Swt
sebagai khaliq. Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah.
• Pertama-tama wajib bagi setiap hambanya mencintai Allah SWT, dan ini merupakan bentuk ibadah
yang paling agung. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat: 165,
Terjemahnya:
“dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat
cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.

• Menurut Abuddin Nata, minimal ada empat alasan kenapa manusia harus berakhlak kepada Allah.
1. karena Allah yang telah menciptakan manusia (Q.S. At-Thariq ayat 4-7).
2. Karena Allah yang telah memberikan perlengkapan pancaindra, berupa pendengaran,
penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna
kepada manusia.
3. Karena Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air,
udara, binatang ternak dan sebagainya (Q.S. Al- Jatsiyah: 12-13).
4. Karena Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya akan kemampuan
menguasai daratan dan lautan, Q.S. Al-Isra’: 70,
• Dari kesadaran terhadap hal tersebut lahirlah tingkah laku dan sikap dari manusia kepada Allah SWT, akan di
kemukakan beberapa akhlak kepada Allah SWT, secara lebih rinci yaitu:
1. Mensucikan Allah dan memuji-Nya, Q.S.Al-Isra’: 44.
2. Bertawaakkal, berserah diri, kepada Allah. (Q.S Al-Anfal ayat 61).
3. Berbaik sangka kepada Allah, Q.S. An-Nisa’: 79.
4. Beribadah hanya kepada Allah, Q.S. Al-An’am: 162.
5. Berdo’a khusus kepada Allah, Berdo’a artinya meminta sesuatu kepada Sang Pencipta, agar apa yang diupayakan atau
sesuatu yang diinginkan tercapai. Adapun diantara syarat-syarat diijabahnya do’a seseorang oleh Allah sebagai berikut;
bersungguh dalam memanjatkan do’a; penuh keyakinan do’anya diterima; berdo’a khusyuk, memohon yang masuk
akal, dilakukan secara ikhlas, menjauhkan diri dari segala hal yang dilarang oleh Allah.
6. Zikrullah, yaitu ingat kepada Allah. Dalam Islam, manusia diperintahkan untuk selalu ingat kepada Allah baik waktu
lapang maupun waktu sempit, baik waktu sendirian maupun waktu bersama-sama, baik waktu sehat maupun waktu
sakit, Zikir yang disuruh dalam Islam tidak terbatas jumlahnya atau zikir yang sebanyak-banyaknya. Menurut Ibn
Atha’, zikir itu dapat dibagi kepada tiga bagian/bentuk, yaitu zikir jail, mengingat Allah dalam bentuk ucapan lisan
yang mengandung arti pujian, syukur dan do’a kepada Allah. yang lebih menampakkan suara jelas untuk menuntun
gerak hati, misalnya dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, takbir dan tasybih. Kedua, zikir Kafi, zikir yang dilakukan
secara khusyuk,oleh ingatan hati, baik lisan maupun tidak. Ketiga, zikir haqiqi, yaitu tingkatan zikir yang paling tinggi
yang dilakukan oleh seluruh jiwa dan raga, lahiriah dan batiniah, kapan dan dimana saja, dengan memperketat upaya
untuk memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.
7. Bersyukur kepada Allah, Q.S. An-Nahl: 53.
8. Taqwa kepada Allah, (Q.S. Ali Imron/3:102), Bertakwa kepada Allah, seperti: menunaikan shalat fardlu 5 waktu,
menunaikan puasa pada bulan Ramadhan dan menjauhi semua yang dilarang-Nya, seperti: tidak berjudi dan
sebagainya.
9. Cinta dan ridha kepada-Nya, (Q.S. Al-Baqoroh/2:165)
10. Taubat, sebagai bentuk permohonan ampun kepada Allah SWT, penyesalan mendalam atas kesalahan-kesalahan yang
telah dilakukan sebelumnya dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan tersebut dimasa yang akan datang.
11. Beriman, yaitu meyakini wujud dan keesaan Allah serta meyakini apa yang difirmankan-Nya.
12. Sabar, yaitu ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang menimpa diri kita. Perintah bersabar bukan perintah
berdiam diri, tetapi perintah untuk terus berbuat tanpa berputus asa.
B. AKHLAK TERHADAP ROSULULLAH

• Berakhlak kepada Rasul-Nya pada intinya adalah sejauh mana manusia mau mengikuti tuntunan beliau
sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Semakin manusia mendekatkan dirinya
kepada Allah dengan jalan mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya, berarti semakin kuat bukti
manusia berakhlak kepada Rasul-Nya. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh manusia dari Al-Qur’an
dan Sunnah, berarti semakin tidak mengikuti tuntnan Nabi SAW, yang berarti semakin tidak berakhlak
kepada Rasulullah SAW.
• Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman. Semua orang Islam mengimani
bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran Rasulullah SAW
adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum dengannya. Ahlus sunnah mencintai
Rasulullah SAW dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau mencintai beliau lebih dari
kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka, sebagimana sabda Rasulullah saw,
yang artinya, ”Tidak beriman salah seorang diantara kamu, sehingga aku lebih dicintai olehnya
daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya, (HR. Bukhari Muslim).
• Berakhlak kepada Rasullullah perlu kita lakukan atas dasar :
a. Rasullullah Saw sangat besar jasanya dalam menyelamatkan manusia dari kehancuran. Beliau
banyak mengalami penderitaan lahir batin, namun semua itu diterima dengan ridha.
b. Rasulullah sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia. Pembinan ini dilakukan dengan
memerikan contoh teladan yang baik kepada umat manusia.
c. Rasulullah berjasa dalam menjelaskan Al-Qur’an kepada manusia sehingga jelas dan mudah
dilaksanakan. ( Q.S. Al- Jumu’ah : 2 ).
d. Rasulullah telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat mulia dalam berbagai
bidang kehidupan.
• Berikut akan dikemukakan secara lebih spesifik akhlak kepada Rasul yaitu :
a. Membenarkan apa yang disampaikan (dikabarkannya).
b. Mengikuti syari’atnya.
c. Mencintai Rasulullah SAW Dan mengikuti jejak langkahnya. Firman Allah Q.S Ali-
Imran: 31.
d. Memperbanyak shalawat kepada Rasulullah, (Q.S.Al-Ahzab: 56)
e. Mewarisi risalahnya, Q.S. Al-Fath : 28).
f. Ridha dan beriman kepada Rasulullah. Kita mengakui kerasulannya dan menerima
segala ajaran yang disampaikannya.
g. Melanjutkan misi Rasulullah. menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai islam..
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw : “ Sampaikanlah dari ku walau hanya satu ayat,
dan ceritakanlah tentang bani israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas
( nama ) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya
dineraka” . ( H.R. Ahmad,Bukhari dan Tarmidzi dari Ibnu Umar )
C. AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI

• bagaimana seseorang bersikap dan berbuat yang terbaik untuk dirinya terlebih dahulu,
karena dari sinilah seseorang akan menentukan sikap dan perbuatannya yang terbaik untuk
orang lain, sebagaimana sudah dipesankan Nabi, bahwa mulailah sesuatu itu dari diri
sendri (ibda’binafsih).
• Begitu juga ayat dalam Al-Qur’an, yang telah memerintahkan untuk memperhatikan diri
terlebih dahulu baru orang lain, “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan
kluargamu dari api neraka”, (Q.S. Al-Tahrim: 6). Bentuk aktualisasi akhlak manusia
terhadap diri sendiri berdasarkan sumber ajaran Islam adalah menjaga harga diri, menjaga
makanan dan minuman dari hal-hal yang diharamkan dm merusak, menjaga kehormatan
seksual, mengembangkan sikap berani dalam kebenaran serta bijaksana.
• Jadi, yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap
diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani. Kita harus adil dalam memperlakukan
diri kita , dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik
atau bahkan membahayakan jiwa.
• Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan
hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang,
sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita
rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahayakan
jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh
kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis.
Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan
jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari.
• Berakhlak Terhadap Diri Sendiri antara lain :
1. Setia ( al-Amanah ), yaitu sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam
melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta, rahasia,
kewajiban, atau kepercayaan lainnya.
2. Benar ( as-Shidqatu ), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun
perbuatan.
3. Adil ( al-‘adlu ), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.
4. Memelihara kesucian ( al-Ifafah ), yaitu menjaga dan memelihara kesucian dan
kehormatan diri dari tindakan tercela, fitnah dan perbuatan yang dapat mengotori
dirinya.
5. Malu ( al-Haya ), yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan melanggar
perintah Allah
6. Keberanian ( as-Syajaah ), yaitu sikap mental yang menguasai hawa nafsu dan
berbuat semestinya.
7. Kekuatan ( al-Quwwah ), yaitu kekuatan fisik, jiwa atau semangat dan pikiran atau
kecerdasan.
8. Kesabaran ( ash-Shabrul ), yaitu sabar ketika ditimpa musibah dan dalam
mengerjakan sesuatu.
9. Kasih Sayang ( ar-Rahman ), yaitu sifat mengasihi terhadap diri sendiri, orang lain
dan sesama makhluk.
10. Hemat ( al-iqtishad ) yaitu tidak boros terhadap harta, hemat tenaga dan waktu.
D. AKHLAK TERHADAP KELUARGA

• Pada prinsipnya terbagi kepada beberapa bentuk. Pertama, akhlak kepada orang tua. Kedua,
akhlak kepada anak sebagai keturunan dari orang tua yang merupakan bagian dari darah
daging orang tua.
• usaha bimbingan, pengarahan dan atau latihan dengan membiasakan anak didik agar terbiasa
melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan menjauhi perbuatan-perbuatan tercela, yang
diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak, sehingga anak memperoleh sikap dan
pengetahuan dari pengalamannya sehari-hari baik secara sadar atau tidak diperoleh dari
keluarga.
• ( Q.S Al-Ahqaf :15 )
• Akhlak Terhadap Orang Tua antara lain :
1. Mencintai mereka melebihi rasa cinta kita terhadap kerabat yang lain.
2. Lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan
3. Merendahkan diri di hadapannya.
4. Berdoa kepada mereka dan meminta doa kepada mereka.
5. Berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya.
6. Berterima kasih kepada mereka.
• HAK, KEWAJIBAN DAN KASIH SAYANG SUAMI ISTERI
• Hak, Kewajiban dan Kasih Sayang Suami Isteri dalam surat Ar Rum 21 dijelaskan bahwa yang berperan
membuat keluarga menjadi sakinah. Dan sakinah terdapat 2 faktor yaitu mawaddah dan rahmah.
• Kriteria Memilih Pasangan Hidup, Sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda “Seorang wanita
dinikahi berdasarkan empat pertimbangan : karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya.
Peganglah yang memiliki agama niscaya kedua tanganmu tidak akan terlepas.” (HR. Bukhari, Muslim,
dan Abu Daud).
• Hak – hak Bersama Suami Isteri, Hak Tamattu’ Badani : Menikmati hubungan seksual yang halal &
berpahala. Hak saling mewarisi : Dikarenakan hubungan darah & hubungan perkawinan.Surat An Nisa
12
• Kewajiban Suami Kepada Isteri, Mahar : Pemberian wajib dari suami untuk isteri, tergantung
kemampuan suami. Nafkah : Menyediakan segala keperluan isteri ( makan, minum, pakaian,
dll ).Hukumnya sunah dan ijma’. Ihsan Al-’Asyarah : Bergaul dengan isteri dengan cara sebaik-baiknya.
Membimbing dan Mendidik Keagamaan Isteri.
• Kewajiban Isteri Kepada Suami, Patuh pada suami, tidaklah bersifat mutlak harus selalu dikaitkan
dengan ma’ruf ( selam tidak membawa pada kemaksiatan ). Ihsan Al-’Asyarah, menerima pemberian
suami lahir dan batin dengan rasa puas dan terima kasih. Memberi perhatian pada suami ( mengantarkan
suami ke pintu saat hendak kerja, dan menjemput ke pintu saat suami pulang ).
• KASIH SAYANG DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK
1. kewajiban memimpin.
2. memberi nafkah yang halal
3. kewajiban mendidik
4. sILATURRAHMI DENGAN KARIB KERABAT
E. AKHLAK TERHADAP MASYARAKAT

• Islam mendorong manusia untuk berinteraksi sosial di tengah manusia lainnya. Dorongan
tersebut, baik secara tersurat maupun tersirat terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah bahkan
tampak pula secara simbolik dalam berbagai ibadah ritual Islam.
• Untuk terciptanya hubungan baik sesama muslim dan masyarakat, setiap orang harus
mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing sebagai anggota masyarakat.
Sebagaimana sabda Rasulullah: “Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima:
menjawab salam, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, memenuhi undangan,
dan menjawab orang bersin” (H.R Muslim)
• Akhlak terhadap masyarakat antara lain :
1. Memuliakan tamu, bertamu dan menerima tamu
2. Menjaga hubungan baik dengan tetangga
3. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
4. Saling menolong dalam melakukan kebajikan takwa.
5. Menganjurkan anggota masyarakat berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat.
6. Memberi makan fakir miskin.
7. Bermusyawarah dalam segala urusan kepentingan bersama.
8. Menunaikan amanah yang telah diberikan oleh masyarakat kepada kita.
9. Menepati janji.
F. AKHLAK TERHADAP NEGARA

• kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan pengertian akhlak bernegara ini untuk
membuat diri kita ‘kebal’ terhadap kebatilan yang nantinya akan menggoda iman kita ,
dalam melaksanakan bakti kita kepada negara.
• Modernisasi zaman yang semakin berkembang dari waktu ke waktu menutut manusia
untuk memahami akhlak secara essensial, dalam arti bahwa manusia memahami akhlak
bukan hanya sebagai sikap dan perilaku. Melainkan, akhlak tersebut diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Cinta tanah air merupakan sikap dan perbuatan yang sangat
terpuji karena dengan semangat cinta tanah air, akan menumbuhkan semangat membangun
negaranya serta membela pada saat ada pihak yang akan merusaknya. Setiap warga negara
menginginkan adanya tempat tinggal yang aman dan tentram. Sebagai Muslim sudah
selayaknya menampilkan tingkah laku perbuatan yang menunjukkan partisipasinya kepada
bangsa dan negaranya dalam upaya mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur.
Akhlak bernegara meliputi musyawarah, menegakkan keadilan, amar ma’ruf nahi munkar,
dan hubungan pemimpin dan yang dipimpin.
1.    Musyawarah
Musyawarah dapat berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Adapun salah satu ayat
dalam Al – Qur’an yang membahas mengenai Musyawarah adalah surah Al-Syura ayat 38:
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka;
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”
2.    Perilaku Adil
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya manusia berlaku
adil dan menegakkan keadilan. Perintah itu ada yang bersifat umum dan ada yang khusus
dalam bidang-bidang tertentu.
• Yang bersifat umum misalnya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(QS. An-Nahl 16:90)
• Sedangkan yang bersifat khusus misalnya bersikap adil dalam menegakkan hukum (QS.
An-Nisa’ 4: 58); adil dalam mendamaikan conflik (QS. Al-Hujurat 49:9); adil terhadap
musuh (QS. Al-Maidah : 8) adil dalam rumah tangga (QS. An-Nisa’ 4:3 dan 129); dan adil
dalam berkata (QS. Al-An’am 6:152).
• Perintah dan Kedudukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, adalah kewajiban orang-orang yang
beriman, baik secara individual maupun kolektif. Allah SWT berfirman:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, dan
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang
yang beruntung.”(QS. Ali Imran : 104).
• Hubungan Pemimpin Dan Yang Dipimpin
Al-Qur‟an menjelaskan bahwa Allah SWT adalah pemimpin orang-orang yang beriman :
“Allah Pemimpin orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pemimpin-pemimpin mereka adalah thaghut,
yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni
neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah 2:257)
• Sekalipun dalam struktur bernegara ada hirarki kepemimpinan yang mengharuskan umat
atau takyat patuh kepada pemimpinnya , tetapi dalam pergaulan sehari – hari hubungan
antara pemimpin dan yang dipimpin tetaplah dilandaskan kepada prinsip – prinsip
ukhuwah islamiyah , bukan prinsip – prinsip atasan dengan bawahan . Demikianlah yang
dicontohkan Rasulullah SAW.

Anda mungkin juga menyukai