Anda di halaman 1dari 14

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

EKONOMETRIKA

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENDUDUK DAN DUMMY


WILAYAH JAWA TERHADAP PENGANGGURAN
DI INDONESIA TAHUN 2015

Oleh :

Very Budiyanto 341221001

DOKTOR ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk dan Dummy Wilayah Jawa
Terhadap Pengangguran Di Indonesia Tahun 2015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bagaimana pengaruh antara pertumbuhan


ekonomi, jumlah penduduk dan dummy wilayah jawa terhadap pengangguran di Indonesia.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data skunder
periode 2015, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan untuk mengestimasi
parameter model regresi akan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk dan Dummy
wilayah Jawa berpengaruh signifikan terhadap pengangguran di Indonesia tahun 2015.

Kata Kunci: Pertumbuhan ekonomi, Jumlah Penduduk, Dummy Wilayah Jawa,


Pengangguran

PENDAHULUAN
Pertumbuhan Ekonomi menunjukan adanya kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan peningkatan produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dan
diikuti oleh peningkatan kemakmuran masyarakat yang biasanya dilihat dari pendapatan
domestik regional bruto. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus
menunjukkan peningkatan menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah
tersebut berkembang dengan baik (Amri, 2007). Pertumbuhan ekonomi telah lama dijadikan
sebagai indikator keberhasilan pembangunan ekonomi. Sebaliknya jika pertumbuhan
ekonomi suatu Negara atau wilayah tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang
akan muncul salah satunya adalah pengangguran. Karena jika pertumbuhan ekonomi tidak di
barengi dengan lapangan usaha kesempatan kerja dan kapasitas yang kecil dengan jumlah
penduduk yang selalu meningkat setiap tahunya maka akan mengakibatkan pengangguran
mengalami kenaikan.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi juga akan berpengasruh terhadap jumlah
angkatan kerja yang akan berpartisipasi dalam pembangunan atau dapat dikatakan jumlah
angkatan kerja yang masuk ke pasar tenaga kerja akan semakin bertambah. Bertambahnya
angkatan kerja yang tidak diikuti dengan tersedianya lapangan dan kesempatan kerja akan
menimbulkan pengangguran.
Jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 258,2 juta jiwa pada tahun 2015, laju
pertumbuhan penduduk yang semakin pesat dewasa ini menimbulkan berbagai masalah baru.

2
Pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi tingkat pendapatan ekonomi masyarakat yang di
nyatakan sebagai pendapatan rata-rata perkapita. Pertumbuhan penduduk yang pesat itu akan
mempertajam kepincangan dalam pembagian pendapatan diantara golongan-golongan
masyarakat.Kebutuhan akan pangan, sandang, pemukiman, pendidikan dan kesehatan
menjadi sangat banyak. Dalam keadaan demikian salah satu hal yang penting yang harus
diperhatikan adalah masalah pemerataan kesempatan kerja bagi masyarakat. Jika masalah ini
tidak tertangani dengan baik, maka masalah baru yang akan timbul adalah peningkatan angka
pengangguran yang sangat tinggi dalam masyarakat.
kita ketahui di seluruh pelosok tanah air jumlah angkatan kerja terus bertambah,
sedangkan lapangan kerja yang tersedia tidak seimbang dengan angkatan kerja yang ada. Hal
ini mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran. Banyaknya angka pengangguran ini
dapat dilihat dari banyaknya pencari kerja yang mendatangi Dinas Tenaga Kerja dan
kependudukan setiap tahunnya. Banyaknya pengangguran ini dikhawatirkan akan
menimbulkan berbagai social masalah dalam masyarakat, antara lain meningkatnya tindak
kriminalitas dalam masyarakat sehingga mengganggu keamanan dan ketertiban.
Grafik 1. Jumlah dan Presentase Pengangguran

Namun demikian masalah pengangguran terdidik juga merupakan masalah besar di


Indonesia dimana masih banyak mereka yang berpendidikan tinggi tetapi tidak mendapatkan
pekerjaan.Oleh karena itu banyak hal yang harus di lakukan dan dibenahi oleh pemerintah,
dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan untuk mengatasi berbagai masalah

3
pengangguran di Indonesia, sehingga dampak-dampak negative yang mengarah ke tindak
kriminalitas dalam masyarakat yang di timbulkan oleh banyaknya pengangguran dapat
ditekan serendah mungkin.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengangguran
pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif
mencari pekerjaan, tetapi belum memperolehnya (Sukirno, 2004). Jadi dengan perkataan lain
seseorang dikatakan menganggur apabila dia tidak bekerja dan berusaha mencari pekerjaan,
sedangkan yang baru diberhentikan dari pekerjaan serta sedang menunggu untuk di panggil
kembali.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran pada dasarnya adalah merupakan perbandingan antara jumlah
angkatan kerja yang tidak bekerja dengan kesempatan kerja yang tersedia. Hal ini sesuai
dengan apa yang dinyatakan Simanjuntak (1985) : tingkat pengangguran adalah perbandingan
jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dengan persen, ada
beberapa hal yang secara umum dapat menyebabkan tingkat pengangguran di suatu tempat.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah pertambahan penduduk , pertumbuhan ekonomi,
sumber daya manusia.
Jenis-jenis Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat. Jika tingkat
pengangguran tinggi, maka sumber daya terbuang pecuma dan tingkat pendapatan
masyarakat akan merosot. Dalam situasi seperti ini kelesuan ekonomi akan berpengaruh pada
emosi masyarakat dan kehidupan keluarga sehari-hari.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis pengangguran:
1. Pengangguran sukarela
Menurut paul (2001:273) bahwa jumlah pekerja yang ingin bekerja, tetapi hanya
pada tingkat upah dan gaji yang lebih tinggi. Mungkin mereka digolongkan sebagai
penganggur dalalm suatu surve, tetapi sebenarnya mereka merupakan penganggur
sukarela.
2. Penganggur Friksional
Menurut Paul (2001) pengangguran friksional merupakan pengangguran yang
timbul karena perpindahan orang-orang yang tidak hentinya dari satu daerah ke daerah
lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan karena tahapan siklus hidup yang berbeda.

4
3. Pengangguran Siklika
Menurut Paul (2001:281 bahwa pengangguran siklika akan terjadi apabila
permintaan secara keseluruhan akan tenaga kerja rendah, lebih daripada rendahnya
pekerjaan dalam suatu daerah tertentu dengan industry tertentu.
4. Pengangguran Struktural
Paul (2001:280) menjelaskan bahwa pengangguran structural terjadi bila terdapat
ketidak sesuaian antara penawaran dan permintaan atas pekerja. Ketidak sesuaian ini bisa
saja terjadi karena permintaan atas jenis tenaga kerja tertentu meningkat, sementara atas
jenis tenaga kerja yang lain merosot, padahal penawaran tenaga kerja tidaklah bisa
menyesuaikan tuntutan tersebut dengan cepat.
5. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu
tertentu. Pengangguran besarbesaran adalah pengangguran yang terjadi pada masa-masa
tertentu dalam satu tahun. Pengangguran musiman ini biasanya terjadi pada waktu
kegiatan perekonomian menurun, sehingga pada saat tersebut banyak para pekerja yang
harus berhenti dari pekerjaan mereka dan menganggur.
6. Pengangguran Permanen
Pengangguran permanen adalah pengangguran yang terjadi karena tenaga kerja
yang tidak mampu melakukan kegiatan ekonomi dan produksi seumur hidupnya. mereka
tidak mampu, mereka ingin bekerja penuh tetapi hasratnya terbentur pada kekurangan
gizi atau kekurangan pengobatan.
7. Semi Pengangguran
Semi pengangguran dikenal juga dengan istilah setengah pengangguran. Semi
pengangguran ini sebenarnya bukan penganggur, tetapi mereka bekerja. Hanya saja jam
kerja mereka yang rendah. Semi pengangguran adalah para pekerja yang jumlah jam
kerja lebih sedikit dari yang mereka inginkan (sebagian besar bekerja secara harian,
mingguan, atau musiman).

Pertumbuhan Ekonomi
Pada umumnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai serangkaian usaha dalam
suatu perekonomianuntuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih
banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf pendidikan
semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat. Sebagai implikasi dari perkembangan ini

5
diharapkan kesempatan kerja semakin bertambah, tingkat pendapatan meningkat dan
kemakmuran masyarakat semakin tinggi (Sukirno, 2006).
Pada umumnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai serangkaian usaha dalam
suatu perekonomianuntuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih
banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf pendidikan
semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat. Sebagai implikasi dari perkembangan ini
diharapkan kesempatan kerja semakin bertambah, tingkat pendapatan meningkat dan
kemakmuran masyarakat semakin tinggi (Sukirno, 2006).
Untuk menghitung angka-angka PDRB ada tiga pendekatan umum yang dapat
digunakan yaitu:
a. Pendekatan Produksi, PDRB adalahjumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Unit produksi tersebut dalam penyajian dikelompokkan mejadi
Sembilan lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri
Pengolahan 4. Listrik dan Air Minum 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.
Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa –
Jasa.
b. Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh factor –
factor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka
waktu tertentu, (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam devinisi ini PDRB mencakup juga
penyusutan dan pajak tidak langsung netto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
c. Pendekatan pengeluaran,PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri
dari: (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi
pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan stok, dan (5)
ekspor netto, (ekspor netto merupakan ekspor dikurangi impor).

Penelitian yang dilakukan Aqifi (2015) tentang “Impact of Economic Growth on


Unemployment in Republic of Macedonia”. Dengan metode OLS (Ordinary Least Squares)
untuk periode dari tahun 1998-2013 di Republik Macedonia menunjukkan bahwa hubungan
negatif antara economic growth dan unemployment. Untuk kenaikan satu persen dalam
tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran menurun sebesar 24,6%.

6
Jumlah Penduduk
Definisi Jumlah Penduduk
Lembaga BPS dalam Statistik Indonesia (2013) menjabarkan “penduduk adalah semua
orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih
dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap”.
Sedangkan menurut Said (2012: 136) yang dimaksud dengan penduduk adalah “jumlah orang
yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil dari
proses-proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi”.
jumlah penduduk yang terlampau besar akan menguras kas pemerintah yang sudah
sangat terbatas untuk menyediakan berbagai pelayanan kesehatan, ekonomi dan sosial bagi
generasi baru. Melonjaknya beban pembiayaan atas anggaran pemerintah tersebut jelas akan
mengurangi kemungkinan dan kemampuan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup
generasi dan mendorong terjadinya transfer kemiskinan kepada generasi mendatang yang
berasal dari keluarga berpenghasilan menengah ke bawah. (Todaro, 2006: 259-260)
Azizah (2016) dalam penelitiannya “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk,
pertumbuhan Ekonomi, dan inflasi Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Periode 2010-2014”. hasil yang diperoleh
Menunjukan bahwa Pengaruh Jumlah Penduduk dan pertumbuhan Ekonomi berpengaruh
positif signifikan Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka, dan inflasi berpengaruh positif.

METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan
menggunakan data sekunder. Penelitian ini digunakan dua jenis variabel penelitian, yaitu
variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). Dalam penelitian ini variabel
dependent yang digunakan adalah Pengangguran Terbuka menurut Provinsi di Indonesia pada
tahun 2015. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel independen yang digunakan yaitu :
1. Variabel Pertumbuhan Ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Produk
Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan menurut provinsi di Indonesia pada
tahun 2015. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
2. Variabel Jumlah Penduduk yang digunakan dalam penelitian ini menurut provinsi di
Indonesia pada tahun 2015. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
3. Variabel Dummy yang digunakan dalam penelitian ini adalah wilayah Jawa dan Non
Jawa. Wilayah Jawa akan diberi kode 1, sedangkan wilayah Non Jawa akan diberi kode 0.

7
Adapun wilayah Jawa meliputin 6 provinsi yaitu: Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Sedangkan wilayah Non Jawa meliputi 27
provinsi.
Adapun model atau peralatan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linier berganda untuk melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi, jumlah
penduduk dan dummy wilayah jawa terhadap pengangguran yang dapat dilihat sebagai
berikut:

Yi = α + β1X1i + β2X2i+ β3Djawa+ µ1 ........................................ (1)


Keterangan :
Yi = Pengangguran
α = konstanta
β1β2β3 = Koefisien Regresi
X1 i = Pertumbuhan Ekonomi
X2 i =Jumlah Penduduk
Djawa = Dummy wilayah jawa
µ = error

Model dalam logaritma natural sebagai berikut:


LnYi = α + β1LnX1i + β2LnX2i+ β3 Djawa + µ1 ........................................ (1)
Keterangan :
LnYi = Logaritma natural Pengangguran
α = konstanta
β1β2β3 = Koefisien Regresi
LnX1 i = Logaritma natural Pertumbuhan Ekonomi
LnX2 i = Logaritma natural Jumlah Penduduk
Djawa = Dummy wilayah jawa
µ = error
Dari persamaan di atas akan diestimasi dengan menggunakan metode Ordinary Least
Square (OLS) dan memperhatikan kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik
yaitu multicolinieritas dan heterocedasticity. Pengujian statistik dilakukan dengan melihat uji-
t dan uji-F.

8
HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan analisis data dengan program STATA, maka diperoleh hasil uji
pengaruh pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, dan dummy terhadap Pengangguran
menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2015, berikut hasilnya:

Hasil yang diperoleh dari tabel diatas jika dimasukkan ke persamaan regresi berganda
maka diperoleh, yaitu:

-3.408962 +0.306 X1 + 0,221 X2 – 0.496 X3 + e

Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diketahui besarnya pengaruh masing-


masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah
Penduduk dan Dummy Wilayah Jawa berpengaruh signifikan terhadap Pengangguran di
Indonesia tahun 2015.
Nilai F-statistik yang didapat setelah dilakukan regresi sebesar 6.18, sedangkan nilai
probabilitas F sebesar 0,0022, maka uji F menerima H1 dan menolak H0 pada taraf signifikansi
1% atau yang berarti semua variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan pada variabel dependen.
Koofisien dari R square menunjukkan nilai sebesar 0,3901 hal ini berarti bahwa model
persamaan yang digunakan dapat menjelaskan hubungan antar variabel dependen dengan
variabel independen sebesar 39,01 % sedangakan sisanya 60,99% dipengaruhi oleh variabel
lain diluar model regresi.

9
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran
Hasil regresi pada variabel Pertumbuhan Ekonomi (X1) menunjukan p value sebesar
0,007 yang artinya signifikansi di tingkat 1%, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Variabel X1
mempunyai thitung yakni 2.88 dengan ttabel = 1,699. Jadi 2.88 > 1,699. Sedangkan nilai koefisien
variabel Pertumbuhan Ekonomi X1 sebesar 0.3067. Kesimpulan hasil regresi diatas
menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi (X1) memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap Pengangguran, ketika setiap satu-satuan kenaikan Pertumbuhan Ekonomi maka
jumlah Pengangguran naik sebesar 0.3067.
Hal ini dikarenakan masuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Apresian, S R
(2016), perlu digaris bawahi bahwa MEA memunculkan risiko yang berdampak pada
ketenagakerjaan di Indonesia. Persaingan tenaga kerja menjadi poin wajib yang harus
diwaspadai. Para perekrut tenaga kerja tentunya menginginkan orang-orang profesional yang
ahli dalam bidangnya. Bila dilihat dari segi pendidikan dan produktifitas, Indonesia masih
kalah dengan tenaga kerja Malaysia Singapura dan Thailand.

Jumlah Penduduk Terhadap Pengangguran


Hasil regresi pada variabel Jumlah Penduduk (X2) menunjukan p value sebesar 0,005
yang artinya signifikansi di tingkat 1%, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Variabel X1
mempunyai thitung yakni 3.07 dengan ttabel = 1,699. Jadi 3.07 > 1,699. Sedangkan nilai koefisien
variabel Jumlah Penduduk X2 sebesar 0.2213. Kesimpulan hasil regresi diatas menunjukkan
bahwa Jumlah Penduduk (X2) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Pengangguran, ketika setiap satu-satuan kenaikan jumlah Jumlah Penduduk maka jumlah
Pengangguran naik sebesar 0.2213.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Jumlah Penduduk Provinsi di Indonesia
memberikan pengaruh positif atau menaikkan Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia.
Hasil ini sesuai dengan, penelitian yang dilakukan oleh (Azizah, 2016) dalam penelitiannya
“Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, pertumbuhan Ekonomi, dan inflasi Terhadap Tingkat
Pengangguran Terbuka di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Periode 2010-2014”. hasil
yang diperoleh Menunjukan bahwa Pengaruh Jumlah Penduduk dan pertumbuhan Ekonomi
berpengaruh positif signifikan Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka.

10
Dummy Wilayah Jawa Terhadap Pengangguran
Hasil regresi pada variabel dummy wilayah di jawa menunjukan p value sebesar 0,011,
yang artinya signifikansi di tingkat 5%. Hasil estimasi menunjukan bahwa nilai koefisien -
0,496. Hal ini menunjukan bahwa Pengangguran di jawa lebih kecil sebesar 0,496%
dibandingkan dengan luar jawa.

Uji Normalitas

Dari uji normalitas Skewness/Kurtosis diatas, diketahui p value atau Prob>chi2


sebesar 0,8806. Karena p value atau Prob>chi2 tersebut > 0,05, maka sebagaimana dasar
pengambilan keputusan dalam uji normalitas Skewness/Kurtosis diatas, dapat disimpulkan
bahwa residual dinyatakan berdistribusi normal.

Uji Heteroskedastisitas

Dari uji heteroskedastisitas Breusch-Pagan / Cook-Weisberg diatas, diketahui p


value atau Prob>chi2 sebesar 0,2004. Karena nilai Prob>chi2 > 0,05 atau 0,2004 > 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari gejala heteroskedastisitas.

Uji Multikolinearitas

11
Bedasarkan hasil uji multikolinearitas diatas menunjukan bahwa VIF < 10 dan 1/VIF
> 0,1, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel independen yang meliputi pertumbuhan
ekonomi, jumlah penduduk dan dummy wilayah jawa tidak terjadi gejala multikolinearitas.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
antara lain sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi (X1) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
pengangguran di Indonesia tahun 2015.
2. Jumlah penduduk (X2) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran
di Indonesia tahun 2015.
3. Pengangguran di Jawa lebih rendah sebesar 0,496% dibandingkan dengan luar jawa.

Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya pada tahun 2015 karena untuk tahun setelahnya didapat hasil
regresi yang kurang bagus. Peneliti selanjutnya bisa menggunakan variable lain yang
sekiranya mempengaruhi pengangguran.

DAFTAR PUSTAKA
Amri, A. (2007). Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di
Indonesia. Jurnal Inflasi dan Pengangguran, Vol. 1. Jambi.
Aqifi, Elsana. (2015). Impact of Economic Growth on Unemployment in Republic of
Macedonia. International Journal of Economics, Commerce and Management, Vol.
IV.
Azizah, F. I. (2016). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk Pertumbuhan Ekonomi Dan Inflasi
Terhadap Pengangguran Terbuka. Jurnal Universitas Sunan Kali Jaga.
Apresian, S.R. (2016). Arus Bebas Tenaga Kerja Dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN:
Ancaman Bagi Indonesia. Jurnal Universitas Diponegoro.

12
Badan Pusat Statistik (BPS). Diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada tanggal 2
Oktober 2022.
Paul, A. Samuelsan. (2001). Ekonomi, Edisi ke 12, Jakarta.
Said, R. (2012). Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Ekonomi dan social.
Simanjuntak, Payaman J. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. LPFE, Jakarta.
Sukirno, Sadono. (2004). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada.
Sukirno, Sadono. (2006). Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi ke – 3. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. S. (2006). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi
Kesembilan. Jakarta: Erlangga.

13
14

Anda mungkin juga menyukai