Anda di halaman 1dari 23

AZIZAH ALHAMDY – 1188020037

UJIAN KOMPREHENSIF

MATERI ILMU KEISLAMAN

TAUHID

A. Pengertian dan Fungsi (Skor 2)


Tauhid berasal dari kata ahad dan wahid yang keduanya merupakan nama Allah SWT yang
menunjukkan keesaan-Nya. Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan
bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal, satu. Secara istilah syar’i, makna Tauhid adalah
menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala
kekhususannya.
Fungsi tauhid:
1. Membentuk sikap dan perilaku dengan meneladani segala kesempurnaan Allah SWT
melalui petunjuk Nabi Muhammad SAW.
2. Membimbing manusia ke jalan yang benar.
3. Memberi rasa ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan
kemusyrikan.
B. Rukun Iman dan Rukun Islam (Skor 2)
1. Rukun Iman
Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan yang artinya
beriman atau percaya. Pengertian iman secara istilah ialah kepercayaan yang meresap ke
dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak (ragu), serta memberi pengaruh
bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.
a. Iman kepada Allah
Jadi iman kepada Allah adalah mempercayai adanya Allah SWT beserta seluruh ke-
Agungan Allah dengan bukti-bukti yang nyata kita lihat. Cara mengimaninya yaitu
dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar, maksudnya melakukan segala perintah serta
menjauhi larangan yang menghantar ke jurang kesesatan.
b. Iman kepada Para Malaikat
Iman kepada Para Malaikat adalah percaya bahwa malaikat adalah makhluk ciptaan
Allah yang tidak pernah membangkang perintah-Nya, juga makhluk gaib yang
menjadi perantara-perantara Allah dengan Para Rasul. Cara mengimaninya dengan
meniru sifat baik dari malaikat yang selalu taat kepada Allah SWT.
c. Iman kepada Kitab
Yang dimaksud dengan iman kepada kitab-kitab Allah adalah membenarkan bahwa
kitab-kitab tersebut telah diturunkan oleh Allah. Dan kita tahu kitab-kitab yang
diturunkan kepada Rasul itu ada empat yaitu kitab Taurat = Nabi Musa, Injil = Nabi
Isa, Zabur = Nabi Daud dan Al-Qur’an = Nabi Muhammad SAW. Cara mengimaninya
dengan selalu membaca, menghafal, bahkan mengamalkan apa yang telah terkandung
dalam Alquran dalam kehidupan agar tidak tersesat.
d. Iman kepada Para Rasul
Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah SWT telah mengutus para
Rasul kepada manusia untuk memberi petunjuk kepada manusia, dan Nabi yang wajib
kita percayai itu ada dua puluh lima. Cara mengimaninya rajin membaca sholawat nabi
setiap hari, menjalankan sunnah dari Rasulullah yang telah diajarkan, dan meniru sifat
baik para 25 rasul yang telah Allah pilih.
e. Iman kepada Hari Akhir
Iman kepada hari kiamat adalah percaya dan meyakini bahwa seluruh alam termasuk
dunia dan seisinya akan mengalami kehancuran. Hari akhir ditandai dengan ditiupnya
terompet Malaikat Israfil.Cara mengimaninya dengan percaya bahwa tanda-tanda
kiamat yang ada dalam Al-Qur’an itu benar adanya.
f. Iman kepada Taqdir (Qadha dan Qadhar)
Iman kepada qadha dan qadar yaitu percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT
telah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada mahluknya. Setiap manusia,
telah diciptakan dengan ketentuan-ketentuan dan telah di atur nasibnya sejak zaman
azali. Cara mengimaninya selalu berprasangka baik kepada Allah SWT dan pandai
bersyukur baik saat mendapat musibah maupun mendapat kebahagian.
2. Rukun Islam
Rukun artinya tiang atau bagian yang pokok. Rukun Islam adalah lima tindakan dasar
dalam Islam yang menjadi syarat untuk menjadi muslim yang sempurna.
a. Syahadat
Makna syahadat adalah mengetahui dan meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
Nabi Muhammad utusan Allah kepada seluruh manusia. Bermakna diucapkan dengan
lisan, dibenarkan dengan hati, dan diamalkan dengan perbuatan.
b. Shalat
Menjadi sarana interaksi antara Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajad
dan berdoa kepadaNya.
c. Zakat
 Zakat fitrah, adalah menurut bahasa artinya membersihkan diri atau jiwa,
sedangkan menurut istilah adalah mengeluarkan harta yang berupa makanan pokok
yang mengenyangkan, untuk diberikan kepada yang berhak menerima, sebesar
2,5kg atau 3,1liter per jiwa
 Zakat mal menurut bahasa bagi membersihkan harta, sedang menurut istilah adalah
mengeluarkan sebagian harta untuk membersihkan kumpulan harta itu dari hak
orang lain dan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya.
d. Puasa
Puasa adalah menahan dari makan, minum, dan ijma (mendatangi istri) hingga
terbenamnya matahari.
e. Haji
Secara istilah syarak atau hukum, haji berarti sengaja mengunjungi ka’bah atau
baitullah di makah untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
C. Jenis-jenis Tauhid (Skor 2)
1. Tauhid Rububiyah
Yaitu meng-Esakan Allah sebagai satu-satunya pencipta dan pengatur segala hal yang ada
di dunia maupun di akhirat serta yakin bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak
disembah.
2. Tauhid Uluhiyyah
Yaitu meng-Esakan Allah dalam ibadah dan ketaatan, seperti sholat, puasa, zakat, haji,
dan lain-lain guna mendapatkan ridha Allah.
3. Tauhid Asma Wa Sifat
Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya sebagaimana yang
diterangkan dalam Al-Qur’an dan sunah Rasul-Nya menurut apa yang pantas bagi Allah,
tanpa tanwil dan ta’thil (menghilangkan makna atau sifat Allah), tanpa takyif
(mempersoalkan hakikat asma dan sifat dengan bertanya ‘bagaimana?’), dan tamtsil
(menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya).
D. Toleransi Beragama, Tujuan, dan Contoh (Skor 2)
Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi
berarti tenggang rasa. Secara istilah, toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati
perbedaan antarsesama manusia.
Tujuan toleransi beragama: menghindari perpecahan, mempererat hubungan antar umat
beragama, meningkatkan ketaqwaan
Contoh toleransi beragama:
a. Tidak menertawakan cara beribadah umat lain yang cara beribadahnya tentu sangat
berbeda dengan kita.
b. Tidak mencela aturan agama satu sama lain.
c. Tidak menghina serta tidak membanding-bandingkan bahwa agama yang dianut adalah
agama yang paling benar dan baik.
E. Moderasi Beragama (Skor 2)
Secara bahasa moderasi berasal dari bahasa inggris moderation yang memiliki arti sikap
sedang, sikap tidak berlebih-lebihan. Moderasi beragama adalah adil dan berimbang dalam
memandang, menyikapi, dan mempraktikan semua konsep yang berpasangan.
Mengapa perlu bermoderasi beragama? Moderasi beragama adalah cara pandang atau
sikap dan praktik beragama yang mengamalkan esensi ajaran-ajaran agama yang hakikatnya
mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan menebarkan kemaslahatan bersama. Ini
berprinsipkan keadilan dan keseimbangan serta mentaati kesepakatan berbangsa yang
dikukuhkan konstitusi. Moderasi agama diperlukan agar cara pandang, sikap keagamaan kita
bersifat moderat, tidak melebih-lebihkan, tidak melampaui batas, tidak ekstrem. Jadi yang
dimoderasi bukanlah agama, tapi cara kita berislam.
Contoh moderasi agama : sekarang ini para pemimpin dari kalangan non muslim dapat
menjadi pejabat publik. Tidak ada seorang pun yang menghalangi untuk menjadi apa saja.
Kalau kita lihat lebih dalam lagi, maka tidak ada dalam konstitusi negara misalnya seorang
presiden dan wakil presiden itu harus muslim. Non muslim pun mempunyai hak yang sama
untuk dipilih. Beberapa contoh konkret tersebut menunjukkan beberapa perwujudan sikap
moderasi beragama yang sangat penting dari umat Islam sebagai warga negara yang terbesar
di Indonesia.

AL-QUR’AN

A. Pengertian dan Fungsi (Skor 2)


1. Pengertian
Secara bahasa diambil dari kata qara’a, yakra’u, qira’atan, qur’anan yang berarti
sesuatu yang dibaca. Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan
yang sempurna. Sedangkan menurut terminologi, Al-Qur’an artinya firman atau kalam
Allah SWT yang diturunkan hanya kepada Nabi Muhammad SAW sebagai sebuah
mukjizat untuk kemudian disampaikan dengan jalan mutawattir (berturut-turut) dengan
perantaraan malaikat Jibril. Al-Quran diturunkan seluruhnya dalam bahasa arab dan
dituliskan dengan aksara arab (hijaiyah). Al-Quran terdiri atas 30 juz, 114 surat, 6.236
ayat, dan 77.845 kata.
2. Nama lain dari Al-Qur’an
a. Al-Qur’an = bacaan
b. Al-Kitab = Kitabullah = Kitab Suci Allah SWT
c. Al-Furqan = pembeda = suatu pembeda bagi mana yang haq dan yang bathil atau
mana yang baik dan yang buruk
d. Adz-Zikr = pemberi peringatan
e. At-Tanzil = diturunkan
3. Fungsi Al-Quran
a. Sebagai petunjuk jalan yang lurus
b. Merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW
c. Merupakan penyempurna bagi kitab-kitab Allah yang telah turun sebelumnya
B. Jenis Surat dan Ayat (Skor 2)
1. Pengertian
Surat Makkiyah surat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun
turunya di luar kota Makkah. Sedangkan surat Madaniyah ialah surat yang diturunkan
sesudah Rasulullah hijrah, meskipun turunya di Makkah. Jumlah surat Madaniyah di
dalam Al-Qur’an menurut para ulama’ ada 20 surat. Sedangkan yang masih
diperselisihkan para ulama’ ada 12 surat. Surat Makkiyah ada 82 surat.
2. Ciri-Ciri
Ciri-Ciri Surat Makkiyah:
a. Terdapat kata “kalla” di sebagian besar atau seluruh ayatnya.
b. Terdapat sujud tilawah di sebagian atau seluruh ayat-ayatnya.
c. Diawali huruf tahajji seperti qaf, nun, dan ha mim
d. Memuat kisah Adam dan iblis (kecuali surat al-Baqarah).
e. Memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu.
f. Di dalamnya terdapat khithab (seruan) kepada semua manusia (wahai semua
manusia).
g. Menyeru dengan kalimat “Anak Adam”.
h. Isinya memberi penekanan pada masalah akidah.
i. Ayatnya pendek-pendek.
Ciri-Ciri Surat Madaniyah:
a. Terdapat kalimat “orang-orang yang beriman” pada ayat-ayatnya.
b. Terdapat hukum-hukum faraidh, hudud, qishash dan jihad di dalamnya.
c. Menyebut “orang-orang munafik” (kecuali Al-Ankabut).
d. Membuat bantahan terhadap Ahlu Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani).
e. Memuat hukum syara’, seperti ibadah, mu’amalah dan al-ahwal dan al-syakhshiyah.
f. Ayatnya panjang-panjang.
Ada suatu hal yang perlu diingat, bahwa surat Makkiyah maupun surat Madaniyah
tidak selalu bermuatan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah. Bisa jadi di dalam surat yang
diklarifikasikan Makkiyah terdapat ayat-ayat Madaniyah.
C. Asbab An-Nuzul (Skor 2)
Asbab an-nuzul berasal dari kata “asbab” dan “nuzul”. Asbab dapat berarti sesuatu yang
menyampaikan kepada sesuatu yang lain, sedangkan an-Nuzul berarti menempati tempat
mereka. Secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi
turunnya Al-Qur’an.
Asbab an-nuzul ialah sesuatu yang karena sesuatu itu menyebabkan satu atau beberapa ayat
Al-Qur’an diturunkan yang berbicara tentangnya atau menjelaskan hukumnya disaat sesuatu
itu terjadi. Yang dimaksud dengan sesuatu itu sendiri ada kalanya berbentuk kejadian atau
pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah SAW.
Az-Zarqaniy mengatakan bahwa tidak semua ayat atau beberapa ayat mempunyai asbab
an-Nuzul. Syaikh al-Ja`bari juga mengatakan bahwa al-Qur`an diturunkan dalam dua bagian.
Bagian pertama, al-Qur`an diturunkan secara ibtida` (tidak terikat dengan sabab nuzul) dan
bagian kedua, al-Quran diturunkan berdasarkan peristiwa dan pertanyaan (yang merupakan
sabab nuzul).
Fungsi asbab an-nuzul:
1. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas pensyariatan hukum.
2. Memastikan makna ayat Al-Qur`an dan menghilangkan kerancuan maknanya.
3. Menghilangkan kerancuan dari pembatasan hukum (daf`u tawahhum al-Hashr).
4. Memudahkan untuk menghafal, memahami dan memantapkan wahyu dalam benak setiap
orang yang mendengarnya.
D. Metode Tafsir Al-Qur’an (Skor 5)
1. Metode Tahlili (Analitis)
Yaitu metode tafsir yang ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai tata urutan mushaf
Utsmani dengan penjelasan yang cukup terperinci. Menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-
Qur’an dari keseluruhan aspeknya, seperti aspek asbab nuzul dan lain sebagainya.
2. Metode Ijmali (Global)
Yaitu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan
makna yang bersifat global dengan menggunakan bahasa yang ringkas sehingga mudah
dipahami.
3. Metode Muqaran (Komparatif/Membandingkan)
Yaitu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan membandingkan ayat
al-Qur’an dengan Hadis, atau pendapat satu tokoh mufassir dengan mufassir lain dalam
satu atau beberapa ayat yang ditafsirkan, atau membandingkan Al-Qur’an dengan kitab
suci lain. Metode ini lebih bertujuan untuk menganalisis persamaan dan perbedaan dalam
penafsiran Al-Qur’an, daripada menganalisis kandungannya.
4. Metode Maudhu’i (Tematik)
Yaitu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan mengambil suatu tema
tertentu. Kemudian mengumpulkan ayat-ayat yang terkait dengan tema tersebut, lalu
dijelaskan satu persatu dari sisi penafsirannya, dihubungkan antara satu dengan yang lain
sehingga membentuk suatu gagasan yang utuh dan komprehensif mengenai pandangan
Al-Qur’an terhadap suatu tema yang dikaji.
E. Menghafal dan Menulis Ayat Al-Qur’an (Skor 10)
AL-HADITS

A. Pengertian dan Fungsi (Skor 2)


Secara etimologi, hadis adalah kata benda (isim) dari kata al-Tahdis yang berarti pembicaraan.
Menurut bahasa hadits memiliki beberapa arti yaitu:
 Jadid = baru, lawannya qadim = terdahulu
 Qarib = dekat, lawannya ba’id = jauh
 Khabar = sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.
Hadits adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan
(qauly), perbuatan (fi’ly), maupun ketetapan (taqriry).
 Hadits Qauly = perkataan = Sabda Nabi Muhammad SAW
 Hadits Fi’ly = perbuatan = shalatnya beliau, haji
 Hadits Taqriry = ketetapan = perbuatan dan perkataan para sahabat yang disetujui oleh
Nabi.
Sinonim Hadits
1. Sunnah = segala yang diperintahkan, dilarang, dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad
Saw, baik berupa perkatan maupun perbuatan dan merupakan kebiasaan yang dilakukan
berulang kali.
2. Khabar = sesuatu yang datang dari selain Nabi (segala sesuatu yang berasal dari nabi dan
yang lainnya)
3. Atsar = segala sesuatu yang disandarkan kepada shahabat dan tabi’in baik berupa
perkataan ataupun perbuatan.
Fungsi Hadits
1. Bayan Taqrir
Yaitu adalah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al-
Qur’an. Fungsi hadits dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al- Qur’an.
2. Bayan at-Tafsir
Yaitu memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang masih mujmal
(samar), memberi persyaratan ayat-ayat yang masih mutlak, dan memberi penentuan
khusus ayat-ayat yang masih umum.
3. Bayan at-Tasyri
Yaitu mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak didapati dalam Al-Qur’an.
4. Bayan An-Nasakh
Yaitu adanya dalil syara’ (yang dapat menghapus ketentuan yang telah ada) karena
datangnya dalil berikutnya.
B. Jenis-jenis Hadits dari Segi Kuantitas (Skor 5)
1. Mutawatir
Secara etimologis (bahasa) mutawatir berarti terus-menerus atau bersambung. Hadits
mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang banyak dalam setiap
thabaqahnya yang menurut akal rawi-rawi tersebut mustahil bersepakat untuk melakukan
kebohongan. Hadits mutawatir termasuk hadits yang Qath’i al Tsubut sehingga harus
dipercayai dan diyakini kebenarannya tanpa harus meneliti keadaan para rawinya.
Mengingkarinya adalah kafir.
Syarat:
a. Diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang banyak dalam setiap thabaqahnya
b. Jumlah rawi yang banyak tersebut didapati dalam setiap thabaqah.
c. Rawi tersebut menurut akal mustahil berdusta
d. Berita yang mereka riwayatkan dihasilkan dari indera yang mereka miliki. Seperti
menggunakan kata kata ‘aku melihat’, ‘aku mendengar’.
Pembagian Hadits Mutawatir
a. Mutawatir Lafdzi yaitu hadits yang lafadz dan maknanya mutawatir, artinya lafadz
dan makna hadits tersebut asli dari rasul yang diriwayatkan oleh rawi yang banyak
disetiap thabaqahnya.
b. Mutawatir Maknawi yaitu yang maknanya saja yang mutawatir sementara lafadznya
tidak seperti hadits tentang Rasul mengangkat tangan ketika berdo’a, dimana
setidaknya ada seratus hadits-hadits yang menyatakan bahwa ketika berdo’a Rasul
mengangkat tangannya tetapi hadits tersebut berbeda-beda.
2. Ahad
Hadits ahad berarti yang diriwayatkan oleh seorang rawi. Menurut istilah definisi
ahad adalah hadits yang didalamnya tidak dipenuhi syarat-sayarat hadits mutawatir.
Mengamalkan hadits ahad adalah wajib dan mengingkarinya adalah kufur.
Pembagian Hadits Ahad
a. Hadits Masyhur = Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih dalam setiap
thabaqahnya tetapi jumlah tersebut tidak sampai pada jumlah rawi hadits mutawatir
b. Hadits Aziz = Hadits yang perawi dalam tiap thabaqah sanadnya tidak kurang dari
dua orang
c. Hadits Gharib = Hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dalam tiap thabaqah
sanadnya.
C. Jenis-jenis Hadits dari Segi Kualitasnya (Skor 5)
1. Shahih
Menurut bahasa berarti hadits yang sah atau sehat, lawannya yaitu saqim (sakit). Secara
terminologis, Ibn Hajar al Asqalani mendefinisikannya yaitu “Hadits yang diriwayatkan
oleh orang adil, sempurna kedhabitannya, bersambung sanadnya, tidak ber’illat.”
Syarat hadits shahih:
a. Diriwayatakan oleh para perawi yang adil.
b. Kedhabitan para perawinya harus sempurna.
c. Antara satu sanad dengan sanad lainnya harus bersambung
d. Tidak mengandung cacat atau ‘illat.
e. Matannya tidak janggal atau syad.
Pembagian hadits shahih
a. Shahih Lidzatihi = hadits yang memenuhi lima syarta kriteria, contoh: Bukhari
Muslim
b. Shahih Lighairihi = hadits yang keshahihannya dibantu oleh adanya keterangan lain,
atau tidak memenuhi syarat secara maksimal.
2. Hasan
Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kurang kuat hapalannya, bersambung
sanadnya, tidak mengandung ‘illat dan tidak syadz.
Persyaratan Hadis Hasan
a. Para perawi-nya adil.
b. Ke-dhabit-an perawi-nya dibawah perawi hadits shahih.
c. Sanad-sanadnya bersambung.
d. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz
e. Tidak mengandung ‘illat.
Pembagian Hadis Hasan
a. Hasan li dzatih = yakni hadits yang telah memenuhi persyaratan hadits hasan
b. Hasan li ghairih = hadits yang awalnya hadits dhoif tetapi ada yang menguatkan.
3. Dhoif
Dhoif secara bahasa berarti yang lemah, yang sakit atau yang tidak kuat. Secara istilah
adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits Shahih atau
hadits Hasan.
Pembagian Hadis Dhaif
a. Dhaif disebabkan adanya kekurangan pada rawinya baik tentang keadilan maupun
hafalannya
 Hadis Maudlu’ = hadis yang dibuat dan diciptakan oleh seseorang yang kemudian
disandarkan kepada Rasulullah secara palsu dan dusta.
 Hadits Matruk = hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja dan
perawi itu dituduh berdusta.
 Hadits Munkar = hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah
yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya/
jujur.
 Hadits Mu’allal = hadits yang dinilai sakit atau cacat
 Hadits Maqlub = hadits yang terbalik
 Hadis Muharraf = hadits yang terjadi perubahan huruf dan syakalnya.
 Hadis Mushahhaf = hadits yang sudah berubah titik kata.
 Hadits Mubham = hadits yang perowinya tidak diketahui identitasnya.
 Hadits Mudraj = hadits yang mengalami penambahan isi oleh perawinya
 Hadits Syadz = Hadits yang jarang.
b. Dlaif disebabkan sanadnya tidak bersambung
 Hadis Mu’allaq = hadis yang digugurkan sanad pertama (guru mukhorrij).
 Hadis Mursal = hadis yang digugurkan sanad terakhir (sahabat) atau nama sahabat
tidak disebut.
 Hadis Mu’dlal = hadis yang digugurkan itu dua orang rawi atau lebih berturut-
turut.
 Hadis Munqathi’ = hadis yang digugurkan 2 orang perowi atau lebih dan tidak
berturut-turut.
 Hadits Mudallas = hadits yang disembunyikan cacatnya. Hadis mudallas terbagi
menjadi 2, yaitu : Tadlis Isnad dan Tadlis Syuyukh..
c. Dha’if dari sudut sandaran matan-nya
 Hadis Mauquf = hadis yang matanya disandarkan kepada sahabat.
 Hadis Maqthu’ = hadis yang matannya disandarkan kepada tabi’in.
D. Menghafal dan Menulis Hadits (Skor 10)

SYARIAH, FIQH, DAN USHUL FIQH

A. Pengertian dan Fungsi (Skor 2)


1. Syari’ah
Kata syari’ah berasal dari kata syara’a yang artinya menjelaskan. Menurut etimologi,
syari’ah berarti atau jalan. Sedangkan menurut terminologi yaitu suatu pedoman hidup
dan ketetapan hukum yang digariskan oleh Allah SWT yang wajib ditaati.
Fungsi syari’ah adalah sebagai jalan atau jembatan untuk semua manusia dalam
berpijak dan berpedoman. Dengan kata lain, fungsinya itu membantu manusia memiliki
hablum minAllah atau hubungan kepada Pencipta dan hablum minannas atau hubungan
kepada sesamanya, dengan sebaik mungkin.
2. Fiqh
Menurut bahasa berarti mengerti atau paham. Menurut Al- Imam Muhammad Abu
Zahro’, Fiqih adalah ilmu yang berkaitan dengan hukum-hukum syara’ amaliyah dari
dalil-dalilnya yang terperinci. Fungsi dari fiqh yaitu untuk memberi pemahaman kepada
umat muslim agar dapat memahami, mengerti, dan melaksanakan pokok-pokok syariat
islam dan tata cara pelaksanaannya agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ushul Fiqh
Secara etimologi ushul fiqh terdiri dari dua kata yaitu ushul dan fikih. Kata ushul
menurut bahasa berarti sesuatu yang dijadikan dasar bagi yang lain, sehingga ushul fiqhi
berarti suatu yang dijadikan dasar bagi fiqh (asal usul fiqh). Menurut Abu Zahrah ushul
fiqh adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang menggariskan jalan untuk memperoleh
hukum syara’ yang bersifat amaliyah dari dalil-dalil.
Ushul Fiqih berfungsi sebagai sebuah metodologi dalam rangka memahami al
Qur’an dan Sunnah dengan benar. Di samping itu, Ilmu Ushul Fiqih juga berfungsi untuk
meluruskan kekeliruan dalam memahami nash-nash wahyu Al-Qur’an dan Sunnah.
4. Perbedaan Syariah dan Fiqh
Syariah Fiqh
Berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah Berasal dari pemahaman manusia yang
Bersifat fundamental memenuhi syarat-syarat berijtihad tentang
Ruang lingkup luas syariat.
Hukumnya hanya satu Bersifat instrumental
Ruang lingkup terbatas
Hukumnya dapat berubah

B. Jenis-jenis Fiqh (Skor 2)


Mampu menjelaskan fiqh ibadah dan muamalah (luas dan sempit)
1. Fiqh Ibadah
Secara Etimologi Ibadah adalah menyembah atau mengabdi kepada Allah SWT. Secara
Terminologi ibadah adalah puncak ketaatan dan ketundukan yang di dalamnya terdapat
unsur cinta yang tulus dan sungguh-sungguh yang memiliki urgensi yang agung dalam
Islam dan agama karena ibadah tanpa unsur cinta bukanlah ibadah yang sebenar-benarnya.
Ruang Lingkup Fiqh Ibadah
a. Thaharah
Secara bahasa artinya kebersihan atau bersuci. Menurut istilah ialah suatu kegiatan
bersuci dari hadats maupun najis sehingga seorang diperbolehkan untuk mengerjakan
suatu ibadah.
 Najis
 Najis mukhaffafah = najis ringan = air kencingnya bayi yang berumur <2
tahun
 Najis mutawassithah = najis sedang = darah, nanah, kotoran atau air kencing,
muntah, bangkai binatang, air susu atau air mani binatang yang tidak halal
dimakan.
 Najis mughalladhah = najis berat = anjing, babi
 Hadats = hadats kecil, hadats besar. Membersihkannya wudhu mandi tayamum
b. Shalat
Shalat menurut bahasa Arab adalah do’a kemudian menurut istilah syara’ adalah
ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
 Syarat wajib shalat : Islam, berakal, baligh, suci dari haid dan nifas, telah
mendengar ajakan dakwah Islam.
 Syarat sah shalat : Suci dari hadats dan najis, Menutup aurat, Menghadap kiblat,
Mengerti kefardhuan shalat, Tidak meyakini salah satu fardhu dari beberapa
fardhu shalat sebagai suatu sunnah, Menjauhi hal-hal yang membatalkan shalat
 Rukun Shalat (17) : Niat, takbirotul ihram, berdiri bagi yang mampu, membaca
al fatihah, ruku’, tumaninah ruku, I’tidal, tumaninah, sujud, tumaninah, duduk
diantara dua sujud, tumaninah, tasyahud akhir, duduk di waktu tasyahud,
sholawat, salam, tertib.
c. Zakat
Zakat ialah kewajiban seorang muslim untuk mengeluarkan nilai bersih dari
kekayaannya yang tidak melebihi satu nisab, diberikan kepada mustahik dengan
beberapa syarat yang telah ditentukan. Mustahiq zakat : fakir miskin, amil zakat,
fiisabilillah. Jenis zakat : hewan ternak, emas perak, perdagangan, hasil tani, barang
tambang, profesi.
d. Puasa
Puasa berarti menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai
terbenam matahari. Syarat wajib : islam, baligh, berakal, mampu berpuasa.
Macam-macam puasa = Puasa wajib (ramadhan, qodho), kifarat, puasa yang
diharamkan (hari raya, hari tasyrik), puasa makruh (puasa hari jumat saja/sabtu saja),
puasa sunnah (senin kamis, asyuro, syawal)
e. Haji
Haji adalah pergi menuju Baitul Haram untuk menunaikan aktivitas tertentu pada
waktu tertentu.
2. Fiqh Muamalah
Fiqih muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah SWT, yang ditujukan untuk
mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan
urusan duniawi dan social kemasyarakatan.
Pembagian Muamalah
a. al-Muamalah al-Madiyah
Yaitu yang berkaitan dengan materi seperti jual beli barang dan jasa maupun jual beli
di pasar modal yang merupakan pertukaran harta benda dan kemanfaatan antara
manusia melalui akad atau transaksi. Macam-macam = jual beli (al-Bai’), gadai (al-
Rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah dan dhaman), perseroan atau perkongsian
(al-Syirkah), perseroan harta dan tenaga (al-Mudharabah), sewa menyewa (al-Ijarah),
barang titipan (al-Wadhi’ah), garapan tanah (al-Muzara’ah), sewa menyewa tanah (al-
Mukhabarah), pemberian (hibah).
b. Al-Mu’amalah Al-Adabiyah
Yaitu yang penekanannya kepada perilaku, sikap dan tindakan yang bersumber dari
lisan dan anggota badan. Misalnya jujur, benar dalam ucapan, tindakan, melakukan
kesaksian apa adanya dan benar, menjauhkan diri dari berbohong dalam ucapan, tidak
menfitnah dan tidak berburuk sangka. Macam-macam = bersikap adil, jujur, baik,
amanah.
C. Jenis-jenis Kaidah Ushul Fiqh (Skor 3)
D. Menghafal dan Menulis Kaidah Fiqh (Skor 10)

Contoh kaidah ke-3 adhororo yuzalu :


Larangan menimbun barang-barang kebutuhan pokok masyarakat karena perbuatan tersebut
mengakibatkan kemudharatan bagi rakyat.
E. Menghafal dan Menulis Kaidah Ushul Fiqh (Skor 10)

AKHLAK

A. Pengertian dan Fungsi (Skor 2)


Berdasarkan bahasa, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan seseorang. Menurut imam
Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan tindakan-
tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan. Akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri manusia dan bisa bernilai baik atau bernilai buruk.
Fungsi Akhlak = Membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt, suka tolong
menolong, jujur, adil dan berani, tabah dan percaya pada diri sendiri, sopan santun
B. Jenis-jenis Akhlak (Skor 2)
1. Akhlak Mahmudah (Karimah) = segala perbuatan yang terpuji.
Contoh : taubat, beriman, bertaqwa, bersyukur, tawakkal, sabar, berbuat baik, berbakti,
jujur, rendah hati, memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan
2. Akhlak Mazmumah = segala perbuatan yang tercela
Contoh : takabur, riya, dengki, iri, ghibah, berdusta, durhaka.
C. Akhlak Kepada Allah SWT dan Rasul SAW (Skor 2)
1. Akhlak Kepada Allah SWT
Yaitu sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk
kepada Allah sebagai khaliq.
Contoh akhlak terpuji : menaati segala perintah-Nya, beribadah kepada Allah, berzikir,
berdo’a, tawakal (berserah diri), tawaduk (rendah hati) untuk Allah, ridho terhadap
ketentuan Allah SWT.
Contoh akhlak tercela : musyrik, murtad, munafik.
2. Akhlak Kepada Rasul SAW
Yaitu sikap atau perbuatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Rasul.
Contoh : menghidupkan sunnah, bersholawat, taat, mencintai Rasul dan keluarganya.
D. Akhlak Kepada Manusia (Skor 2)
1. Akhlak kepada diri sendiri = menjaga harga diri, menjaga makanan dan minuman dari hal-
hal yang diharamkan, menjaga kehormatan diri sendiri, berani, bijaksana.
2. Akhlak kepada keluarga = berbakti kepada keduanya, tidak membantah perkataannya,
selalu mengerjakan apa yang disuruh.
3. Akhlak kepada orang lain = husnudzon, tolong menolong (ta’awun), saling menghargai
(tasammu).
E. Akhlak Kepada Alam Sekitar (Skor 2)
Contohnya : memelihara dan menjaga alam agar tetap bersih dan sehat, tidak merusak alam.
SEJARAH EKONOMI ISLAM

A. Sejarah Ekonomi Islam di Masa Rasul (Skor 2)


Pemikiran ekonomi Islam muncul bersamaan dengan diturunkannya Al Qur’an dan masa
kehidupan Rasulullah pada akhir abad 6 M hingga awal abad 7 M. Pemikiran islam diawali
sejak Nabi Muhammad SAW dipilih sebagai Rasul. Rasulullah mengeluarkan sejumlah
kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah hukum, politik, dan
juga masalah perniagaan atau ekonomi. Adapun perkembangan pemikiran pada masa-masa
tersebut adalah:
1. Rasulullah SAW mengubah sistem ekonomi dan keuangan negara sesuai dengan
ketentuan Al Qur’an. Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi yang dijelaskan Al Qur‟an
adalah sebagai berikut:
 Allah SWT adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh alam
semesta.
 Manusia hanyalah khalifah Allah SWT di muka bumi, bukan pemilik yang
sebenarnya.
 Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah SWT.
 Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.
 Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus dihilangkan.
 Menerapkan sistem warisan sebagai media re-distribusi kekayaan.
 Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk orang-orang miskin.
2. Kebijakan fiskal pada masa Rasulullah SAW
 Memfungsikan Baitul Maal = kebendaharaan negara
 Peningkatan pendapatan Nasional dan Kesempatan Kerja = mempekerjakan kaum
Muhajirin dan Anshor (bertani)
 Kebijakan Pajak
 Kebijakan Fiskal Berimbang = hanya mengalami sekali defisit neraca Anggaran
Belanja
 Kebijakan Fiskal Khusus = memberikan pijaman kepada orang-orang tertentu yang
baru masuk Islam serta menerapkan kebijakan insentif.
 Kebijakan Pemasukan dari Muslim = zakat, ushr (bea impor), wakaf, amwal fadhla
(harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris), nawaib (pajak besar),
zakat fitrah, khums (karun), kafarat (denda)
 Kebijakan Pemasukan dari nonmuslim = jizyah (pajak), kharaj (pajak tanah), ushr.
 Kebijakan Pengeluaran Pemerintahan Islam = penyebaran islam, pendidikan dan
kebudayaan, pembangunan infrastruktur, penyediaan layanan kesejahteraan.
B. Sejarah Ekonomi Islam di Masa Khulafa al-Rasyidin (Skor 2)
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/632-635 M)
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq terpilih sebagai
khalifah Islam yang pertama. Abu Bakar Ash-Shiddiq banyak menghadapi persoalan
dalam negeri yang berasal dari kelompok yang murtad, nabi palsu, dan pembangkang
zakat. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Abu Bakar r.a dalam menyempurnakan
ekonomi islam:
a. Melakukan penegakkan hokum terhadap pihak yang tidak mau membayar zakat
b. Pengembangan Baitul Mal (prinsip yang diterapkan kesamarataan = memberi jumlah
yang sama kepada semua sahabat Rasul)
2. Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M)
Masa kepemimpinan Umar bin Khattab berlangsung selama sepuluh tahun. Dalam
pelaksanaan kegiatan ekonomi Negara, Umar bin Khattab tidak menghabiskan seluruh
harta Baitul Mal sekaligus, tetapi dikeluarkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
yang ada. Prinsip yang diterapkan Khalifah Umar bin Khattab dalam mendistribusikan
harta Baitul Mal adalah prinsip keutamaan. Pemerintahan Umar merupakan abad
keemasan dalam sejarah Islam. Namun, terdapat konflik terkait kebijakannya yang
membawa dampak negatif terhadap strata sosial dan kehidupan masyarakat. Khalifah
Umar bin Khattab pun bertekad akan mengubah kebijakannya tersebut apabila masih
diberi kesempatan hidup. Akan tetapi, sebelum rencana tersebut direalisasikan, Khalifah
Umar bin Khattab tewas terbunuh.
3. Utsman bin Affan (23-35 H/644-656 M)
Selama kepemimpinannya, Utsman bin Affan tidak melakukan inovasi dan hanya
meneruskan kebijakan-kebijakan dari Khalifah pendahulunya. Dalam pendistribusian
harta Baitul Mal, diterapkan prinsip keutamaan seperti halnya Umar bin Khatab. Ia juga
menerapkan kebijakan berupa membagi-bagikan tanah Negara kepada individu untuk
reklamasi dan kontribusi kepada Baitul Mal. Utsman bin Affan membawa banyak
keberhasilan dalam masa awal pemerintahannya, namun dalam masa enam tahun terakhir
kepemimpinannya justru membawa banyak kekecewaan bagi kaum muslimin, sebaliknya
justru banyak membawa keberuntungan bagi semua keluarganya yang banyak terjadi
pejabat yang korup, sehingga pada masa akhir pemerintahan ini banyak diwarnai
kekacauan politik yang berakhir dengan kematian khalifah itu sendiri.
4. Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)
Setelah diangkat menjadi Khalifah, Ali bin Abi Thalib mengambil beberapa
tindakan seperti memberhentikan para pejabat yang korup, membuka kembali lahan
perkebunan, dan mendistribusikan pendapatan pajak tahunan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan Umar bin Khattab. Sejak awal pemerintahannya, Ali selalu
mendapatkan perlawanan dari kelompok yang bermusuhan dengannya. Langkah penting
yang dilakukan Khalifah Ali bin Abi Thalib pada masa pemerintahannya adalah
pencetakan mata uang koin atas nama Negara Islam. Pemerintahan Ali berakhir dengan
terbunuhnya beliau di tangan Ibnu Muljam dari kelompok Khawarij yang memberontak.
C. Sejarah Ekonomi Islam di Masa Dinasti Umayyah (Skor 2)
Perkembangan ekonomi pada masa Dinasti Bani Umayyah sudah mulai meningkat
dibanding dengan masa sebelumnya. Peningkatan perekonomian yang pada gilirannya akan
membawa kemakmuran pada dinasti ini, pada dasarnya tidak terlepas dari kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang diterapkan para khalifah, disamping partisipasi dan dukungan masyarakat
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut. Peradaban Islam mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Dalam berbagai bidang pengetahuan agama, arsitektur, sains dan teknologi dan
lain-lain khususnya ekonomi. Kemunduran dinasti-dinasti ini dikarenakan ada banyak sebab.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kemajuan daulah Umayyah, secara garis besar
yaitu pada bidang perdagangan, bidang Pertanian dan industri, Reformasi fiskal dan
Pembuatan mata uang. Sedangkan faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Daulah Umayyah
adalah system pemerintahan yang turun temurun, gaya hidup mereka yang bermewah-
mewahan, terjadinya peperangan yang sangat panjang sehingga menyebabkan krisis ekonomi.
D. Sejarah Ekonomi Islam di Masa Dinasti Abbasiyah (Skor 2)
Pemikiran ekonomi pada masa Dinasti Abbasiyah tercermin dalam dua aspek utama, yakni
pranata ekonomi dan pemikiran ekonomi. Ada beberapa pranata ekonomi yang muncul dan
berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah, diantaranya pertanian, perdagangan, dan industri.
Pranata pertanian dan perdagangan sebenarnya merupakan pranata ekonomi lanjutan yang
sudah tumbuh dan berkembang sejak masa-masa sebelumnya. Pranata ekonomi utama dan
mulai berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah adalah pranata industri. Selain pranata
ekonomi, pada masa Dinasti Abbasiyah muncul pula pemikir dan pemikiran tentang ekonomi.
Diantara pemikir yang muncul dan paling popular adalaha Abus Yusuf, Muhamaad al-Hasan
al-Syaibani, Yahya bin Umar, Abu Ubaid, al-Mawardi dan al-Ghazali. Kemajuan khilafah
Abbasiyah berlangsung dari 750-850 M. Setelah masa itu, kelemahan dan kemunduran mulai
dialami, akhirnya kelemahan demi kelemahan yang di alami Abbasiyah menemui riwayat
akhirnya setelah terjadi serbuan bangsa Mongol yang mengakhiri kekuasaan Abbasiyah pada
tahun 1258 M
E. Sejarah Ekonomi Islam di Masa Turki Utsmani dan Modern (Skor 2)
Kerajaan ini didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz (ughu) yang mendiami
daerah Mongol dan daerah Utara Cina, yang kemudian pindah ke Turki, Persia dan Irak. Turki
Ustmani lebih memperhatikan kemajuan bidang politik dan militer. Dengan demikian kondisi
ekonomi dan keuangan turut memberikan andil bagi perkembangan lslam di kerajaan Turki
Ustmani. Pada masa puncak kemajuannya, semua daerah dan kota penting yang menjadi pusat
perdagangan dan perekonomian jatuh ketangannya. Kemunduran Turki pada abad ke XVII
terjadi karena kemerosotan kondisi sosial-ekonomi dengan 3 sebab: ledakan jumlah
penduduk, lemahnya Perekonomian dalam Negeri, dan munculnya Kekuatan Eropa.

Anda mungkin juga menyukai