Anda di halaman 1dari 28

METODOLOGI PENELITIAN

AKUNTANSI

POPULASI, SAMPEL, dan TEKNIK SAMPLING

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Ni Putu Sega Okta Habrianna (1807531034)


2. Lidia Ayu Karuniasari (1807531038)
)
3. Nicholas Arvin Omposunggu (1807531213)
4. I Made Bayu Tirta Suadnyana (1807531224)
5. Anugerah Reinaldi Putra Tappang (1807531235)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
Populasi (population), yaitu sekelompok orang, kejadian, atau
segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu

6.1 Populasi . Penelitian yang bekerja dengan sampel, berarti hanya


mengambil sebagian saja dari anggota populasi untuk
dijadikan sebagai sampel dan selanjutnya berdasarkan
analisis sampel dibuat generalisasi

Populasi, Sample dan teknik


sampling 6.3 Penelitian Menggunakan
sample dan populasi

6.2 Sample Berdasarkan atas pertimbangan penentuan


ukuran sampel. Peneliti dapat menentukan
sampel yang dapat dipandang
representative mewakili populasi.
6.5 Pertimbangan
6.4 Kriteria Sample yang penentuan ukuran sample 6.6 Ukuran sample
baik
1.Derajat keseragaman
2.Presisi yang dikehendaki dalam penelitian
6.7 Sumber kesalahan
3.Rencana analisis
sample
4.Tergantung pada ketersediaan biaya, tenaga, dan waktu

6.9 Metode Pengambilan 6.8 Tahap Pemilihan sample


sampel/teknik sampel

1.Pertimbangan ukuran
2.Populasi Target
3.Kerangka sampel (Sample Frame)
4.Metode Pemilihan Sampel
Daftar Isi
1. Pengertian Populasi ..................................................................................................... 4

2. Sampel ........................................................................................................................ 4

3. Penelitian Menggunakan Sampel dan Populasi ............................................................. 5

4. Kriteria Pemilihan Sampel yang Baik ........................................................................... 6

5. Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel ..................................................................... 7

6. Ukuran Sampel............................................................................................................ 9

7. Sumber Kesalahan Sampel..........................................................................................10

8. Tahap Pemilihan Sampel ............................................................................................12

9. Metode Pengambilan Sampel/Teknik Sampling ...........................................................14

Kesimpulan .......................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................28


1. Pengertian Populasi
Populasi (population), yaitu sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi.
Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian populasi pada penelitian kuantitatif
dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sedangkan dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah
populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri
atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat di rumah dengan keluarga dan
aktivitasnya, orang-orang di sudut-sudut jalan yang sedang berbicara tentang pelayanan
atau produk mobil baru merk tertentu, atau di tempat kerja, di kota, di desa, di perusahaan
atau wilayah suatu negara. Seorang peneliti jarang mengamati keseluruhan populasi
karena:
1) Biaya terlalu tinggi
2) Populasi demikian banyaknya sehingga dalam praktiknya tidak mungkin seluruh
elemen diteliti
3) Keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia
4) Populasi bersifat dinamis, yaitu unsur-unsur populasi bisa berubah dari waktu ke
waktu.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari subjek dalam populasi yang diteliti, yang sudah tentu
mampu secara representatif dapat mewakili populasinya. Menurut Sugiyono, sampel
adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari
populasi tersebut. Untuk itu, apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya
akan diberlakukan untuk populasi. Dan sampel yang diambil dari populasi harus betul-
betul representatif.
Ada empat parameter yang bisa dianggap menentukan sampel representatif
(sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya), yaitu:
1. Variabilitas populasi
Variabilitas populasi merupakan hal yang sudah “given”, artinya peneliti harus
menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasinya.
2. Besar sampel
Makin besar sampel yang diambil akan semakin besar atau tinggi taraf
representativeness sampel tersebut.
3. Teknik penentuan sampel
Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel, akan semakin tinggi pula
tingkat representativeness sampel.
4. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dan sampel
Semakin lengkap ciri-ciri populasinya yang dimasukkan ke dalam sampel, akan
semakin tinggi tingkat reprentativeness sampel.
Ada tiga keuntungan utama pengambilan sampel, yaitu:
1. Biaya lebih rendah
2. Pengumpulan data lebih cepat
3. Hal ini mungkin untuk memastikan keseragaman dan untuk meningkatkan akurasi
dan kualitas data karena kumpulan data lebih kecil.

3. Penelitian Menggunakan Sampel dan Populasi


Penelitian yang bekerja dengan sampel, berarti hanya mengambil sebagian saja
dari anggota populasi untuk dijadikan sebagai sampel dan selanjutnya berdasarkan
analisis sampel dibuat generalisasi. Faktor penting di sini adalah generalisasi, artinya
seberapa jauh simpulan dari analisis sampel dapat digeneralisasikan. Kemampuan
generalisasi ini sangat tergantung dari besarnya sampel, di mana sampel yang
representatif (mewakili) memiliki kemampuan generalisasi.
Penelitian yang bekerja dengan populasi tidak perlu menghadapi persoalan
generalisasi. Peneliti terhindar dari sampling karena jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah anggota populasi. Pada penelitian populasi, peneliti biasanya berhadapan
dengan kendala biaya, waktu, dan tenaga.

Penelitian Sampel dan Sensus


Peneliti dapat meneliti seluruh elemen populasi (disebut dengan sensus) atau meneliti
sebagian dan elemen-elemen populasi (disebut dengan penelitian sampel)
Alasan Penelitian Sampel
Ada beberapa faktor yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian sampel
daripada sensus, diantaranya sebagai berikut:
1) Jika jumlah elemen populasi relatif banyak, peneliti tidak mungkin mengumpulkan
seluruh elemen populasi karena akan memerlukan biaya dan tenaga yang relatif
tidak sedikit.
2) Kualitas data yang dihasilkan oleh penelitian sampel sering lebih baik dibandingkan
dengan hasil sensus, karena proses pengumpulan dan anaisis data sampel yang relatif
sedikit daripada data populasi, artinya dapat dilakukan relatif lebih teliti.
3) Proses penelitian dengan menggunakan data sampel relatif lebih cepat daripada
sensus, sehingga dapat mengurangi jangka waktu antara saat timbulnya kebutuhan
informasi hasil penelitian dengan saat tersedianya informasi yang diperlukan.
4) Alasan lain yang menghendaki penelitian dengan sampel, terutama dalam kasus
pengujian yang bersifat merusak. Misal, perusahaan bola lampu bermaksud
melakukan uji kendali mutu terhadap seluruh bola lampu hasil produksinya dengan
memilih sebagian (sampel) untuk diuji daya tahannya. Sensus juga lebih layak
dilakukan jika penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik setiap
elemen dari suatu populasi, seperti penilitian jumlah dan kondisi sosial ekonomi
penduduk yang tidak dapat dilakukan dengan meneliti sampel.
Hubungan Sampel dan Populasi
Analisis data sampel secara kuantitatif menghasilkan statistik sampel yang
digunakan untuk mengestimasi parameter populasinya. Statistik merupakan ukuran
numeris yang dihitung dari pengukuran sampel. Parameter adalah ukuran deskripsi
numeris yang dihitung dari pengukuran populasi. Statistik sampel digunakan untuk
membuat inferensi mengenai parameter populasinya. Deskripsi sampel dan populasinya
secara kuantitatif berupa statistik atau parameter yang umumnya mengukur tendensi
sentral (rata-rata, median. Modus) dan dispersi (deviasi standar dan varian).

4. Kriteria Pemilihan Sampel yang Baik


Kriteria sampel yang representatif tergantung pada dua aspek yang saling berkaitan yaitu:
1. Akurasi Sampel
Sampel yang akurat adalah sejauh mana statistik sampel dapat mengestimasi
parameter populasi dengan tepat. Akurasi berkaitan dengan tingkat keyakinan
(confident level), semakin akurat suatu sampel akan semakin tinggi tingkat keyakinan
bahwa statistik sampel mengestimasi parameter populasinya dengan tepat. Tingkat
keyakinan dalam statistik dinyatakan dengan persentase. Jika dinyatakan tingkat
keyakinan 95%, maka akurasi statistik sampel dapat mengestimasi parameter
populasinya dengan benar adalah 95% dan probabilitas bahwa estimasi hasil penelitian
tidak benar adalah 5% yang dinyatakan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05.
2. Ketelitian (Presisi) Sampel
Sampel yang presisi adalah sejauh mana hasil penelitian berdasarkan sampel dapat
merefleksikan realitas populasinya dengan teliti. Presisi menunjukkan tingkat
ketepatan hasil penelitian berdasarkan sampel yang menggambarkan karakteristik
populasinya. Presisi umumnya dinyatakan dengan interval keyakinan (confident
interval) dari sampel yang dipilih.
Syarat Sampel yang Baik
1. Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling, yaitu daftar dari semua
unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat:
a. Harus meliputi seluruh unsur sampel
b. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali
c. Harus up to date
d. Batas-batasnya harus jelas
e. Harus dapat dilacak di lapangan
2. Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi), ciri-ciri sampel yang
ideal adalah:
a. Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang
dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti.
b. Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan mentukan penyimpangan
baku (standar) dari taksiran yang diperoleh.
c. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan.
d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang rendah.

5. Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel


1. Pertimbangan Ukuran Sampel
Dalam pertimbangan penentuan ukuran sampel, terdapat empat hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian:
1) Derajat keseragaman
Apabila populasi seragam sempurna, maka satu elementer saja dari seluruh
populasi sudah cukup representatif untuk diteliti.
2) Presisi yang dikehendaki dalam penelitian
Tingkat ketepatan ditentukan oleh perbedaan-perbedaan hasil sampel dengan hasil
pencacahan lengkap, dengan asumsi instrumen, teknik wawancara, kualitas
pewawancara yang digunakan sama.
3) Rencana analisis
Rencana analisis data dengan tingkat analisis tertentu sangat menentukan besarnya
sampel yang harus diambil.
4) Tergantung pada ketersediaan biaya, tenaga, dan waktu
2. Penentuan Ukuran Sampel
Untuk menentukan suatu ukuran sampel tergantung pada variasi populasinya,
jika semakin besar dispersi atau variasi suatu populasi maka semakin besar pula
ukuran sampel yang diperlukan agar estimasi terhadap parameter populasi dapat
dilakukan dengan akurat dan presisi. Langkah pertama yang diperlukan oleh peneliti
adalah menghitung varian atau dispersi populasi dengan menggunakan rumus
perhitungan rata-rata populasi sebagai berikut:  = X +
k.sx
Keterangan: m = rata-rata populasi
X = rata-rata sampel
k = nilai t tabel pada tingkat kepercayaan tertentu
sx = dispersi (varian) populasi
Dalam suatu penelitian, penentuan ukuran sampel merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan, terutama jika penelitian dilakukan dengan cara survei dan
bertujuan untuk memperkirakan nilai karakteristik dari populasi yang diteliti. Ukuran
sampel yang terlalu besar akan kurang efisien dari aspek sumber daya penelitian
(waktu, tenaga, biaya), sebaliknya ukuran sampel yang terlalu kecil akan kurang
efisien dari aspek ketelitian pengukuran dan keakuratan hasil penelitian. Berikut ini
adalah rumus penentuan besar sampel untuk desain sampling acar sederhana (simple
random sampling).
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
 = taraf signifikansi
d = tingkat presisi yang ditetapkan
s2 = varians yang diperoleh dari penelitian
sebelumnya atau dari pilot survey

6. Ukuran Sampel
Berdasarkan atas pertimbangan penentuan ukuran sampel. Peneliti dapat menentukan
sampel yang dapat dipandang representative mewakili populasi. Makin besar jumlah
sampel mengikuti populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan
sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi maka semakin besar kesalahan
generalisasi. Jumlah sampel yang dipandang representative mewakili populasi tergantung
pada tingkat presisi yang dikehendaki. Semakin tinggi presisi yang dikehendaki, semakin
kecil tingkat kesalahan yang harus ditentukan.
1. Pertimbangan
Ketepatan jenis dan jumlah anggota sampel yang diambil akan sangat
mempengaruhi keterwakilan (representativeness) sampel terhadap populasi.
Keterwakilan populasi akan sangat menentukan kebenaran kesimpulan dari penelitian.
Semakin besar ukuran sampel akan mewakili populasi. Biasanya para peneliti ingin
bekerja dengan sampel sekecil mungkin, karena semakin besar jumlah sampel yang
digunakan maka akan semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan.
2. Kebutuhan Sampel Besar
1) Jika terdapat sejumlah variable yang tidak bisa dikontrol
Dalam variable yang tidak dapat dikontrol, para peneliti mengatasinya dengan
sampel besar.
2) Jika dalam penelitian terantisipasi adanya hubungan atau perbedaan yang
kecil
Adanya perbedaan atau hubungan yang kecil bisa terabaikan jika ukuran
sampelnya kecil. Dengan menggunakan sampel besar, perbedaan atau hubungan-
hubungan yang kecil dapat terukur kebermaknaannya (signifikansinya).
3) Jika dalam penelitian dibentuk kelompok-kelompok kecil
Dalam beberapa penelitian eksperimental, juga menguji perbedaan pengaruh
satu atau lebih perlakuan tersebut terhadap beberapa kelompok yang berbeda.
4) Menghindari penyusutan
Dalam proses penelitian sering terjadi penyusutan jumlah sampel. Makin
panjang masa penelitian berlangsung kemungkinan terjadinya penyusutan jumlah
sampel semakin besar.
5) Jika diharapkan syarat-syarat keabsahan secara statistic dipenuhi
Dalam analisis statistic pengujian instrument dan hipotesis dituntut tingkat
kepercayaan minimal 95% atau alpha 5%, tetapi lebih baik kepercayaan 99% atau
alpha 1%.
6) Jika dalam penelitian dihadapkan pada populasi yang sangat heterogen
Dalam penelitian diharapkan populasi yang heterogen sehingga sampel acak
yang sederhana dapat segera ditemukan.
7) Jika reliabilitas dari variable bebas tidak terjamin
Hal ini dikarenakan karakteristik variable itu sendiri. Untuk mengurangi
dampak reliabilitas yang rendah dari variable tersebut diperlukan sampel
berukuran besar.

7. Sumber Kesalahan Sampel


1. Kesalahan Statistik (Statistical Error)
Ada dua factor yang penyebab kesalahan statistic, yaitu kesalahan dalam
pemilihan sampel dan kesalahan sistematis, yaitu kesalahan yang bukan berasal dari
proses pemilihan sampel.
2. Kesalahan Pemilihan Sampel (Sampling Error)
Kesalahan dalam pemilihan sampel dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan
pada setiap prosedur dalam pemilihan sampel, antara lain:
a. Kesalahan kerangka sampel, disebabkan oleh adanya perbedaan antara elemen-
elemen dalam kerangka sampel dengan elemen-elemen populasi target. Kerangka
sampel kemungkinan belum memuat elemen-elemen populasi yang baru masuk
b. Kesalahan unit sampel, penentuan elemen-elemen dalam suatu unit sampel
kemungkinan kurang mewakili karakteristik populasinya. Tingkat hetrogenitas
elemen-elemen populasi dapat menyebabkan timbulnya kesalahan dalam unit
sampel yang ditentukan berdasarkan strata atau kelompok tertentu.
c. Kesalahan pemilihan sampel secara acak, terjadi karena kemungkinan adanya
variasi dalam pemilihan subjek sampel secara acak. Tipe kesalahan ini
kemungkinan disebabkan oleh nilai elemen-elemen yang sangat variatif sehingga
dapat saling menghapus dalam perhitungan rata-rata. Semakin kecil variasi nilai
elemen-elemen, maka semakin rendah kemungkinan tingkat kesalahan pemilihan
sampel secara acak
3. Kesalahan Sistematis (Systematic Error)
Kesalahan sistematis merupakan kesalahan yang disebabkan oleh factor-faktor di
luar proses pemilihan sampel. Kesalahan sistematis terutama disebabkan oleh
kelemahan desain penelitian dan kesalahan pelaksanaan penelitian. Ada dua factor
yang mempengaruhi kesalahan sistematis, yaitu :
a. Kesalahan responden
Hasil analisis data yang dikumpulkan dengan metode survei tergantung pada
jawaban responden penelitian. Kesalahan responden terdiri atas dua jenis
kesalahan sebagai berikut:
1) Nonresponse bias (error) adalah kesalahan yang timbul karena subjek sampel
yang tidak memberikan respon ternyata lebih representative daripada sampel
yang memberikan tanggapan, sehingga sampel yang diteliti kurang akurat dan
presisi mencerminkan karakteristik populasinya.
2) Response bias (error) merupakan kesalahan yang timbul karena jawabahn
responden yang tidak benar
b. Kesalahan Administratif
Adalah kesalahan yang disebabkan oleh kelemahan administrasi atau
pelaksanaa pekerjaan penelitian. Ada 3 tipe kesalahan administratif yaitu :

1) Kesalahan Pemrosesan Data


Kemungkinan terjadi karena kesalahan dalam proses procedural atau
arimatik melalui computer. Akurasi pemrosesan data dengan computer,
bagaimana pun tergantung pada ketelitian manusia.
2) Kesalahan Pewawancara
Adalah tipe kesalahan administrative yang ditetapkan oleh keteledoran
pewawancara. Kesalahan tersebut dapat berupa kekeliruan pewawancara
dalam mencatat jawaban responden atau kesalahan berupa hilangnya bagian
informasi yang penting karena pewawancara kurang cepat mencatata jawaban
responden yang disampaikan lisan
3) Kecurangan Pewawancara
Kesalahan administrative kemungkinan disebabkan oleh kecurangan
pewawancara yang dengan sengaja melompati butir pertanyaan mengenai
topic yang sensitive agar cepat selesai.

8. Tahap Pemilihan Sampel

Prosedur Pemilihan Sampel


Prosedur pemilihan sampel memerlukan beberapa tahap sebagai berikut :
1. Populasi Target
Tahap pertama yang dilakukan peneliti dalam pemilihan sampel adalah
mengidentifikasi populasi target, yaitu populasi spesifik yang relevan dengan tujuan
atau masalah penelitian
2. Kerangka sampel (Sample Frame)
Adalah daftar elemen-elemen populasi yang dijadikan dasar untuk mengambil
sampel. Kerangka sampel biasanya berbeda dengan populasi target yang ditentukan.
3. Metode Pemilihan Sampel
Metode-metode pemilihan sample dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Metode pemilihan sampel probabilitas atau metode pemilihan sampel secara acak,
yaitu terdiri atas metode-metode : simple random sampling, systematic sampling,
stratified random sampling, cluster sampling dan area sampling
b. Metode pemilihan sampel nonprobabilitas disebut juga dengan metode pemilihan
sampel secara tidak acak, yang terdiri atas metode-metode : Convenience
sampling, judgement sampling dan quota sampling
4. Unit Sampel (Sample Unit)
Adalah suatu elemen atau sekelompok elemen yang menjadi dasar untuk dipilih
sebagai sampel. Pemilihan sampel berdasarkan kerangka sampel dapat dilakukan
melalui prosedur satu tahap atau beberapa tahap.

Metode pemilihan Sampel Probabilitas


Teori dan Distribusi Pemilihan Sampel Probabilitas
Tujuan pemilihan sampel agar analisis data berdasarkan sampel dapat digeneralisasi pada
tingkat populasinya. Sampel yang representative ditunjukkan dengan estimasi statistic sampel
terhadap parameter populasinya secara akurat dan presisi.
1. Pemilihan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Metode pemilihan sampel secara acak sederhana memberikan kesempatan yang sama
yang bersifat tak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel.
Metode ini relative sederhana karena hanya memerlukan satu tahap prosedur pemilihan
sampel.
2. Pemilihan Sampel Sistematis (Systematic Sampling)
Pemilihan sampel dari kerangka sampel dapat dilakukan dengan cara yang sistematis,
yaitu memilih secara acak setiap elemen dengan nomor tertentu dari label nomor sebagai
kerangka sampel.
3. Pemilihan Sampel Acak Berdasarkan Strata (Stratified Random Sampling)
Pemilihan sampel secara acak dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengklasifikasi
suatu populasi ke dalam sub-sub populasi berdasarkan karakteristik tertentu dari elemen-
elemen populasi. Sampel kemudian dipilih dari setiap sub populasi dengan metode acak
sederhana atau metode sistematis.
4. Pemilihan Sampel Berdasarkan Kelompok (Clustered Sampling)
Pemilihan sampel berdasarkan kelompok dapat dilakukan melalui satu tahap atau
beberapa tahap penentuan unit sampel. Elemen-elemen populasi dikelompokkan ke dalam
unit-unit sampel seperti yang dilakukan dalam metode pemilihan sampel dengan
stratifikasi
Metode pemilihan Sampel Nonprobalitas
Pemilihan sampel dengan metode nonprobabilitas atau secara tidak acak, elemen-elemen
populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel
1. Pemilihan Sampel Berdasarkan Kemudahan (Convenience Sampling)
Metode ini memilih sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti.
Elemen populasi yang dipilih sebagai subjek sampel adalah tidak terbatas sehingga
peneliti memiliki kebiasaan bebas untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah.
2. Pemilihan Sampel Bertujuan (Purposive Sampling)
Peneliti kemungkinan mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel
secara tidak acak. Ada dua jenis metode dalam pemilihan sampel ini yaitu :
a. Pemilihan Sampel Berdasarkan Pertimbangan (Judgement Sampling)
Merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh
dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan/masalah
penelitian
b. Pemilihan Sampel Berdasarkan Kuota (Quota Sampling)
Pemilihan sampel secara tidak acak dapat dilakukan berdasarkan kuota untuk setiap
kategori dalam suatu populasi target.

9. Metode Pengambilan Sampel/Teknik Sampling


Teknik Pengambilan Sampel
1. Teknik Pengabilan Sampel Secara Acak (Random Sampling)
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk engambil sampel secara acak
adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama
“sampling frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar yang
berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi
bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga
tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka
peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan
tinggi “A” tersebut selengkap mungkin. Nma, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan
informasi lain yang berguna bagi penelitiannya. Dari daftar ini, peneliti akan bisa
secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah
tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah
tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti harus
mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten, Kecamatan, Desa,
Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau simbol) yang berbeda
satu sama lainnya.
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa
dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa
dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka
Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan
melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah
ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.
Secara umum, pengambilan sampel secara acak dilakukan dengan cara :
1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung
deskriptif dan bersifat umum.
Keuntungan :
- Ketetapan yang tinggi dan setiap unit sampel mempunyai probabilitas yang
sama untuk diambil sebagai sampel
- Sampling error dapat ditentukan secara kuantitatif
Kerugian :
Bila tidak terdapat daftar unit dasar (sampling frame) dan populasi yang
tersebar/populasi yang sangat luas dengan prasarana jalan yang tidak menunjang
pengambilan sampel sulit dilaksanakan/ membutuhkan tenaga,waktu, biaya yang
sangat besar.Teknik Pelaksanaan :
Dilakukan dengan 2 cara, tergantung besarnya populasi.
- Populasi kecil : dengan undian (lotre)
- Populasi besar : dengan tabel bilangan random sampling (cara lain dengan
gulungan kertas)
Contoh : Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan
yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya.
Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi,
serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang
penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka
peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap
unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi
sampel. Prosedurnya :
- Susun “sampling frame”
- Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
- Tentukan alat pemilihan sampel
- Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
2. Stratified Random Sampling (Acak Stratifikasi)
a. Bila populasi dibagi menjadi beberapa strata, dimana setiap strata adalah
homrgen, sedangkan antar strata terdapat sifat yang berbeda
b. Bila pengambilan sampel setiap strata dilakukan dengan simple random
sampling, dan dengan proporsi yang sama disebut : Proportionate stratified
simple random sampling
Keuntungan :
Ketetapan lebih tinggi dengan simpangan baku yang lebih kecil dibandingkan
dengan simple random sampling, terutama bila pengambilan sampel dilakukan
secara proporsional
Kekurangan :
a. Harus mengetahui kondisi populasi, sehingga dapat dilakukan stratifikasi
dengan baik
b. Sulit untuk membuat kelompok yang Homogen
Pengambilan sampel dengan stratifikasi mempunyai ciri – ciri sbb :
a) Deviasi standar lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan sampel acak
sederhana
b) Lebih efektif bila dalam distribusi populasi terdapat nilai ekstrem yang
dapat dikelompokkan sendiri
c) Setiap unit punya peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel hingga
prakiraan yang dihasilkan tidak bias
Contoh : seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan
perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya
terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka
sampelnya harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan
bawah. Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka
dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer
atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih
sampel secara acak. Prosedurnya :
1. Siapkan “sampling frame”
2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan
proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah
unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat
atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer
tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160.
Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk
stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum
3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah
unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya
saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka
peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk
manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III),
tetap 63 orang.

3. Multistage random sampling (Acak Bertahap )


a. Pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa
fraksi kemudian diambil sampelnya
b. Fraksi ynag dihasilkan kemudian dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang
lebih kecil, kemudian diambil sampelnya.
c. Pembagian fraksi terus dilakukan sampai unit sampel yang diinginkan. Unit
sampel pertama disebut : Primary Sample Unit (PSU)
d. PSU dapat berupa fraksi besar / fraksi kecil
Keuntungan :

a. Varians yang relatif kecil untuk biaya setiap unit


b. Kontrol terhadap kesalahan tak sampling menjadi lebih baik
c. Penelitian ulang membutuhkan biaya yang relatif kecil
d. Kontrol terhadap liputan penelitian lebih mudah dilakukan
Kerugian :
a. Pada PSU besar, penggambaran terhadap populasi kurang baik
b. Pada PSU kecil, hanya dapat dilakukan bila individu dalam populasi tidak
tersebar dan transportasi mudah
4. Systematic Random Sampling (Acak Sistematik )
Pengambilan sampel acak dilakukan secara berurutan dengan interval tertentu.
Besarnya interval (i) dapat ditentukan dengan membagi populasi (N) dengan
jumlah yang diinginkan : I = N/n
Keuntungan :
a. Sampling frame tidak mutlak dibutuhkan
b. Cara ini relatif mudah dan dapat dilakukan oleh petugas lapangan
c. Cara ini sangat praktis bila populasi dalam bentuk kartu
d. Membutuhkan waktu, biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan
simple random sampling
Kerugian :
a. Setiap unit sampel tidak mempunyai peluang yang sama untuk diambil sbagai
sampel
b. Bila terdapat kecenderungan tertentu maka cara pengambilan sampel acak
sistematik menjadi kurang sesuai
5. Cluster Random Sampling (Acak Kelompok )
a. Bila akan mengadakan penelitian dengan mengambila kelompok unit dasar
sebagai sampel
Dapat juga dilakukan dengan membagi :
b. Populasi studi menjadi beberapa bagian (blok) sebagai cluster dan dilakukan
pengambilan sampel kelompok (cluster) tsb
Keuntungan :
Bila pengambilan sampel acak kelompok dilakukan dengan baik, akan
menghasilkan ketepatan yang lebih baik dari pada pengambilan sampel acak
sederhana.
Kerugian :
Sama dengan pengambilan acak stratifikasi, tetapi mempunyai ciri yang berbeda :
a. Pada sampel acak dengan strafikasi, individu dalam satu kelompok homogen
tetapi mungkin antar kelompok berbeda
b. Pada cluster sampling, individu dalam satu kelompok bersifat heterogen, tetapi
antar kelompok tidak banyak berbeda.
6. Probability Proportionate to Size (PPS)
a. Merupakan variasi dari pengambilan sampel bertingkat dengan pemilihan PSU
yang dilakukan secara proporsional.
b. Biasanya digunakan bersama dengan cara pengambilan sampel yang lain
• Sangat bermanfaat bila besarnya PSU sangat bervariasi
• Akan menghasilkan varian yang lebih kecil dibandingkan dengan
pengambilan sampel acak sederhana serta mengurangi biaya
pengumpulan data
Kerugian : Memiliki keterwakilan terhadap populasi yang kurang baik bila
besarnya PSU kurang bervariasi
Teknik Pengambilan Sampel Secara Tidak Acak (Non Random Sampling)
Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak.
Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa
dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan
karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh
peneliti.
1. Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
2. Accedental Sampling
Dilakukan secara subyektif oleh peneliti ditinjau dari sudut kemudahan tempat
pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan diambil. Cara ini sudah tidak
dipergunakan lagi dalam bidang kedokteran, tetapi masih dipergunakan dalam
bidang sosial ekonomi dan politik untuk mengetahui opini masyarakat terhadap
suatu hal .
3. Purposive Sampling
Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa, sehingga keterwakilannya
ditentukan oleh peneliti berdasarkanpertimbangan orang-orang yang telah
berpengalaman Cara ini lebih baik dari accidental sampling dan quota sampling
karena dilakukan berdasarkan pengalaman berbagai pihak .
4. Snowball Sampling
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi
penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya
bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia
minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa
dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum
lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita
lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta
kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya.
Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup,
peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga
dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain
yang eksklusif (tertutup)

PROBABILITAS DAN NON PROBABILITAS

Penelitian dilakukan untuk menganalisis suatu hal sehingga dapat diketahui kelebihan
dan kekurangan hal tersebut atau menemukan hal baru yang lebih efektif. Secara kompleks
penelitian merupakan aktifitas pengumpulan fakta, bukti atau hasil secara sistematis dalam
rangka untuk menemukan, mengembangkan atau menguji pengetahuan tentang fenomena ala
maupun social. Penelitian memiliki fungsi yang beasr bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, hasil-hasil penelitian sebaiknya dapat diketahui oleh seluruh masyarakat.
Penelitian bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan melalui aplikasi prosedur
ilmiah. Prosedur ini dikembangkan untuk meningkatkan taraf kemungkinan yang paling
relevan dengan pertanyaan serta menghindari adanya bias. Sebab, penelitian ilmiah pada
dasarnya merupakan usaha memperkeil interval dugaan peneliti melalui pengumpulan dan
penganalisaan data atau informasi yang diperolehnya.
Dalam penelitian, salah satu bagian dalam langkah-langkah penelitian adalah
menentukan populasi dan sampel penelitian penelitian. Seorang peneliti dapat menganalisis
data keseluruhan objek yang diteliti sebagai kumpulan atau komunitas tertentu. Namun,
seorang peneliti juga dapat mengidentifikasi sifat-sifat suatu kumpulan yang menjadi obejek
penelitian hanya dengan mengamati dan mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut.
Secara umum sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang memiliki
karakteristik populasi dalam penelitian. Dalam sebuah penelitian baik itu skripsi, tesis
maupun desertasi keberadaan sampel memiliki peran yang sangat vital. Hal ini dikarenakan
sampel penelitian dijadikan sebagai sumber pengambilan data baik itu secara kuantitatif
maupun kualitatif.
Jumlah populasi yang terbatas memungkinkan peneliti dapat menggunakan sensus,
akan tetapi pada populasi yang sangat banyak, maka dapat dilakukan sampling untuk efisiensi
tenaga, waktu dan biaya. Teknik sampling sangatlah diperlukan dalam sebuah penelitian
karena hal ini digunakan untuk menentukan siapa saja anggota dari populasi yang hendak
dijadikan sampel. Teknik sampling haruslah secara jelas tergambarkan dalam rencana
penelitian sehingga tidak membingungkan ketika terjun di lapangan. Untuk menghindari
kesalahan sampel perlu menggunakan Teknik sampling yang tepat.
Dalam penelitian terdapat berbagai Teknik sampling untuk menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian. Tekik sampling pada dasarnya dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling
memberikan kesempatan yang sama pada setiap unsur untuk dipilih, sedangkan non
probability sampling tidak memberikan kesempatan yang sama untuk dipilih. Probability
sampling terdiri atas simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling
dan stratified cluster sampling. Sedangkan nn probability sampling terdiri atas purposive
sampling, quota sampling dan accidental sampling.
Menetukan ukuran sampel merupakan bagian dari tekik sampling, di mana umlah
anggota sampel yang dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang 100% mewakili
populasi adalah sama dengan populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil
dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka semakin besar kesalahan
generalisasi.
Pengambilan sampel harus tepat dan benar, karena hal ini memiliki pengaruh yang
besar dalam keberhasian proses penelitian. Karenanya dalam menentukan populasi dan
sampel penelitian, haruslah sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan serta tepat dan
efisien. Oleh karenanya, dalam menentukan populasi dan sampel peneliti hendaklah
memperhatikan hal-hal yang memang ekaitan dengan populasi dan sampel sehingga
didapatkan yang tepat.

1. Probability/Random Sampling
Sampel probabilitas mengandung arti bahwa setiap sapel yang dipilih bedasarkan
prosedur seleksi dan memiliki peluang yang sama untuk dipilih, dimana terdapat lima
jenis desain sampel probabilitas, yaitu:
A. Sampel Random Sederhana (Simple Random Sampling)
Sampel random sederhana adalah desai pemilihan sampel yang paling
sederhana dan mudah. Prinsip pemilihan pada sampel ini yaitu dengan memilih setiap
elemen dalam populasi, yang mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
(Kuncoro, 2009). Lalu, menurut Jogianto (2013: 95), pengambilan sampel dengan cara
ini dilakukan dengan mengambil langsung dari populasinya secara random/acak.
Secara random dapat dilihat di tabel angka random melalui program computer seperti
Excel. Menurut Davis E Cosenza (1993: 227-231), berikut prosedur pemilihan random
sederhana:
1. Menentukan populasi penelitian dan dapatkan unit pemilihan sampel,
2. Menentukan besar sampel yang dikehendaki,
3. Mengambil sampel secara acak dari unit pemilihan sampel,
4. Ulangi proses ketiga sampai dengan jumlah sampel sama dengan besar sampel
yang dikehendaki

Menurut Rahyuda (2008: 48-49), beberapa teknik sampling acak sederhana dengan
cara undian & dengan tabel bilangan random, berikut uraiannya:
1. Cara Undian, angka populasi disusun pada daftar kerangka sampling, tiap nomor
anggota sampling ditulis di secarik kertas, lalu digulung dan kemudian ke dalam
kotak lalu dikocok setelah itu diambil acak. Kelemahannya jika terdapat anggota
populasi begitu besar karena menyulitkan dalam menggulung kertas.
2. Mengundi dengan Tabel Bilangan, dimana terdpat tabel angka random dengan
angka 0-9. Cara penggunaanya, yaitu pastikan jumlah digit anggota populasi, lalu
tentukan cara pengambilan dari tabel bilangan random apakah kiri ke kanan atau
atas ke bawah.
3. Berusaha sedapat mungkin dengan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi
untuk diikut sertakan dalam sampel tetap dipertahankan.

Terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dari pemilihan random sederhana yaitu
sebagai berikut (Kuncoro, 2009: 127) :
a. Kelebihan:
1) Prosedur pemilihan sampel sangat mudah
2) Unit pemilihan sampel hanya satu macam
3) Kesalahan klasifikasi dapat dihindarkan
4) Cukup dengan gambaran garis besar dari populasi
5) Merupakan desain sampel yang paling sederhana & mudah
b. Kelemahan:
i. Gambaran umum populasi yang mungkin sudah diketahui peneliti
ii. Tingkat ketelitian dan kecermatan penelitian yang lebih rendah
B. Sampel Sistematis
Dalam pemilihan sampel sistematis , seluruh elemen yang ada pada unit
pemilihan sampel diberi nomer urut mulai dari nomor 1. Jika N adalah jumlah
populasi sementara n adalah jumlah sampel, maka peneliti akan memilih setiap elemen
yang berbeda nomor b untuk sampel. Terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dari
sampel ini (Kuncoro, 2009: 131), yaitu:
a. Kelebihan:
1) Jika nomor urut disusun berdasarkan kriteria tertentu, elemen yang terpilih
menjadi sampel secara otomatis sudah mewakili setiap strata yang ada pada
populasi.
2) Prosedur pemilihan sampel sangat mudah
3) Unit pemilihan sampel hanya 1 macam
4) Kesalahan klasifikasi dapat dihindarkan
b. Kelemahan:
Jika nomor urut elemen berdasarkan lokasi atau variable lain yang tidak ada
hubungannya dengan kriteria stratifikasi penelitian dengan sampel yang sama akan
mempunyai tingkat akurasi yang lebih rendah.
C. Sampel Stratifikasi (Stratified Sampling)
Dalam pengambilan Sampel Stratifikasi dilakukan dengan membagi populasi
menjadi beberapa sub-populasi atau strata dan kemudian pengambilan sampel random
sederhana dapat dilakukan di dalm masing-masing strata. Sehubungan dengan proporsi
jumlah sampel yang diambil dengan jumlah elemen pada setiap unit sampel, pemilihan
random stratifikasi ini dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Sampel Stratifikasi Proposional
Dalam pemilihan sampel ini banyak sampel akan proposional dengan jumlah
elemen setiap unit pemilihan sampel. Dimana kelebihannya adalaha dengan
digunakannya jumlah sampel yang proposional dengan jumlah populasi pada
masing-masing strata, sampel secara keseluruhan akan mampu mewakili populasi
yang ada dengan baik. Kelemahannya adalah diperlukan informasi yang cukup
banyak sehingga peneliti dapat menentukan proporsi yang benar untuk masing-
masing strata.
b. Sampel Stratifikasi Non Proposional
Dalam pemilihan sampel ini, banyaknya sampel tidak proposional dengan
jumlah elemen setiap unit pemilihan sampel karena beberapa pertimbangan khusus.
Ada dua macam pemilihan sampelnya, yaitu alokasi optimal (jumlah sampel yang
tidak proposional karena perbedaan homogeitas elemen pada tiap unit sampel) dan
sampel tak sepadan (jumlah sampel yang tidak proposional dengan jumlah elemen
setiap unit pemilihan sampel karena adanya berbagai macam syarat).
D. Sampel Kluster (Cluster Sampling)
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara membagi populasi menjadi
beberapa grup bagian. Grup bagian ini disebut cluster. Kemudian tiap-tiap cluster
dipilih secara random dan item yang terpilih adalah sampelnya. Alasan penggunaan
sampel kluster adalah ada kebutuhan efisiensi ekonomis yang tidak bisa diperoleh
penelitijika menggunakan sampel random sederhana. Kelemahan sampel ini adalah
efisiensi statistic yang lebih rendah dibanding dengan sampel random sederhana
karena kluster bisanya homogen. Namun, efisiensi ekonomis sampel kluster dapat
mengatasi kelemahan ini. (Kuncoro, 2009: 134).
Jenis sampel kluster yang sering digunakan adalah sampel area, karena metode
ini dapat mengatasi masalah tingginya biaya pengambilan sampel dan tidak
tersedianya kerangka sampel yang praktis untuk elemen tertentu.
E. Sampel Daerah Multitahap
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara melibatkan penggunaan
kombinasi teknik sampel probabilitas yang telah dibahas pada bagian terdahulu
(Kuncoro, 2009: 134). Double sampling atau sequentiell sampling atau multiphase
sampling adalah metode sampling yang mengumpulkan sampel dengan dasar sampel
yang ada dan dari informasi yang diperoleh digunakan untuk mengambil sampel
berikutnya.

2. Non Probability/Non Random Sampling


Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Menurut
Burhan (2005;123) ada beberapa sifat populasi, diantaranya :
a. Populasi Berstrata
Populasi berstrata adalah populasi yang terdiri atas unit-unit yang sifatnya berstrata
atau bertingkat atau berlapis yang jelas.
b. Populasi Area
Populasi area adalah populasi yang memiliki sifat mudah ditentukan jika penelitian
mampu mengetahui batas-batas area tersebut.
c. Populasi Cluster
Populasi Cluster adalah populasi yang menunjukkan unit-unit yang berumpun atau
berkelompok tanpa ada pada tingkatan masing-masing kelompok atau rumpun yang
ada.
d. Populasi dengan Beraneka Sifat
Populasi dengan beraneka sifat sekilas akan seperti populasi berstrata, tetapi kalau
diamati lebih jauh lagi, populasi juga merupakan rumpun-rumpun tertentu bahkan
dapat dilihat lebih jelas bahwa unit-unit populasi memiliki wilayah tertentu.

TEKNIK NON PROBABILITY SAMPLING


1. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100
akuntan. Dari semua akuntan itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor
100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau
kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari lima. Untuk itu maka yang
diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.
2. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh,
akan melakukan penelitian tentang “Keputusan Pemilihan Strategi Manajemen Laba
pada Perusahaan yang Mengalami Financial Distress”. Kuota untuk sampel yang
ditentukan adalah 30 perusahaan yang ada di Bursa Efek. Kalau pengumpulan data belum
mencapai 30 perusahaan, maka penelitian dipandang belum selesai karena belum
memenuhi kuota yang ditentukan.
3. Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Misalnya penelitian tentang “Pengaruh Pengetahuan Pedagang Tentang Ilmu Pajak
Terhadap Ketaatan Subjek Pajak dalam Membayar Pajak ”. Peneliti dalam memenuhi
sampelnya dapat menggunakan responden pedagang yang ditemui secara kebetulan di
jalan, di taman kota atau terminal umum.
4. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Misalnya akan melakukan penelitian tentang “Fenomena Faktor yang Mempengaruhi
Nilai Perusahaan Teh Sariwangi” sampel yang digunakan adalah sampel dengan
pertimbangan sesuai dengan topik yang diangkat yaitu Perusahaan Sariwangi.
5. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
6. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu
seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang
menggelinding, makin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak
menggunakan sampel purposive dan snowball. Contohnya penelitian tentang “Pengaruh
Fraud Triangel Terhadap Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi Universitas
Udayana” Sampelnya misalnya diawali dengan satu orang mahasiswa akuntansi di
Universitas Udayana yang kemudian disuruh mengajak teman-temannya (mahasiswa
akuntansi) untuk dijadikan sampel dan teman-temannya juga mengajak teman-teman
yang lain sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Kesimpulan
1. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spardley
dinamakan “sosial situation” atau situasi sosial yang terdiriatas tiga elemen yaitu : tempat
(place), pelaku (actors),dan aktivitas(activity) yang berinteraksi secara sinergis.
2. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapisebagai narasumber,
atau partisipasin, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian
kualitatif, juga bukan disebut sampelstatistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan
penelitian kualitatif adalahuntuk menghasilkan teori.
3. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Nonprobality Sampling. Probability Sampling meliputi, simple random,
dan proportionate stratified random,disproportionate stratified random, dan area
random. Non-probability sampling meliputi, sampling
sistematis, sampling kuota, samplingakdental, purposive sampling, sampling jenuh
dan snowball sampling
DAFTAR PUSTAKA
Rahyuda, Ketut. 2016. Metode Penelitian Bisnis Edisi Pertama. Denpasar : Udayana
University Press.

Anda mungkin juga menyukai