Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGANGGURAN DI KOTA SAMARINDA

Disusun guna memenuhi Ujian Tengah Semester 5

Mata Kuliah Sosiologi Perkotaan

Dosen pengampu : Akhriyadi Sofian, M.A.

Disusun oleh :

Nama : Silvana Wardani

Nim : 1806026099

PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak
serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, ini membuat Indonesia pantas
disebut sebagai negara yang kaya akan sumberdayanya, baik pada sumber daya alam
maupun sumber daya manusianya. Hal ini harusnya dapat memberikan keuntungan besar
untuk perekonomian diIndonesia. Namun salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa
dan negara Indonesia adalah masalah pengangguran. Pengangguran yang tinggi
berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan
masalah-masalah sosial politik yang juga semakin meningkat. Dengan jumlah angkatan
kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta dampak krisis ekonomi
yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks. Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah
lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi
pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi
pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan
terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain : perusahaan yang
menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang
kurang kondusif, peraturan yang menghambat inventasi. hambatan dalam proses ekspor
impor, dan lain-lain.
Kegiatan ekonomi di masyarakat membutuhkan tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga
kerja itu dapat juga disebut sebagai kesempatan kerja. Kesempatan kerja itu sendiri adalah
suatu keadaan yang menggambarkan terjadinya lapangan kerja (pekerjaan) untuk diisi
pencari kerja. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam UUD 1945 pada pasal 27 ayat
2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak”. Dari bunyi UUD 1945 pasal 27 ayat 2 itu jelas bahwa pemerintah Indonesia untuk
menciptakan lapangan kerja bagi anggota masyarakat karena hal ini berhubungan dengan
usaha masyarakat untuk mendapat penghasilan. Pemerintah harus mengikut sertakan peran
pendidikan, Industri besar dan kecil, dan lainnya demi pengurangan jumlah pengangguran
di Indonesia khusunya di Kota Samarinda. Tingkat Inflasi di suatu Negara
menggambarkan perekonomian suatu Negara, semakin rendah angka inflasi suatu Negara
maka akan semakin stabil keadaan ekonomi suatu Negara. Di Negara-Negara berkembang,

2
penggangguran menjadi masalah yang sangat serius karena berdampak bagi keadaan
ekonomi dan sosial di suatu Negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengangguran ?
2. Apa saja jenis-jenis pengangguran ?
3. Apa saja teori pengangguran ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Kota Samarinda ?
5. Bagaimana upaya dalam menanggulangi pengangguran di Kota Samarinda ?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengangguran
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator ketenagakerjaan, pengangguran
merupakan penduduk yang tidak bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang
mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena
sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran adalah masalah makro
ekonomi yang memengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat.
Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan
tekanan psikologis. Jadi, tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang
sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politisi sering mengklaim bahwa
kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan. Adapun
beberapa faktor yang memengaruhi tingkat pengangguran adalah sebagai berikut.
1. Tingkat upah, memegang peranan yang sangat besar dalam kondisi ketenagakerjaan.
Tingkat upah yang berlaku akan memengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja.
2. Teknologi. Penggunaan teknologi yang tepat guna akan mengurangi permintaan tenaga
kerja sehingga akan meningkatkan jumlah pengangguran.
3. Produktivitas. Peningkatan produktivitas tenaga kerja akan mengurangi permintaan
tenaga kerja dan hal ini akan meningkatkan jumlah pengangguran.
4. Fasilitas modal memengaruhi permintaan tenaga kerja melalui dua sisi. Pengaruh
substitusi, dimana bertambahnya modal akan mengurangi permintaan tenaga kerja.
Pengaruh komplementer, yaitu bertambahnya modal akan membutuhkan tenaga kerja
yang lebih banyak untuk mengelola modal yang tersedia.
5. Struktur Perekonomian. Perubahan struktur ekonomi menyebabkan penurunan tenaga
kerja, terutama tenaga kerja anak dan tenaga kerja tidak terdidik.
Selain itu, pengelompokkan pengangguran perlu diperhatikan dimensi-dimensi yang
berkaitan dengan pengangguran itu sendiri, yaitu :
1. Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan).
2. Waktu (banyak di antara mereka yang bekerja ingin bekerja lebih lama).
3. Produktivitas (kurangnya produktivitas sering disebabkan oleh kurangnya sumber daya
komplementer untuk melakukan pekerjaan).[ CITATION Ado15 \l 1033 ]
B. Jenis-Jenis Pengangguran
Berdasarkan penyebabnya, pengangguran dapat dibagi empat kelompok diantaranya
sebagai berikut :
4
1. Pengangguran friksional atau transisi, yaitu pengangguran yang timbul karena adanya
perubahan dalam syarat-syarat tenaga kerja yang terjadi karena perkembangan
perekonomian. Pengangguran jenis ini dapat juga disebabkan karena berpindahnya
orang-orang dari suatu daerah ke daerah lain, dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain,
maupun melalui siklus kehidupan yang berbeda.
2. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan
dalam struktur pasar tenaga kerja sehingga terjadi ketidaksesuaian antarapenawaran dan
permintaan tenaga kerja. Salah satu penyebab pengangguran struktural adalah
kemajuan teknologi, sehingga pengangguran ini sering disebut dengan pengangguran
teknologi.
3. Pengangguran alamiah, yaitu pengangguran yang terjadi pada kesempatan kerja penuh
atau tingkat pengangguran dimana inflasi yang diharapkan sama dengan tingkat inflasi
aktual. Pengangguran alamiah terdiri atas pengangguran friksional dan pengangguran
struktural. Dalam negara maju, tingkat penganggurannya biasanya berkisar antara 2-3
persen, hal ini disebut tingkat pengangguran alamiah. Tingkat pengangguran alamiah
adalah suatu tingkat pengangguran yang alamiah dan tidak mungkin dihilangkan.
Artinya jika tingkat pengangguran paling tinggi 2-3% itu berarti bahwa perekonomian
dalam kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (full employment).
4. Pengangguran konjungtur dan siklis, yaitu jenis pengangguran agregatif efektif lebih
kecil dibandingkan penawaran agregat. Para ahli ekonomi menyebut pengangguran ini
sebagai demand deficient unemployment. Pengangguran ini akan berkurang apabila
tingkat kegiatan ekonomi mengalami peningkatan (boom). Dengan kata lain,
pengangguran siklis adalah pengangguran di atas tingkat alamiah atau pengangguran
yang terjadi ketika output berada di bawah tingkat kesempatan kerja penuh.
Adapun jenis pengangguran di negara-negara sedang berkembang dapat pula dibedakan
sebagai berikut.
1. Pengangguran terselubung, terjadi karena jumlah tenaga kerja sangat berlebihan.
Pengangguran jenis ini disebut juga pengangguran tidak kentara. Sebagai akibat
kelebihan tenaga kerja tersebut, sebagian tenaga kerja dari kegiatan bersangkutan
dialihkan ke kegiatan lain. Pengangguran terselubung banyak ditemukan di negara
sedang berkembang, terutama pada sektor pertanian.
2. Pengangguran musiman banyak ditemukan pada sektor pertanian di negara sedang
berkembang. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-
waktu tertentu di dalam waktu 1 tahun.

5
3. Setengah Pengangguran. Kelebihan penduduk pada sektor pertanian dan tingkat
pertambahan penduduk yang tinggi, telah mempercepat proses urbanisasi. Kecepatan
migrasi yang lebih tinggi dari kemampuan kota-kota di negara sedang berkembang
untuk menciptakan lapangan kerja baru menyebabkan tidak semua orang memperoleh
pekerjaan di kota. Hal ini menyebabkan banyak di antara mereka yang menganggur
dalam waktu yang cukup lama atau memperoleh kerja dengan waktu kerja yang lebih
rendah dari jam kerja seharusnya. Pengangguran jenis ini disebut dengan setengah
pengangguran.
Sedangkan berdasarkan cirinya, pengangguran dibagi dalam empat jenis, yaitu sebagai
berikut :
1. Pengangguran musiman, yaitu keadaan seseorang menganggur karena adanya fluktuasi
kegiatan ekonomi jangka pendek. Sebagai contoh, petani yang menanti musim tanam,
tukang jualan durian yang menanti musim durian, dan sebagainya.
2. Pengangguran terbuka, pengangguran yang terjadi karena pertambahan lapangan kerja
lebih rendah daripada pertambahan pencari kerja.
3. Pengangguran tersembunyi, pengangguran yang terjadi karena jumlah pekerja dalam
suatu kegiatan ekonomi lebih besar dari yang diperlukan agar dapat melakukan
kegiatannya dengan efisien.
4. Setengah menganggur, yaitu pekerja yang jam kerjanya di bawah jam kerja normal
(hanya 14 jam sehari). Disebut Underemployment.[ CITATION Ado15 \l 1033 ]
C. Teori Pengangguran
Beberapa hipotesis atau dugaan terkait konsep pengangguran telah dipaparkan oleh
beberapa ahli, salah satunya adalah George Borjas dalam bukunya Labor Economics.
Beberapa hipotesis terkait teori pengangguran ini adalah “The Intertemporal Substitution
Hypothesis” atau “Hipotesis Substitusi Antarwaktu”, dan “The Sectoral Shifts
Hypothesis” atau “Hipotesis Pergeseran Sektor.”
1. The Intertemporal Substitution Hypothesis. Hipotesis ini menjelaskan terkait masalah
yang ada pada pengangguran friksional, model pencari kerja dapat memberikan
penjelasan penting terkait pengangguran friksional. Pada materi penawaran tenaga kerja
akan dijelaskan bahwa tenaga kerja akan mengalokasikan waktu yang banyak untuk
menganggur atau rekreasi ketika tingkat upahnya rendah dan akan bekerja penuh ketika
tingkat upah tinggi. Upah tinggi atau rendah dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi,
misalnya saja kondisi perekonomian sedang mengalami ekspansi maka tingkat upah riil
akan naik, sebaliknya jika perekonomian mengalami penurunan atau kontraksi maka
6
tingkat upah riil akan menurun. Asumsi pada hipotesis ini ada dua, yaitu upah riil
adalah procyclical dan penawaran tenaga kerja akan merespon untuk menggeser upah
riil. Sifat procyclical merupakan sifat yang menunjukkan keterkaitan atau korelasi
positif sesuai dengan prinsip ekonomi yang berlaku, dalam konteks ini maka upah riil
berkaitan erat dengan siklus bisnis. Meskipun sudah ada konsensus yang menyatakan
upah adalah procyclical namun masih diragukan. Perubahan upah riil selama siklus
bisnis sulit dihitung karena dalam siklus bisnis terjadi perubahan komposisi angkatan
kerja. Pada hipotesis substitusi antarwaktu dinyatakan pergeseran besar persediaan
tenaga kerja dalam siklus bisnis dikarenakan oleh realokasi waktu oleh pekerja. Di
mana persediaan tenaga kerja akan meningkat pada waktu upah rendah karena pekerja
lebih memilih menganggur ketika upah rendah dan berlaku sebaliknya, yaitu persediaan
tenaga kerja akan berkurang ketika upah tinggi karena pekerja akan mengoptimalkan
pekerjaannya pada upah tinggi.
2. The Sectoral Shifts Hypothesis. Hipotesis pergeseran sektor menyatakan bahwa
pengangguran struktural akan meningkat karena keterampilan yang dimiliki oleh
pekerja tidak sesuai dengan keterampilan kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Hipotesis ini juga menyatakan bahwa pengangguran struktural meningkat karena
keterampilan tenaga kerja tidak mudah disesuaikan dengan sektor yang mengalami
perubahan. Pergeseran permintaan tenaga kerja tidak terjadi pada seluruh sektor
perekonomian. Pada kondisi tertentu satu sektor ekonomi akan tumbuh namun di sektor
lainnya juga akan turun, sebagai contohnya adalah ketika kemajuan teknologi terjadi
maka industri komputer akan berkembang, sedangkan industri mesin ketik akan
semakin melemah. Perkembangan industri komputer otomatis akan meningkatkan
permintaan terhadap tenaga kerja untuk memperbaiki komputer sementara tenaga kerja
yang mampu memperbaiki mesin ketik akan banyak yang menganggur karena industri
mesin ketik mengalami penurunan kapasitas produksi, pengangguran dari tenaga kerja
yang mampu memperbaiki mesin ketik tidak secara langsung mendapatkan pekerjaan
karena mereka harus menyesuaikan keterampilan mereka dengan kebutuhan saat itu
(perbaikan komputer). Beberapa penelitian yang telah dilakukan telah membuktikan
bahwa ternyata di Amerika Serikat dan beberapa negara maju, hipotesis pergeseran
sektoral yang berkontribusi menyebabkan pengangguran tidak berlaku. Pada hipotesis
ini juga dikatakan bahwa tingkat pengangguran akan meningkat ketika ada banyak
perpindahan pada saat pertumbuhan tenaga kerja ketika industri tumbuh dan merosot.
[ CITATION Ros16 \l 1033 ]

7
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kota Samarinda

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Kota


Samarinda :

1. Pengaruh inflasi terhadap pengangguran di Kota Samarinda


Inflasi adalah kenaikan dalam harga rata-rata, dan harga adalah tingkat dimana
uang yang dipertukarkan untuk mendapatkan barang dan jasa. Tingkat inflasi
merupakan perubahan prosentase dalam seluruh tingkat harga dan sifatnya selalu
bervariasi setiap waktu dan terjadi untuk semua negara. Kebanyakan ekonom percaya
bahwa asumsi ini secara akurat menjelaskan perilaku perekonomian dalam jangka
waktu panjang. Sebaliknya, banyak harga sulit diperkirakan dalam jangka waktu
pendek. Dalam pengertian inflasi di atas, kita tidak mengatakan bahwa selama masa
inflasi, semua harga meningkat dalam proporsi yang sama dan memang jarang sekali
terjadi laju kenaikan yang sama. Pada masa inflasi, terjadi tingkat harga-harga umum
yang diukur dengan indeks harga. Indeks harga yang meningkat berarti inflasi. Bila
indeks harga menurun atau bertanda negatif, berarti telah terjadi deflasi. Di dalam teori
kuantitas, dijelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah adanya kelebihan
permintaan (demand) sehingga uang yang beredar di masyarakat bertambah banyak.
Inflasi merupakan penyakit dalam ekonomi yang dapat melemahkan daya beli
masyarakat, akibatnya tingkat konsumsi juga mengalami pengurangan sehingga
pengaruh terhadap penerimaan Pajak Daerah adalah berpengaruh negatif.[ CITATION
Dia16 \l 1033 ]

Tabel angka bekerja dan pengangguran di Kota Samarinda tahun 2019

Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah


Bekerja 256 360 146 854 403 214
Pengangguran Terbuka 16 754 8 385 25 139
Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2019

Tabel inflasi bulanan, tahun kalender, tahun ke tahun Kota Samarinda 2018-2019

Inflasi 2018 2019 2020


(2012=100) (2012=100) (2018=100)
Juni 0,46 0,15 0,17

Tahun Kalender 1,77 8 0,95 0,62

Tahun ke Tahun 2,63 2,49 1,80


Jika dirinci menurut kota, Samarinda pada bulan Juni 2020 mengalami inflasi
sebesar 0,17%, sedangkan pada periode yang sama dua tahun sebelumya yaitu tahun
2018 mengalami inflasi sebesar 0,46% dan tahun 2019 mengalami inflasi 0,15%. Pada
bulan Juni 2020 inflasi tahun kalender Kota Samarinda sebesar 0,62%, sedangkan pada
periode yang sama dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2018 mengalami inflasi sebesar
1,77% dan tahun 2019 mengalami 0,95%. Inflasi tahun ke tahun Kota Samarinda bulan
Juni 2020 sebesar 1,80%, pada periode yang sama tahun dua tahun sebelumnya yaitu
tahun 2018 dan tahun 2019 masing-masing tercatat sebesar 2,63% dan 2,49%.
Secara umum inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung
parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan maka mempunyai pengaruh yang
positif sehingga dapat meningkatkan perekonomian yang lebih baik lagi, yaitu dapat
membuat orang giat untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Dalam teori
A.W. Phillips, hubungan inflasi dengan pengangguran. korelasinya negatif. Korelasi ini
muncul karena pengangguran yang rendah dikaitkan dengan permintaan agregat yang
tinggi dan permintaan yang tinggi tersebut selanjutnya akan menekan upah serta harga
dalam perekonomian untuk naik, jika inflasi tinggi maka pengangguran akan turun dan
ketika inflasi turun, maka pengangguran akan naik jumlahnya. Tingkat inflasi yang
ringan akan menguntungkan, karena mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini bisa
terjadi karena keuntungan yang di dapat meningkat dari periode sebelumnya. Sehingga
dengan keuntungan tersebut produsen akan meningkatkan kapasitas produksi dengan
menambah tenaga kerja sehingga akan mengurangi jumlah pengangguran. Sedangkan
inflasi jangka panjang akan meningkatkan tingkat pengangguran. Inflasi yang terjadi
secara terus menerus akan meningkatkan daya beli masyarakat turun. Produksi akan
barang dan jasa akan menurun seiring dengan menurunnya daya beli masyarakat.
Inflasi yang tinggi akan mendorong bank sentral menaikkan tingkat bunga sehingga
para investor akan menyelamatkan uang mereka dengan membeli aset tetap seperti
tanah, bangunan, emas. [ CITATION Pen19 \l 1033 ]
2. Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pengangguran di Kota Samarinda

Tabel jumlah laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan di Kota


Samarinda 2019

9
Kecamatan Penduduk Laju Pertumbuhan per
Tahun 2018-2019
Palaran 63,87 0,026
Samarinda Ilir 74,87 0,012
Samarinda Kota 73,75 0,002
Sambutan 61,50 0,035
Samarinda Seberang 76,45 0,026
Loa Janan Ilir 34,80 0,026
Sungai Kunjang 120,10 0,002
Samarinda Ulu 128,03 0,002
Samarinda Utara 129,32 0,037
Sungai Pinang 110,08 0,012
Samarinda 872,77 0.017
Hasil Registrasi 793,58 1,886

Pertumbuhan penduduk secara parsial berpengaruh positif dan signifikan


terhadap tingkat pengangguran di Kota Samarinda. Artinya setiap ada penambahan nilai
dari variabel pertumbuhan penduduk akan berpengaruh dengan peningkatan tingkat
pengangguran sebesar koefisien nilai pertumbuhan penduduk di kota samarinda.
Signifikanya pertumbuhan penduduk dalam mempengaruhi tingkat pengangguran di
kota samarinda disebabkan karena setiap tahun kota samarinda mengalami
pertumbuhan penduduk yang tinggi. Menurut Robert Thomas Malthus semakin banyak
jumlah penduduk maka akan menimbulkan jumlah penduduk menganggur. Hal tersebut
membuktikan bahwa jumlah penduduk yang besar akan menimbulkan pengangguran.
Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya untuk mengendalikan jumlah penduduk
karena suatu saat nanti sumber daya alam akan habis. Sehingga akan mulcul wabah
penyakit, kelaparan, dan berbagai macam penderitaan manusia. Semakin maraknya
pertumbuhan penduduk di suatu wilayah maka akan semakin banyak pula masyarakat
yang menganggur atau yang tidak mempunyai pekejaan karena lapangan kerja yang
tercipta tidak memenuhi syarat untuk jumlah penduduk yang semakin bertambah tiap
tahunnya. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi ini dapat menimbulkan berbagai
masalah dan hambatan dalam pembangunan ekonomi terutama masalah
ketenagakerjaan, karena kemampuan Negara sedang berkembang dalam menciptakan

10
lapangan kerja baru sangat terbatas. Pertumbuhan penduduk berpengaruh positif dan
signifikan di Kota Samarinda, hal ini karena tingginya pertumbuhan penduduk yang
diakibatkan oleh migrasi ke samarinda sehingga bertambahnya jumlah penduduk
tersebut tidak dapat diserap sepenuhnya oleh perusahaan yang menyediakan lapangan
pekerjaan sehingga pertumbuhan penduduk juga akan menambah pengangguran. Kota
Samarinda juga merupakan kota perdagangan dan jasa yang seharusnya dapat
menyerap banyak tenaga kerja tetapi karena kemajuan teknologi yang sangat pesat
tenaga kerja manusia perlahan digantikan dengan tenaga mesin atau teknologi.
[ CITATION Pen19 \l 1033 ]

3. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap pengangguran di Kota Samarinda


Dalam upaya mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, sektor
pendidikan memainkan peranan sangat strategis dalam mendukung proses produksi dan
aktivitas ekonomi lainnya. Dalam konteks ini, pendidikan dianggap sebagai alat untuk
mencapai target yang berkelanjutan, karena dengan pendidikan, aktivitas pembangunan
dapat tercapai sehingga peluang untuk meningkatkan kualitas hidup di masa mendatang
akan lebih baik. Dalam konteks ini, pendidikan dianggap sebagai alat untuk mencapai
target yang berkelanjutan, karena dengan pendidikan yang lebih tinggi, jumlah tenaga
kerja yang terserap akan meningkat sehingga jumlah pengangguran berkurang.
Berdasarkan teori tersebut, tingkat pendidikan berkorelasi negatif dengan tingkat
pengangguran. Namun, berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, kenyataan yang
terjadi di lapangan adalah pengaruh dari tingkat pendidikan tersebut bersifat positif
namun tidak signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kota Samarinda. Pengaruh
yang positif namun tidak signifikan dari tingkat pendidikan terhadap tingkat
pengangguran ini lebih disebabkan oleh peningkatan jumlah lulusan dengan tingkat
pendidikan yang tinggi di Kota Samarinda tidak diimbangi dengan peningkatan
ketersediaan lapangan kerja. Hal tersebut menyebabkan semakin banyak lulusan
dengan tingkat pendidikan tinggi yang siap memasuki dunia kerja tidak dapat
memperoleh pekerjaan sehingga pada akhirnya menyebabkan semakin banyak jumlah
pengangguran di Kota Samarinda walaupun tingkat pendidikan masyarakatnya juga
selalu meningkat. Langkah nyata yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan pihak
swasta untuk dapat meningkatkan pengoptimalan para lulusan dengan tingkat
pendidikan yang tinggi dalam mengurangi tingkat pengangguran di Kota Samarinda
adalah dengan meningkatkan penyediaan jumlah lapangan kerja baru serta melakukan

11
pemerataan jenis lapangan kerja baru yang disediakan. Hal ini bertujuan agar tingkat
pendidikan yang tinggi yang telah dilalui oleh masyarakat tidak sia-sia sehingga mereka
dapat segera memperoleh pekerjaan yang pada akhirnya hal tersebut dapat mengurangi
tingkat pengangguran di Kota Samarinda. [ CITATION Dah17 \l 1033 ]
Tabel angka partisipasi murni (APM) menurut jenjang pendidikan di Kota
Samarinda tahun 2019

Jenjang Pendidikan APM


SD/MI 99,24
SMP/MTs 77,92
SMA/SMK/MA 65,71
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional KOR, Maret 2019
E. Upaya Menanggulangi Pengangguran di Kota Samarinda
Berikut adalah beberapa upaya untuk menanggulangi pengangguran di Kota
Samarinda :
1. Peran Dinas Tenaga Kerja (DISNAKER) dalam Mengurangi Tingkat Pengangguran di
Kota Samarinda
a. Penempatan Tenaga Kerja. Bentuk penempatan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga
kerja yaitu dengan mencarikan para tenaga kerja agar bisa mendapatkan pekerjaan.
Di dalam Dinas Tenaga Kerja sendiri yang mempunyai tugas masalah penempatan
yaitu terdapat bidang Penempatan Tenaga Kerja.
b. Perluasan Kerja. Perluasan kerja merupakan kegiatan yang ada di dalam tugas dari
DISNAKER itu sendiri. Dimana arti dari perluasan kerja itu ialah memberikan
pekerjaan atau membuka pekerjaan baru untuk orang-orang yang tidak bekerja,
tugas dari Dinas Tenaga Kerja (DISNAKER) membantu menyalurkan para tenaga
kerja terhadap tempat-tempat yang memerlukan tenaga kerja agar tempat tersebut
bisa berjalan dan para tenaga kerja yang belum bekerja tersebut bisa bekerja. Dengan
adanya perluasan kerja akan sangat memberikan dampak positif terhadap
peningkatan produksi sehingga akan banyak membutuhkan sumber daya
manusianya.
c. Pelatihan Tenaga Kerja. DISNAKER sendiri merupakan tempat instansi
pemerintahan yang berhak menyelengarakan pelatihan tenaga kerja terhadap para
calon-calon tenaga kerja yang ada di Kota Samarinda, banyaknya para calon tenaga
kerja yang mendaftar ke Dinas Tenaga Kerja jika di seleksi dan mereka diberi

12
pelatihan pastilah mereka itu para calon tenaga kerja yang sudah dipilih dan
diberikan pelatihan pastilah akan meningkatkan kualitas diri mereka. Pelatihan
terhadap tenaga kerja adalah untuk memperbaiki performa pekerja dalam suatu
pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawab atau suatu pekerjaan yang
ada kaitannya dengan pekerjan. Supaya efektif pelatihan pelatihan biasanya harus
mencakup pengalaman belajar, aktivitas-aktivitas yang terencana, serta didesain
sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil diidentifikasikan. Secara
ideal pelatihan harus dibuat untuk mewujudkan tujuantujuan yang pada waktu
bersamaan juga mewujudkan tujuan dari pada para pekerja secara pribadi. [ CITATION
Jef17 \l 1033 ]
2. Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM)
Di Kota Samarinda dalam Rangka Mengurangi Tingkat Pengangguran

Usaha Mikro merupakan kegiatan yang dapat memperluas lapangan pekerjaan


serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat dan dapat
berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan mewujudkan stabilitas nasional.
Selain itu, usaha mikro adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang
mendapatkan kesempatan utama, dukungan, perlindungan serta pengembangan yang
secara luas sebagai wujud pihak yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat,
tanpa harus mengabaikan peranan usaha besar dan badan usaha milik pemerintah.
Pengembangan UMKM pada hakikatnya merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat, seperti berikut :

a. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif. Pemerintah perlu mengupayakan


terciptanya iklim yang kondusif antara lain mengusahakan kententraman dan
keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perizinan usaha, keringanan
pajak dan sebagainya.
b. Bantuan Permodalan. Pemerintah Bantuan permodalan pemerintah perlu
memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi
UMKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa
finansial, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan modal
ventura. Pembiayaan untuk UMKM sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) yang ada, maupun non bank. Lembaga keuangan mikro bank antara
lain, BRI unit desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sampai saat ini BRI

13
memiliki sekitar 4.000 unit tersebar diseluruh Indonesia. Dari kedua LKM ini
sudah tercatat sebanyak 8.500 unit melayani UMKM. Untuk itu perlu mendorong
perkembangan LKM, yang harus dilakukan saat ini adalah mendorong bagaimana
pengembangan LKM ini berjalan dengan baik, karena selama ini LKM non
koperasi memiliki kesulitan dalam legitimasi operasionalnya.
c. Perlindungan Usaha. Jenis-jenis Usaha tertentu Perlindungan usaha jenis-jenis
usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan
ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui
undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara pada saling
menguntungkan (win-win solution).
d. Pengembangan Kemitraan. Pengembangan kemitraan perlu dikembangkan,
kemitraan yang saling membantu antar UMKM, atau antara UMKM dengan
pengusaha besar baik didalam negeri maupun luar negeri, menghindarkan
terjadinya monopoli dalam usaha. Disamping itu juga memperluas pangsa pasar
dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian UMKM akan
mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam
maupun luar negeri.
e. Pelatihan Pemerintah. Pelatihan pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi
UMKM baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan
pengetahuan serta keterampilannya dalam pengembangan usaha. Disamping itu
juga perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan dilapangan untuk
mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.
f. Membentuk Lembaga Khusus. Membentuk lembaga khusus perlu dibangun suatu
lembaga yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan semua kegiatan yang
berkaitan dengan upaya penumbuh kembangan UMKM dan juga berfungsi untuk
mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal maupun
eksternal yang dihadapi oleh UMKM.[ CITATION Eui17 \l 1033 ]
3. Peran Pendidikan dalam Rangka Mengurangi Pengangguran di Kota Samarinda
Peran pendidikan ini sangat berperan dalam menghasilkan sumber daya
manusia yang kompeten dengan menghadirkan kurikulum sesuai dengan keinginan
pasar. Agar para sumber daya manusia dapat dibekali pengetahuan dan skill yang
dapat menunjang para pencari kerja mandiri dalam mencari kerja ataupun menjadi
wiraswasta.[ CITATION Ris16 \l 1033 ]

14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

15
Pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja, tetapi sedang mencari
pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari
pekerjaan karena sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran
adalah masalah makro ekonomi yang memengaruhi manusia secara langsung dan
merupakan yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berarti
penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Berdasarkan penyebabnya,
pengangguran dapat dibagi empat kelompok yaitu pengangguran friksional atau transisi,
pengangguran struktural, pengangguran alamiah, dan pengangguran konjungtur dan siklis.
Adapun jenis pengangguran di negara-negara sedang berkembang yaitu pengangguran
terselubung, pengangguran musiman, dan setengah pengangguran. Sedangkan berdasarkan
cirinya, pengangguran dibagi dalam empat jenis, yaitu pengangguran musiman,
pengangguran terbuka, pengangguran tersembunyi, dan setengah menganggur. Beberapa
hipotesis terkait teori pengangguran ini adalah “The Intertemporal Substitution
Hypothesis” atau “Hipotesis Substitusi Antarwaktu”, dan “The Sectoral Shifts
Hypothesis” atau “Hipotesis Pergeseran Sektor.” Beberapa upaya untuk menanggulangi
pengangguran di Kota Samarinda : (1) Peran Dinas Tenaga Kerja (DISNAKER), (2)
Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM), dan
(3) Peran pendidikan yang sangat berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia
yang kompeten dengan menghadirkan kurikulum sesuai dengan keinginan pasar.

DAFTAR PUSTAKA

16
Ayuningtyas, N. N. (2019). Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Penduduk terhadap
Tingkat Pengangguran di Kota Samarinda. Jurnal Ilmu Ekonomi , 8.

Badan Pusat Statistik Kota Samarinda. (2020). Kota Samarinda dalam Angka
"Samarinda Municipality in Figures". Samarinda. BPS Kota Samarinda/BPS-Statistics of
Samarinda Municipality.

Dahma Amar Ramdhan, D. S. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat


Pengangguran dan Kemiskinan. Inovasi , 4.

Franita, R. (2016). Analisa Pengangguran di Indonesia. Jurnal Ilmu Pengetahuan


Sosial , 92.

Handoyo, R. D. (2016). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Tangerang: Universitas


Terbuka.

Jamaludin, A. N. (2015). Sosiologi Perkotaan "Memahami Masyarakat Kota dan


Problematikanya". Bandung: CV Pustaka Setia Bandung.

Jeffri Chandra Irvanto, A. I. (2017). Peran Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) dalam
Mengurangi Tingkat Pengangguran di Kota Samarinda. eJournal Ilmu Pemerintahan , 1248-
1253.

Lestari, D. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kota


Samarinda. 647.

Berita Resmi Statistik. (2020). Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi


Provinsi Kalimantan Timur Bulan Juni 2020.

Putri, E. H. (2017). Efektivitas Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Mikro


Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kota Samarinda . eJournal Administrasi Negara , 5432-
5440.

17

Anda mungkin juga menyukai