Tauhid berasal dari kata ahad dan wahid yang keduanya merupakan nama Allah SWT yang menunjukkan keesaan-Nya. Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal, satu. Secara istilah syar’i, makna Tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Fungsi tauhid: 1. Membentuk sikap dan perilaku dengan meneladani segala kesempurnaan Allah SWT melalui petunjuk Nabi Muhammad SAW. 2. Membimbing manusia ke jalan yang benar. 3. Memberi rasa ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan. B. Rukun Iman dan Rukun Islam (Skor 2) 1. Rukun Iman Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan yang artinya beriman atau percaya. Pengertian iman secara istilah ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak (ragu), serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. a. Iman kepada Allah Jadi iman kepada Allah adalah mempercayai adanya Allah SWT beserta seluruh ke- Agungan Allah dengan bukti-bukti yang nyata kita lihat. Cara mengimaninya yaitu dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar, maksudnya melakukan segala perintah serta menjauhi larangan yang menghantar ke jurang kesesatan. b. Iman kepada Para Malaikat Iman kepada Para Malaikat adalah percaya bahwa malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang tidak pernah membangkang perintah-Nya, juga makhluk gaib yang menjadi perantara-perantara Allah dengan Para Rasul. Cara mengimaninya dengan meniru sifat baik dari malaikat yang selalu taat kepada Allah SWT. c. Iman kepada Kitab Yang dimaksud dengan iman kepada kitab-kitab Allah adalah membenarkan bahwa kitab-kitab tersebut telah diturunkan oleh Allah. Dan kita tahu kitab-kitab yang diturunkan kepada Rasul itu ada empat yaitu kitab Taurat = Nabi Musa, Injil = Nabi Isa, Zabur = Nabi Daud dan Al-Qur’an = Nabi Muhammad SAW. Cara mengimaninya dengan selalu membaca, menghafal, bahkan mengamalkan apa yang telah terkandung dalam Alquran dalam kehidupan agar tidak tersesat. d. Iman kepada Para Rasul Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul kepada manusia untuk memberi petunjuk kepada manusia, dan Nabi yang wajib kita percayai itu ada dua puluh lima. Cara mengimaninya rajin membaca sholawat nabi setiap hari, menjalankan sunnah dari Rasulullah yang telah diajarkan, dan meniru sifat baik para 25 rasul yang telah Allah pilih. e. Iman kepada Hari Akhir Iman kepada hari kiamat adalah percaya dan meyakini bahwa seluruh alam termasuk dunia dan seisinya akan mengalami kehancuran. Hari akhir ditandai dengan ditiupnya terompet Malaikat Israfil.Cara mengimaninya dengan percaya bahwa tanda-tanda kiamat yang ada dalam Al-Qur’an itu benar adanya. f. Iman kepada Taqdir (Qadha dan Qadhar) Iman kepada qadha dan qadar yaitu percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada mahluknya. Setiap manusia, telah diciptakan dengan ketentuan-ketentuan dan telah di atur nasibnya sejak zaman azali. Cara mengimaninya selalu berprasangka baik kepada Allah SWT dan pandai bersyukur baik saat mendapat musibah maupun mendapat kebahagian. 2. Rukun Islam Rukun artinya tiang atau bagian yang pokok. Rukun Islam adalah lima tindakan dasar dalam Islam yang menjadi syarat untuk menjadi muslim yang sempurna. a. Syahadat Makna syahadat adalah mengetahui dan meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah kepada seluruh manusia. Bermakna diucapkan dengan lisan, dibenarkan dengan hati, dan diamalkan dengan perbuatan. b. Shalat Menjadi sarana interaksi antara Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajad dan berdoa kepadaNya. c. Zakat Zakat fitrah, adalah menurut bahasa artinya membersihkan diri atau jiwa, sedangkan menurut istilah adalah mengeluarkan harta yang berupa makanan pokok yang mengenyangkan, untuk diberikan kepada yang berhak menerima, sebesar 2,5kg atau 3,1liter per jiwa Zakat mal menurut bahasa bagi membersihkan harta, sedang menurut istilah adalah mengeluarkan sebagian harta untuk membersihkan kumpulan harta itu dari hak orang lain dan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya. d. Puasa Puasa adalah menahan dari makan, minum, dan ijma (mendatangi istri) hingga terbenamnya matahari. e. Haji Secara istilah syarak atau hukum, haji berarti sengaja mengunjungi ka’bah atau baitullah di makah untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT. C. Jenis-jenis Tauhid (Skor 2) 1. Tauhid Rububiyah Yaitu meng-Esakan Allah sebagai satu-satunya pencipta dan pengatur segala hal yang ada di dunia maupun di akhirat serta yakin bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah. 2. Tauhid Uluhiyyah Yaitu meng-Esakan Allah dalam ibadah dan ketaatan, seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain guna mendapatkan ridha Allah. 3. Tauhid Asma Wa Sifat Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan sunah Rasul-Nya menurut apa yang pantas bagi Allah, tanpa tanwil dan ta’thil (menghilangkan makna atau sifat Allah), tanpa takyif (mempersoalkan hakikat asma dan sifat dengan bertanya ‘bagaimana?’), dan tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). D. Toleransi Beragama, Tujuan, dan Contoh (Skor 2) Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Secara istilah, toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan antarsesama manusia. Tujuan toleransi beragama: menghindari perpecahan, mempererat hubungan antar umat beragama, meningkatkan ketaqwaan Contoh toleransi beragama: a. Tidak menertawakan cara beribadah umat lain yang cara beribadahnya tentu sangat berbeda dengan kita. b. Tidak mencela aturan agama satu sama lain. c. Tidak menghina serta tidak membanding-bandingkan bahwa agama yang dianut adalah agama yang paling benar dan baik. E. Moderasi Beragama (Skor 2) Secara bahasa moderasi berasal dari bahasa inggris moderation yang memiliki arti sikap sedang, sikap tidak berlebih-lebihan. Moderasi beragama adalah adil dan berimbang dalam memandang, menyikapi, dan mempraktikan semua konsep yang berpasangan. Mengapa perlu bermoderasi beragama? Moderasi beragama adalah cara pandang atau sikap dan praktik beragama yang mengamalkan esensi ajaran-ajaran agama yang hakikatnya mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan menebarkan kemaslahatan bersama. Ini berprinsipkan keadilan dan keseimbangan serta mentaati kesepakatan berbangsa yang dikukuhkan konstitusi. Moderasi agama diperlukan agar cara pandang, sikap keagamaan kita bersifat moderat, tidak melebih-lebihkan, tidak melampaui batas, tidak ekstrem. Jadi yang dimoderasi bukanlah agama, tapi cara kita berislam. Contoh moderasi agama : sekarang ini para pemimpin dari kalangan non muslim dapat menjadi pejabat publik. Tidak ada seorang pun yang menghalangi untuk menjadi apa saja. Kalau kita lihat lebih dalam lagi, maka tidak ada dalam konstitusi negara misalnya seorang presiden dan wakil presiden itu harus muslim. Non muslim pun mempunyai hak yang sama untuk dipilih. Beberapa contoh konkret tersebut menunjukkan beberapa perwujudan sikap moderasi beragama yang sangat penting dari umat Islam sebagai warga negara yang terbesar di Indonesia.
AL-QUR’AN
A. Pengertian dan Fungsi (Skor 2)
1. Pengertian Secara bahasa diambil dari kata qara’a, yakra’u, qira’atan, qur’anan yang berarti sesuatu yang dibaca. Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan yang sempurna. Sedangkan menurut terminologi, Al-Qur’an artinya firman atau kalam Allah SWT yang diturunkan hanya kepada Nabi Muhammad SAW sebagai sebuah mukjizat untuk kemudian disampaikan dengan jalan mutawattir (berturut-turut) dengan perantaraan malaikat Jibril. Al-Quran diturunkan seluruhnya dalam bahasa arab dan dituliskan dengan aksara arab (hijaiyah). Al-Quran terdiri atas 30 juz, 114 surat, 6.236 ayat, dan 77.845 kata. 2. Nama lain dari Al-Qur’an a. Al-Qur’an = bacaan b. Al-Kitab = Kitabullah = Kitab Suci Allah SWT c. Al-Furqan = pembeda = suatu pembeda bagi mana yang haq dan yang bathil atau mana yang baik dan yang buruk d. Adz-Zikr = pemberi peringatan e. At-Tanzil = diturunkan 3. Fungsi Al-Quran a. Sebagai petunjuk jalan yang lurus b. Merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW c. Merupakan penyempurna bagi kitab-kitab Allah yang telah turun sebelumnya B. Jenis Surat dan Ayat (Skor 2) 1. Pengertian Surat Makkiyah surat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun turunya di luar kota Makkah. Sedangkan surat Madaniyah ialah surat yang diturunkan sesudah Rasulullah hijrah, meskipun turunya di Makkah. Jumlah surat Madaniyah di dalam Al-Qur’an menurut para ulama’ ada 20 surat. Sedangkan yang masih diperselisihkan para ulama’ ada 12 surat. Surat Makkiyah ada 82 surat. 2. Ciri-Ciri Ciri-Ciri Surat Makkiyah: a. Terdapat kata “kalla” di sebagian besar atau seluruh ayatnya. b. Terdapat sujud tilawah di sebagian atau seluruh ayat-ayatnya. c. Diawali huruf tahajji seperti qaf, nun, dan ha mim d. Memuat kisah Adam dan iblis (kecuali surat al-Baqarah). e. Memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu. f. Di dalamnya terdapat khithab (seruan) kepada semua manusia (wahai semua manusia). g. Menyeru dengan kalimat “Anak Adam”. h. Isinya memberi penekanan pada masalah akidah. i. Ayatnya pendek-pendek. Ciri-Ciri Surat Madaniyah: a. Terdapat kalimat “orang-orang yang beriman” pada ayat-ayatnya. b. Terdapat hukum-hukum faraidh, hudud, qishash dan jihad di dalamnya. c. Menyebut “orang-orang munafik” (kecuali Al-Ankabut). d. Membuat bantahan terhadap Ahlu Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani). e. Memuat hukum syara’, seperti ibadah, mu’amalah dan al-ahwal dan al-syakhshiyah. f. Ayatnya panjang-panjang. Ada suatu hal yang perlu diingat, bahwa surat Makkiyah maupun surat Madaniyah tidak selalu bermuatan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah. Bisa jadi di dalam surat yang diklarifikasikan Makkiyah terdapat ayat-ayat Madaniyah. C. Asbab An-Nuzul (Skor 2) Asbab an-nuzul berasal dari kata “asbab” dan “nuzul”. Asbab dapat berarti sesuatu yang menyampaikan kepada sesuatu yang lain, sedangkan an-Nuzul berarti menempati tempat mereka. Secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur’an. Asbab an-nuzul ialah sesuatu yang karena sesuatu itu menyebabkan satu atau beberapa ayat Al-Qur’an diturunkan yang berbicara tentangnya atau menjelaskan hukumnya disaat sesuatu itu terjadi. Yang dimaksud dengan sesuatu itu sendiri ada kalanya berbentuk kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah SAW. Az-Zarqaniy mengatakan bahwa tidak semua ayat atau beberapa ayat mempunyai asbab an-Nuzul. Syaikh al-Ja`bari juga mengatakan bahwa al-Qur`an diturunkan dalam dua bagian. Bagian pertama, al-Qur`an diturunkan secara ibtida` (tidak terikat dengan sabab nuzul) dan bagian kedua, al-Quran diturunkan berdasarkan peristiwa dan pertanyaan (yang merupakan sabab nuzul). Fungsi asbab an-nuzul: 1. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas pensyariatan hukum. 2. Memastikan makna ayat Al-Qur`an dan menghilangkan kerancuan maknanya. 3. Menghilangkan kerancuan dari pembatasan hukum (daf`u tawahhum al-Hashr). 4. Memudahkan untuk menghafal, memahami dan memantapkan wahyu dalam benak setiap orang yang mendengarnya. D. Metode Tafsir Al-Qur’an (Skor 5) 1. Metode Tahlili (Analitis) Yaitu metode tafsir yang ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai tata urutan mushaf Utsmani dengan penjelasan yang cukup terperinci. Menjelaskan kandungan ayat-ayat Al- Qur’an dari keseluruhan aspeknya, seperti aspek asbab nuzul dan lain sebagainya. 2. Metode Ijmali (Global) Yaitu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna yang bersifat global dengan menggunakan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami. 3. Metode Muqaran (Komparatif/Membandingkan) Yaitu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan membandingkan ayat al-Qur’an dengan Hadis, atau pendapat satu tokoh mufassir dengan mufassir lain dalam satu atau beberapa ayat yang ditafsirkan, atau membandingkan Al-Qur’an dengan kitab suci lain. Metode ini lebih bertujuan untuk menganalisis persamaan dan perbedaan dalam penafsiran Al-Qur’an, daripada menganalisis kandungannya. 4. Metode Maudhu’i (Tematik) Yaitu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan mengambil suatu tema tertentu. Kemudian mengumpulkan ayat-ayat yang terkait dengan tema tersebut, lalu dijelaskan satu persatu dari sisi penafsirannya, dihubungkan antara satu dengan yang lain sehingga membentuk suatu gagasan yang utuh dan komprehensif mengenai pandangan Al-Qur’an terhadap suatu tema yang dikaji. E. Menghafal dan Menulis Ayat Al-Qur’an (Skor 10) AL-HADITS
A. Pengertian dan Fungsi (Skor 2)
Secara etimologi, hadis adalah kata benda (isim) dari kata al-Tahdis yang berarti pembicaraan. Menurut bahasa hadits memiliki beberapa arti yaitu: Jadid = baru, lawannya qadim = terdahulu Qarib = dekat, lawannya ba’id = jauh Khabar = sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Hadits adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan (qauly), perbuatan (fi’ly), maupun ketetapan (taqriry). Hadits Qauly = perkataan = Sabda Nabi Muhammad SAW Hadits Fi’ly = perbuatan = shalatnya beliau, haji Hadits Taqriry = ketetapan = perbuatan dan perkataan para sahabat yang disetujui oleh Nabi. Sinonim Hadits 1. Sunnah = segala yang diperintahkan, dilarang, dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkatan maupun perbuatan dan merupakan kebiasaan yang dilakukan berulang kali. 2. Khabar = sesuatu yang datang dari selain Nabi (segala sesuatu yang berasal dari nabi dan yang lainnya) 3. Atsar = segala sesuatu yang disandarkan kepada shahabat dan tabi’in baik berupa perkataan ataupun perbuatan. Fungsi Hadits 1. Bayan Taqrir Yaitu adalah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al- Qur’an. Fungsi hadits dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al- Qur’an. 2. Bayan at-Tafsir Yaitu memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang masih mujmal (samar), memberi persyaratan ayat-ayat yang masih mutlak, dan memberi penentuan khusus ayat-ayat yang masih umum. 3. Bayan at-Tasyri Yaitu mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak didapati dalam Al-Qur’an. 4. Bayan An-Nasakh Yaitu adanya dalil syara’ (yang dapat menghapus ketentuan yang telah ada) karena datangnya dalil berikutnya. B. Jenis-jenis Hadits dari Segi Kuantitas (Skor 5) 1. Mutawatir Secara etimologis (bahasa) mutawatir berarti terus-menerus atau bersambung. Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang banyak dalam setiap thabaqahnya yang menurut akal rawi-rawi tersebut mustahil bersepakat untuk melakukan kebohongan. Hadits mutawatir termasuk hadits yang Qath’i al Tsubut sehingga harus dipercayai dan diyakini kebenarannya tanpa harus meneliti keadaan para rawinya. Mengingkarinya adalah kafir. Syarat: a. Diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang banyak dalam setiap thabaqahnya b. Jumlah rawi yang banyak tersebut didapati dalam setiap thabaqah. c. Rawi tersebut menurut akal mustahil berdusta d. Berita yang mereka riwayatkan dihasilkan dari indera yang mereka miliki. Seperti menggunakan kata kata ‘aku melihat’, ‘aku mendengar’. Pembagian Hadits Mutawatir a. Mutawatir Lafdzi yaitu hadits yang lafadz dan maknanya mutawatir, artinya lafadz dan makna hadits tersebut asli dari rasul yang diriwayatkan oleh rawi yang banyak disetiap thabaqahnya. b. Mutawatir Maknawi yaitu yang maknanya saja yang mutawatir sementara lafadznya tidak seperti hadits tentang Rasul mengangkat tangan ketika berdo’a, dimana setidaknya ada seratus hadits-hadits yang menyatakan bahwa ketika berdo’a Rasul mengangkat tangannya tetapi hadits tersebut berbeda-beda. 2. Ahad Hadits ahad berarti yang diriwayatkan oleh seorang rawi. Menurut istilah definisi ahad adalah hadits yang didalamnya tidak dipenuhi syarat-sayarat hadits mutawatir. Mengamalkan hadits ahad adalah wajib dan mengingkarinya adalah kufur. Pembagian Hadits Ahad a. Hadits Masyhur = Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih dalam setiap thabaqahnya tetapi jumlah tersebut tidak sampai pada jumlah rawi hadits mutawatir b. Hadits Aziz = Hadits yang perawi dalam tiap thabaqah sanadnya tidak kurang dari dua orang c. Hadits Gharib = Hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dalam tiap thabaqah sanadnya. C. Jenis-jenis Hadits dari Segi Kualitasnya (Skor 5) 1. Shahih Menurut bahasa berarti hadits yang sah atau sehat, lawannya yaitu saqim (sakit). Secara terminologis, Ibn Hajar al Asqalani mendefinisikannya yaitu “Hadits yang diriwayatkan oleh orang adil, sempurna kedhabitannya, bersambung sanadnya, tidak ber’illat.” Syarat hadits shahih: a. Diriwayatakan oleh para perawi yang adil. b. Kedhabitan para perawinya harus sempurna. c. Antara satu sanad dengan sanad lainnya harus bersambung d. Tidak mengandung cacat atau ‘illat. e. Matannya tidak janggal atau syad. Pembagian hadits shahih a. Shahih Lidzatihi = hadits yang memenuhi lima syarta kriteria, contoh: Bukhari Muslim b. Shahih Lighairihi = hadits yang keshahihannya dibantu oleh adanya keterangan lain, atau tidak memenuhi syarat secara maksimal. 2. Hasan Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kurang kuat hapalannya, bersambung sanadnya, tidak mengandung ‘illat dan tidak syadz. Persyaratan Hadis Hasan a. Para perawi-nya adil. b. Ke-dhabit-an perawi-nya dibawah perawi hadits shahih. c. Sanad-sanadnya bersambung. d. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz e. Tidak mengandung ‘illat. Pembagian Hadis Hasan a. Hasan li dzatih = yakni hadits yang telah memenuhi persyaratan hadits hasan b. Hasan li ghairih = hadits yang awalnya hadits dhoif tetapi ada yang menguatkan. 3. Dhoif Dhoif secara bahasa berarti yang lemah, yang sakit atau yang tidak kuat. Secara istilah adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits Shahih atau hadits Hasan. Pembagian Hadis Dhaif a. Dhaif disebabkan adanya kekurangan pada rawinya baik tentang keadilan maupun hafalannya Hadis Maudlu’ = hadis yang dibuat dan diciptakan oleh seseorang yang kemudian disandarkan kepada Rasulullah secara palsu dan dusta. Hadits Matruk = hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta. Hadits Munkar = hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya/ jujur. Hadits Mu’allal = hadits yang dinilai sakit atau cacat Hadits Maqlub = hadits yang terbalik Hadis Muharraf = hadits yang terjadi perubahan huruf dan syakalnya. Hadis Mushahhaf = hadits yang sudah berubah titik kata. Hadits Mubham = hadits yang perowinya tidak diketahui identitasnya. Hadits Mudraj = hadits yang mengalami penambahan isi oleh perawinya Hadits Syadz = Hadits yang jarang. b. Dlaif disebabkan sanadnya tidak bersambung Hadis Mu’allaq = hadis yang digugurkan sanad pertama (guru mukhorrij). Hadis Mursal = hadis yang digugurkan sanad terakhir (sahabat) atau nama sahabat tidak disebut. Hadis Mu’dlal = hadis yang digugurkan itu dua orang rawi atau lebih berturut- turut. Hadis Munqathi’ = hadis yang digugurkan 2 orang perowi atau lebih dan tidak berturut-turut. Hadits Mudallas = hadits yang disembunyikan cacatnya. Hadis mudallas terbagi menjadi 2, yaitu : Tadlis Isnad dan Tadlis Syuyukh.. c. Dha’if dari sudut sandaran matan-nya Hadis Mauquf = hadis yang matanya disandarkan kepada sahabat. Hadis Maqthu’ = hadis yang matannya disandarkan kepada tabi’in. D. Menghafal dan Menulis Hadits (Skor 10)
SYARIAH, FIQH, DAN USHUL FIQH
A. Pengertian dan Fungsi (Skor 2)
1. Syari’ah Kata syari’ah berasal dari kata syara’a yang artinya menjelaskan. Menurut etimologi, syari’ah berarti atau jalan. Sedangkan menurut terminologi yaitu suatu pedoman hidup dan ketetapan hukum yang digariskan oleh Allah SWT yang wajib ditaati. Fungsi syari’ah adalah sebagai jalan atau jembatan untuk semua manusia dalam berpijak dan berpedoman. Dengan kata lain, fungsinya itu membantu manusia memiliki hablum minAllah atau hubungan kepada Pencipta dan hablum minannas atau hubungan kepada sesamanya, dengan sebaik mungkin. 2. Fiqh Menurut bahasa berarti mengerti atau paham. Menurut Al- Imam Muhammad Abu Zahro’, Fiqih adalah ilmu yang berkaitan dengan hukum-hukum syara’ amaliyah dari dalil-dalilnya yang terperinci. Fungsi dari fiqh yaitu untuk memberi pemahaman kepada umat muslim agar dapat memahami, mengerti, dan melaksanakan pokok-pokok syariat islam dan tata cara pelaksanaannya agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Ushul Fiqh Secara etimologi ushul fiqh terdiri dari dua kata yaitu ushul dan fikih. Kata ushul menurut bahasa berarti sesuatu yang dijadikan dasar bagi yang lain, sehingga ushul fiqhi berarti suatu yang dijadikan dasar bagi fiqh (asal usul fiqh). Menurut Abu Zahrah ushul fiqh adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang menggariskan jalan untuk memperoleh hukum syara’ yang bersifat amaliyah dari dalil-dalil. Ushul Fiqih berfungsi sebagai sebuah metodologi dalam rangka memahami al Qur’an dan Sunnah dengan benar. Di samping itu, Ilmu Ushul Fiqih juga berfungsi untuk meluruskan kekeliruan dalam memahami nash-nash wahyu Al-Qur’an dan Sunnah. 4. Perbedaan Syariah dan Fiqh Syariah Fiqh Berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah Berasal dari pemahaman manusia yang Bersifat fundamental memenuhi syarat-syarat berijtihad tentang Ruang lingkup luas syariat. Hukumnya hanya satu Bersifat instrumental Ruang lingkup terbatas Hukumnya dapat berubah
B. Jenis-jenis Fiqh (Skor 2)
Mampu menjelaskan fiqh ibadah dan muamalah (luas dan sempit) 1. Fiqh Ibadah Secara Etimologi Ibadah adalah menyembah atau mengabdi kepada Allah SWT. Secara Terminologi ibadah adalah puncak ketaatan dan ketundukan yang di dalamnya terdapat unsur cinta yang tulus dan sungguh-sungguh yang memiliki urgensi yang agung dalam Islam dan agama karena ibadah tanpa unsur cinta bukanlah ibadah yang sebenar-benarnya. Ruang Lingkup Fiqh Ibadah a. Thaharah Secara bahasa artinya kebersihan atau bersuci. Menurut istilah ialah suatu kegiatan bersuci dari hadats maupun najis sehingga seorang diperbolehkan untuk mengerjakan suatu ibadah. Najis Najis mukhaffafah = najis ringan = air kencingnya bayi yang berumur <2 tahun Najis mutawassithah = najis sedang = darah, nanah, kotoran atau air kencing, muntah, bangkai binatang, air susu atau air mani binatang yang tidak halal dimakan. Najis mughalladhah = najis berat = anjing, babi Hadats = hadats kecil, hadats besar. Membersihkannya wudhu mandi tayamum b. Shalat Shalat menurut bahasa Arab adalah do’a kemudian menurut istilah syara’ adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Syarat wajib shalat : Islam, berakal, baligh, suci dari haid dan nifas, telah mendengar ajakan dakwah Islam. Syarat sah shalat : Suci dari hadats dan najis, Menutup aurat, Menghadap kiblat, Mengerti kefardhuan shalat, Tidak meyakini salah satu fardhu dari beberapa fardhu shalat sebagai suatu sunnah, Menjauhi hal-hal yang membatalkan shalat Rukun Shalat (17) : Niat, takbirotul ihram, berdiri bagi yang mampu, membaca al fatihah, ruku’, tumaninah ruku, I’tidal, tumaninah, sujud, tumaninah, duduk diantara dua sujud, tumaninah, tasyahud akhir, duduk di waktu tasyahud, sholawat, salam, tertib. c. Zakat Zakat ialah kewajiban seorang muslim untuk mengeluarkan nilai bersih dari kekayaannya yang tidak melebihi satu nisab, diberikan kepada mustahik dengan beberapa syarat yang telah ditentukan. Mustahiq zakat : fakir miskin, amil zakat, fiisabilillah. Jenis zakat : hewan ternak, emas perak, perdagangan, hasil tani, barang tambang, profesi. d. Puasa Puasa berarti menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Syarat wajib : islam, baligh, berakal, mampu berpuasa. Macam-macam puasa = Puasa wajib (ramadhan, qodho), kifarat, puasa yang diharamkan (hari raya, hari tasyrik), puasa makruh (puasa hari jumat saja/sabtu saja), puasa sunnah (senin kamis, asyuro, syawal) e. Haji Haji adalah pergi menuju Baitul Haram untuk menunaikan aktivitas tertentu pada waktu tertentu. 2. Fiqh Muamalah Fiqih muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah SWT, yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan social kemasyarakatan. Pembagian Muamalah a. al-Muamalah al-Madiyah Yaitu yang berkaitan dengan materi seperti jual beli barang dan jasa maupun jual beli di pasar modal yang merupakan pertukaran harta benda dan kemanfaatan antara manusia melalui akad atau transaksi. Macam-macam = jual beli (al-Bai’), gadai (al- Rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah dan dhaman), perseroan atau perkongsian (al-Syirkah), perseroan harta dan tenaga (al-Mudharabah), sewa menyewa (al-Ijarah), barang titipan (al-Wadhi’ah), garapan tanah (al-Muzara’ah), sewa menyewa tanah (al- Mukhabarah), pemberian (hibah). b. Al-Mu’amalah Al-Adabiyah Yaitu yang penekanannya kepada perilaku, sikap dan tindakan yang bersumber dari lisan dan anggota badan. Misalnya jujur, benar dalam ucapan, tindakan, melakukan kesaksian apa adanya dan benar, menjauhkan diri dari berbohong dalam ucapan, tidak menfitnah dan tidak berburuk sangka. Macam-macam = bersikap adil, jujur, baik, amanah. C. Jenis-jenis Kaidah Ushul Fiqh (Skor 3) D. Menghafal dan Menulis Kaidah Fiqh (Skor 10)
Contoh kaidah ke-3 adhororo yuzalu :
Larangan menimbun barang-barang kebutuhan pokok masyarakat karena perbuatan tersebut mengakibatkan kemudharatan bagi rakyat. E. Menghafal dan Menulis Kaidah Ushul Fiqh (Skor 10)
AKHLAK
A. Pengertian dan Fungsi (Skor 2)
Berdasarkan bahasa, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan seseorang. Menurut imam Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan tindakan- tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan. Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri manusia dan bisa bernilai baik atau bernilai buruk. Fungsi Akhlak = Membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt, suka tolong menolong, jujur, adil dan berani, tabah dan percaya pada diri sendiri, sopan santun B. Jenis-jenis Akhlak (Skor 2) 1. Akhlak Mahmudah (Karimah) = segala perbuatan yang terpuji. Contoh : taubat, beriman, bertaqwa, bersyukur, tawakkal, sabar, berbuat baik, berbakti, jujur, rendah hati, memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan 2. Akhlak Mazmumah = segala perbuatan yang tercela Contoh : takabur, riya, dengki, iri, ghibah, berdusta, durhaka. C. Akhlak Kepada Allah SWT dan Rasul SAW (Skor 2) 1. Akhlak Kepada Allah SWT Yaitu sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai khaliq. Contoh akhlak terpuji : menaati segala perintah-Nya, beribadah kepada Allah, berzikir, berdo’a, tawakal (berserah diri), tawaduk (rendah hati) untuk Allah, ridho terhadap ketentuan Allah SWT. Contoh akhlak tercela : musyrik, murtad, munafik. 2. Akhlak Kepada Rasul SAW Yaitu sikap atau perbuatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Rasul. Contoh : menghidupkan sunnah, bersholawat, taat, mencintai Rasul dan keluarganya. D. Akhlak Kepada Manusia (Skor 2) 1. Akhlak kepada diri sendiri = menjaga harga diri, menjaga makanan dan minuman dari hal- hal yang diharamkan, menjaga kehormatan diri sendiri, berani, bijaksana. 2. Akhlak kepada keluarga = berbakti kepada keduanya, tidak membantah perkataannya, selalu mengerjakan apa yang disuruh. 3. Akhlak kepada orang lain = husnudzon, tolong menolong (ta’awun), saling menghargai (tasammu). E. Akhlak Kepada Alam Sekitar (Skor 2) Contohnya : memelihara dan menjaga alam agar tetap bersih dan sehat, tidak merusak alam. SEJARAH EKONOMI ISLAM
A. Sejarah Ekonomi Islam di Masa Rasul (Skor 2)
Pemikiran ekonomi Islam muncul bersamaan dengan diturunkannya Al Qur’an dan masa kehidupan Rasulullah pada akhir abad 6 M hingga awal abad 7 M. Pemikiran islam diawali sejak Nabi Muhammad SAW dipilih sebagai Rasul. Rasulullah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah hukum, politik, dan juga masalah perniagaan atau ekonomi. Adapun perkembangan pemikiran pada masa-masa tersebut adalah: 1. Rasulullah SAW mengubah sistem ekonomi dan keuangan negara sesuai dengan ketentuan Al Qur’an. Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi yang dijelaskan Al Qur‟an adalah sebagai berikut: Allah SWT adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh alam semesta. Manusia hanyalah khalifah Allah SWT di muka bumi, bukan pemilik yang sebenarnya. Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah SWT. Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus dihilangkan. Menerapkan sistem warisan sebagai media re-distribusi kekayaan. Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk orang-orang miskin. 2. Kebijakan fiskal pada masa Rasulullah SAW Memfungsikan Baitul Maal = kebendaharaan negara Peningkatan pendapatan Nasional dan Kesempatan Kerja = mempekerjakan kaum Muhajirin dan Anshor (bertani) Kebijakan Pajak Kebijakan Fiskal Berimbang = hanya mengalami sekali defisit neraca Anggaran Belanja Kebijakan Fiskal Khusus = memberikan pijaman kepada orang-orang tertentu yang baru masuk Islam serta menerapkan kebijakan insentif. Kebijakan Pemasukan dari Muslim = zakat, ushr (bea impor), wakaf, amwal fadhla (harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris), nawaib (pajak besar), zakat fitrah, khums (karun), kafarat (denda) Kebijakan Pemasukan dari nonmuslim = jizyah (pajak), kharaj (pajak tanah), ushr. Kebijakan Pengeluaran Pemerintahan Islam = penyebaran islam, pendidikan dan kebudayaan, pembangunan infrastruktur, penyediaan layanan kesejahteraan. B. Sejarah Ekonomi Islam di Masa Khulafa al-Rasyidin (Skor 2) 1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/632-635 M) Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq terpilih sebagai khalifah Islam yang pertama. Abu Bakar Ash-Shiddiq banyak menghadapi persoalan dalam negeri yang berasal dari kelompok yang murtad, nabi palsu, dan pembangkang zakat. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Abu Bakar r.a dalam menyempurnakan ekonomi islam: a. Melakukan penegakkan hokum terhadap pihak yang tidak mau membayar zakat b. Pengembangan Baitul Mal (prinsip yang diterapkan kesamarataan = memberi jumlah yang sama kepada semua sahabat Rasul) 2. Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M) Masa kepemimpinan Umar bin Khattab berlangsung selama sepuluh tahun. Dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi Negara, Umar bin Khattab tidak menghabiskan seluruh harta Baitul Mal sekaligus, tetapi dikeluarkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan yang ada. Prinsip yang diterapkan Khalifah Umar bin Khattab dalam mendistribusikan harta Baitul Mal adalah prinsip keutamaan. Pemerintahan Umar merupakan abad keemasan dalam sejarah Islam. Namun, terdapat konflik terkait kebijakannya yang membawa dampak negatif terhadap strata sosial dan kehidupan masyarakat. Khalifah Umar bin Khattab pun bertekad akan mengubah kebijakannya tersebut apabila masih diberi kesempatan hidup. Akan tetapi, sebelum rencana tersebut direalisasikan, Khalifah Umar bin Khattab tewas terbunuh. 3. Utsman bin Affan (23-35 H/644-656 M) Selama kepemimpinannya, Utsman bin Affan tidak melakukan inovasi dan hanya meneruskan kebijakan-kebijakan dari Khalifah pendahulunya. Dalam pendistribusian harta Baitul Mal, diterapkan prinsip keutamaan seperti halnya Umar bin Khatab. Ia juga menerapkan kebijakan berupa membagi-bagikan tanah Negara kepada individu untuk reklamasi dan kontribusi kepada Baitul Mal. Utsman bin Affan membawa banyak keberhasilan dalam masa awal pemerintahannya, namun dalam masa enam tahun terakhir kepemimpinannya justru membawa banyak kekecewaan bagi kaum muslimin, sebaliknya justru banyak membawa keberuntungan bagi semua keluarganya yang banyak terjadi pejabat yang korup, sehingga pada masa akhir pemerintahan ini banyak diwarnai kekacauan politik yang berakhir dengan kematian khalifah itu sendiri. 4. Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M) Setelah diangkat menjadi Khalifah, Ali bin Abi Thalib mengambil beberapa tindakan seperti memberhentikan para pejabat yang korup, membuka kembali lahan perkebunan, dan mendistribusikan pendapatan pajak tahunan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Umar bin Khattab. Sejak awal pemerintahannya, Ali selalu mendapatkan perlawanan dari kelompok yang bermusuhan dengannya. Langkah penting yang dilakukan Khalifah Ali bin Abi Thalib pada masa pemerintahannya adalah pencetakan mata uang koin atas nama Negara Islam. Pemerintahan Ali berakhir dengan terbunuhnya beliau di tangan Ibnu Muljam dari kelompok Khawarij yang memberontak. C. Sejarah Ekonomi Islam di Masa Dinasti Umayyah (Skor 2) Perkembangan ekonomi pada masa Dinasti Bani Umayyah sudah mulai meningkat dibanding dengan masa sebelumnya. Peningkatan perekonomian yang pada gilirannya akan membawa kemakmuran pada dinasti ini, pada dasarnya tidak terlepas dari kebijaksanaan- kebijaksanaan yang diterapkan para khalifah, disamping partisipasi dan dukungan masyarakat terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut. Peradaban Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam berbagai bidang pengetahuan agama, arsitektur, sains dan teknologi dan lain-lain khususnya ekonomi. Kemunduran dinasti-dinasti ini dikarenakan ada banyak sebab. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kemajuan daulah Umayyah, secara garis besar yaitu pada bidang perdagangan, bidang Pertanian dan industri, Reformasi fiskal dan Pembuatan mata uang. Sedangkan faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Daulah Umayyah adalah system pemerintahan yang turun temurun, gaya hidup mereka yang bermewah- mewahan, terjadinya peperangan yang sangat panjang sehingga menyebabkan krisis ekonomi. D. Sejarah Ekonomi Islam di Masa Dinasti Abbasiyah (Skor 2) Pemikiran ekonomi pada masa Dinasti Abbasiyah tercermin dalam dua aspek utama, yakni pranata ekonomi dan pemikiran ekonomi. Ada beberapa pranata ekonomi yang muncul dan berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah, diantaranya pertanian, perdagangan, dan industri. Pranata pertanian dan perdagangan sebenarnya merupakan pranata ekonomi lanjutan yang sudah tumbuh dan berkembang sejak masa-masa sebelumnya. Pranata ekonomi utama dan mulai berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah adalah pranata industri. Selain pranata ekonomi, pada masa Dinasti Abbasiyah muncul pula pemikir dan pemikiran tentang ekonomi. Diantara pemikir yang muncul dan paling popular adalaha Abus Yusuf, Muhamaad al-Hasan al-Syaibani, Yahya bin Umar, Abu Ubaid, al-Mawardi dan al-Ghazali. Kemajuan khilafah Abbasiyah berlangsung dari 750-850 M. Setelah masa itu, kelemahan dan kemunduran mulai dialami, akhirnya kelemahan demi kelemahan yang di alami Abbasiyah menemui riwayat akhirnya setelah terjadi serbuan bangsa Mongol yang mengakhiri kekuasaan Abbasiyah pada tahun 1258 M E. Sejarah Ekonomi Islam di Masa Turki Utsmani dan Modern (Skor 2) Kerajaan ini didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz (ughu) yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Cina, yang kemudian pindah ke Turki, Persia dan Irak. Turki Ustmani lebih memperhatikan kemajuan bidang politik dan militer. Dengan demikian kondisi ekonomi dan keuangan turut memberikan andil bagi perkembangan lslam di kerajaan Turki Ustmani. Pada masa puncak kemajuannya, semua daerah dan kota penting yang menjadi pusat perdagangan dan perekonomian jatuh ketangannya. Kemunduran Turki pada abad ke XVII terjadi karena kemerosotan kondisi sosial-ekonomi dengan 3 sebab: ledakan jumlah penduduk, lemahnya Perekonomian dalam Negeri, dan munculnya Kekuatan Eropa.