Anda di halaman 1dari 7

Analisis Kebijakan Publik Program Kartu Prakerja Dalam Meningkatkan Kesempatan

Kerja di Kota Semarang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang belum bisa dikatakan sejahtera. Banyak masalah
sosial seperti kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial masih belum terselesaikan dari
dulu hingga sekarang. Hal tersebut menimbulkan pemikiran bahwa masih diperlukan kebijakan-
kebijakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih efektif. Kebijakan
tersebut harus bersifat terbuka bagi seluruh kalangan masyarakat tanpa melihat status sosial
ekonomi, agama, ras, suku bangsa, usia, dan jenis kelamin. Sehingga semua masyarakat dapat
memperoleh hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak.

Disisi lain, kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi . Ketika
kesempatan kerja tinggi, pengangguran akan rendah dan ini akan berdampak pada naiknya
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kesempatan kerja dapat dilihat dari banyaknya jumlah
orang yang diterima bekerja dan tersedianya lapangan pekerjaan. Pentingnya lapangan pekerjaan
bagi masyarakat adalah sebagai sumber penghidupan untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari.
Lahan pekerjaan yang tersedia biasanya hanya terbatas, sehingga untuk mendapatkannya relatif
semakin sulit. Hal Ini akan menimbulkan kesenjangan antaran permintaan dan penawaran tenaga
kerja, sehingga berdampak pada pengangguran.

Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia menjadi suatu masalah yang krusial. Untuk
mengurangi tingkat penggangguran yang relatif tinggi, maka pemerintah perlu meningkatkan
kegiatan perekonomian atau pertumbuhan ekonomi di daerah masing–masing. Ukuran
pertumbuhan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang tercermin
pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan investasi yang merupakan bagian dari
pendapatan (Samuelson dan Nordhaus, 1996). Meningkatnya pendapatan daerah akan
meningkatkan permintaan barang dan jasa di masyarakat. Ini berarti memerlukan penambahan
modal yang sudah ada dengan menambahkan proyek investasi. Meningkatnya tingkat
pendapatan mengakibatkan meningkatnya jumlah proyek investasi yang dilaksanakan oleh
masyarakat (Todaro dan Stephen, 2003), atau bisa dikatakan permintaan tenaga kerja meningkat.
Selain meningkatkan PDRB, pemerintah juga harus memperhatikan tingkat kesejahteraan
pekerja, di antaranya adalah pemberlakuan upah minimum sebagaimana dimaksud Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang upah minimum. Besarnya
Upah minimum ditentukan oleh: (i) Kebutuhan Hidup Minimum (KHM), (ii) Indeks Harga
Konsumen (IHK), (iii) Kemampuan perusahaan, pertumbuhannya, dan kelangsungannya, (iv)
Kondisi pasar tenaga kerja, dan (v) Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita.
Pemberlakuan upah minimum ini dilaksanakan setiap tahunnya berdasarkan tingkat dan harga
kebutuhan masyarakat pada saat itu. Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk
mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja.

Kondisi perekonomian pada saat ini telah memungkinkan untuk penetapan upah yang realistis
sesuai dengan tingkat kebutuhan masing masing daerah. Penetapan Upah Minimum mengacu
kepada pemenuhan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Pemerintah menetapkan upah
berdasarkan KHM dan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Penetapan Upah minimum setiap tahun mengalami peningkatan, hal ini menyebabkan dilema
tersendiri bagi perusahaan yang menganggap penentuan upah minimum terlalu tinggi. Upah
mempunyai pengaruh terhadap kesempatan kerja. Jika semakin tinggi tingkat upah yang
ditetapkan, maka berpengaruh pada meningkatnya biaya untuk menggaji tenaga kerja sehingga
biaya produksi akan meningkat (Simanjutak, 1998). Biaya Produksi yang tinggi mengakibatkan
pengeluaran perusahaan menjadi semakin besar sehingga tidak efisien. Untuk melakukan
efisiensi, perusahaan terpaksa melakukan pengurangan tenaga kerja, yang berakibat pada
rendahnya tingkat kesempatan kerja dan naiknya angka pengangangguran.

Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi terpadat penduduknya di Indonesia yaitu sekitar
34.674.870 jiwa (Dinas Transmigrasi Dan Tenaga Kerja Jawa Tengah, 2013). Salah satu masalah
yang dihadapi Jawa Tengah adalah masalah ketenagakerjaan, baik itu pengangguran maupun
kesempatan kerja.

Penyerapan angkatan kerja yang setiap tahunnya tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang
bekerja. Dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), pada tahun 2010-2012 di Jawa
Tengah mengalami peningkatan dari 70,6%, 70,77% menjadi 71,43% dan penurun pada tahun
2013 menjadi 70,72%. Jumlah Pengangguran pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya sebesar 962.141 jiwa menjadi 1.022.728. Naiknya angka pengangguran ini
berarti kesempatan kerja di Jawa Tengah mengalami penurunan.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengangguran di Jawa Tengah. Salah satu penyebab
naiknya angka pengangguran yang terjadi pada tahun 2013 adalah permasalahan keahlian atau
skill yang dimiliki oleh masyarakat di Jawa Tengah, salah satunya Kota Semarang.

Faktor lain yang memicu rendahnya kesejahteraan masyarakat di Indonesia yaitu masalah
pengangguran. Pengangguran tersebut terjadi karena ketidakseimbangan dan ketidak cocokan
antara permintaan lapangan kerja dengan penawaran lapangan kerja (Soleh, 2017). Selain
kelebihan tenaga kerja, terbatasnya keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat juga menjadi
alasan terjadinya pengangguran. Pasalnya lapangan pekerjaan yang tersedia hanya dapat diisi
oleh beberapa orang saja. Oleh karena itu, memiliki pekerjaan yang layak masih belum dirasakan
oleh seluruh kalangan masyarakat di Indonesia. Terlebih lagi semenjak masuknya pandemi
Covid-19 di Indonesia dan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
2019 (Covid-19). Alih-alih mencegah penyebaran penyakit, kebijakan tersebut justru
menimbulkan dampak yang besar pada sektor perekonomian. Akibatnya, banyak perusahaan
yang mengalami kerugian yang kemudian harus melakukan tindakan seperti pengurangan upah
kerja bahkan hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat pengangguran terbuka di indonesia mengalami


peningkatan sebanyak 1,84 persen per Agustus 2020. Di Kota Semarang sendiri tingkat
pengangguran terbuka mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebanyak 4,54 persen menjadi
9,57 persen di tahun 2020. Dalam merespon keluhan masyarakat, pemerintah memberikan
berbagai macam bantuan yang dapat dirasakan selama pandemi ini belum berakhir, salah satunya
yaitu program Kartu Prakerja yang diresmikan melalui Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2020
Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja.

Kartu Prakerja merupakan program pengembangan kompetensi berupa bantuan biaya yang
ditujukan kepada pencari kerja, pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja, atau
pekerja yang memerlukan kompetensi tambahan. Pada program tersebut, masyarakat
mendapatkan dua hak yakni pelatihan online yang dapat diakses untuk meningkatkan kapabilitas
diri yang dapat disesuaikan dengan minat dan bakat masing-masing, serta bantuan dana yang
dapat digunakan untuk keperluan lain.

Apabila dilihat secara teknis, prosedur yang dilakukan mulai dari pendaftaran hingga
dilakukannya pelatihan tergolong mudah karena dilakukan secara online sehingga dapat
dilakukan dimana saja. Namun, bagi sebagian orang menganggap prosedur yang dilakukan
berbelit-belit terutama bagi sektor informal yang memiliki keterbatasan dalammengakses
teknologi. Pada kenyataannya, diluar sana memang masih banyak masyarakat yang memiliki
antusias yang besar untuk mengikut program Kartu Prakerja, namun karena terhambat oleh
keterbatasan teknologi masyarakat menjadi tidak bisa mengakses program tersebut. Bahkan tak
jarang masyarakat awam yang kurang mengetahui berlangsungnya program ini.

Bukan hanya itu, masyarakat yang telah mendaftar Kartu Prakerja pun mengeluhkan
ketidaklolosannya yang terjadi berulang kali padahal syarat yang diperlukan sudah dipenuhi. Hal
tersebut kemudian menyebabkan masyarakat mempertanyakan bagaimana sebenarnya alur
seleksi yang dilakukan dalam program tersebut.

Prakerja berasal dari kata Pra yang berarti sebelum, dan Kerja yang berarti kegiatan melakukan
sesuatu. Prakerja merupakan pelatihan sebelum terjun ke dunia kerja, guna mengembangkan
kompetensi dalam diri SDM yang dimaksud. Tujuan awal diluncurkannya program ini untuk
mendukung tumbuh dan kembang perekonomian Indonesia, namun akibat dari dampak Covid
pada perekonomian Indonesia, program ini juga diharapkan mampu mendukung tumbuh dan
kembang perekonomian Indonesia serta memulihkan perekonomian rakyat melalui skema
bantuan sosial.

Untuk terdaftar dalam program ini, calon peserta harus menunggu gelombang dibuka melalui
website prakerja.co.id, jika gelombang sudah dibuka maka calon peserta akan diminta mengisi
data diri dan dokumen diri seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), serta
email aktif. Jika dinyatakan lolos, maka peserta akan diberikan saldo non-tunai untuk membeli
pelatihan yang tersedia dilaman Prakerja. Pelatihannya pun beragam sehingga peserta bisa bebas
memilih pelatihan yang sesuai minat mereka. Kategori pilihan Pelatihan Prakerja, antara lain:
Pengembangan Diri, Bisnis, IT dan Data, Marketing, Tata Boga, Bahasa, Kecantikan, Finansial,
Fotografi, dan Kesenian.
Saldo non-tunai akan masuk ke e-wallet peserta untuk membeli pelatihanpelatihan sesuai minat
peserta, dan saldo ini tidak bisa diuangkan sehingga peserta diminta mendapatkan pelatihan
sebanyak-banyaknya. Selain saldo non-tunai untuk pembelian pelatihan, diakhir sesi Prakerja
pun pemerintah memberikan insentif kepada para peserta guna membantu permodalan bisnis
kecil yang akan dibangun setelah mendapat pelatihan dari program ini, insentif yang diberikan
sebanyak Rp. 600.000 perbulan selama 4 bulan. Dengan persiapan dan anggaran yang cukup
matang, membuktikan bahwa Pemerintah dengan cukup serius menjalani program ini dengan
harapan terserapnya tenaga kerja Indonesia oleh pasar tenaga kerja sehingga tingkat
pengangguran di Indonesia mengalami penurunan. Dana yang dikeluarkan APBN untuk program
Prakerja sebesar 20 triliun rupiah, apabila dihitung lebih detail dari total uang yang diberikan
pada peserta yakni sebesar Rp 3.550.000, dengan uang pelatihan sebesar Rp 1.000.000, maka
total yang harus dibayar pada program kartu Prakerja terhadap platform media pelatihan
sebanyak 35,5% dari total 20 triliun rupiah atau sebesar 7,1 triliun rupiah (Keba, 2022).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini akan menganalisis
Kebijakan Publik Program Kartu Prakerja Dalam Meningkatkan Kesempatan Kerja di Kota
Semarang.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana Kebijakan Publik Program Kartu Prakerja Dalam Meningkatkan Kesempatan
Kerja di Kota Semarang?
1.3 Batasan Masalah

Kesempatan kerja, keterampilan dan skill lainnya sangat mempengaruhi seseorang dalam
mencari dan menerima pekerjaan, ada beberapa faktor pula yang mempengaruhi seseorang atau
masyarakat bekerja, diantarnya adanya lapangan pekerjaan, bantuan pemerintah serta kebijakan
pemerintah utnuk menciptakan lapangan pekerjaan dan menciptakan SDM yang siap bekerja.

Peneliti membatasi penelitian hanya menjelaskan tentang gambaran kebijakan publik terkait
program kartu pra kerja untuk meningkatkan kesempatan kerja di Kota Semarang.

1.4 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kebijakan Publik Program
Kartu Prakerja Dalam Meningkatkan Kesempatan Kerja di Kota Semarang?
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan bagaimana kebijakan publik program kartu prakerja dalam
meningkatkan kesempatan kerja di kota Semarang.
b. Mengetahui faktor-faktor yang membuat kebijakan publik terkait kartu prakerja
diciptakan.
c. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang relevan terkait peningkatan kerja di kota
Semarang.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Mengetahui Bagaimana Kebijakan Publik Program Kartu Prakerja Dalam Meningkatkan
Kesempatan Kerja di Kota Semarang?
b. Bagi Orang Tua
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi keluarga, terutama bagi masyarakat yang
belum bekerja.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam peningkatan pemahaman terkait
kesempatan kerja di Kota Semarang.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar

2.1.1. Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Anda mungkin juga menyukai