Anda di halaman 1dari 3

KONSEP KETENAGAKERJAAN DAN ANALISIS KETENAGAKERJAAN DI

INDONESIA

KONSEP KETENAGAKERJAAN

Menurut UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan :

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum,selama,dan sesudah masa kerja Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.

Tenaga kerja terdiri dari 2 :

1.Angakatan Kerja

2.Bukan Angkatan Kerja

Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja secara umum yaitu suatu keadaan yang mencerminkan jumlah dari total
angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut secara aktif dalam kegiatan perekonomian.
Kesempatan kerja adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja atau disebut pula
pekerja

Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja

1. Pertumbuhan Penduduk Kualitas

2. Tingkat Upah atau Gaji Kenaikan

3. Kondisi Perekonomian Suatu Daerah Tingginya

4. Kualitas atau Produktivitas Sumber Daya Manusia

Kondisi Tenaga Kerja Indonesia Pada saat ini sektor pertanian masih memegang porsi
terbesar dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan
laporan International Labour Organization (ILO) Indonesia pada 2019, sebanyak 31,9 persen
penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Disusul sector dengan jasa sebanyak 24,2
persen, dan sektor perdagangan sebesar 22,5 persen. Meskipun datanya demikian, nyatanya
sektor pertanian tidak mampu memberi kesempatan kerja yang banyak pada beberapa tahun
terakhir. Terhitung sejak 2015-2021, jumlah pekerja yang mampu ditampung sektor pertanian
mengalami penurunan sebesar sembilan persen. Sedangkan pada bidang lain seperti industri,
manufaktur, dan jasa mengalami pertumbuhan positif

Dilihat dari sudut pandang positif tenaga kerja merupakan salah satu sumberdaya yang sangat
penting dalam mendorong pertumbuhan dan kemajuan ekonomi suatu negara. Namun dari
sudut pandang yang lain meningkatnya tenaga kerja justru sering kali menjadi persoalan
ekonomi yang sulit untuk diselesaikan oleh pemerintah. Sebagai akibat dari kurangnya
pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan sebagai dampak dari meningkatnya
jumlah penduduk yang ada, sehingga tenaga kerja yang ada tidak terserap secara penuh,
konsekuensinya terciptalah pengangguran.

Berdasarkan data yang dirilis (World Bank), disebutkan bahwa jumlah angkatan kerja atau
tenaga kerja diIndonesia merupakan yang terbesar keempat didunia. Artinya jumlah angkatan
kerja di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Berdasarkan data dari BPS (2019) angkatan kerja Indonesia berjumlah
122.742.601 jiwa, dan mengalami peningkatan menjadi 125.316.991 jiwa pada tahun 2020.
Dalam hal ini pemanfaatan tenaga kerja secara maksimal wajib dilakukan oleh pemerintah,
jika pemerintah ingin survive dalam pembangunan, jika tidak perlahan tapi pasti
bertambahnya jumlah angkatan kerja yang tidak terserap (pengangguran) akan menjadi beban
dan penghambat dalam dalam perekonomian dan pada akhirnya menjadi masalah. Selain
menjadi beban dan penghambat dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara,
pengangguran juga digunakan menjadi salah satu indikator dari pasar tenaga kerja yang ada.

Rendahnya pengangguran sering dianggap menjadi suatu prestasi dalam suatu negara
demikian juga sebaliknya. Namun pada kenyataannya belum mencerminkan masalah
ketenagakerjaan yang sebenarnya. Konsep pengangguran disini diartikan sebagai penduduk
yang memasuki usia kerja (15–65 tahun) yang sedang mencari kerja, mempersiapkan usaha,
putus asa dan sudah punya pekerjaan tapi belum memulai bekerja. Secara umum upaya
pemerintah dalam mengatasi pengangguran yang terjadi di negeri ini cukup berhasil,
khususnya dalam menyediakan lapangan kerja meskipun tidak semua mampu terserap.
Berdasarkan data dari BPS RI dalam 10 tahun terakhir trend penurunan tingkat pengangguran
di Indonesia cukup tinggi, yang mana pada tahun 2020 pengangguran di Indonesia sebesar
10,3 persen (dari total jumlah usia kerja) ada mengalami pemenurunan menjadi 7,0 persen
(dari total jumlah usia kerja) pada tahun berikutnya. Namun dalam perjalananya ada beberapa
permasalahan yang menyebabkan masih belum maksimalnya penyerapan tenaga kerja yang
terjadi tersedianya lapangan pekerjaan tersebut.

Suatu kebijakan, terutama kebijakan pembangunan akan menyita biaya dan pengorbanan
yang tidak kecil baik materi, waktu dan tenaga, termasuk opportunity cost (Biaya
Kesempatan) lainnya. Suatu kebijakan diawali dengan berbagai persiapan, perencanaan yang
matang, pembahasan yang intens, sebelum akhirnya dituangkan dalam suatu naskah atau
sebagai dokumen kebijakan. Bila tahapan ini diikuti secara konsisten dan konsekuen, maka
arah kebijakan yang dihasilkan akan memberi kontribusi terhadap pembangunan nasional
khususnya dalam Produk Domestik Bruto Indonesia. Tetapi sebaliknya, bila tahapan ini tidak
dilakukan secara konsisten, maka arah kebijakan yang dihasilkan akan memberi arah yang
salah dan berakibat pada kebijakan yang akan diterapkan menemui kegagalan (loss
development) dan tidak memberikan sumbangsih terhadap Produk Domestik Bruto

Anda mungkin juga menyukai