PUBLIK MASYARAKAT
Fathan M. Nurrohman1, Zalfa Violina Addysa2
Jurusan Hukum Tata Negara (Siyasah)
Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
ghozfathan@gmail.com1, zalfava@gmail.com2
Abstrak
Birokrasi dapat dianggap sebagai sebuah lembaga yang mempunyai keahlian yang tinggi dalam
memajukan sebuah organisasi. Birokrasi ini terstruktur formal guna melaksanakan sikap yang
rasional dalam suatu organisasi. Dalam birokrasi, mempunyai struktur, terdapat pembagian
tugas, terdapat hirarki. Birokrasi ini dijalankan oleh banyak orang, dengan aturan yang jelas,
prosedur yang tetap, dan dipimpin oleh orang-orang yang memiliki kewenangan untuk
meluncurkan perintah kepada bawahannya, semata-mata untuk kebaikan masyarakat. Birokrasi
pemerintah dianggap sebagai alat penting dalam suatu negara yang tak bisa dihindari, karena
sangat diperlukan oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, di setiap negara pasti terdapat
birokrasi. Masyarakat umumnya mengharapkan pelayanan dari pemerintah terkait dengan
kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh organisasi swasta. Namun, kenyataannya adalah
pelayanan yang diberikan oleh birokrasi seringkali dianggap buram, seperti penyelesaian
administrasi yang lambat, prosedur yang panjang dan rumit, tidak efektif dan efisien, serta
pelayanan yang terkesan acuh tak acuh dan kurang ramah. Masyarakat terpaksa berpapasan
dengan para birokrat yang diorganisir oleh pemerintah yang seringkali tidak fleksibel dan
memiliki monopoli dalam menuntaskan masalah masyarakat karena kebutuhan mereka tidak
dapat dipenuhi oleh sektor swasta. Sudah seharusnya, pemerintah sebagai pelayan publik
mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk menyampaikan fasilitas terbaik yang adil,
transparan dan akuntabel untuk mencapai kepuasan masyarakat. Pelayanan publik yang efisien,
ramah, dan responsif sangat diperlukan untuk memastikan pemerintah memenuhi perannya
sebagai abdi masyarakat, dan memberikan kepuasan kepada masyarakat yang mereka layani.
Oleh karena itu, upaya terus dipenuhi untuk mencapai kualitas dari pelayanan birokrasi agar
masyarakat dapat merasa didengar, dihargai, dan diperlakukan dengan baik oleh birokrasi
pemerintah.
Abstract
1
avoided, because it is needed by the wider community. Therefore, in every country there must
be a bureaucracy. Communities generally expect services from the government related to needs
that cannot be met by private organizations. However, the reality is that the services provided
by the bureaucracy are often considered blurry, such as slow administrative completion, long
and complicated procedures, ineffective and inefficient, and services that seem indifferent and
unfriendly. Society is forced to cross paths with government-organized bureaucrats who are
often inflexible and have a monopoly in solving community problems because their needs
cannot be met by the private sector. As it should be, the government as a public servant has a
high responsibility to provide the best facilities that are fair, transparent and accountable to
achieve public satisfaction. Efficient, friendly and responsive public services are urgently
needed to ensure governments fulfill their role as public servants, and provide satisfaction to
the communities they serve. Therefore, efforts continue to be fulfilled to achieve the quality of
bureaucratic services so that people can feel heard, valued, and treated well by the government
bureaucracy.
1
Miftah Thoha (2008) “Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi”. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. Hlm.41.
2
dan mahal, serta dianggap tidak efisien dan tidak adil oleh sebagian besar masyarakat.
Akibatnya, pandangan negatif terhadap birokrasi pemerintahan dapat mengurangi
kepercayaan masyarakat terhadap organisasi formal tersebut dalam mengurus
kepentingan publik terkait administrasi kependudukan, kesehatan, pendidikan, barang
dan jasa, dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut diperkuat oleh data yang
disampaikan Ombudsman RI mencatatkan peningkatan sejumlah 10.987 pengaduan
masyarakat terhadap pelayanan publik di tahun 2018 dan 11.087 di tahun 2019. Data
juga menunjukkan bahwa 41,03% tuduhan diajukan ke pemerintah daerah, 13,84% ke
kepolisian dan 9,87% ke pemerintah/lembaga kementerian. Oleh karena itu,
permasalahan dalam birokrasi pemerintahan yang berkaitan dengan pengaduan
pelayanan publik tidak boleh diabaikan karena dapat merusak representasi pemerintah
dan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat kepada pengelolaan pemerintahan.
2. Rumusan Masalah
Bersandar pada pengertian latar belakang masalah di atas, maka terdapat
beberapa rumusan masalah yang akan disampaikan, yaitu:
3. Tujuan Penelitian
Berlandaskan pada penjelasan latar belakang dan rumusan masalah di atas,
maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini ialah:
4. Metode Penelitian
Peneilitian ini dilakukan dengan menarik kesimpulan berdasar pada penelitian
atau tulisan ilmiah yang telah ada sebelumnya, baik yang di cetak ataupun yang ada
melalui Internet. Informasi-informasi yang diambil juga berasal dari sumber-sumber
tulisan ilmiah yang telah beredar luas di Internet.
3
Birokrasi merupakan bagian penting dalam masyarakat modern yang tidak
dapat dihindari, karena setiap negara memiliki birokrasi. Peran birokrasi sangat penting
dalam negara, dan eksistensinya merupakan konsekuensi logis dari tugas utama negara
(pemerintah) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare).2 Negara
memiliki tanggung jawab untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
rakyatnya (public goods and services), baik secara langsung maupun tidak langsung,
serta membuat keputusan penting yang dianggap terbaik untuk rakyatnya. Oleh karena
itu, sistem administrasi yang dibentuk oleh negara bertujuan untuk melayani
kepentingan masyarakat, yang dikenal sebagai birokrasi.
Menurut Weber, birokrasi adalah sistem otoritas yang ditetapkan secara rasional
melalui peraturan.3 Dalam konteks ini, birokrasi merujuk pada pengorganisasian yang
teratur dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang melibatkan banyak orang. Sementara
itu menurut beberapa ahli lainnya, birokrasi dianggap sebagai organisasi dengan jumlah
sumber daya manusia yang besar, tugas dan tanggung jawab yang melekat, serta
struktur organisasi yang jelas. Birokrasi tersebut digunakan untuk menyelenggarakan
negara, pemerintahan, termasuk pelayanan publik dan pembangunan. Menurut dari
Thoha, definisi birokrasi yaitu merupakan sistem pengaturan organisasi yang besar
untuk mencapai pengelolaan yang efisien, rasional, dan efektif. 4 Dengan melihat
beberapa definisi birokrasi yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa birokrasi
adalah organisasi yang melayani dan bekerja secara sistematis dan terkoordinasi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
2
Kiki Endah dan Endah Vestikowati (2021) “Birokrasi Pemerintahan Dalam Penyelenggaraan
Pelayanan Publik”. Jurnal Moderat: Vol. 7, No. 3. Hlm 649.
3
Agus Dwiyanto (2002) “Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah”. Yogyakarta: Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan UGM. Hlm. 27.
4
Miftah Thoha (2008) “Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi”. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. Hlm. 15.
5
Ismail (2009) “Politisasi Birokrasi”. Malang: Ash-Shiddiqy. Hlm. 56.
6
Yaliziduhu Ndraha (2003) “Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru)”. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hlm.521.
7
Yaliziduhu Ndraha (2003) “Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru)”. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hlm.523.
4
1. Birokrasi merupakan aparat yang diberikan mandat untuk melaksanakan fungsi
pemerintahan dan diangkat oleh penguasa yang sah (prinsip "government by
bureaus").
2. Birokrasi kadang-kadang memiliki karakteristik pemerintahan yang buruk
(patologi).
3. Birokrasi juga dapat dianggap sebagai tipe ideal birokrasi yang efisien, rasional,
dan efektif.
4. Birokrasi pemerintahan adalah organisasi pemerintahan yang terdiri dari
berbagai struktur yang saling terkait dalam peran, fungsi, tanggung jawab, dan
kewenangan untuk menjalankan pemerintahan sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan yang telah ditetapkan.
Selain itu menurut beberapa ahli lainnya, terdapat juga beberapa ciri yang
terdapat dalam suatu birokrasi, yaitu:9
1. Struktur hierarkis yang jelas dan pembagian tugas yang terorganisir dengan
baik.
2. Adanya aturan tertulis yang mengikat secara individu.
8
Delly Mustafa (2014) “Birokrasi Pemerintahan”. Bandung: Alfabeta. Hlm. 17.
9
Kiki Endah dan Endah Vestikowati (2021) “Birokrasi Pemerintahan Dalam Penyelenggaraan
Pelayanan Publik”. Jurnal Moderat: Vol. 7, No. 3. Hlm 651.
5
3. Pegawai yang bekerja penuh waktu, memiliki karir seumur hidup, dan
memiliki keahlian profesional.
4. Tidak memiliki hak atas fasilitas pemerintahan, keuangan, pekerjaan, dan
jabatan.
5. Penghasilan pegawai pemerintah tidak langsung terkait dengan kinerja
mereka.
Dilihat dari ciri-ciri yang telah disampaikan oleh ahli, bisa dikatakan
bahwa birokrasi memiliki tanda-tanda yang mencakup pembagian kerja yang jelas,
struktur hirarkis, penggajian oleh pemerintah, serta penempatan pegawai sesuai
dengan kualifikasi kompetensi yang dimiliki.
10
Lijan Poltak Sinambela (2007) “Reformasi Pelayanan Publik (Teori, Kebijakan dan Implementasi)”.
Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 50.
11
Agung Kurniawan (2005) “Transformasi Pelayanan Publik”. Yogyakarta: PT Pembaharuan. Hlm. 5.
6
dengan mudah dan cepat. 12 Sementara itu, Handayaningrat (1988) membedakan
antara pelayanan masyarakat dan pelayanan umum (public service), yaitu:13
2. Pelayanan publik secara umum adalah suatu bentuk layanan yang diberikan di
bidang distribusi, produksi, dan pelayanan vital secara efisien, efektif, dan
ekonomis untuk kepentingan umum/publik.
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.”
1. Tangible, yaitu aspek layanan yang dapat dilihat secara fisik, seperti bangunan,
peralatan, karyawan, dan fasilitas lainnya.
2. Reliability, kemampuan untuk memberikan layanan persis seperti yang
dijanjikan.
3. Responsivieness, yaitu kesiapan dan kerelaan dalam membantu pelanggan serta
memberikan layanan secara tulus.
12
Miftah Thoha (2008) “Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi”. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. Hlm. 34.
13
Kiki Endah dan Endah Vestikowati (2021) “Birokrasi Pemerintahan Dalam Penyelenggaraan
Pelayanan Publik”. Jurnal Moderat: Vol. 7, No. 3. Hlm 652.
14
Winarsih dan Ratminto (2010) “Manajemen Pelayanan”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 25.
7
4. Assurance, yaitu jaminan atau keyakinan bahwa layanan akan diberikan dengan
absolut.
5. Empathy, yaitu perlakuan dan tanggapan dibagikan pada pelanggan,
menunjukkan pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan mereka.
Terdapat pula beberapa indikator yang menjadi alat tolak ukur kinerja
pelayanan publik, yaitu:15
Terdapat beberapa indikator yang menjadi rujukan dan tumpuan dalam bantuan
pelayanan publik agar tujuan organisasi negara dapat tercapai dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintahan, antara lain:16
15
Agus Dwiyanto (2002) Reformasi “Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah”. Yogyakarta: Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan UGM. Hlm 48-50.
16
Lahibu Tuwu (2012) “Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Pengembangan Karir, Motivasi Kerja terhadap
Kinerja dan Kualitas Layanan Sumber Daya Manusia pada Pemerintah Daerah Buton”. Disertasi.
Pascasarjana UMI, Makassar.hlm 6-7.
8
2. Transparan dan pasti, yaitu prasarana menyeluruhi skema pelayanan, kualifikasi
teknis dan manajemen, kapasitas dan personel yang berwenang dan
bertanggung jawab, pun tenggat penyempurnaan layanan yang jelas;
3. Aman, artinya perolehan pelayanan sudah selaras dengan menyampaikan
mengalami aman dan ketetapan hukum kepada masyarakat;
4. Terbuka, yaitu pelayanan yang diungkapkan secara terbuka selaras dengan
kondisi, aturan, perincinan pengeluaran, dan struktur aturan, sehingga
masyarakat dapat dengan mudah mengetahui, apakah diminta atau tidak
dihendaki;
5. Efisiensi, yaitu akomodasi terbatas pada hal-hal yang berkaitan langsung
dengan realisasi tujuan pelayanan, dengan mempertimbangkan keterpaduan
permintaan dan pelayanan yang diberikan;
6. Ekonomis, artinya pengambilan pungutan ditetapkan secara lazim dengan
mengawasi norma pertolongan yang diberikan, kondisi dan kemampuan
masyarakat, dan selaras dengan ketetapan regulasi perundang-undangan yang
berlaku;
7. Adil, berarti bahwa pengelolaan pelayanan publik mampu tergarap dalam
jangka yang sudah diteguhkan, dan tanpa membedakan kesenjangan publik
yang satu dengan publik yang lain sebagai pemakai layanan.
Maka dari itu upaya untuk memperbaiki layanan publik, birokrasi pemerintah
diharapkan untuk menghadirkan perubahan yang lebih baik, lebih ekonomis, dan lebih
cepat diakses oleh semua masyarakat sebagai bentuk nyata dari inovasi dalam
membangun pelayanan publik, sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat. 17
17
Endah Vestikowati (2015) “Terobosan Pelayanan Publik Melalui Penerapan Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan”. Jurnal Moderat: Vol.1, No. 4. Hlm 709-714.
18
Badu Ahmad (2008) “Kondisi Birokrasi di Indonesia Dalam Hubungannya Dengan Pelayanan
Publik”. Jurnal Administrasi Publik: Vol. 15, No. 1. Hlm 45-62.
9
6. Kesimpulan dan Rekomendasi
Birokrasi adalah wadah formal yang mengabadikan peran penting dalam
menggerakan suatu organisasi. Birokrasi memiliki struktur, pembagian tugas, serta
hirarki yang dijalankan oleh banyak orang dengan aturan yang jelas, prosedur yang
tetap, dan kepemimpinan yang melekat. Birokrasi pemerintah adalah instrumen sentral
dalam suatu negara, karena diharapkan oleh masyarakat untuk memperoleh pelayanan
yang tidak dapat diberikan oleh sektor swasta. Namun, dalam praktiknya, pelayanan
yang diberikan oleh birokrasi pemerintah seringkali tidak memenuhi harapan
masyarakat. Penyelesaian administrasi yang lambat, ketentuan yang berjarak dan
berbelit-belit, kurang kondusif dan ekonomis, serta sikap yang hirau dan kurang ramah,
seringkali menjadi masalah dalam pelayanan publik. Masyarakat terdorong harus
berhadapan dengan instansi birokrasi yang terkesan lebur dan memiliki monopoli dalam
menyelesaikan urusan mereka. Selaku barisan masyarakat, pemerintah memiliki
kewajiban dan tanggung jawab besar dalam menyediakan pelayanan publik yang
unggul. Pelayanan publik yang adil, transparan, dan bertanggung jawab harus menjadi
prinsip dalam menjalankan birokrasi. Pelayanan publik yang efektif dan efisien harus
menjadi fokus utama untuk memastikan kepuasan masyarakat.
Maka dari itu, Pemerintah sebagai instansi tertinggi, diharapkan agar dapat
menseleksi atau menyaring para calon Aparatur Sipil Negara (ASN) agar lebih ketat
dengan kualifikasi-kualifikasi tertentu. Selain itu diharapkan agar adanya pelatihan
secara rutin bagi para ASN sebagai tempat untuk melakukan upgrading kualitas
pelayanan. Dapat pula diadakannya inspeksi secara berkala sebagai fungsi dari
controling dan membuka secara terbuka kritik dan saran dari masyarakat luas terhadap
pelayanan publik yang didapat dengan benar-benar memperhatikan setiap keluhannya,
mengingat peran dan fungsi dari Birokrasi yang sangat penting sebagai “kepanjangan
tangan” dari Pemerintah kepada Masyarakat.
10
Daftar Pustaka
Ahmad, B. (2008). Kondisi Birokrasi di Indonesia Dalam Hubungannya Dengan Pelayanan
Publik. Jurnal Administrasi Publik, Vol. 15, No. 1.
Dewi, R. S. (2020, Januari 24). Proyeksi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 2020. Diambil
kembali dari Ombudsman: https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--proyeksi-
peningkatan-kualitas-pelayanan-publik-2020
Dwiyanto, A. (2002). Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pusat
Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM.
Ismail. (2009). Politisasi Birokrasi. Malang: Ash-Shiddoqy.
Kiki Endah, E. V. (2021). Birokrasi Pemerintahan Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Jurnal Moderat, Vol. 7, No. 3.
Kurniawan, A. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: PT Pembaharuan.
Mustafa, D. (2014). Birokrasi Pemerintahan. Bandung: Alfabeta.
Ndraha, Y. (2003). Kybernologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sinambela, L. P. (2007). Reformasi Pelayanan Publik (Teori, Kebijakan dan Implementasi).
Jakarta: Bumi Aksara.
Thoha, M. (2008). Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Tuwu, L. (2012). Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Pengembangan Karis, Motivasi Kerja
terhadap Kinerja dan Kualitas Layanan Sumber Daya Manusia pada Pemerintah
Daerah Buton. Makassar: Disertasi Pascasarja UMI.
Winarsih, R. (2010). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
11