Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN

PELAYANAN PUBLIK

DISUSUN OLEH :

Nama : Clara .I Arwakon

Nim : 1420016520120012

Progam Studi : Ilmu Pemerintahan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

IISIP YAPIS BIAK


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu fungsi pemerintah adalah menyelenggarakan kegiatan pembangunan dan


pelayanan sebagai bentuk dari tugas umum pemerintah untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instumen pemerintah. Untuk
mewujudkan pelayanan publik yang efesien dan efektik dan berkeadilan.

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah memiliki peran yang sangat besar
dalam pemenuhan azas pelayanan publik, misalnya dari segi pendidikan, kesehatan,
sosial ekonomi, dan transportasi, namun pada kenyataannya tidak semua upaya
pemerintah dalam pemenuhan peningkatan pelayanan berjalan baik, salah satunya
adalah kemudahan akses pelayanan publik yang yang belum maksimal terutama di
daerah-daerah yang kepulauan ataupun daerah terpencil. Keberhasilan dalam
penyelenggaran pelayanan publik salah satunya dapat diukur dari akses pelayanan
publiknya, ketika suatu daerah tidak bisa mendapatkan akses yang mudah dalam
pelayanan publik akan mengakibatkan masyarakat tidak mendapatkan pelayanan
dasar yang seharusnya diterima seperti pendidikan dan kesehatan, hal tersebut akan
berdampak kepada kesejahteraan seluruh masyaraka. Oleh karena itu,

Upaya pemerintah memberikan pelayanan publik secara merata yaitu dengan


melaksanakan peningkatan kualitas pelayanan serta membangun sarana dan
prasarana, perekonomian dll pada daerah -daerah Indonesia dengan merata.

Pelayanan publik menjadi suatu tolak ukur kinerja pemerintah yang paling kasat
mata. Masyrakat dapat langsung menilai kinerja pemerintah berdasarkan kualitas
layanan publik yang diterima, karena kualitas layanan publik dirasakan masyarakat
dari semua kalangan, dimana keberasilan dalam membangun kinerja pelayanan
publik secara propesional, dimata warga masyakatnya.

1
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, sebagaimana
diamanatkan dalam Undang -undang Republik Indinesia Nomor 25 Tahun 2000
tentang Progam Pembangunan Nasional (PROPENAS), Perlu disusun studi
mengenai keputusan masyarakat dan Menyusun indeks kepuasan masyarakat
sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Di samping itu data
indeks kepuasan masyarakat akan dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur
pelayanan yang masih perlu diperbaikan dan menjadi pendorong setiap unit
penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang diungkapkan adalah” peran pemerintah daerah dalam
meningkatkan pelayanan publik”
- Apa saja peranan pemerintah daerah ?
- Bagaimana upaya pemerintah memberi pelayanan publik secara merata?
- Bagaimana upaya untuk mengatasi permasalahan pelayanan publik pada
pemerintah daeah ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah peran pemerintah, daerah
sudah meningkatkan, dalam pelayanan publik.

2
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang di harapkan oleh penulisan ini adalah
1. Bagi penulisan :
Dapat menambah ilmu, wawasan dan pengalaman yang berkaitan dengan
kinerja pelayanan di pemerintah daerah.
2. Bagi pihak lain :
Dapat memeberi kontribusi terhadap perkembangan literatur kinerja pelayanan
daerah yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.
3. Bagi pemrintah :
Dapat di jadikan acuan pemrintah daerah dalam meningkatkan kinerjanya dalam
pelayanan public ke masyarakat.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PEMERINTAH

Pengertian Pemerintah Dan Pemerintahan

Pengertian pemerintah (Govenrment) secara etimologis berasal dari kata Yunani,


kubernam atau nakoda kapal artinya, menatap kedapan. Lalu “ memerintah” berarti
melihat kedepan , menentukan berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk mencapai
tujuan masyarakat negara.

Pengertian pemerintahan dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu dari segi kegiatan

( dinamika), structural fungsional, dan dari segi tugas dan kewenangan ( fungsi).
Apabila ditinjau dari segi dinamika, pemerintahan berarti segala kegiatan atau uasaha
yang terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan dasar negara,
mengenai rakyat dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Dari segi
structural fungsional. Pemerintah berarti seperangkat fungsi negara,yang satu sama lain
saling berhubungan secara fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas dasar- dasar
tertentu demi tencapainya tujuan negara.

Pemerintahan berasal dari kata “perintah” yang setelah ditambah awalan “p”
menjadi perintah, dan ketiga di tambahkan akhiran “an” menjadi pemerintahan, dalam
hal ini beda antara “ pemerintah” dengan “pemerintahan” adalah karena pemerintah
merupakan badan atau organisasi yang bersangkutan, sedangkan pemerintahan berarti
perihal ataupun hal ikhwal pemerintahan itu sendiri. Kata pemerintah itu sendiri, palinng
sedikit ada empat unsur yang terkandung didalamnya, yaitu sebagai berikut:

1. Ada dua pihak terlibat ;

2 .Yang pertama pihak yang memerintah disebut penguasa atau pmerintah;

3. Yang kedua pihak yang diperintah yaitu rakyat; dan

4. Antara kedua pihak tersebut terdapat hubungan.

4
menurut strong, pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk memelihara
kedamaian dan keamanan negara, kedalam dan keluar. Oleh karena itu pertama harus
memilik ikekuatan militer atau kemampuan untuk mengendalikan Angkatan perang, yang
kedua harus memiliki kekuatan legislatif atau dalam arti pembuatan undang- undang, yang
ketiga harus memiliki kemampuan untuk mencukupi keuangan masyarakat dalam rangka
membiayai ongkos keberadaan negara dalam menyelenggaraan peraturan, hal tersebut
dalam rangka penyelenggaraan negara.

Menurut Iver pemerintahan itu adalah sebagai organisasi dari orang- orang yang mempunyai
kekuasaan, bagaimana manusia itu bisa diperintah. Menurut finer, pemerintah harus
mempunyai kegiatan terus menerus (prosecc), wilayah negara tempat kegiatan itu
berlangsung (state), pejabat yang memerintah ( the duty) dan cara, metode serta system
(manner, method, and system) dari pemerintah terhadap masyarakatnya.

Berjalannya suatu pemerintahan di sebabkan oleh adanya hubungan antara dua pihak yaitu
pihak penyelenggara pemerintahan dan pihak penerima hasil penyelenggaraan yakni
masyarakat. Dengan demikian perlu adanya hubunngan yang harmonis antara pemerintah
dan masyarakat agar penyelenggara pemerintahan dan kehidupan berbangasa dan bernegara
beerjalan dengan damai. Secara umum, pemerintahan dapat didefinisikan sebagai organisasi
ynag memiliki kekuasaan untuk membuat membuat dan menerapkan hukum serta undang-
undang diwilayah tertentu. Ilmu pemerintah banyak dipengaruhi oleh kondisi global dan
tidak lepas dari hantaman teknologi informasi dan komonikasi yang melejit tanpa batas
ruang dan waktu sehingga ruang lingkup urusan pemrintahan menjadi semakin melebar dan
hampir sulit untuk dieliminasi secara rigid karena sangat beragam dan kompleks.

Duun dalam tulisan Rasyit, menyimpulkan bahwa pemerintahan adalah kegiatan


penyelenggaraan negara guna memberikan pelayanan dan pelindungan bagi setiap warga
masyarakat , malakukan pengaturan, memobilisasi semua sember daya yang di perlukan,
serta membina hubungan yang baik didalam lingkungan negara maupun dengan negara
lain.

Di tingkat local tentu saja membina hubungan dengan pemerintahan nasional dan
pemerintahan daerah yang intinya.

Tujuan pemerintah dicapai melalui sistem yang lazim disebut sistem pemerintahan.salah
satu sistem pemerintahan adalah sistem desentralisasi. Berdasarkan sistem ini, melalui
public choice dan state policy, negara menyerahkan Sebagian kekuasaan substational dan

5
procedural negara disebut kewenangan untuk mengatur dan mengurus ( mengelola,
melindungi,dan memenuhi kebutuhan) rumah tangga masyarakat itu sendiri kepada
masyarakat tentu,karena masyarakat yang bersangkutan dianggap mampu mengatur dan
mengurus rumah tangganya, atau supaya pada suatu saat ( mengelola) masyarakat mampu
mengelola rumah tangganya sendiri (otonom), dan isi rumah tangga ( hal- hal yang diatur
dan diurus ) daerah otonom disebut otonomi daerah. Masyarakat itu disebut masyarakat
berotonomi daerah. Pada saat masyarakat .itu menerima otonom ( wewenang) kemampuan
nyata ( untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri) masih berada pada pihak
lain( negara, pusat, daerah induk/asal/lama).

Otonomi daerah adalah modal ( input), yang melalui pemerintahan daerah berproses,
sehingga pada suatu saat masyarakat yang bersangkutan ( berotonomi) sungguh -sungguh
menjadi daerah otonom( ouput), (seharusnya) di dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika.
Seiring dengan adanya perubahan tersebut diatas dan menguatkan semagat otonomi,
pemerintahan daerah mendapatkan otoritas yang lebih besar untuk meningkatkan
kinerjanya. Dampak dari perubahan ini adalah, terjadinya pola hubungan baru antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Disatu sisi pemerintah pusat berharap agar
daerah semakin akuntabel, ekonomis, efesien, dan disisi lain pemerintah juga perlu
mengakomodasikan tuntutan dan kebutuhan masyarakat lokal.

a. Konsep pemerintah daerah

Sumber utama kebijakan umum yannng mendasari pembentukan dan penyelenggaraan


pemerintah di daerah adalah pasal 18 UUD 1945 dan penjelasannya yang menyatakan
bahwa:

“ pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan
pemerintahnya ditetapkan dengan undang- undang, dengan memandang dan mengingat
dasar prmusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak asal- usul dalam daerah
– daerah yang bersifat istimewa.”

Selanjutnya dala penjelasan pasal 18 UUD 1945, diuraikan Mengenai pemerintah daerah
sebagai berikkut:

“ oleh karena negara Indonesia itu satu “ eeneidsstaat”, maka Indonesia tidak akan
mempunyai daerah didalam linngkungan yang bersifat “saat” juga. Daerah Indonesia akan

6
dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih
kecil.”

Berdasarkan udang- undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah dalam pasal
1angka 2 dan 3 dijelaskan bahwa:

“ pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintaha daerah


dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuaan dengan
prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dan negara kesatuaan republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam undang- undang dasar negara republic Indonesia tahun 1945.
Pemerintahan daerah adalah kepala daerah sebagai unsusr penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang memimpin pelaksaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah
otonom.”

Daerah daerah yang bersifat otonom atau bersifat daerah administratif, singgah semuanya
menurut aturan yang akan ditetapkan dengan undang – undang. Di daerah yang bersifat
otonom akan diadakan badan perwakilan daerah oleh karena didaerah pun pemerintah akan
bersendi atas dasar permusyawaratan.

Adapun ciri-ciri pemerintah daerah :

1. Segalah urusan yang diselenggarakan merupakan urusan yang sudah dijadikan


urusan- urusan rumah tangga sendiri
2. Penyelenggara pemerintahan dilaksanakan oleh perlengkapan yang seluruhnya
adalah pengawai pemerintahan daerah.
3. Penanganan segala urusan itu seluruhnya diselenggarakan atas dasar iniisiatif atau
kebijakan sendiri
4. Hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah yang mengurus rumah tangga
sendiri adalah dalam hubungan pengawasaan
5. Seluruh penyelenggaraannnya pada dasar di biayai dari sumber keuangan sendiri

Berdasarkan Undang- undang nomor 23 tahun 2014 tentang pmerintahan daerah


dalam pasal 59 ayat1,dan 2 dijelaskan bahwa :
“ setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintahan daerah yang disebut kepala
daerah. Kepala daerah sebagaimana di maksud pada ayat (1) untuk daerah provinsi
di sebut gubernur, untuk daerah kabupaten di sebut bupati, dan untuk daerah kota

7
desebut walikota.” Kemudian dalam undang- undang yang sama dalam pasal 208
ayat1, dan 2 dijelaskan bahwa :
“kepala daerah dan DPRD dalam menyelenggarakan urusan pemerintah dibantu oleh
perangkat daerah. Perangkat daerah sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diisi oleh
pengawai aparatur sipil negara .”

Kemudian dalam pasal 209 undang – undang No. 23 tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah di sebut pula bahwa:

(1) Prangkat daerah provinsi terdiri atas :


a. sekretariat daerah ;
b. seketriat DPRD;
c. inspektorat;
d. dinas; dan
e. badan;

(2) perangkat daerah kabupaten/ kota terdiri dari:


a. daerah;
b. seketariat seketariat DPRD;
c. inspektorat;
d. dinas;
e. badan dan;
f. kecamatan.

(3) Perangkat daerah provinsi dan kabupaten /kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) selain melaksanakan urusan pemerintah yang menjadi
kewenangan daerah juga melaksanakan tugas pembantuan.

b. Konsep otonomi daerah

Istilah otonomi secara etimologis berasal berasal dari kata Yunani “ autos” yang berarti
sendiri dan “nomos” yang berarti hukum atau peraturan. Menurut encyclopedia of social
science, bahwa otonomi dalam pengertian orisinil adalah the legal self sufficiency of social

8
body and its actual independence. Jadi ada dua ciri hakikat dari otonomi, yakni legal
suffiency dan actual independence. Dalam kaitan dengan politik atau pmerintahan, otonomi
daerah berarti self government atau condition of living under one’s own law. Dengan
demikian otonom daerah berarti yang memiliki legal self suffiency yang bersifat self
government yang diatur dan diurus oleh own laws.

Menurut undang undang No 23 Tahun 2014 pada pasal 1 angka 6, otonomi daerah adalah
hak, wewanang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem negara kesatuan republik
Indonesia.

Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah untuk mengatur,
mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri dengan menghormati
peraturan perundangan yang berlaku.

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa otonomi daerah dapat diartikan
sebagai wewenang yang di berikan oleh pemerintah pusat kepada daerah baik kabupaten
maupun kota untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya
sendiri sesuai dengan kemampuan daerahnya Masing -masing dan mengacu kepada
peraturan perundangan yang berlaku dan meningkatnya.

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam arti daerah
diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang
menjadi urusan pmerintah yang di tetapakan dalam undang- undang ini. Daerah memiliki
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta,
Prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
rakayat

Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah di perlukan otonomi yang luas, nyata
dan bertanggung jawab didaerah secara proporsional dan berkeadilan, jauh dari praktik-
praktik korupsi, kolusi, nepotisme serta adanya penimbangan antara keuangan pemerintah
pusat dan daerah. dengan demikian prinsip otonomi daerah adalah sebagai berikut :

a. prinsip otonomi daerah

yang dimaksud otonomi luas adalah kepala daerah diberikan tugas , wewenang, hak
dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintah yang tidak ditangani oleh pemerintah

9
pusat sehingga isi otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah memiliki banyak ragam dan
jenisnya. Di samping itu, daerah di berikan keleluasaan untuk menanggani urusan
pemerintahan yang diserahkan itu, dalam rangka mewujudkan tujuan dibentuknya suatu
daerah, dan tujuan pemberian otonomi dearah itu sendiri teruma dalam pelayanan kepada
masyarakat, sesuai dengan potensi dan karakteristik masing- masing daerah.

b. Prinsip otonomi nyata


Yang di maksud prinsip otonomi nyata adalah suatu tugas, wewenang dan kewajiban
unutuk menangani urusan pemerintah yang senytanya telah ada dan berpotensi untuk
tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah
masing- masing.

c. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab


Yang di maksud dengan prinsip yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraannya harus benar- benar sejalan dengan tujuan pemberian otonomi yang
pada dasarnya untuk memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.

Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah menurut masdiasmo adalah untuk


meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian dearah. Pada dasarnya
terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah yaitu
(1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan masyarakat,
(2) Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan
(3) Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi
dalam proses pembangunan

Menurut Deddy S.B & Ddadang solihin, tujuan peletakan kewenangan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan
keadilan, demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya local dan memperhatikan
potensi dan keanekaragaman derah. Dengan demikian pada intinya tujuan otonomi daerah
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara menigkatkan pelayanan
publikkepada masyarakat dan memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan.

10
KONSEP PELAYANAN PUBLIK
Pelayanan publik diartikan, “melayani keperluan orang atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara
yang telah ditetapkan” (Kurniawan 2005: 4). Selanjutnya menurut Kemenpan No.
63/KEP/M.PAN 7/2003, publik adalah “segala kegiatan upaya pemenuhan kebutuhan
penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan
masyarakat oleh penyelenggara negara. Sedangkan dalam rumusan undang-undang
tentang pelayanan publik, pelayanan publik didefinisikan sebagai kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak
sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan atau pelayanan
administrasi yang di sediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Berbagai definisi
dan pemahaman tentang pelayanan publik tersebut pada intinya memiliki arah
pandangan atau fokus yang hampir sama yakni pada pemberian pelayanan oleh Instansi
pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik kepada masyarakat, yang memiliki
kepentingan terhadap institusi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan. Saat ini yang menjadi permasalahan utama adalah bagaimana
mewujudkan perbaikan penyelenggaraan pelayanan publik guna memenuhi tuntutan
kebutuhan masyarakat dan perkembangan kondisi yang ada. Berdasarkan penjelasan
diatas, dapat diketahui bahwa pelayanan public merupakan kegiatan untuk pemenuhan
kebutuhan setiap manusia sebagai penerima pelayanan yang dilakukan oleh
penyelenggara negara. Kantor Imigrasi Kelas I Kupang sebagai penyelenggara
pelayanan jasa pengurusan paspor harus mampu memberikan pelayanan yang sesuai
dengan undang-undang agar mendapatkan sebuah pelayanan publik yang baik.

a. Konsep Inovasi

Secara umum Inovasi sering kali diterjemahkan sebagai penemuan baru, namun sebenarnya
aspek kebaruan dalam Inovasi sangat ditekankan untuk Inovasi sektor swasta . sedangkan,
Inovasi pada sektor publik lebih ditekankan pada aspek perbaikan yang dihasilkan dari
kegiatan Inovasi tersebut, yaitu pemerintah mampu memberikan pelayanan publik secara
lebih efektif, efesien dan berkualitas, murah dan terjangkau. Lebih lanjut dikatakan Inovasi
adalah pengenalan terhadap elemen baru ke dalam pelayanan organisasi dalam bentuk
sebuah pengetahuan baru, organisasi baru, manajemen atau keterampilan proses yang baru.

11
Pugh dalam Rahayu Y.S (2015 : 84) menyatakan Inovasi adalah sebuah pengenalan atas fitur
baru dalam organisasi. Inovasi dicerminkan oleh produk-produk dan proses produksi baru,
kemajuan dalam teknologi komunikasi, organisasi dan pelayanan baru disektor publik dan
sektor non-profit. Daft dalam Rahayu Y.S (2015 : 84) menyatakan bahwa Inovasi organisasi
berkaitan dengan adopsi sebuah Ide atau perilaku yang sifatnya baru bagi organisasi yang
mengadopsinya. Secara lebih khusus, Inovasi didefenisikan sebagai sebuah awal
penggunaan gagasan oleh sebuah organisasi dengan tujuan yang sama. Berdasarkan
penjelasan diatas, menyimpulkan bahwa Inovasi erat kaitannya dengan perubahan yang
dihadapi oleh sebuah organisasi. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Inovasi
menjadi satu kunci yang bisa digunakan oleh organisasi dalam menghadapi sebuah
perubahan. Defenisi Inovasi yang cenderung positif karena Inovasi menjadi strategi yang
digunakan oleh organisasi untuk menyediakan manajemen perubahan yang efektif.
Organisasi akan berbicara mengenai bagaimana poin-poin keterbaruan yang menjadi
karakter Inovasi dapat dikembangkan secara keseluruhan melalui perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan kontrol sehingga dapat menghubungkan semua aspek
organisasi.

b. Konsep Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Pressman dan Wildaysky (dalam Abdul Wahab, 2003) implementasi adalah
sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai
tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara
yang diinginkan dengan mencapainya. Pendapat lain dapat dikemukakan oleh Masmanian
dan Sabatier (dalam Abdul Wahab, 2005) implementasi adalah memahami apa yang
senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan
focus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan
yang timbul sesudah disahkan-nya pedoman-pedoman kebijakan negara, yang mencakup
baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun menimbulkan akibat/ dampak
nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian. Kemudian Meter dan Horn (dalam Winarno,
2004:102) mengatakan bahwa implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu- individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta

12
yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan
keputusan kebijakan lainnya. Menurut Grindle (dalam Haedar Akib, 2010) menyatakan
bahwa implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti
pada tingkat program tertentu. Proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan
sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan disalurkan
untuk mencapai sasaran. Mengacu pada pendapat Edward III (dalam Haedar Akib, 2010)
mengenai kriteria penting dalam implementasi kebijakan, dapat dikemukakan empat faktor
sebagai sumber masalah sekaligus prakondisi bagi keberhasilan proses implementasi, yakni
komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana, dan struktur organisasi, termasuk
tata aliran kerja birokrasi.

Komunikasi suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para
pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan
konsistensi informasi yang disampaikan. Sumber daya, meliputi empat komponen yaitu staf
yang cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan,

kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas atau tanggung jawab dan fasilitas yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan. Disposisi atau sikap pelaksana merupakan komitmen
pelaksana terhadap program. Struktur birokrasi didasarkan pada prosedur operasional
standar yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan kebijakan. Alasan lain yang
mendasari perlunya implementasi kebijakan dapat dipahami dari pernyataan Grindle dan
Quade (dalam Haeder Akib, 2010) yang mengharapkan agar dapat ditunjukkan konfigurasi
dan sinergi dari tiga variabel yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan, yakni
variabel kebijakan, organisasi, dan lingkungan kebijakan. Harapan itu perlu diwujudkan
agar melalui pemilihan kebijakan yang tepat masyarakat dapat berpartisipasi dalam
memberikan kontribusi yang optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Selanjutnya,
ketika sudah ditemukan kebijakan yang terpilih perlu diwadahi oleh organisasi pelaksana,
karena di dalam organisasi terdapat kewenangan dan berbagai jenis

sumber daya yang mendukung pelaksanaan kebijakan atau program. Sedangkan penciptaan
situasi dan kondisi lingkungan kebijakan diperlukan agar dapat memberikan pengaruh,
meskipun pengaruhnya seringkali bersifat positif atau negatif. Oleh karena itu, diasumsikan
bahwa jika lingkungan berpandangan positif terhadap suatu kebijakan maka akan
menghasilkan dukungan positif sehingga lingkungan berpengaruh terhadap kesuksesan

13
implementasi kebijakan. Sebaliknya, jika lingkungan berpandangan negatif maka akan
terjadi benturan sikap sehingga proses implementasi terancam akan gagal. Lebih dari pada
ketiga aspek tersebut perlu pula dipertahankan kepatuhan kelompok sasaran kebijakan
sebagai hasil langsung dari implementasi kebijakan yang menentukan efeknya terhadap
masyarakat. Implementasi kebijakan di-perlukan untuk melihat kepatuhan kelompok sasaran
kebijakan. Oleh karena itu, dilihat dari perspektif perilaku, kepatuhan kelompok sasaran
merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan.
Pemahaman ini sejalan dengan pandangan Ripley dan Franklin (dalam Haeder Akib, 2010)
bahwa untuk

mendukung keberhasilan implementasi kebijakan perlu didasarkan pada tiga aspek, yaitu:

1) tingkat kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi di atasnya atau tingkatan birokrasi,


sebagaimana diatur dalam undang-undang, 2) adanya kelancaran rutinitas dan tidak adanya
masalah; serta 3) pelaksanaan dan dampak (manfaat) yang dikehendaki dari semua program
terarah.

Meter dan Horn (subarsono;2006) mengemukakan bahwa terdapat enam variabel yang
mempengaruhi kinerja implementasi, yakni;

1). Standar dan sasaran kebijakan, di mana standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan
terukur sehingga dapat direalisir apabila standar dan sasaran kebijakan kabur,

2). Sumberdaya, dimana implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya, baik sumber
daya manusia maupun sumber daya non manusia.

3). Hubungan antar organisasi, yaitu dalam banyak program, implementor sebuah program
perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain, sehingga diperlukan koordinasi dan
kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program

4). Karakteristik agen pelaksana yaitu mencakup stuktur birokrasi, norma-norma dan pola-
pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang semuanya itu akan mempengaruhi
implementasi suatu program..

5). Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya ekonomi
lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana
kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan,

14
karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini public
yang ada di lingkungan, serta apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

6). Disposisi implementor yang mencakup tiga hal yang penting, yaitu respon implementor
terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan,
kognisi yaitu pemahaman terhadap kebijakan, intensitas

disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor. Dari defenisi
diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri dari tujuan atau sasaran
kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian tujuan, dari hasil kegiatan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana
kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan
mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan
pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang
ingin diraih.

15

Anda mungkin juga menyukai