Anda di halaman 1dari 37

AQIDAH AKHLAK

RANGKUMAN SEMESTER 2
BAB 1 – IMAN KEPADA KITAB2 ALLAH
Iman kepada kitab-kitab Allah
Salah satu pokok kepercayaan atau rukun iman dalam Islam ialah meyakini adanya kitab-kitab Allah Swt. Kitab-kitab Allah Swt. adalah
himpunan wahyu yang diturunkan kepada para rasul-Nya untuk disampaikan kepada sekalian manusia sebagai pedoman hidup.
Macam-macam kitab-kitab Allah Swt. yang diwahyukan kepada para rasul adalah sebagaiberikut.
1. Kitab Zabur diwahyukan kepada Nabi Daud as. pada kira-kira abad ke-10 SM, didaerah Israil
2. Kitab Taurat diwahyukan kepada Nabi Musa as. pada kira-kira abad ke-12 SM, didaerah Israil dan Mesir
3. Kitab Injil diwahyukan kepada Nabi Isa as. pada permulaan abad pertama Masehi
4. Kitab al-Qur'an diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. pada abad ke-6 Masehi di Makkah dan Madinah

Suhuf Dalil = (QS. al-A’la : 18-19)


Bahasa = lembaran
Istilah = wahyu yang diberikan kepada para rasul
1. Nabi Adam as. sebanyak 10 suhuf
2. Nabi Syits as. sebanyak 50 suhuf
3. Nabi Idris as. sebanyak 30 suhuf
4. Nabi Ibrahim as. sebanyak 10 suhuf
5. Nabi Musa as. sebabanyak 10 suhuf, juga menerima kitab Taurat.
Macam-macam kitab yang wajib diimani
• Zabur
Zabur diturunkan kepada Nabi Daud as. Secara bahasa, Zabur = Zabaro – Yazburu –Zabrun (Kitab tertulis) Dalil: Al-Isra 55
Zabur juga dapat disebut Mazmur, yang berisi 150 nyanyian dan pujian kepada Allah SWT. Dalil = Al-Anbiya 105

• Taurat

Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, dalam bahasa ibrani, Taurat adalah Thora, Dalil Al Isra 2
Isi utama dalam kitab Taurat adalah sepuluh perintah (The Ten Commandements) yang berisi asas-asas keyakinan (aqidah) dan asas-asas kebaktian
(syariat). 1. Perintah menghormati dan mencintai Allah Swt., dengan ketaatan terhadap perintahdan menjauhi larangan-Nya.
2. Perintah berzikir kepada Allah Swt. dengan penuh hormat (khidmat dan khusuk).
3. Perintah mengkuduskan hari Allah Swt. (hari Sabtu, yaitu hari ke-7 setelah bekerja
6 hari dalam seminggu seminggu).
4. Perintah menghormati kedua orangtua.
5. Perintah menghindari pembunuhan sesama manusia.
6. Perintah menghindari perbuatan keji.
7. Perintah menghindari perbuatan mencuri.
8. Perintah menghindari pebuatan berbohong atau bersaksi palsu.
9. Perintah menghindari perbuatan cabul.
10. Perintah menghindari perbuatan memilki barang orang lain dengan cara yang tidak halal.
Tujuan diturunkan taurat adalah:
Untuk meyakinkan kepada Bani Israil, bahwa Allah Swt. itu ada dan Maha Esa., Agar manusia hanya menyembah Allah saja., Agar manusia berbuat
baik kepada ibu bapak., Agar manusia tidak berlaku kasar, curang dan dusta., Menghindari perbuatan memiliki barang orang lain dengan cara yang
tidak halal.
• Injil
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa, Injil berasal dari bahasa Yunani yang berarti Euangelion/Kabar gembira, maksudnya adalah memberikan
kabar kedatangan Nabi Muhammad, Injil dipakai hanya 3 tahun, dari usia nabi Isa 30-33 Tahun. Injil berisi pembersih jiwa raga (Dalil Almaidah 46)

• Al-Qur;an
Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad (Istilah), secara bahasa adalah Bacaan, Jika membaca Al-Qur’an, maka bernilai ibadah
Isi pokok kandungan al-Qur'an :
1. Tauhid, yaitu mengesakan Allah Swt. Tauhid ini merupakan isi terpenting yang dikandung oleh al-Qur'an.
2. Ibadah, yaitu semua perbuatan yang bertujuan untuk mencapai ridha Allah Swt.
3. Janji dan ancaman, yaitu janji pahala bagi orang yang berbuat kebajikan dan ancaman berupa siksa bagi orang yang berbuat kejahatan.
4. Hukum-hukum dan peraturan yang mengatur kehidupan manusia baik untuk kepentingan hidup di dunia maupun di akhirat.
5. Kisah dan riwayat orang-orang terdahulu baik mengenai orang yang taat, maupun orang-orang yang ingkar kepada Allah Swt., untuk menjadi
I’tibar dan suri teladan bagi umat setelahnya.
2) Kelebihan dan keistimewaan al-Qur'an:
Allah Swt. telah menurunkan banyak kitab-kitab-Nya yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan al-Qur'an. Allah Swt. juga menurunkan suhuf. Akan tetapi,
dibandingkan dengan kitab dan suhuf yang lain, al-Qur'an mempunyai banyak kelebihan dan keistimewaan, di antaranya yaitu:
1. Al-Qur'an terpelihara kemurnian dan keutuhannya.
2. Membacanya bernilai ibadah.
3. Menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya.
4. Keindahan bahasa dan redaksinya tidak tertandingi.
5. Al-Qur'an sebagai obat penawar hati.
Fungsi dan tujuan diturunkannya al-Qur'an
Sebelum al-Qur'an diturunkan, masyarakat Arab hidup dalam kegelapan. Mereka juga disebut masyarakat jahiliyah, karena tidak mampu memilih petunjuk
dengan benar. Mereka banyak yang menyimpang dari agama tauhid yang telah diajarkan oleh nabi sebelumnya. Setelah Nabi Muhammad Saw. diutus oleh
Allah Swt. untuk menyampaikan al-Qur'an sebagai petunjuk hidup yang benar, sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang menolak. Dengan
demikian, tujuan diturunkannya al-Qur'an adalah untuk menuntun manusia ke jalan yang benar agar selamat di dunia maupun di akhirat. Kitab suci al-
Qur'an diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. berfungsi sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia (hudan linnas).
4) Nama-nama lain dari kitab suci al-Qur'an.
a) Al-Kitab, Q.S Al-Baqoroh:2
b) Al-Furqon (pembeda), Q.S al-Furqon:1
c) Adz-Dzikr (peringatan), Q.S al-Hijr:9
d) Al-Huda (petunjuk), Q.S Al-Baqoroh:185
e) An-Nur (cahaya), Q.S an-Nur:40
f) Al-Bayyinah (keterangan), Q.S al-Bayyinah:1
d. Hikmah Beriman kepada Kitab-Kitab Allah Swt.
Hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah Swt.
1. Memiliki rasa hormat dan menghargai kitab suci sebagai kitab yang memilki kedudukan di atas segala kitab yang lain.
2. Berusaha menjaga kesucian kitab suci dan membelanya apabila ada pihak lain yang meremehkannya.
3. Meningkatkan keimanan kepada Allah Swt. yang telah mengutus para rasul untuk menyampaikan risalahnya.
4. Hidup manusia menjadi tertata karena adanya hukum yang bersumber pada kitab suci.
5. Termotivasi untuk beribadah dan menjalankan kewajiban-kewajiban agama, seperti yang tertuang dalam kitab suci.
6. Menumbuhkan sikap optimis, karena telah dikaruniai pedoman hidup dari Allah Swt. untuk meraih kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
7. Terjaga ketakwaannya dengan selalu menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi
BAB 2 – MEMBIASAKAN AKHLAK
TERPUJI
Tawakal
Tawakal berasal dari‫ و ّكل‬yang berarti
bahasa = menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan urusan kita kepada orang lain. Dalam kaitan ini penyerahan tersebut adalah
kepada Allah Swt. Tujuannya, untuk mendapat kemaslahatan dan menghilangkan kemudharatan. Orang yang mempunyai sikap
tawakal akan senantiasa bersyukur jika mendapatkan suatu keberhasilan dari usahanya. Hal ini karena ia menyadari bahwa
keberhasilan itu didapatkan atas izin dan kehendak Allah. Sementara itu, jika seseorang yang mempunyai sifat tawakal mengalami
sebuah kegagalan, maka mereka akan senantiasa merasa ikhlas menerima keadaan tersebut tanpa merasa putus asa dan larut dalam
kesedihan karena ia menyadari bahwa segala keputusan Allah pastilah yang terbaik. (Dalil: Al Maidah 23 dan Al-Anbiya 29

Ikhtiar
bahasa = memilih. istilah = usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. orang yang berikhtiar berarti dia
memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses. Dalam kata
lain Ikhtiar adalah berusaha untuk mencapai apa yang diinginkan, tidak berdiam diri dan berpangku tangan apa lagi laridari kenyataan.
(Dalil: Ar-Radu 11, Al-Jumuah 10)

Sabar, Asal katanya adalah ‫ ص**بر‬, yang membentuk infi nitif (masdar) menjadi ‫ ص**بر‬.
Dari segi bahasa, sabar berarti menahan, mencegah atau tabah. Istilah = sabar adalah: “menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa
emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah”. Sabar merupakan
salah satu ciri mendasar orang yang bertakwa sabar merupakan ikatan yg tak mungkin terpisah dari keimanan, ikatan antara sabar
dengan iman bagaikan kepala dengan jasadnya. Jadi sabar di sini adalah suatu kekuatan, daya positif yang mendorong jiwa untuk
menunaikan suatu kewajiban. Dan disamping itu pula bahwa sabar adalah suatu kekuatan yang menghalangi seseorang untuk,
melakukan kejahatan. Sifat yang paling dilarang oleh Allah adalah sifat lemah dan juga bersedih hati, oleh karenaitu sifat tersebut
mempunyai arti tidak sabar, sebab sifat itu sangat dilarang oleh Allah Swt. Dalil: Al-Anfal ayat 46, Az-zumar 10
Syukur
Syukur refleksi tawakal. Syukur ialah sesuatu yang menunjukkan kebaikan dan penyebarannya.
Istilah =syukur ialah memberikan pujian kepada Allah Swt. dengan cara taat kepada-Nya, tunduk dan berserah diri hanya kepada Allah Swt. serta
beramar makruf nahi mungkar.
Apabila manusia mau mensyukuri nikmat Allah Swt., maka Allah Swt. akan menambah nikmat-Nya, dan apabila manusia itu tidak mau berterima
kasih kepada nikmat-Nya, maka sesungguhnya Allah Swt. akan mencabut dan juga mengurangi nikmat dari manusia tersebut sebagai hukuman
atas kekufurannya. (Dalil = Ibrahim 7, An-Naml 40)
Bersyukur itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Bersyukur dengan lisan, maksudnya ialah mengucapkan “Alhamdulillah” - 2. Bersyukur dengan hati, yaitu : menggunakan segala nikmat di jalan
Allah Swt. - 3. Bersyukur dengan badan, yakni bersikap selalu sepakat serta melayani (mengabdi)kepada Allah Swt.
Sering sekali kita sebagai manusia lalai dalam mensyukuri nikmat Allah Swt. dan tidak menyadari bahwa nilai suatu nikmat yang telah
dianugerahkan Allah Swt. kepada dirinya. Maka dia baru terasa apabila nikmat itu dicabut dari dirinya, maka dia barulah merasakan dan
menyadarinya. Contohnya adalah nikmat berupa kesehatan jasmani dan juga Kesehatan rohani.
Qana’ah
Qona’ah ialah menerima keputusan Allah Swt. dengan tidak mengeluh, merasa puas dan penuh keridhaan atas keputusan Allah Swt., serta
senantiasa tetap berusaha sampai batas maksimal kemampuannya. Dapat diartikan pula Qana’ah artinya merasa cukup terhadap pemberian
rezeki dari Allah Swt. Dengan sikap inilah maka jiwa akan menjadi tentram dan terjauh dari sifat serakah atau tamak. Qana’ah bukan berarti diam
berpangku tangan dan bermalas-malasan tidak mau meningkatkan kesejahteraan hidup tapi sesungguhnya orang yang Qana’ah adalah orang yang
sangat kuat dan bersahaja, dia giat berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan yang dicita-citakan. Namun apabila menemui kegagalan dia tidak
pernah berputus asa dan kecewa (Dalil: Hud 6)
Contoh Qanaah:
1. Menerima dengan ikhlas setiap rejeki yang diberikan Allah Swt.
2. Senantiasa berpikir positif menerima ujian, cobaan, kegagalan, bahkan nikmat dariAllah Swt.
3. Bekerja keras dan tetap optimis.
Hikmah
Hikmah Tawakal dan Ikhtiar
1. Menghilangkan rasa malas, murung dan keluh kesah
2. Menumbuhkan harapan baru dalam hidup. Karena setiap dari satu usaha dapat
menumbuhkan sejuta harapan. Dan dengan banyak berusaha maka akan semakin banyak harapan
3. Meninggikan derajat kita dihadapan manusia dan Allah Swt.

Hikmah Dari Sabar, Syukur Dan Qana’ah


1. Syukur dan sabar adalah kunci bagi meningkatnya keimanan akan Allah Swt. dalam diri seseorang.
Berbagai sarana telah disediakan bagi tumbuhnya rasa syukur dan sabar dalam diri, seperti bersikap
menyerahkan segala sesuatu dan merasa ridha pada ketentuan Allah Swt. baik kenikmatan ataupun
ujian
2. Syukur dan sabar juga merupakan sarana meningkatkan kualitas diri agar lebih berharga dalam
pandangan Allah Swt. Seseorang yang pandai bersyukur akan senantiasa bertahtakan kesabaran,
meski berada dalam ujian penderitaan.
3. Qana’ah adalah salah satu kunci kebahagiaan hidup, karena orang yang berlaku qana’ah selalu berfi
kir positif dalam menerima cobaan dan ujian dari Allah Swt, dan selalu berusaha menjadi manusia
yang lebih baik di mata Allah Swt.
BAB 3 – ANANIYAH, PUTUS ASA,
GHADAB, TAMAK
• Ananiyah
Ananiyah disebut juga egois (keakuan), yaitu sifat yang menilai sesuatu berdasarkan
kepentingan diri sendiri dan meremehkan orang lain. Perilaku ini harus dihindari karena tidak sesuai dengan ajaran Islam. Islam
mengajarkan agar kita senantiasa bertolongmenolong antar sesama manusia. Ananiyah adalah sifat sangat tercela, dan
membahayakan dalam pergaulan di masyarakat.
Ananiyah termasuk penyakit hati, apabila dibiarkan akan berkembang menjadi sombong, kikir, takabur yang diiringi sifat iri dan
dengki.
Dalil: Lukman 18
dampak yang ditimbulkan dari perilaku ananiyah yaitu:
1. Menimbulkan kekecewaan orang lain,
2. Merusak hubungan persaudaraan,
3. Memutuskan hubungan silaturahim,
4. Dijauhi dalam pergaulan dan dikucilkan oleh orang lain,
5. Kaku dalam pergaulan, sehingga sulit mencapaiketenteraman hidup bersama,
6. Menimbulkan kebencian, pertengkaran, dan permusuhan,
7. Sulit menerima petunjuk kebenaran, karena merasa dirinya adalah yang paling benar,
8. Berdosa kepada Allah Swt. karena Islam melarang sifat ananiyah.
• Putus Asa
Putus Asa Putus asa adalah sikap/perilaku yang merasa bahwa dirinya telah gagal atau tidak akan mampu dalam
meraih suatu harapan atau cita-cita, dan ia tidak mau berusaha untuk melanjutkan apa yang diinginkan.
Putus asa berarti habis harapan, tidak ada harapan lagi. Seseorang dikatakan putus asa apabila tidak lagi
mempunyai harapan tentang sesuatu yang semula hendak dicapai. Penyebab seseorang putus asa biasanya
karena terjadinya kegagalan yang berulang kali dalam mencapai cita-cita atau pengharapan sesuatu.
Dampak Negatif: Merugikan diri sendiri karena membuang waktu, energi dan potensi yang dimiliki. Susah untuk
mencapai kemajuan karena tidak berani berbuat, dan khawatir menanggung kegagalan lagi. Dalil: Yusuf 87
Ciri-Ciri Orang Yang Putus Asa
Berikut ini merupakan sikap seseorang yang mencerminkan orang berputus asa, antara lain:
a. Bermalas-malasan setelah mengalami kegagalan dalam suatu usaha.
b. Tidak bersemangat untuk meneruskan usahanya yang gagal.
c. Tampak murung dan tidak memiliki gairah untuk berusaha lagi.
d. Mudah terpancing emosinya sehingga cepat marah walaupun dengan sebab yang kecilsaja.
cara untuk menghindarkan diri dari putus asa, antara lain:
• Merenungi kegagalan yang dialami orang lain sehingga dapat memperoleh perbandingan dari pengalaman pahit
orang lain.
• Selalu yakin bahwa Allah Swt. akan memberi jalan keluar atas persoalan yang di hadapi apabila diririnya dekat
dengan Allah Swt.
• Ghadab
Gadhab berarti marah atau pemarah. Gadhab termasuk sifat tercela, karena marah itu bersumber dari
setan. Seseorang yang sedang marah memiliki kecenderungan tidak dapat mengontrol dirinya. Untuk
itulah, sebagai orang Islam harus pandai-pandai mengendalikan diri agar tidak sampai mudah marah.
Orang yang dapat menahan amarah merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa. (Dalil Al-Imrah 134)

Seseorang yang sedang marah memiliki kecenderungan tidak dapat mengontrol dirinya.
Untuk itulah, sebagai orang Islam harus pandai-pandai mengendalikan diri agar tidak
sampai mudah marah. Orang yang dapat menahan amarah merupakan salah satu ciri orang
yang bertakwa.

1. Tidak dapat berpikir tenang dalam menghadapi permasalahan


2. Tidak dapat menyelesaikan permasalahan secara baik berdasarkan pertimbangan pikiran sehat,
3. Jika sering terjadi, dapat menimbulkan tekanan darah tinggi yang membahayakan Kesehatan jasmani
dan rohani
4. Sikap gadhab dapat menimbulkan kekecewaan atau sakit hati orang lain.
5. Dapat menimbulkan kerugian materi, jika disertai dengan perbuatan anarkis.
• Tamak
Secara bahasa, tamak berarti rakus hatinya.
Sedang menurut istilah, tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan
hukum haram yang mengakibatkan dosa besar. Tamak adalah sikap rakus terhadap hal-hal yang bersifat rakus
terhadap dunia menyebabkan manusia menjadi hina, sifat ini digambarkan oleh beliau seperti orang yang haus
yang hendak minum air laut, semakin banyak ia meminum air laut, semakin bertambah rasa dahaganya.
Maksudnya, bertambahnya harta tidak akan menghasilkan kepuasan hidup karena keberhasilan dalam
mengumpulkan harta akan menimbulkan harapan untuk mendapatkan harta benda baru yang lebih banyak.
Sifat kebendaan tanpa memperhitungkan mana yang halal dan haram.
Perilaku Orang Yang Tamak
Orang yang tamak senantiasa lapar dan dahaga kehidupan dunia. Makin banyak yang
diperoleh dan menjadi miliknya, semakin terasa lapar dan dahaga untuk mendapatkan lebih
banyak lagi. Jadi, mereka sebenarnya tidak dapat menikmati kebaikan dari apa yang
dimiliki, tetapi sebaliknya menjadi satu beban hidup.
Selanjutnya, kehidupannya hanya disibukkan untuk terus mendapat apa yang diinginkannya,
karena orang tamak lupa akan tujuan hidup di dunia ini. Mereka tidak peduli pada hal
apapun, melainkan mengisi segenap ruang untuk memuaskan nafsu tamaknya saja.
Sesungguhnya Allah menciptakan manusia sebagai khalifah untuk melaksanakan tanggung
jawab sebagai hamba-Nya. Tamak juga termasuk Riya, dalil = Az-Zariyat 56
BAB 4 – ADAB TERHADAP ORANG TUA DAN GURU
Adab kepada orang tua adalah
• Mencintai dan sayang kepada orang tua
• Menaati keduanya
• Menanggung dan menafkahi orang tua agar mendapat keridhaan Allah
• Menjaga perasaan keduanya dengan perbuatan dan ucapan
• Tidak memanggil dengan Namanya
• Tidak duduk ketika keduanya berdiri, dan mendahului saat berjalan (Al-Isra 24)
• Tidak mengutamakan istri dan anak daripada orangtua
• Mendoakan keduanya
• Berbuat baik kepada teman2 orang tua setelah orang tua wafat
• Tidak mencaci maki orang tua
Tidak mengeraskan suaranya melebihi suara kedua orang tua Demi sopan santun terhadap mereka, al-Quran mengajarkan
berdiskusi dengan orang tuadengan kalimat yang ringan (qaulan maysūra).
12. Menjawab panggilan mereka dengan jawaban yang lunak seperti “Labbaik, siap, atau baiklah”.
13. Bersikaplah rendah hati dan lemah lembut kepada kedua orang tua seperti melayani mereka menyuapi makan dengan
tangannya bila keduanya tidak mampu, dengan mengutamakan keduanya di atas diri dan anak-anaknya.
14. Tidak mengungkit-ungkit kebaikanmu kepada keduanya maupun pelaksanaan perintah yang dilakukan olehnya. Seperti ia
berkata “Aku beri engkau sekian dan sekian dan aku lakukan begini kepada kamu berdua”. Karena perbuatan itu bisa mematahkan
hati, ada yang mengatakan menyebut-nyebut kebaikan itu bisa memutuskan hubungan.
15. Janganlah memandang kedua orang tua dengan pandangan sinis dan bermuka cemberutkepada keduanya.
Adab kepada guru
• Menghormati dan menghargainya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw. “Bukan dari golongan kami
mereka yang tidak menghormati yang tua, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengetahui hak orang
yang alim”.
• Tidak mencari-cari kelemahan dan kesalahannya.
• Tidak membicarakannya dengan yang dia tidak senangi (ghibah), bahkan membelanya ketika di-ghibah oleh
orang lain.
• Mendoakannya dari kejauhan semoga diberi pahala atas ilmu yang sudah ia ajarkan. Memohon ampunan
dan kesejahteraan untuk guru.
• Mengambil manfaat dari kebaikan sang guru, dan tidak mencontohnya andai kata iamelakukan kekhilafan.
• Menisbatkan ilmu yang ia ajarkan kepadanya; karena hal itu mengangkat kedudukannya dimata manusia
• Menjaga adab berbicara saat berbincang dengannya
• Taat kepada guru kita dalam semua perkara kecuali perkara yang maksiat kepada Allah Swt dan Rasulullah
Saw. Bertutur katalah dengan lemah lembut dan penuh rendah diri kepada guru kita
• Meminta izin kepada guru kita untuk bertanya atau pergi dari majelis.Memberi salam kepada guru apabila
berjumpa dan sentiasa hormat kepadanya.
• Memberi perhatian besar dalam pengajaran guru, duduk dengan sopan dan senantiasadalam keadaan
tenang. Rendah hati di hadapan guru. Dengan rendah hati maka ilmu akanmudah masuk dalam diri murid.
BAB 5 - KETELADANAN NABI YUNUS DAN
NABI AYYUB
Keteladanan dari Nabi Yunus
Nama lengkapnya adalah Nabi Yunus bin Matta dari keturunan Benyamin bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Yunus bin Matta diutus oleh Allah untuk berdakwah menghadapi penduduk
Ninawa, suatu kaum yang keras kepala, penyembah berhala, dan suka melakukan kejahatan. Secara berulang kali Yunus memperingatkan mereka, tetapi mereka tidak mau berubah, apalagi
karena Yunus bukan dari kaum mereka. Hanya ada dua orang yang bersedia menjadi pengikutnya, yaitu Rubil dan Tanuh. Rubil adalah seorang yang alim bijaksana, sedang Tanuh adalah
seorang yang tenang dan sederhana. Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Karenanya mereka
tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaan mereka turun temurun. Apalagi
pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka. Mereka berkata kepada Nabi Yunus: “Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang
engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembah oleh nenek moyang kami sejak dahulu. Alasan apakah yang
membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu?, Engkau adalah orang asing yang datang pada kami
agar kami mengubah keyakinan kami. Apakah kelebihanmu sehingga mengajari dan menggurui kami. Hentikan perbuatan siasiamu itu. Penduduk Ninawa tidak akan mengikutimu karena
kami teguh dengan ajaran moyang kami”.
Nabi Yunus berkata: “ Aku hanya mengajakmu beriman dan bertauhid sesuai dengan amanah Allah yang wajibku sampaikan padamu. Aku hanyalah pesuruh Allah yang ditugaskan
mengeluarkanmu dari kesesatan dan menuntunmu di jalan yang lurus. Aku sekali-kali tidak mengharapkan upah atas apa yang kukerjakan ini. Aku tidak bisa memaksamu mengikutiku. Namun
jika kamu tetap bertahan pada akidah moyangmu itu, maka Allah akan menunjukkan tanda-tanda kebenaran akan risalahku dengan menurunkan adzab yang pedih padamu, seperti yang
terjadi pada kaum-kaum sebelum kamu, yaitu kaum Nuh, Aad, dan Tsamud. Mereka menjawab dengan menantang: “Kami tetap tidak akan mengikuti kemauanmu dan tidak takut
ancamanmu. Tunjukkan ancamanmu jika kamu termasuk orang yang benar!” Nabi Yunus tidak tahan lagi dengan kaum Ninawa yang keras kepala. Ialu pergi dengan marah dan jengkel sambil
meminta Allah menghukum mereka. Penduduk Ninawa bertobat Sepeninggal Nabi Yunus, kaum Ninawa gelisah, karena mendung gelap, binatang peliharaan mereka gelisah, wajah mereka
pucat pasi, dan angin bertiup kencang yang membawa suara bergemuruh. Mereka takut ancaman Yunus benar-benar terjadi atas mereka. Akhirnya mereka sadar bahwa Yunus adalah orang
yang benar dari Allah Swt Mereka kemudian beriman dan menyesali perbuatan mereka terhadap Yunus. Mereka lari tunggang langgang dari kota mencari Yunus sambil berteriak meminta
pengampunan Allah atas dosa mereka. Allah Yang Maha Pemaaf-pun mengampuni mereka, dan segera seluruh keadaan pulih seperti sediakala. Penduduk Ninawa kemudian tetap berusaha
mencari Yunus agar ia bisa mengajari agama dan menuntun mereka ke jalan yang benar.
Keadaan Yunus setelah pergi dari Ninawa tidak menentu. Ia mengembara tanpa tujuan dengan putus asa dan merasa berdosa. Akhirnya ia tiba di sebuah pantai, dan melihat sebuah kapal
yang akan menyeberangi laut. Ia menumpang kapal itu, dan ketika telah berlayar tiba-tiba terjadi badai yang hebat. Kapal bergoncang, dan para penumpang sepakat untuk mengurangi beban
dengan membuang salah seorang di antara mereka ke laut. Undian pertama jatuh pada Yunus, namun undian diulang karena penumpang merasa Yunus tidak layak dibuang karena ia orang
yang mulia. Tapi pada pengulangan yang kedua, dan ketiga, tetap nama Yunus yang keluar. Yunus sadar itu adalah kehendak Allah, ia kemudian rela menjatuhkan diri ke laut. Allah kemudian
mengirimkan Nun (paus) untuk menelanYunus. Di dalam perut ikan Nun, Yunus bertobat meminta ampun dan pertolongan Allah, iabertasbih selama 40 hari dengan berkata: “Lāilāha illa
Anta, Subhanaka, innī kuntu min aḍ ḍālimīn (Tiada tuhan melainkan Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang telah berbuat zalim)”. Allah menjelaskan dalam surat Aṣ
-Ṣ āffāt: 139-148: “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang
kalah
dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut
ikan itu sampai hari kebangkitan. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan
Kami utus dia kepada seratus orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (Q.S. Aṣ -Ṣ affāt: 139-148)
Allah mendengar doa Yunus, dan memerintahkan ikan nun mendamparkan Yunus di sebuah pantai. Allah Yang Maha Penyayang menumbuhkan pohon labu, agar Yunus yang kurus dan lemah
tak berdaya dapat bernaung dan memakan buahnya. Setelah pulih, ia diperintahkan kembali ke Ninawa, dimana ia kemudian kaget melihat perubahan penduduk Ninawa yang telah beriman
kepada Allah. Yunus kemudian mengajari mereka tauhid dan menyempurnakan iman mereka.
Meneladani Nabi Ayyub
Nabi Ayyub as. adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Nabi Ayyub adalah seorang yang kaya raya. Istrinya banyak, anaknya banyak,
hartanya melimpah ruah dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. Ia hidup makmur dan sejahtera. Walau demikian ia tetap tekun
beribadah. Segala nikmat dan kesenangan yang di karuniakan kepadanya tak sampai melupakannya kepada Allah. ia gemar berbuat
kebajikan, suka menolong orang yang menderita terlebih dari golongan fakir miskin.
Para Malaikat di langit terkagum-kagum dan membicarakan ketaatan Ayyub dan keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah.
Sementara itu, Iblis yang mendengar pembicaraan itu merasa iri dan ingin menjerumuskan Ayyub agar menjadi orang yang tidak sabar
dan celaka. Pertama Iblis mencoba sendiri menggoda nabi Ayyub agar tersesat dan tak mau bersyukur kepada Allah. Namun ia gagal,
nabi Ayyub tak tergoyahkan. Iblis kemudian menghadap Allah. Minta izin untuk menggoda Nabi Ayyub : “Wahai Tuhan, sesungguhnya
Ayyub yang senantiasa patuh dan berbakti menyembah-Mu, senantiasa, memuji-Mu, tak lain hanyalah karena takut kehilangan
kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadanya. Semua ibadah tidak ikhlas dan bukan karena cinta dan taat kepada-Mu. Andaikata
ia terkena musibah dan kehilangan harta benda, anak-anak dan istrinya belum tentu ia akan teat dan tetap ikhlas menyembah-Mu.”
Allah berfi rman kepada Iblis: “Sesungguhnya Ayyub adalah hambaKu yang sangat taat kepada-Ku, ia seorang mu’min yang sejati. Apa
yang ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah semata-mata didorong iman yang teguh kuat dan taat yang bulat kepada-
Ku. Iman dan takwanya takkan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawi. Cintanya kepada-Ku dan kebajikannya tidak akan menurun
dan menjadi berkurang walau ditimpa musibah apapun yang melanda dirinya dan hartanya. la yakin bahwa siapa yang ia miliki adalah
pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau menjadikannya berlipat ganda. la bersih dari segala tuduhan
dan prasangkamu. Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku anak cucu Adam berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji
keteguhan hati Ayyub dan keyakinannya pada takdirKu. Kuizinkan kau menggoda dan memalingkannya dariKu. Kerahkanlah pembantu-
pembantumu untuk menggoda Ayyub melalui harta dan keluarganya. Cerai beraikanlah keluarganya yang rukun damai sejahtera itu.
Lihatlah sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan hamba-Ku, Ayyub itu.” Demikianlah, Iblis dan para pembantunya
kemudian mulai menyerbu keimanan Ayyub. Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak peliharaan Nabi Ayyub. Satu persatu
hewan-hewan itu mati bergelimpangan disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertanian Nabi Ayyub terbakar dan musnah. Iblis
mengira Ayyub akan berkeluh kesah setelah kehilangan ternak dan lahan pertaniannya itu. Namun Ayyub tetap berbaik sangka kepada
Allah. Segalanya ia serahkan kepada Allah. Harta adalah titipan Allah sewaktuwaktu dapat saja diambil lagi. Berikutnya Iblis dan
pembantu-pembantunya mendatangi putra-putra Nabi Ayyub di gedung yang besar dan megah. Mereka goyang-goyangkan tiang-tiang
gedung sehingga gedung itu kemudian roboh dan anak-anak Nabi Ayyub mati semua.
Iblis mengira usahanya berhasil menggoyahkan iman nabi Ayyub yang sangat menyayangi putra-putranya itu, namun mereka kecewa. Nabi
Ayyub, tetap berserah diri kepada Allah. Nabi Ayyub bersedih hati dan menangis tapi jiwa dan hatinya tetap kokoh dalam keyakinan bahwa jika
Allah Yang Maha Pemberi menghendaki semua ini maka tak ada seorang pun mampu menghalangi-Nya. Selanjutnya Iblis menaburkan baksil di
sekujur tubuh Nabi Ayyub sehingga beliau menderita sakit kulit yang menjijikkan. Keluarga dan tetangganya menjauhinya. Istri-istrinya banyak
yang melarikan diri. Hanya seorang yang setia mendampinginya yaitu Rahmah. Para tetangga Nabi Ayyub tidak mau ketularan penyakit, sehingga
mereka - terutama kaum ibu secara terang-terangan mengusir Nabi Ayyub dari perkampungan. Mereka pergi ke ujung desa, dekat pembuangan
sampah. Namun di sana orang-orang yang tidak terima. Mereka tetap mengusir Nabi Ayyub. Maka pergilah Nabi Ayyub dan Rahmah ke sebuah
tempat yang sepi dari manusia. Waktu tujuh tahun dalam penderitaan terus-menerus memang merupakan ujian berat bagi Ayyub dan Rahmah.
Namun Nabi Ayyub bisa bersabar dan tetap berzikir menyebut Asma Allah. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Rahmah terpaksa
bekerja pada pabrik roti. Pagi berangkat sorenya kembali ke rumah pengasingan. Namun lama-lama majikannya mengetahui jika Rahmah adalah
istri nabi Ayyub yang berpenyakitan. Mereka khawatir Rahmah membawa baksil yang dapat menular melalui roti, maka Rahmah diberhentikan
dari pekerjaannya. Rahmah yang setia ini masih memikirkan suaminya. la meminta majikannya agar memberinya hutang roti. Majikannya
menolak. Majikannya hanya mau memberi roti jika Rahmah rela memotong gelung rambutnya yang panjang, padahal gelung rambut itu sangat
disukai suaminya. Rahmah akhirnya setuju. Namun sesampainya di rumah, nabi Ayyub menyangkaistrinya telah menyeleweng, padahal tidak.
Pada suatu hari, mungkin karena tidak tahan dalam penderitaan atau karena apa, Rahmah pamit meninggalkan suaminya. la akan bekerja untuk
menghidupi suaminya. Nabi Ayyub melarangnya, namun Rahmah tetap pergi sembari berkeluh kesah. ‘Kiranya kau telah terkena bujukan setan,
sehingga berkeluh kesah atas takdir Allah. “kata Ayyub kepada istrinya. “Awas kelak jika aku sudah sembuh kau akan kupukul seratus kali. Mulai
saat ini tinggalkanlah aku seorang diri, aku tak membutuhkan pertolonganmu sampai Allah menentukan takdir-Nya. Setelah ditinggal Rahmah,
satu-satunya orang yang masih menyayangi dan merawatnya kini nabi Ayyub hidup seorang diri. Di dalam kamarnya ia bermunajat kepada Allah
“Ya Allah, aku telah diganggu oleh setan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan Dan Engkau wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang". Allah menerima do’a Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi cobaan. Berfi
rman Allah kepada nabi Ayyub : “Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan-memancar dan dengan air itu kau akan sembuh dari semua
penyakitmu. Kesehatan dan kekuatanmu akan pulih kembali jika kau pergunakan untuk minum dan mandi.” Demikianlah, setelah nabi Ayyub
minum dan mandi air yang memancar dari bawah kakinya, maka ia sembuh seperti sediakala. Sementara itu Rahmah yang telah pergi
meninggalkan nabi Ayyub lama-lama merasa kasihan dan tak tega membiarkan nabi Ayyub seorang diri.
la datang menjenguk, namun ia tak mengenali suaminya lagi. Karena nabi Ayyub sudah sembuh dan keadaannya jauh lebih baik daripada
sebelumnya. Lebih sehat dan lebih tampan. Nabi Ayyub gembira melihat istrinya kembali, namun ia ingat sumpahnya yaitu ingin memukul
istrinya seratus kali. la harus melaksanakan sumpah itu. Kini ia bimbang, istrinya sudah turut menderita sewaktu bersama-sama dengannya
selama tujuh tahun ini; akankah ia memukulnya seratus kali. Dalam kebimbangan datanglah wahyu Allah yang memberikan jalan keluar. Firman
BAB 6 – IMAN KEPADA RASUL ALLAH
Rasul menurut bahasa =utusan atau orang yang dikirim untuk suatu tugas. Menurut
istilah = Rasul adalah seorang lelaki yang terpilih untuk menerima wahyu dari Allah dan ditugaskan untuk
menyampaikan risalah kepada manusia. Iman kepada para nabi dan rasul Allah, merupakan salah satu rukun
iman. Keimanan seseorang itu tidak sah, sampai Ia mengimani semua nabi dan rasul Allah dan membenarkan
bahwa Allah telah mengutus mereka untuk menunjukkan, membimbing dan mengeluarkan manusia dari
kegelapan kepada cahaya kebenaran. Ditambah juga keharusan membenarkan bahwa mereka telah
menyampaikan apa yang Allah turunkan kepada mereka dengan benar dan sempurna, dan mereka telah
berjihad dengan sebenarbenarnya di jalan Allah.
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan Allah Swt yang di tugaskan untuk
membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan
akhirat. Rasul-rasul itu adalah manusia biasa yang berlaku pada mereka sifat-sifat kemanusiaan (Sifat Jaiz),
seperti makan, minum, tidur, sehat, sakit, ingat, lupa, hidup, mati, dan sebagainya. Iman kepada rasul-rasul
Allah adalah salah satu rukun iman. Jadi seseorang tidak dikatakan beriman kalau tidak mempercayai rasul-
rasul Allah. Pengiriman nabi dan rasul kepada umat manusia sangatlah diperlukan, karena akal manusia
sangatlah terbatas untuk mengetahui rahasia kehidupan, baik kehidupan dunia dan kehidupan akhirat
Para rasul diutus untuk mengajarkan bagaimana mengerjakan ibadah dengan benar dan tepat sesuai pedoman
pelaksanaannya agar manusia tidak merasa teraniaya (dizalimi) di akhirat nanti, maka perlu dijelaskan
mengenai perbuatan baik yang harus dikerjakan dan perbuatan buruk yang harus ditinggalkan. (Dalil: Al-
Baqarah 285, An-Nisa 136, An-Nahl 36, An-Nisa 135)
Sifat wajib dan sifat mustahil Bagi Rasul
Sifat wajib diantaranya adalah:
Ṣiddiq = Jujur (Q.S. al-Ḥ asyr:7)
Amanah = Dipercaya (Q.S. Asy-Syuara’ 143)
Tabligh = Menyampaikan (Q.S. al-Ahzab:39).
Faṭonah = Cerdas (Q.S. al-An’ām: 83)

Sifat mustahil diantaranya adalah:


1. Kiżb (Bohong),
2. Khianah (Berkhianat atau tidak dipercaya),
3. Kitman (menyembunyikan) dan
4. Baladah (Bodoh).

Para Rasul itu Ma’sum, yaitu terjaga dari hal buruk, sebagaimana disebutkan dalam surat Fath
ayat 2
Dalil tentang para Rasul Allah
Dalil tentang adanya rasul-rasul Allah
Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam al-Quran dan ada juga yang
tidak diceritakan .
Dalam hadis Rasulullah saw.:
‫ف‬ٍ ‫ ِماَئةُ اَ ْل‬: ‫ عن َأبِى َذرِّ قَا َل 􀊮 َرس ُْو َل هللِ َك ْم ِع َّدةُ ْاالَ ْنبِيَا ِء ؟ قَا َل‬: َ
‫ك ثَالَثَةُ ِماَئ ٍة َو َخ ْم َسةَ َع َش َر َج ًّما‬ َ ِ‫َواَرْ بَ َعةٌ َو ِع ْشر ُْو َن اَ ْلفًا اَلرُّ ُس ُل ِم ْن َذال‬
)‫َغفِ ْيرًا ( َر َواهُ َأحْ َمد‬
Artinya: “Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah:
berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak
124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315
orang suatu jumlah yang besar.” (H.R. Ahmad)
Hikmah beriman kepada Rasul Allah
Hikmah beriman kepada rasul Allah
Swt dalam kehidupan, antara lain
sebagai berikut :
1. Bertambah iman kepada Allah Swt dengan mengetahui bahwa rasul itu benar-benar manusia
pilihan-Nya.
2. Mau mengamalkan apa yang disampaikan para rasul.
3. Bersyukur kepada Allah Swt atas segala nikmat yang diberikan.
4. Memercayai tugas-tugas yang dibawanya untuk disampaikan kepada umatnya.
5. Lebih mencintai, menghormati, dan mengagungkan rasul atas perjuangannya dalam
menyampaikan agama Allah Swt. kepada umatnya.
6. Akan selamat di dunia dan di akhirat dengan bimbingan yang diberikan rasul.
7. Memperoleh teladan yang baik untuk menjalani hidup.
BAB 7 – MU’JIZAT PARA RASUL
Mukjizat adalah kejadian luar biasa yang dianugrahkan Allah Swt. Kepada para rasul-
Nya untuk melemahkan dan mengalahkan lawannya, sebagai bukti atas kebenaran
risalahnya. Mukjizat itu tidak dapat dipelajari dan ditandingi oleh siapapun &
datangnya secara tiba tiba. Biasanya mukjizat diberikan pada waktu kondisi seorang
rasul Allah Swt. Dalam keadaan sangat terjepit oleh musuh. (Dalil: An-Nisa 174)
Mu’jizat terbagi menjadi 2, yaitu
a. Mukjizat Kauniyah (mukjizat terbatas) yaitu mukjizat yang tampak, dapat ditangkap
oleh pancaindra, seperti tongkat nabi Musa as. bisa membelah lautan.
b. Mukjizat aqliyah (mukjizat tidak terbatas) yaitu
mukjizat yang hanya dapat dipahami oleh akal pikiran, seperti al-Quran.
Keistimewaannya adalah mukjizat ini akan terus berlaku sepanjang zaman bagi orang-
orang yang berfikir
Selain mukjizat adapula kejadian-kejadian luar biasa yang Allah berikan kepada hambahambaNya yang Dia
kehendaki. Adapun kejadian yang luar biasa itu terbagi menjadi tiga macam yaitu: Karomah, Maunah dan
irhas.
a. Karamah
Karamah adalah kejadian luar biasa yang dianugerahkan oleh Allah kepada hambahamba- Nya yang saleh
dan taat kepadanya. Orang yang saleh dan taat kepada Allah itu dinamakan wali Allah. Para wali tersebut
bukan seorang rasul, akan tetapi sebagai manusia biasa, namun karena ketaatannya, mereka memperoleh
gelar atau sebutan wali Allah Swt. Dalil al-Quran yang menerangkan tentang karomah sesuai fi rman Allah:
َ ُ‫ال* َخ ْو ٌف َعلَ ْي ِه ْم* َو َال ُه ْم* َي**حْ َزن‬
( ٦٢ :‫ون(ي**ونس‬ ِ ‫َأ آلِإ َّنَأ ْولِيَآ َء‬
َ ***‫هلل‬
Artinya : “Ingatlah, wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.”
(Q.S.Yunus:62)
Oleh karena wali-wali Allah itu begitu taatnya kepada Allah sehingga wali itu sangat dekat sekali kepada
Allah demikian juga doanya dikabulkan oleh Allah. Para wali ini juga sangat aktif dalam mengembangkan
ajaran agama Islam. Di dalam menyiarkan agama Islam ini, para wali juga sering mengalami kendala-
kendala atau hambatan sebagaimana yang dialami oleh para rasul. Untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi para wali Allah ini dari musuh-musuhnya, maka Allah memberi anugerah berupa karamah. Salah
satu karamah yang diberikan kepada wali Allah adalah kepada sunan Kalijaga (Raden Syahid) waktu
membuat masjid Agung Demak Bintoro untuk tiang utamanya yang empat (soko guru) terdiri atas
potongan-potongan kayu kecil yang kemudian ditumpuk-tumpuk tanpa menggunakan lem perekat
akhirnya jadilah tiang masjid yang besar dan kokoh berkat karamahnya.
b. Ma’unah
Ma’unah adalah kemampuan luar biasa yang diberikan Allah kepada seorang mukmin untuk mengatasi suatu
kesulitan. Maunah terjadi pada orang biasa berkat pertolongan Allah. Misalnya seorang nenek yang terkurung
dalam rumah yang terbakar. Nenek tersebut dapat membobol tembok yang kokoh dan selamat dari bahaya. Ini
disebut ma’unah karena secara akal sehat tidak mungkin seorang nenek dapat membobol tembok yang kokoh.
c. Irhas
Irhas adalah kejadian luar biasa/istimewa yang terjadi pada diri seorang calon rasul sebelum diangkat menjadi
seorang rasul contohnya: nabi Isa as. sebelum menjadi nabi sudah memiliki tanda tanda kenabian. Ia dilahirkan
tanpa ayah dan masih bayi sudah dapat berbicara dengan jelas dan tegas.
Hikmah:
a) Melemahkan dan mengalahkan alasan, usaha, dan tipu daya orang-orang yang menentang dakwah rasul-
rasul Allah Swt.
b) Bagi yang telah percaya kepada kenabian maka mukjizat akan berfungsi untuk memperkuat iman serta
menambah keyakinan akan kekuasaan Allah Swt.
c) Membuktikan kebenaran rasul yang diutus Allah dan ajaran-ajarannya.
d) Mempertebal iman kepada Allah Swt.
e) Mendekatkan diri kepada Allah Swt.
f) Tidak takut akan kesulitan, karena yakin Allah selalu memberikan pertolongan kepada hambanya yang
beriman dan bertakwa
BAB 8 - Husnuzhan, Tawadhu’, Tasamuh Dan Ta’awun
Husnuzhan
Nabi saw. bersabda:
ِ َّ‫ب ال‬
)‫ناس ( الحديث‬ ِ ْ‫طُوْ بَى لِ َم ْن َش َغلَهُ َع ْيبُهُ ع َْن ُعيُو‬
Artinya: “Sangat beruntung orang yang sibuk dengan aib/kekurangan diri sendiri daripada mengurusi aib orang lain”.
Menurut bahasa, husnuzhan adalah berbaik sangka.
istilah = berbaik sangka terhadap apa yang terjadi atau dilakukan orang lain. Orang yang mempunyai sifat husnuzhan selalu memandang orang
lain dengan kacamata kebaikan. Maka orang yang selalu ber-husnuzhan akan lebih tenang dalam menjalani hidup. Jika seseorang berbuat baik
kepadanya maka ia akan sangat berterima kasih atas kebaikannya dan berusaha membalas kebaikannya. Namun jika ada orang yang berbuat
tidak baik maka ia tidak akan membalasnya dengan hal-hal yang tidak baik pula akan tetapi dia akan mencari sisi baiknya dan selalu
mengintropeksi dirinya sendiri. Husnudzan dibagi menjadi 2, yaitu
a) husnuzhan kepada Allah
Kita harus yakin bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah juga Maha Memelihara semua makhlukNya, terutama manusia. Maka
apapun yang Allah berikan dalam kehidupan kita, patut kita syukuri dan kita ambil hikmahnya dengan ber-husnuzhan kepada Allah. Dengan
begitu kita akan semakin ikhlas dan sabar dalam menjalani kehidupan. Ketika Allah memberikan kita musibah seperti sakit, maka kita harus ber
husnuzhan kepadaAllah. Bahwa Allah sayang kepada kita dengan merontokkan dosa-dosa kita ketika sakit dan bersabar.
b) husnuzhan kepada sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain. Islam mengajarkan berbagai cara untuk
menciptakan kehidupan bermasyarakat yang damai dengan ber husnuzhan kepada masyarakat atau tetangga sekitar. Seperti halnya Rasulullah
yang selalu ber-husnuzhan kepada orang-orang yang menyakitinya. Ketika rasulullah menyiarkan dakwahnya pada periode pertama, beliau
pernah ditolak, dihujat dan disakiti oleh penduduk Thaif. Namun rasulullah selalu ber-husnuzhan bahwa mereka belum memahami tentang
kerasulannya kemudian mendoakannya agar mendapat petunjuk dari Allah Swt. Kita patut mencontoh perbuatan baik rasulullah dalam
kehidupan sehari-hari baik dimasyarakat atau di lingkungan sekolah kita.
Tawadhu’
Pengertian tawadhu’ adalah rendah hati dan tidak sombong. Orang yang tawadhu’
adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari
Allah Swt. Dengan keyakinannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun
dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa
bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah hati dan
selalu menjaga hati serta niat segala amal kebaikannya dari segala sesuatu selain
Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah. (Al-Isra 37)
Tasamuh
Menurut bahasa tasamuh’ berarti toleransi. Istilah = tasamuh’ berarti
sama-sama/saling berlaku baik, lemah lembut dan saling memaafkan. Dalam
pengertian istilah umum, tasamuh’ adalah sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di
mana terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batasbatas yang
digariskan oleh ajaran Islam. Sikap tasamuh’ perlu dibangun dalam diri setiap individu
agar tidak terjadi benturan antara keinginan dan kepentingan antar sesama manusia.
Dengan tasamuh’ dapat menjauhkan diri dari sifat kesombongan dan keangkuhan.
Ta’awun
Ta`awun adalah tolong-menolong antar sesama umat
manusia dalam hal kebaikan, supaya saling melengkapi
dalam memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan
bersama. (Dalil Al-Maidah ayat 2)
BAB 9 – AKHLAK TERCELA

A) Hasad
Hasad atau dengki adalah perasaan tidak senang terhadap orang lain yang mendapatkan
nikmat dari Allah. Orang yang memiliki sifat hasad selalu iri hati jika melihat orang lain
hidup senang..
=) Ciri-cirinya: ada kebencian, takabur, selalu ingin menonjol dalam segala hal, kikir.
=) Timbul Sifat hasad dan dengki itu karena -tidak bersyukur -perasaan tidak senang kepada
orang lain -tinggi hati/sombong
=) Dampak negative: perasaan tidak senang, merusak amal kebaikan, punya banyak musuh,
waktu terbuang sia-sia. Menimbulkan permusuhan, kehidupan di masyarakat kurang harmonis.
=) Cara menghindari = selalu bersyukur, rendah hati, memohon ampun kpd Allah, Qana’ah
B) Dendam
Dendam adalah kemauan yang keras dari seseorang atau kelompok untuk membalas kejahatan dari
seseorang atau kelompok lain. Allah Swt. sangat membenci orang yang pendendam, karena sifat
pendendam sangat membahayakan dan merugikan orang lain.Sifat dendam akan membuahkan sikap buruk
bagi pelakunya seperti hasad, merasa senang jika orang lain susah dan memutuskan tali persaudaraan. Dan
tidak akan mendapat ampunan Allah

=) Ciri-ciri: mudah tersinggung, susah diajak berbicara baik-baik, suka mengancam, tidak mudah
memaafkan, dan tidak mau menerima nasihat dari orang lain

=) Dampak Negatif Dendam


a. Dapat menimbulkan retaknya hubungan persaudaraan.
b. Timbulnya rasa saling curiga diantara kedua belah pihak.
c. Menimbulkan pertikaian akibat kejahatan yang tidak dapat selesai dengan balasan kejahatan.
d. Semakin menambah rumitnya masalah, sehingga dapat menimbulkan masalah yang baru.

=) Upaya Menghindari Perilaku Dendam


a. Berusaha untuk selalu memiliki sikap sabar dan berjiwa besar dalam menghadapi masalah.
b. Tidak membalas suatu kejahatan dengan kejahatan yang lain.
c. Menyadari sepenuhnya bahwa setiap manusia berpeluang untuk berbuat kesalahan
maupun kejahatan.
C) Ghibah

Ghibah artinya mengumpat atau menggunjing yaitu perbuatan atau tindakan yang membicarakan aib
orang lain. Pada zaman modern ini, dengan berbagai macam alat informasi yang semakin canggih,
perbuatan ghibah pun dikemas sedemikian manisnya. Jika ghibah, kita mengambil dosa orang yang
gibahin kita. Sehingga para konsumen sebagai pengakses informasi itu menjadi tidak terasa kalau dia
sudah terlibat dalam perbuatan ghibah. Islam melarang perbuatan ini untuk dilakukan, karena kalaupun
informasi atau berita yang dilontarkan itu benar, tetap akan menyakiti hati orang lain. Apalagi kalau berita
itu salah, bisa menimbulkan fitnah Dalil: (QS. Al-Ahzab[33]:58) dan (QS. Al-Hujurat [49]:12)

=) Sebab-sebab timbulnya ghibah:


a. Ingin menghilangkan perasaan marah.
b. Kemegahan diri, seseorang yang ingin dikatakan hebat, dan mewah atau megah.
c. Mengaggap orang lain lemah, rendah dan hina.
di bawah ini adalah bukan termasuk perilaku ghibah karena dilakukan demi kebaikan bersama dan harus
dengan cara yang baik pula, yaitu:
a. Melaporkan kejahatan kepada pihak-pihak yang berwenang
b. Mengungkapkan kejahatan dengan tujuan perlindungan masyarakat dari kejahatan
c. Menjelaskan keburukan ahli maksiat dan ahli bid’ah agar masyarakat Islam selamat dari keburukannya
d. Membicarakan keburukan orang lain dalam upaya mencari jalan keluar untuk amar ma’ruf nahi munkar.
D) FITNAH
Fitnah artinya: Perkataan yang bermaksud menjelekkan orang seperti menodai (menjatuhkan) nama baik orang yang
difitnah dan merugikan kehormatan orang lain. Karena perkataan bisa sampai menyakitkan perasaan orang lain. Sehingga
muncul pepatah mengatakan bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Mengingat bahwa luka karena benda tajam bisa
hilang seiringnya waktu berlalu, namun luka karena tajamnya lisan seseorang sulit untuk dihapus, akan senantiasa
membekas dalam hati orang yang difitnah. Orang yang suka memfitnah

=) Dampak Negatif Fitnah


a. Mendapat ancaman Allah Swt. akan siksa neraka yang sangat pedih.
b. Rusaknya kehidupan masyarakat karena adanya kecurigaan antara yang satu dengan yang lain.
c. Terpecahnya persatuan masyarakat yang dapat memicu timbulnya beberapa kelompok yang mendukung maupun yang
menentang.

=) Upaya Menghindari Perilaku Fitnah


Setiap muslimin dan muslimat wajib menghindari dan meninggalkan perilaku fitnah
dilakukan untuk menghindari perilaku fitnah adalah:
a. Bergaul dengan baik kepada semua orang dan tidak pilih-pilih.
b. Saling mengingatkan apabila pembicaraan sudah mengarah kepada perbuatan fitnah.
c. Melakukan klarifikasi terlebih dahulu saat mendengar berita yang tidak jelas sumber kebenarannya.
d. Mau menyampaikan dan menerima kritik dengan cara langsung dan jelas kepada yang bersangkutan dan tidak
menyebarkannya kepada orang lain yang tidak adakaitannya.
e. Waspada terhadap informasi dan mencari kejelasan dan kebenaran informasi
supaya kita tidak salah dalam mengambil sikap dan keputusan.
f. Harus hati-hati karena fitnah itu sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan
pertikaian dan kesalah pahaman, yang akhirnya menimbulkan perpecahan.
BAB 10 – ADAB BERGAUL BERSAMA TEMAN
Allah Swt memerintahkan kepada kita hendaknya pandai- pandai memilih teman bergaul dalam kehidupan di dunia
dimana hidup tak terulang dan hanya sekali, karena pengaruh baik dan buruk tergantung dari teman-teman dan
sahabatnya, bahkan tidak jarang kita terbawa dan terpengaruh oleh kebiasaan baik maupun kebiasaan buruk mereka.
Memilih teman yang baik bisa menghasilkan surga tetapi bergaul dengan yang buruk menyeret kita ke Neraka.

etika bergaul yang benar-benar harus kita perhatikanadalah sebagai berikut:


1. Memilih teman bergaul dan bersahabat harus dengan orang yang baik akhlaknya
2. Hal ini mempertegas pernyataan Rasulullah Saw. bahwa kita harus pandai memilih dan memilah teman bergaul
untuk kepentingan dunia dan akhirat kita, terkadang adat-istiadat, budaya dan prilaku seseorang itu saling
mempengaruhi. Abu Said al-Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Janganlah kalian berkawan kecuali
dengan seorang mukmin, dan jangan sampai memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa.”

Larangan pertemanan ini mencakup larangan bersahabat dengan pelaku dosa besar dan orang yang suka berbuat dosa,
karena mereka melakukan apa yang Allah haramkan. Kepada Allah saja dia berani maksiat dan melawan apalagi kepada
makhluk. Kepada Allah saja yang memberikan segala kebaikan dan kenikmatan dia ingkar apalagi kepada manusia,
kepada Allah saja tidak amanah apalagi kepada teman-temannya. Berteman dengan mereka akan mendatangkan
kemudharatan pada agama kita. Terlebih lagi larangan bersahabat dengan orang-orang kafir dan munafik, maka
larangan ini lebih diutamakan. Kita bergaul dengan mereka dalam rangka amar ma’ruf dan nahi munkar itu hal yang
diperbolehkan, dan amar ma’ruf serta nahi munkar kita jika mendatangkan kemaslahatan maka lanjutkan, akan tetapi
jika tak mendatangkan perubahan apapun pada mereka, meninggalkannya adalah lebih lebihbaik lagi.
Dari firman tersebut membantu manusia yang tertawan oleh kita dari segi
makanan pokoknya dan kebutuhan hidup sehari-harinya adalah wajib, tetangga
non muslim yang kekurangan bahan pokok demi kemanusiaan harus kita bantu,
bahkan harus menunjukkan bahwa kita ini berdakwah ikhlas kepada sesama
makhluk dan mencontoh Rasulullah Saw. sebagai rahmatan lil ‘alamiin.
Adapun hadis yang lain mempertegas lagi adalah sebagai berikut:
ِ ِ‫ح َو ْال َجل‬
‫يس الس َّْو ِء َك َمثَ ِل‬ ِ ِ ‫ل‬ ‫َّا‬
‫ص‬ ‫ال‬ ‫يس‬
ِ ‫ل‬
ِ ‫ج‬
َ ْ
‫ال‬ ‫ل‬ُ َ ‫ث‬‫م‬َ ‫م‬
َ َّ ‫ل‬ ‫س‬
َ ‫و‬َ ‫ه‬
ِ ْ
‫ي‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ َُّ ‫ﻪﻠﻟا‬ ‫ى‬َّ َ َِّ‫قَا َل َرسُو ُل ﻪﻠﻟا‬
‫صل‬
ُ‫يحه‬َ ‫ْك ِإ َّما تَ ْشتَ ِري ِه َأ ْو تَ ِج ُد ِر‬ ِ ‫ب ْال ِمس‬
ِ ‫اح‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ك ِم ْن‬ َ ‫ير ْال َح َّدا ِد الَ يَ ْع َد ُم‬
ِ ‫ْك َو ِك‬ ِ ‫ب ْال ِمس‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬
َ
)‫ك َأ ْو تَ ِج ُد ِم ْنهُ ِريحًا َخبِيثَةً (الحديث‬ َ َ‫ك َأ ْو ثَ ْوب‬َ َ‫ق بَ َدن‬ ُ ‫َو ِكي ُر ْال َح َّداد يُحْ ِر‬
Artinya: Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan teman yang shalih dengan
teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi
penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli
darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya, sedangkan pandai besi
hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak
sedapnya”.
Jelaslah kehati-hatian kita memilih sebuah komunitas pergaulan sangat
diperlukan bukan hanya mengatakan saya fleksibel bergaul dengan siapa
saja, tetapi berlaku cerdaslah untuk kepentingan diri kita sendiri agar
dunia dan akhirat berhasil. Bahkan faktor memilih pasangan pun sangat
tergantung dari teman yang menjadi teman pergaulannya, karena
biasanya sifat mereka tak jauh berbeda dengan teman-temannya.
lingkungan yang tidak baik, besar kemungkinan
dipenuhi oleh kebiasaan, tradisi, dan perilaku yang bertentangan dengan
syariat Islam. Lingkungan masyarakat yang mempunyai tradisi berjudi,
membuka praktik pelacuran, gemar minuman keras, dan melakukan
maksiat-maksiat lainnya, merupakan contoh lingkungan yangtidak baik.
BAB 11 - Keteguhan Iman Sahabat
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Keteguhan Iman Sahabat Abu Bakr Ash-Shiddiq
Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. adalah tidak asing lagi bagi sekalian umat Islam, baik dahulu maupun sekarang.
Dialah manusia yang dianggap paling agung dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah Saw. Kemuliaan akhlaknya,
kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya, kebijaksanaannya dalam
menyelesaikan masalah umat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya ketika
berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik adalah sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun
sekarang. Dialah tokoh sahabat terbilang yang paling akrab dan paling disayangi oleh Rasulullah Saw. Karena
besarnya pengorbanan beliau itulah Rasulullah Saw. pernah mengatakan: “Islam telah tegak di atas harta Siti
Khadijah dan pengorbanan Abu Bakar.” Beberapa keistimewaan beliau adalah karena Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.
adalah seorang sahabat yang terkenal karena keteguhan imannya. Rasulullah Saw. pernah menyanjungi
sahabatnya itu dengan sabdanya, “Jika ditimbang iman Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan iman sekalian umat maka
lebih berat iman Abu Bakar“. Mengapa demikian, di antara jawabannya adalah karena beliau tidak mencintai
dunia ini, cintanya pada Allah dan rasulnya melebihi apapun. Dan yang kedua adalah karena rasa takutnya pada
yaumul Hisab atau pengadilan Allah Swt: suatu ketika beliau berkata: alangkah beruntung jikalau diriku tercipta
hanya seperti selembar daun yang tidak dihisab pada hari kiamat nanti. Dua keadaan inilah yang menyebabkan
Nabi bersabda bahwa imannya adalah paling berat dibanding iman umat Islam semuanya.
Berikut adalah sedikit gambaran tentang Abu Bakar ra.:
Setelah ia masuk Islam, dia telah menginfaqkan empat puluh ribu dinar untuk kepentingan sadaqah dan memerdekakan budak. Dalam
perang Tabuk Rasulullah saw. telah meminta kepada sekalian kaum Muslimin agar mengorbankan hartanya pada jalan Allah. Tiba-tiba
datanglah Abu Bakar ra. membawa seluruh harta bendanya lalu meletakkannya di antara dua tangan baginda Rasul. Melihat
banyaknya harta yang dibawa oleh sahabat Abu Bakar ra. bagi tujuan jihad itu, maka Rasulullah saw. menjadi terkejut lalu berkata
kepadanya: “Hai sahabatku yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan
buat anak-anak dan isterimu?” Pertanyaan Rasulullah saw. itu dijawab oleh Abu Bakar ash-Shiddiq dengan tenang sambil tersenyum,
ujarnya. “Saya tinggalkan buat mereka Allah dan Rasul-Nya.” (lih. tafsir surat Al-Lail). Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dari Umar Ibnul
Khattab berkata, “Rasulullah Saw. memerintahkan kita untuk bersedekah, saat itu aku memiliki harta maka aku berkata, “Pada hari
inilah aku akan mengungguli Abu Bakar, semoga aku mengunggulinya pada hari ini”. Maka akupun mengambil setengah hartaku, maka
Rasulullah Saw. bersabda, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? Aku menjawab: Sejumlah yang aku sadaqahkan (50 %)”.
Lalu Abu Bakar datang dengan membawa seluruh hartanya dan Rasulullah Saw. bersabda: “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu
tinggalkan untuk keluargamu? Dia menjawab: Aku meninggalkan Allah dan Rasul-Nya. Lalu Umar berkata: Demi Allah aku tidak bisa
mengungguli Abu Bakar dalam kebaikan untuk selamanya”. [Sunan At-Tirmdzi no: 3675). Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari hadis
Anas bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda kepada Abu Bakar dan Umar, “Dua orang ini adalah pemimpin para penghuni surga yang
dewasa baik generasi yang terdahulu atau yang akan datang kecuali para Nabi dan Rasul”. [Sunan Turmudzi: no: 3664]. Imam Bukhari
rahimahullah membuat bab di dalam Kitab Fadha’il ash-Shahabah [Fath al-Bari Juz 7 hal. 15] dengan judul ‘Bab; Sabda Nabi Saw.,
“Tutuplah pintu-pintu –di dinding masjid kecuali pintu Abu Bakar. Imam Bukhari berkata, dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu,
beliau berkata: Rasulullah Saw. berkhutbah kepada para sahabat: “Sesungguhnya Allah memberikan tawaran kepada seorang hamba;
antara dunia (hidup kekal) dengan apa yang ada di sisi-Nya (meninggal dunia). Ternyata hamba itu lebih memilih apa yang ada di sisi
Allah.” Abu Sa’id berkata: “Abu Bakar pun menangis. Kami merasa heran karena tangisannya. Tatkala Rasulullah Saw. memberitakan
ada seorang hamba yang diberikan tawaran. Ternyata yang dimaksud hamba yang diberikan tawaran itu adalah Rasulullah Saw.
Memang, Abu Bakar adalah orang yang paling berilmu di antara kami.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya orang
yang paling berjasa kepadaku dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh
mengangkat seorang Khalil (kekasih terdekat) selain Rabb-ku niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku. Namun, cukuplah -
antara aku dengan Abu Bakar ikatan persaudaraan dan saling mencintai karena Islam. Dan tidak boleh ada satu pun pintu yang tersisa
di [dinding] masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.” Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, di Kitab Fadha’il ash-
Shahabah (lihat Syarh Nawawi Juz 8 hal. 7-8).
pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik
dari hadis di atas:
1. Hadis ini mengandung keistimewaan yang sangat jelas pada diri Abu Bakar ash-Shiddiq ra. yang tidak ditandingi oleh siapapun di
antara para sahabat. Hal itu disebabkan beliau berhak mendapat predikat Khalil -kekasih terdekat- bagi Nabi saw. kalaulah bukan karena
factor penghalang yang disebutkan oleh Nabi di atas.
2. Abu Bakar ra. mengetahui bahwa seorang hamba yang diberikan tawaran tersebut adalah Nabi saw. Oleh sebab itu beliau pun
menangis karena sedih akan berpisah dengannya, terputusnya wahyu, dan akibat lain yang akan muncul setelahnya.
3. Para ulama itu memiliki pemahaman yang bertingkat-tingkat. Setiap orang yang lebih tinggi pemahamannya maka ia layak untuk
disebut sebagai a’lam (orang yang lebih tahu).
4. Hadis ini mengandung motivasi untuk lebih memilih pahala akhirat daripada perkaraperkara dunia.
5. Hendaknya seorang berterima kasih kepada orang lain yang telah berbuat baik kepadanya dan menyebutkan keutamaannya (lihat Fath
al-Bari [7/19]). Kita juga bisa melihat bersama bagaimana kedalaman ilmu Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Terhadap hadis Nabi Saw., sehingga
ilmu itupun terserap dengan cepat ke dalam hatinya dan membuat air matanya meleleh. Kecintaan kepada akhirat dan kerinduan untuk
bertemu dengan Allah jauh lebih beliau utamakan daripada kesenangan dunia. Beliau sangat menyadari bahwa kehadiran Rasulullah
Saw. di tengah-tengah para sahabat laksana lentera yang menerangi perjalanan hidup mereka. Nikmat hidayah yang dicurahkan kepada
mereka melalui bimbingan Nabi Saw. Adalah di atas segala-galanya. Kita pun bisa menarik kesimpulan bahwa dakwah Rasulullah Saw.
berjalan dengan bantuan dan dukungan para sahabatnya. Beliau -dengan kedudukan beliau yang sangat agung- tidaklah berdakwah
sendirian. Terbukti pengakuan beliau terhadap jasa-jasa Abu Bakar yang sangat besar kepadanya. Tentu saja yang beliau maksud bukan
semata-mata bantuan Abu Bakar untuk kepentingan pribadi beliau, akan tetapi demi kemaslahatan umat yang itu tak lain adalah dalam
rangka dakwah dan berjihad di jalan Allah. Hadis ini juga menunjukkan betapa agungnya kedudukan Abu Bakar di mata Nabi Saw. Yang
melebihi sahabat-sahabat yang lain. Nabi tanpa malu-malu mengakui keutamaan Abu Bakar ra. Hadis ini juga menunjukkan bahwa
memuji orang di hadapannya diperbolehkan selama orang tersebut tidak dikhawatirkan ujub karenanya. Hadis ini juga menunjukkan
bahwa kecintaan yang terpendam di dalam hati pasti akan membuahkan pengaruh pada gerak-gerik fi sik manusia. Kecintaan yang
sangat dalam pada diri Nabi saw. terhadap Abu Bakar pun tampak dari ucapan dan perbuatan beliau. Kalau kita mencintai Rasulullah
saw. maka konsekuensinya kita pun mencintai orang yang beliau cintai. Kecintaan yang berlandaskan Islam dan persaudaraan seagama.

Anda mungkin juga menyukai