Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER 2020/2021

NAMA : PIPIT WIDIA NINGSIH

NIM : 1813111024

KELAS : AP-5A

Pertanyaan :

1. Bagaimana menurut pendapat anda tentang kebijakan pemerintah yang terbaru mengenai
kartu prakerja? Apakah sudah tepat sasaran dan membantu masyarakat yang membutuhkan,
berikan penjelasan anda dengan korelasi teori pembangunan

Jawab :

Pada tahun 2019 Program Kartu Prakerja diluncurkan pemerintah dengan tujuan
pengembangan kompetensi kerja dan kewirausahaan yang ditujukan untuk pencari kerja,
pekerja/buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja, dan/atau pekerja/buruh yang
membutuhkan peningkatan kompetensi, termasuk pelaku usaha mikro dan kecil dan
ditargetkan untuk 2 juta masyarakat yang akan mencari pekerjaan dengan sistem awalnya
berencana memberikan pelatihan secara langsung (offline). Peserta akan mendapatkan
fasilitas pelatihan gratis dan ongkos selama pelatihan. Namun pandemi Covid-19 merubah
segalanya, pada 2020 kartu ini ditargetkan untuk 5,6 juta masyarakat khusus untuk yang
terkena dampak PHK dan dirumahkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja karena adanya
penyebaran pandemi covid-19 dengan menggunakan sistem pelatihan-pelatihan keterampilan
secara digital dengan bekerjasama dengan mitra kerja, seperti Skill Academy oleh
Ruangguru, MauBelajarApa, Pintaria, Sekolah.mu, dan Pijar Mahir. .

Menurut saya, program kartu prakerja ini kurang efektiv diterapkan dimasa pandemi Covid-
19 seperti ini. Berikut merupakan alasan kenapa program kartu prakerja dinilai kurang efektif
dan tidak tepat sasaran :

a) Memang pelatihan dan peningkatan kompetensi itu sangat penting, namun untuk masa
seperti sekarang hal seperti itu bukanlah prioritas. Yang paling dibutuhkan
masyarakat saat ini adalah stimulus sektor logistik. Mengingat pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) sudah diinstruksikan di berbagai daerah, sehingga tidak
memungkinkan lagi untuk melakukan aktivitas di luar rumah termasuk kegiatan
pemenuhan kebutuhan pokok. Pastinya kebutuhan pokok harus didahulukan bukan.
Menurut saya lebih baik uang yang digunakan untuk pelatihan tersebut diberikan
langsung kepada masyarakat yang terkena dampak PHK dengan begitu bantuan
tersebut akan lebih terasa manfaatnya.
b) Penerima program kartu prakerja yang salah sasaran. Walaupun program ini
pendaftarannnya melalui seleksi yang dilakukan pemerintah, banyak masyarakat yang
memang dalam keadaan benar-benar pengangguran dan terkena PHK malah tidak
lolos dalam program ini, malahan banyak dari sebagian masyarakat yang sudah
mempunyai pekerjaan yang hanya iseng-iseng daftar diloloskan dalam tahap seleksi
ini. Karena kita memang tidak mengetahui mekanisme seperti apa yang dilakukan
pemerintah dalam menyaring masyarakat penerima kartu prakerja ini agar tepat
sasaran. Hanya dengan mendaftarkan data diri dan mengikuti tes kepribadian
motivasi, masyarakat dengan golongan manapun juga dapat mengikuti program
tersebut.
c) Pemborosan anggaran tanpa adanya hasil yang nyata. Alokasi anggaran yang
digunakan dalam program kartu prakerja ini mencapai 20 triliun dengan rinciannya,
biaya untuk pelatihan sebesar Rp5,6 triliun, dana insentif sebesar Rp13,45 triliun,
dana survei Rp840 miliar, dan dana project management office (PMO) Rp100 juta.
Anggaran sebanyak itu kan lebih bermanfaat apabila anggaran yang sudah
dialokasikan untuk kartu prakerja di-realokasi dan di-refocusing untuk penanganan
Covid-19. Hasil dari pelatihan di dalam program kartu prakerja inipun tidak bisa
dipertanggungjawabkan karena memang program ini dipaksakan untuk dijalankan
sampai mau 10 gelombang. Seharusnya, jika memang ada dampak positif, peserta bisa
mengimplementasikan ilmu yang didapat dari pelatihan. Misalnya, dengan menjadi
wirausaha. Bila wirausaha banyak tercipta, minimal jumlah pelaku UMKM
bertambah. Setelah itu, pemerintah bisa mendeteksi berapa omzet yang didapatkan
dan perkembangan usaha dari peserta Kartu Prakerja. Harusnya dampak ke ekonomi
terasa 1 bulan setelah ikut pelatihan, ya minimal kuartal II 2020 atau kuartal III 2020
terasa. Tapi Pemerintah belum bisa memaparkan bagaimana perkembangan dari usaha
yang dibangun oleh peserta program Kartu Prakerja. Begitu juga dengan dampaknya,
apakah memang sudah terasa terhadap ekonomi nasional atau belum. Pemerintah
hanya melaporkan jumlah peserta Kartu Prakerja. Masyarakat bukan butuh itu, publik
butuh output atau hasil dari program Kartu Prakerja.
d) Target 5,6 juta penerima program kartu prakerja kurang menampung jumlah
pengangguran yanga ada di Indonesia. Hingga saat ini, program ini telah berjalan
pada tahap gelombang II. Nantinya, akan ada sekitar 20 gelombang yang dibagi tiap
minggunya. Untuk saat ini kuota penerimaan gelombang II sebanyak 164.000 orang.
Bayangkan saja, dari 20 gelombang yang akan dilaksanakan hanya dapat tertampung
5,6 juta target penerima Kartu Prakerja. Menurut, Badan Pusat Statistik (BPS) pada
akhir tahun 2019 terdapat 7,05 juta jiwa pengangguran di Negara kita. Dengan adanya
pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, akan membuat angka pengangguran di
Indonesia semakin tinggi akibat banyaknya yang terkena PHK dan penutupan usaha.
Oleh karena itu, target 5,6 juta penerima Kartu Prakerja tidak dapat menutupi jumlah
pengangguran yang ada di Indonesia secara menyeluruh.
e) Kesenjangan digital pada masyarakat Indonesia. Karena memang beberapa wilayah di
Indonesia tidak memiliki sinyal kuat untuk mengakses internet, sementara sebagaian
besar masyarakat memakai internet dengan kuota data sehingga ketika mereka harus
dituntut mengakses konten dari kelas, dan hampir semua berbasis video tentu ini akan
menyulitkan mereka dalam mengakses konten tersebut. Belum lagi soal infrastruktur,
masih banyak masyarakat mengakses internet menggunakan telepon pintar
(smartphone), sementara beberapa kelas dalam Kartu Prakerja untuk menampilkan
lebih baik misalnya menuntut penggunaan laptop. 
f) Ditambah lagi, dengan pelaksanaan pelatihan berbasis online yang dilakukan
membuat peserta melakukannya secara mandiri tanpa ada pendampingan. Bagaimana
jaminan bagi peserta benarbenar mengembangkan diri pasca pelatihan?, dan apakah
program ini dapat tepat sasaran untuk masyarakat yang terkena dampak PHK dan
dipulangkan karena pandemi Covid19. Jika ini sebagai program upskilling atau
menambah keterampilan, dinilainya program Kartu Prakerja muatannya kurang
mendalam. Setahu saya tidak pernah ada negara manapun dalam sejarah yang
menyelenggarakan pelatihan kerja kepada tenaga kerja secara online. Kalaupun ada
pelatihan atau kursus yang sudah diselenggarakan secara online, hal tersebut sifatnya
otodidak semata.

Jika dikaitkan dengan teori pembangunan, Program Kartu Prakerja ini belum bisa
menyongsong atau mendukung kegiataan perekonomian dari masyarakat terbukti dengan
belum adanya hasil nyata dari penerima program ini dan juga banyak dari penerima
program ini yang salah sasaran.
Pertanyaan :

2. Dalam Teori Rostow membagi proses pembangunan dalam lima tahap, yaitu tahap
masyarakat tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, tahap menuju
kematangan dan tahap konsumsi tinggi. Berikan penjelasan secara singkat dan jelas tentang 5
tahap tersebut!

Jawab :

Penjelasan singkat lima tahap proses pembangunan menurut Teori Rostow sebagai berikut :

1) Tahap Masyarakat Tradisional

Pada tahapan ini masyarakat masih dipengaruhi sistem kepercayaan tentang kekuatan di
luar manusia. Sifat masyarakat ini cenderung statis. Statis dalam arti masyarakat
mengalami perkembangan yang cukup lamban. sehingga produksi yang dihasilkan pada
masyarakat pada masa ini, masih sangat rendah. Dan mereka tunduk pada kekuatan alam,
karena belum bisa menguasai alam. Hasil produksi hanya digunakan sebagai konsumsi
saja. Tidak ada investasi yang dilakukan masyarakat. Tahap kehidupan pada generasi
kedua pada umumnya hampir sama dengan kehidupan generasi sebelumnya.  Pada
masyarakat tradisional ilmu pengetahuan juga belum begitu banyak dikuasai , karena
masyarakat pada saat itu, masih mempercayai kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan
diluar kekuasaan menusia atau hal gaib.

2) Tahap Prasyarat Lepas Landas

Pada tahap ini kondisi masyarakat mulai menghilangkan tanda-tanda dan hambatan-
hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi. Tahapan ini masyarakat
mulai mengenal investasi, tabungan dari pendapatan Nasional. Munculnya usaha
komersial untuk mencari keuntungan bukan lagi sekedar untuk memenuhi konsumsi.
Dalam proses ini peningkatan pertanian dianggap penting dalam proses lepas landas,
karena proses modernisasi yang terjadi membutuhkan hasil pertanian sesuai kebutuhan.
Ditahap ini mulai berkembang ide pembaharuan. Ide ide yang berkembang ini bukan
sekadar pendapat yang menyatakan bahwa kemajuan ekonomi dapat dicapai, tetapi bahwa
kemajuan ekonomi merupakan suatu kondisi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-
tujuan lain yang dianggap baik, kebesaran bangsa, keuntungan pribadi, kemakmuran
umum, atau kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak mereka nantinya.
3) Tahap Lepas Landas

Pada tahap lepas landas ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti
revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya
pasar-pasar baru. Sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut secara teratur akan
tercipta inovasi-inovasi dan peningkatan investasi. Investasi yang semakin tinggi ini akan
mempercepat laju pertumbuhan pendapatan nasional. Rostow mengemukakan 3 ciri
utama dan negara-negara yang sudah mencapai masa tinggal landas, yaitu:

a. Terjadinya kenaikan investasi produktif dari 5 persen atau kurang menjadi 10


persen dari Produk Nasional Bersih.
b. Terjadinya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat
pertumbuhan yang sangat tinggi (leading sectors).
c. Terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang bisa
menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang
bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus terjadi.
4) Tahap Menuju Kematangan

Pada tahap ini keadaan perekonomian yang terus menerus bertumbuh meskipun kadang-
kadang disertai dengan laju yang fluktuatif, terjadi perluasan pemakaian teknologi
modern secara menyeluruh pada kegiatan-kegiatan perekonomian. Dalam tahap ini mulai
bermunculan industri dengan teknologi baru, misalnya industri kimia atau industri listrik.
Ini merupakan konsekuensi dari kemakmuran ekonomi dan sosial. Pada umumnya,
tahapan ini dimulai sekitar 60 tahun setelah tinggal landas. Sesudah 60 tahun sejak sebuah
negara lepas landas atau 40 tahun setelah periode lepas landas berakhir, tingkat
kedewasaan biasanya tercapai. Perkembangan industri terjadi tidak saja meliputi teknik-
teknik produksi, tetapi juga dalam aneka barang yang diproduksi, kemudian yang
diproduksi juga bukan sebatas pada barang konsumsi, tetapi juga barang modal. Kondisi
pada teori rostow ini berbicara mengenai aspek ekonomi yang saling berkaitan.

5) Tahap Konsumsi Tinggi

Tahap konsumsi tinggi ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan ekonomi
Rostow.Pada tahap ini Produksi industri juga berubah, dari kebutuhan dasar menjadi
kebutuhan barang-barang konsumsi yang tahan lama, perhatian masyarakat telah lebih
menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan
masyarakat bukan lagi kepada masalah produksi, pendapatan riil perkapita pun juga
meningkat sampai pada suatu titik dimana sejumlah besar orang dapat membeli barang-
barang konsumsi selain kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Pada tahap
konsumsi tinggi ini ada tiga macam tujuan dari masyarakat (Negara), yaitu :

a. Menciptakan negara kesejahteraan (welfare state) dengan cara mengusahakan


terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak
yang progresif.
b. Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang,
pangan, dan papan) menjadi meliputi barang-barang konsumsi tahan lama dan
barang-barang mewah.
c. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini
bisa berakhir pada penjajahan terhadap bangsa lain.

Anda mungkin juga menyukai