Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI KEBERLANJUTAN

SUSTAINABLE DEVELOPMENT, PENGUNGKAPAN CSR DAN SUSTAINABLE


ACCOUNTING

DOSEN PENGAMPU:

Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, S.E., M.Si.

Oleh Kelompok 3

A.A.Ayu Intan Purnama Sari (1807531097 / 06)

Putu Sisilia Dewi (1807531107 / 07)

Ni Wayan Meli Antari (1807531118 / 08)

Kelas : EKA 463 D2

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
1.1 Pemikiran Sustainable Development
Istilah pembangunan berkelanjutan diperkenalkan dalam World Conservation Strategy
(Strategi Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations Environment Programme
(UNEP), International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), dan
World Wide Fund for Nature (WWF) pada 1980. Pada 1982, UNEP menyelenggarakan
sidang istimewa memperingati 10 tahun gerakan lingkungan dunia (1972-1982) di Nairobi,
Kenya, sebagai reaksi ketidakpuasan atas penanganan lingkungan selama ini. Dalam sidang
istimewa tersebut disepakati pembentukan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan (World Commissionon Environment and Development - WCED). PBB
memilih PM Norwegia Nyonya Harlem Brundtland dan mantan Menlu Sudan Mansyur
Khaled, masing-masing menjadi Ketua dan Wakil Ketua WCED. Menurut Brundtland Report
dari PBB (1987), disebutkan bahwa Pembangunan Berkelanjutan merupakan sebuah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan di masa kini tanpa mengorbankan kemampuan
generasi di masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Salah satu faktor yang
harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki
kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan
keadilan sosial.

Berdasarkan pada Laporan tersebut, prinsip-prinsip dasar dari Pembangunan Berkelanjutan


dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Kepercayaan Publik/Masyarakat: Terdapat kewajiban negara untuk mengelola sumber


daya alam yang dipercayakan untuk keuntungan masyarakatnya.
2. Prinsip Kehati-hatian: adanya tindakan untuk mencegah kerusakan ireversibel atau
kerusakan yang tidak dapat dipulihkan kembali dan pencegahannya tidak dapat
ditunda hanya karena keterbatasan pengetahuan akan ilmu ilmiah.
3. Keadilan Antar Generasi: Genarasi di masa depan tidak boleh dirugikan atau mendapat
dampak buruk karena keputusan yang dibuat pada masa sekarang.
4. Asas Subsidiaritas: Keputusan-keputusan harus dibuat atau dilakukan dengan
mempertimbangkan keputusan atau masukan dari lembaga maupun pemangku
kepentingan pada tingkat terendah yang sesuai kapasitasnya.
5. Pencemar Membayar: Biaya kerusakan/terganggunya lingkungan harus ditanggung
oleh pihak-pihak yang turut bertanggung jawab akan kerusakan/gangguan tersebut.

Beberapa prinsip-prinsip tambahan lain juga memperhatikan pada upaya solusi


terhadap kemiskinan yang berkelanjutan dan ketidakadilan sosial antara bangsa-bangsa di
dunia. Keberlangsungan hidup generasi masa kini dan masa depan, hingga kini masih
terletak pada jantung perdebatan tentang pembangunan berkelanjutan. Kepercayaan
masyarakat, partisipasi pemerintahan pusat dan daerah juga menjadi prinsip dasar pada
konsep pembangunan ini.

1.2 Corporate Social Responsinility dan Praktek Pengungkapan


1.2.1 Pengertian Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggungjawab sosial perusahaan
merupakan adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan memiliki suatu
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Selain itu, CSR adalah suatu
kegiatan bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial ekonomi kawasan secara
melembaga, dan berkelanjutan. Jadi, CSR menunjukkan tanggung jawab perusahaan yang
harus berpijak pada triple bottom lines yaitu tanggung jawab perusahaan pada aspek
sosial, lingkungan, dan keuangan.

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai adanya tanggung jawab sosial
perusahaan yang terdiri dari:

1. Teori Legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang diimplikasikan


antara institusi sosial dan masyarakat. Teori tersebut dibutuhkan oleh institusi-
institusi untuk mencapai tujuan agar kongruen dengan masyarakat luas. Dasar
pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut
keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk
sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri.
2. Teori Agency menjelaskan ada konflik kepentingan antara manajer (agen) dan
principal (pemilik). Pemilik ingin mengetahui semua informasi di perusahaan
termasuk aktifitas manajemen dan sesuatu yang terkait investasi/dananya dalam
perusahaan. Hal ini dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban atas kinerja
manajer. Untuk menghindari hal tersebut diperlukan akuntan publik yang
mengevaluasi kinerja manajer.
3. Stakeholder didefinisikan seperti sebuah kelompok atau individual yang dapat
memberi dampak atau terkena dampak oleh hasil tujuan perusahaan termasuk
dalam stakeholder yaitu investor, kreditor, customers, suppliers, pemerintah,
karyawan, dan masyarakat. Perkembangan konsep stakeholder dibagi menjadi tiga
yaitu model perencanaan perusahaa, kebijakan bisnis dan corporate social
responsibility. Model perencanaan perusahaan dan kebijakan bisnis fokus pada
perkembangan dan penentuan nilai startegi perusahaan yang dibuat oleh kelompok
yang mendukung serta menghendaki perusahaan terus berlangsung. Model CSR
dari analisis stakeholder melanjutkan model perencanaan perusahaan yang
meliputi pengaruh eksternal dalam perusahaan yang diasumsikan sebagai posisi
lawan.

1.2.2 Fungsi Atau Peran Corporate Social Responsibility (CSR)


Pada dasarnya CSR memiliki fungsi atau peran strategis bagi perusahaan, yaitu
sebagai bagian dari manajemen risiko khususnya dalam membentuk katup pengaman
sosial (social security). Selain itu melalui CSR perusahaan juga dapat membangun
reputasinya, seperti meningkatkan citra perusahaan maupun pemegang sahamnya, posisi
merek perusahaan, maupun bidang usaha perusahaan.
1.2.3 Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR
a. Kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti perusahaan akan terus-
menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi, program yang dirancang
harus memiliki dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda dengan donasi bencana
alam yang bersifat tidak terduga dan tidak dapat di prediksi. Itu menjadi aktivitas
kedermawanan dan bagus.
b. CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan harus menyadari bahwa
sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari lingkungan di
sekitarnya. Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud pemeliharaan relasi yang
baik dengan masyarakat. Ia bukanlah aktivitas sesaat untuk mendongkrak
popularitas atau mengejar profit.
c. CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara ekonomi, lingkungan,
maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti peduli dan
mempertimbangkan sampai kedampaknya.
d. Dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam cost structure
perusahaan sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya akan
ditransformasikan ke harga jual produk. CSR yang benar tidak membebani
konsumen.
1.2.4 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR memiliki banyak manfaat, antara lain mempertahankan dan mendongkrak
reputasi dan image perusahaan (meningkatkan citra perusahaan), memperkuat brand
merk perusahaan dimata masyarakat, mereduksi resiko bisnis perusahaan, melebarkan
akses sumber daya dan mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain,
membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan
stakeholder dan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, peluang
mendapatkan penghargaan, membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya dan
memberikan inovasi bagi perusahaan.
1.2.5 Praktek Pengungkapan CSR
Gray et al., (2001) dalam Rakhiemah dan Agustia (2009) menyatakan bahwa CSR
Disclosure merupakan suatu proses penyedia informasi yang dirancang untuk
mengemukakan masalah seputar social accountability, yang mana secara khas
tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan dalam media-media seperti laporan
tahunan maupun dalam bentuk iklan yang berorientasi sosial.
1) Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan
sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini
secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi
persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan.
2) Peletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu
pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi.
Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam
pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan
sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan
tanggung jawab social perusahaan.

1.3 Sustainability Accounting


Tuntutan untuk menjaga keberlangsungan lingkungan dan ekosistem, maka
diperlukan sustainability report.  Akuntan memiliki peran penting dalam
pelaporan sustainability accounting. Sustainability accounting dapat diartikan sebagai cara
bagaimana mengolah pengaruh negatif menggunakan data dan informasi untuk menciptakan
pengaruh positif  terhadap ekosistem dan lingkungan. Sustainability accounting merupakan hasil
dari proses dan pengukuran terhadap sistem akuntansi untuk menyampaikan bagaimana tata
keuangan dikelola dan memperhitungkan keberlanjutan lingkungan.
Penyajian laporan keberlanjutan merupakan hal krusial dan menjadi penting ketika
digunakan oleh pemakai informasi untuk membuat keputusan bisnis dan juga non bisnis.
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat relasi antara kualitas sustainability
report dengan nama baik perusahaan. menghubungkan antara kualitas laporan keberlanjutan
perusahaan dengan persepsi terhadap reputasi perusahaan.
Untuk menyajikan sustainability report yang dapat diandalkan dan berkualitas maka
perlu dilakukan sustainability audit.  Audit dilakukan untuk memastikan bahwa apa yang
disajikan benar apa adanya tanpa ada pengurangan ataupun penambahan informasi. Manajemen
harus mampu membuktikan bahwa laporan sudah terverifikasi sehingga laporan dapat
dipertanggungjawabkan. Bentuk dan pelaporan isi di Indonesia terpengaruh oleh ketentuan
standar akuntansi yang telah ditetapkan oleh berbagai global profesional. Secara khusus di
Indonesia di tentukan oleh Dewan khusus akuntansi keuangan, sedangkan di dunia ada dua
penyusun standar akuntansi yaitu, International Accounting Standarts Board (IASB) dan dewan
standar akuntansi keuangan atau Financial Standart Accounting Board (FSAB).
Perusahaan Go Public wajib dalam melaporkan sustainability report. Kewajiban ini
tertulis pada Peraturan otoritas jasa keuangan nomor 51/ POJK.03/2017 tentang penerapan
keuangan berkelanjutan bagi embaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik pada pasal 4:
1. Untuk menerapkan Keuangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) LJK wajib menyusun Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini.
2. Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disampaikan setiap tahun kepada Otoritas Jasa Keuangan: a. pada waktu yang sama
dengan penyampaian rencana bisnis bagi LJK yang diwajibkan untuk menyampaikan
rencana bisnis sebagai bagian dari rencana bisnis atau dalam dokumen terpisah; dan b.
paling lambat tanggal 31 Januari bagi LJK yang tidak diwajibkan untuk menyampaikan
rencana bisnis.

3. Apabila batas waktu penyampaian Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b jatuh pada hari Sabtu, hari Minggu, atau
hari libur, Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan wajib disampaikan pada hari kerja
berikutnya.

4. Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan wajib disusun oleh Direksi dan disetujui oleh
Dewan Komisaris.

          Jadi dapat disimpulkan bahwa Sustainability accounting merupakan hasil dari proses dan
pengukuran terhadap sistem akuntansi untuk menyampaikan bagaimana tata keuangan dikelola
dan memperhitungkan keberlanjutan lingkungan. Namun untuk memastikan bahwa laporan dapat
dipertanggungjawabkan maka perlu sustainability audit dimana hal ini dilakukan untuk mengkaji
dan menilai apakah laporan yang disajikan selaras dengan aktivitas actual perusahaan.
          Perusahaan- perusahaan go public wajib membuat laporan berkelanjutan sesuai dengan
perturan yang telah ditentukan oleh otoritas jasa keuangan. Laporan tersebut harus diaudit
terlebih dahulu untuk mengevaluasi dan menilai kegiatan perusahaan serta memastikan laporan
yang disajikan telah terverifikasi dan memenuhi standard dan bentuk sustainability report yang
telah ditetapkan juga memenuhi 3 aspek yaitu: people, planet dan profit.
1.4 Kaitan Bidang Kajian Dengan Visi dan Misi Prodi Sarjana Akuntansi
DAFTAR PUSTAKA

Suardi. 2014. Problematika Penerapan Prinsip Sustainable Development dalam Pengelolaan


Lingkungan Hidup dan Implikasinya Terhadap Pemenuhan HAM. Fiat Justitia Jurnal Ilmu
Hukum; Volume 8 No. 4. Fakultas Hukum Universitas Tadulako

Anda mungkin juga menyukai