Anda di halaman 1dari 13

BAB V

RAPID SURVEY
A. Latar Belakang

Puskesmas adalah sarana pelayanaan kesehatan yang melakukan pelayanan pada

masyarakat dan menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesm

as diharapkan mampu menjadi gate keeper dalam menanggulangi masalah kesehatan pada ma

syarakat guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu

program yang menjadi program pokok pelayanan puskesmas adalah program IDL (Imunisasi

Dasar Lengkap).

Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam

mencegah penyakit dan menurunkan angka kematian seperti cacar, polio, tubercolosis,

hepatitis B, difteri, campak, rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital

rubella syndrome/CRS), tetanus, pneumonia (radang paru) serta meningitis (radang selaput

otak). Pelaksanaan imunisasi pada balita menyelamatkan sekitar 2–3 juta nyawa di seluruh

dunia setiap tahun dan berkontribusi besar pada penurunan angka kematian bayi global dari

65 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 29 pada tahun 2018 (Nandi & Shet,

2020).

Pelaksanaan imunisasi diharapkan dapat menurunkan jumlah balita yang meninggal

akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) (Info Datin Kementerian

Kesehatan, 2016). Namun dalam beberapa tahun terakhir, angka kematian balita akibat

penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi masih terbilang tinggi.

Laporan WHO tahun 2020 menyebutkan bahwa terdapat 20 juta anak belum mendapatkan

pelayanan imunisasi untuk balita di seluruh dunia secara rutin setiap tahun. Tingginya jumlah
anak yang belum mendapatkan imunisasi mengakibatkan beberapa penyakit yang dapat meny

ebabkan kelumpuhan bahkan kematian, yang seharusnya dapat dicegah dengan vaksin, munc

ul kembali di negara maju dan berkembang. Penyakit tersebut antara lain campak, pertusis,

difteri dan polio (Hidayah et al., 2018; UNICEF, 2020).

Kejadian kematian anak berusia bawah lima tahun (balita) pada negara berkembang

mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor yang menyebabkan

kematian pada anak adalah daya tahan tubuh anak yang belum sempurna. Jumlah kematian

balita yang terjadi di Tiongkok antara tahun 1996 sampai dengan tahun 2015 yaitu sebanyak

181.600 balita. Dari total jumlah kematian tersebut sebanyak 93.400 (51%) kematian balita

terjadi pada neonatus yang mayoritas disebabkan oleh penyakit pneumonia. Sedangkan di

Afrika penyakit pneumonia, diare dan campak menjadi penyebab setengah dari kematian

anak (He et al., 2017; Liu et al., 2015; Sari & Nadjib, 2019).

Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021 di Indonesia terdapat cakupan

campak pada balita sebesar 26,7%. Kasus campak mengalami peningkatan dalam tiga bulan

terakhir. Kasus Difteri pada tahun 2021 menyebar hampir semua wilayah di Indonesia.

Jumlah kasus difteri pada tahun 2021 sebanyak 235 kasus, jumlah kematian sebanyak 25

kasus. Jumlah kasus Difteri tahun 2021 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020 (259

kasus), Namun Jumlah kematian akibat difteri mengalami peningkatan yang signifikan jika

dibandingkan tahun sebelumnya (Profil Kesehatan Indonesia, 2021). Penyakit ini merupakan

bagian dari PD3I (Penyakit yang Dapat dicegah dengan Imunisasi).

Capaian imunisasi rutin mengalami penurunan sejak tahun 2020. Penurunan cakupan

pelaksanaan IDL akan menyebabkan tidak terbentuknya kekebalan pada bayi dan balita

sehingga akan menurunkan derajat kesehatan anak (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2020). Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021. Gambaran cakupan

imunisasi dasar lengkap di Indonesia tahun 2019-2021 yaitu pada tahun 2019 sebesar 93,7%
sedangkan Cakupan imunisasi dasar lengkap pada tahun 2020 hampir sama dengan tahun

2021 yaitu sebesar 83,3% dan 84,2% (Profil Kesehatan Indonesia, 2021). Hal ini juga

menjadi permasalahan di wilayah Puskesmas Pagambiran dimana masih belum tercapainya

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di wilayah Puskesmas Pagambiran pada Tahun 2022

dengan Pencapaian 54,3% dari target 95%.

Maka dari itu untuk mengetahui penyebab belum tercapainya Cakupan Imunisasi

Dasar pada balita, perlu diadakan survei cepat di wilayah kerja puskesmas Pagambiran

sehingga dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah yang efektif dan efisien. Survei

cepat (rapid survey) adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengambil

keputusan pemecahan suatu masalah karena dapat menjawab berbagai pertanyaan yang ada

ditengah-tengah masyarakat. Survei cepat sudah sering digunakan dalam penanggualangan

permasalahan karena metode yang cukup mudah, dimana dapat dilakukan dalam waktu yang

cukup pendek, biaya yang murah, dan hasil yang optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya Cakupan Imunisasi Dasar

Lengkap sebesar 54,3% dari target 95% di Puskesmas Pagambiran pada tahun 2022?

2. Bagaimana cara memecahkan masalah-masalah yang menyebabkan tidak tercapainya

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Puskesmas Pagambiran pada tahun 2022?

C. Tujuan Survei

1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor penyebab tidak tercapainya Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di

wilayah kerja Puskesmas Pagambiran


2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan Ibu balita terhadap Imunisasi Dasar Lengkap di wilayah

kerja Puskesmas Pagambiran

2. Mengetahui Sikap Ibu balita terhadap Imunisasi Dasar Lengkap di wilayah kerja

Puskesmas Pagambiran

3. Mengetahui Dukungan Suami mengenai pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap di wilayah

kerja Puskesmas Pagambiran

4. Mengetahui alternatif pemecahan masalah kurangnya cakupan Imunisasi Dasar Lengkap

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pagambiran

D. Manfaat Survey

1. Bagi Puskesmas

Dapat memberikan data mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target

imunisasi dasar lengkap pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pagambiran pada tahun 2022,

sehingga memberikan gambaran alternatif pemecahan masalah yang efektif dan efisien.

2. Bagi Masyarakat

Hasil survei ini dapat bermanfaat meningkatkan pengetahuan orang tua di wilayah kerja

Puskesmas Pagambiran mengenai pentingnya melakukan imunisasi dasar lengkap.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui masalah-masalah apa saja yang sedang dialami masyarakat yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Pagambiran.

E. Ruang Lingkup Survey

Survei dilakukan pada Ibu balita yang tersebar diwilayah kerja Puskesmas

Pagambiran. Jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas Pagambiran berjumlah 2351 balita

yang tersebar di 5 kelurahan yaitu Pagambiran, Pampangan, Batuang taba, Kampuang Jua,

Gates.

Survei dilakukan dengan mengunjungi masyarakat dari rumah ke rumah di wilayah


kerja Puskesmas Pagambiran.

F. Pelaksanaan Survey

1. Sasaran Survey

Sasaran utama survei cepat ini adalah Ibu balita di wilayah kerja Puskesmas

Pagambiran. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan mendatangi masyarakat dari

rumah ke rumah.

2. Instrumen Survey

Instrumen yang digunakan dalam survei cepat ini adalah kuesioner yang berisi

tentang tingkat pengetahuan, sikap ibu balita dan dukungan suami terhadap imunisasi

dasar lengkap.

3. Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi (Nursalam, 2003). Teknik sampling yang digunakan pada rapid survey ini

menggunakan teknik consecutive sampling. Pengambilan sampel secara consecutive

digunakan pada populasi yang memenuhi kriteria inklusi sebagai sampel survey cepat

sampai besar sampel minimal terpenuhi (Dahlan,2009).

Pada pengambilan sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus untuk

menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus slovin (Imran, 2017):

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

e = batas toleransi kesalahan (error tolerance) 20%


Jadi jumlah sampel dalam survei cepat ini adalah :

n = 2351

1 + 2351 (0,2)2

= 25 sampel

4. Kriteria Inklusi

 Ibu yang masih memiliki anak balita usia 9-59 bulan yang belum imunisasi

lengkap

 Bersedia mengisi kuisioner secara lengkap

5. Kriteria Eksklusi

Tidak kooperatif

6. Metode

Survei cepat dilakukan dengan membagikan kuesioner dalam bentuk hardcopy kepada

responden di wilayah kerja Puskesmas Pagambiran yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

7. Waktu dan Tempat

Survei dilaksanakan dari tanggal 07–13 Februari 2023 di Posyandu wilayah Puskesmas

Pegambiran

8. Definisi Operasional

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari

oleh seseorang. Menurut Notoadmodjo tahun 2010, pengetahuan adalah hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (Zulmiyetri,

Nurhastuti, & Sataruddin, 2019).

Pengukuran variabel pengetahuan orang tua balita didasarkan pada skala


ordinal. Skala ordinal dinilai dari 16 buah pertanyaan. Setiap jawaban yang

benar akan diberi skor (1), dan jawaban yang salah diberi skor (0). Jumlah skor

maksimal 16, kemudian skor diakumulasikan menjadi 2 kategori, yaitu :

• Tinggi : 9-16

• Rendah : 0-8

b. Sikap

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,

orang lain, obyek atau isue (Azwar, 2003). Sikap adalah pandangan-pandangan

atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek

(Purwanto, 1999). Pengukuran variabel sikap ibu terhadap IDL didasarkan pada

skala ordinal. Skala ordinal dinilai dari 5 buah pertanyaan. Setiap sikap yang

bernilai positif akan diberi skor (1) serta jawaban bernilai negatif diberi skor

(0). Jumlah skor maksimal adalah 5, kemudian skor diakumulasikan menjadi 2

kategori, yaitu :

• Baik : 3-5

• Buruk : 0-2

c. Dukungan Suami

Dukungan suami adalah komunikasi verbal dan non-verbal, saran, bantuan yang

nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh suami terhadap ibu hamil didalam

lingkungan sosialnya (Friedman, 2010). Dukungan suami merupakan suatu

bentuk wujud dari sikap perhatian dan kasih sayang. Dukungan dapat diberikan

baik fisik maupun psikis. Suami memiliki andil yang cukup besar dalam

menentukan status kesehatan ibu. Dukungan suami yang baik dapat

memberikan motivasi yang baik pada ibu untuk memeriksakan kehamilannya

(Eko, 2008).

Pengukuran variabel dukungan suami didasarkan pada skala ordinal. Skala


ordinal dinilai dari 3 buah pertanyaan. Setiap tindakan yang bernilai positif

akan diberi skor (1) dan jawaban bernilai negatif diberi skor (0). Jumlah skor

maksimal adalah 3, kemudian skor diakumulasikan menjadi 2 kategori, yaitu :

• Tidak mendukung : 0-1

• Mendukung : 2-3

G. Hasil Rapid Survey

Telah dilakukan survey mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan dukungan suami.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7-13 Februari 2023. Sampel merupakan ibu balita

usia 9-59 bulan yang tidak diimunisasi lengkap. Jumlah sampel penelitian adalah 25

responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner mengenai pengetahuan responden tentang Imunisasi Dasar Lengkap terdiri

dari 16 pertanyaan. Hasil penelitian selanjutnya dikumpulkan dan dilakukan pengolahan

dan analisis.

Tabel Distribusi Pengetahuan Responden tentang Imunisasi Dasar Lengkap

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)


Tinggi 16 64%
Rendah 9 36%
Total 25 100%

Berdasarkan tabel diketahui bahwa 9 responden (36%) memiliki tingkat pengetahuan yang

rendah mengenai imunisasi dasar lengkap dan 16 responden (64%) memiliki tingkat

pengetahuan yang tinggi mengenai imunisasi dasar lengkap. Hal ini dipengaruhi oleh

faktor kurangnya informasi yang didapatkan oleh ibu balita.

Hasil analisis data dari jawaban responden pada pertanyaan tentang pengetahuan

mengenai Imunisasi dasar lengkap memerlihatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita

yang tidak melakukan imunisasi dasar lengkap ke Puskesmas Pagambiran cukup baik.

Berikut analisis lebih lanjut dari masing-masing pertanyaan yang diajukan :


Tabel Distribusi hasil pertanyaan tentang pengetahuan ibu balita yang tidak
Imunisasi Dasar Lengkap
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan 68% 32%
kekebalan tubuh balita
2. Imunisasi untuk mencegah penyakit bukan 68% 32%
menyembuhkan penyakit
3. Manfaat imunisasi itu lebih besar dari pada kerugiannya 60% 40%
(efek samping)
4. Imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit tertentu. 56% 44%
5. Jenis imunisasi dasar yang diberikan pada waktu anak 48% 52%
lahir adalah BCG
6. Imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC 44% 56%
7. Imunisasi anti polio digunakan untuk mencegah 68% 32%
penyakit polio
8. Posyandu adalah tempat untuk memberikan imunisasi 60% 40%
pada anak
9. Jika imunisasi anjuran yang diberikan pada balita 56% 44%
lengkap, maka lengkaplah imunisasi pada balita
10. Jika anak anda berumur 3 bulan terlambat diberikan 36% 64%
imunisasi di Posyandu, maka imunisasi yang diberikan
sebelumnya akan diulang
11. Pemberian imunisasi yang tidak lengkap, akan 64% 36%
mengakibatkan tingkat kekebalan pada bayi menjadi
rendah
12. Pemberian imunisasi yang lengkap pada balita berumur 48% 52%
5 tahun
13. Imunisasi yang lengkap dapat menurunkan angka 40% 60%
kesakitan dan kematian pada bayi dan balita
14. Efek samping yang ditimbulkan anak anda, saat dan 48% 52%
setelah diimunisasi mengalami kemerahan dan nyeri di
area penyuntikan
15. Setelah pemberian imunisasi DPT efek yang timbul 44% 56%
adalah panas dan ibu selalu memberikan kompres air
dingin untuk menurunkan panas
16. Setelah pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B, ibu 32% 68%
tidak akan memandikan anaknya

Tabel Distribusi Sikap Responden tentang Imunisasi Dasar Lengkap

Sikap Jumlah Persentase (%)


Baik 17 68%
Buruk 8 32%
Total 25 100%
Berdasarkan tabel diketahui bahwa 8 responden (32%) memiliki tingkat sikap yang

buruk dan 17 responden (68%) memiliki tingkat sikap yang baik.


.

Tabel Distribusi hasil pertanyaan tentang Sikap ibu balita yang tidak Imunisasi Dasar
Lengkap
No Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju
1. Apakah anda setuju jika anak anda diimunisasi? 42% 58%

2. Apakah anda setuju bahwa imunisasi itu penting untuk 74% 26%
kesehatan anak?
3. Jika anda mendengar laporan mengenai efek samping 13% 87%
yang terjai setelah imunisasi dari orang lain, apakah anda
masih memberikan anak anda imunisasi?
4. Jika anak nada mengalami demam setelah imunisasi, 4% 96%
apakah anda masih akan memberikan imunisasi
selanjutnya kepada anak anda?
5. Jika pelayanan kesehatan yang menyediakan layanan 5% 95%
imunisasi (RS/Puskesmas/Posyandu/Praktek dokter) jauh
dari rumah anda, apakah anda mau mengantarkan anak
anda imunisasi?

Tabel Distribusi Dukungan Suami Responden tentang Imunisasi Dasar Lengkap


Dukungan Suami Jumlah Persentase (%)
Mendukung 5 20%
Tidak mendukung 20 80%
Total 25 100%

Berdasarkan tabel diketahui bahwa 20 responden (80%) tidak mendapatkan dukungan

suami mengenai imunisasi dasar lengkap dan 5 responden (20%) yang mendapatkan

dukungan suami mengenai imunisasi dasar lengkap.

Tabel 5.6 Distribusi hasil pertanyaan tentang dukungan suami ibu balita yang tidak
Imunisasi Dasar Lengkap
Jawaban Responden
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah dalam melakukan
imunisasi ibu mendapat
37,5% 62,5%
anjuran dari keluarga (suami,
orang tua, dan saudara)?
2 Apakah suami akan marah jika
4% 96%
bayi tidak diimunisasi ?
3 Apakah suami anda
mengingatkan jadwal dan
mengantarkan anda ke tempat 4% 96%
imunisasi?
H. Kesimpulan Rapid Survey

Tabel Kesimpulan Hasil Rapid Survey


Definisi
Tinggi Rendah Kesimpulan
Operasional
Pengetahuan 64% 36% Baik
Sikap 68% 32% Baik
Dukungan Suami 20% 80% Tidak Baik

Berdasarkan survei yang telah dilaksanakan dan juga telah dilakukan pengolahan data, dapat dis

impulkan bahwa ibu balita yang tidak melakukan imunisasi dasar lengkap memiliki pengetahua

n dan sikap yang baik terhadap imunisasi namun tidak mendapat dukungan yang baik dari suami.

Perencanaan

1. Melakukan Kerjasama antar lintas sector untuk menyediakan wadah perkumpulan

kepala keluarga agar dapat memberikan informasi mengenai pentingnya IDL.

2. Penyuluhan mengenai pentingnya IDL untuk anak usia 0-9 bulan.

3. Pembagian leflet dan penempelan poster mengenai pentingnya IDL untuk anak 0-9
bulan.

Anda mungkin juga menyukai