Disusun oleh :
Dari pembahasan yang telah di uraikan sebelumnya. Maka di dapat beberapa kata kunci yang
terdapat dalam pembahasan mitos-mitos kehamilan, yaitu:
a. Informasi : Data yang telah di olah menjadi bentuk yang berguna bagi penerimanya dan
nyata berupa nilai yang dapat dipahami di dalam keputusan sekarang maupun masa depan
(Gordon B.Davis, 1985).
b. Mitos : Satu cerita, pendapat atau anggapan dalam sebuah kebudayaan yang dianggap
mempunyai kebenaran 5 mengenai suatu perkara yang pernah berlaku pada suatu masa
dahulu, yang kebenarannya belum tentu benar adanya. (Hari Lubis, 2009).
c. Kehamilan : Keadaan hamil, luasnya kehamilan adalah merupakan perubahan keadaan
yang relatif. Khususnya bagi wanita yang baru pertama kali mengalaminya. Pada masa ini
terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi gerakan maupun aktifitas wanita tersebut
sehari-hari (Brice Pitt 1963).
Beberapa ibu hamil bercerita, saat orangtua mereka tahu anaknya sedang mengandung,
maka mereka para ibu langsung diminta menyematkan peniti atau membawa gunting kecil ke
mana saja mereka pergi. Kalau mitos yang satu ini sih sepertinya nggak ada alasan logisnya.
Tapi, menurut kepercayaan orang tau jaman dulu, saat hamil, perempuan memiliki aroma
harum yang disenangi oleh makhluk halus. Nah, gunting dan peniti ini berfungsi untuk
menangkal agar ibu hamil nggak diganggu oleh makhluk halus.
Sebagian besar orang Jawa masih menganut paradigma yang bersifat mistis. Segala
sesuatu dalam keseharian sering kali dikaitkan dengan hal-hal yang pralogis. Banyak petuah-
petuah luhur yang seringkali dianggap mitos oleh masyarakat modern karena
ketidaklogisannya. Namun bukan berarti petuah-petuah yang tidak logis itu lantas menjadi
hal yang bisa dikesampingkan.
Jika kita mau sedikit meluangkan waktu untuk berpikir, kita akan menemukan makna
lain yang mungkin ingin disampaikan oleh para leluhur melalui petuah-petuah yang tidak
masuk akal tersebut. Selama hamil penulis juga kerap kali dinasehati 'yang aneh-aneh' oleh
orang tua penulis. Namun setelah dipikir-dipikir ada benarnya juga. Misalnya:
Nek metu kudu gawa gaman ben aman, kalau keluar rumah harus bawa senjata supaya
aman. Selama hamil penulis kerap kali dinasehati oleh orang disekitar penulis supaya
membawa gaman setiap kali berpergian. Ada yang menyuruh membawa gunting atau cutter
yang cukup diletakan di tas, ada yang menyuruh membawa gunting kecil tekuk dan diletakan
di dalam --maaf-- BH. Ada juga yang menyuruh penulis memakai peniti di baju. Ternyata,
banyak lho, ibu hamil yang mempratekan petuah ini --termasuk penulis juga sih. Penulis
lebih memilih yang terakhir, tapi bukan peniti yang penulis pakai melainkan bros atau
aksesoris lain yang ada penitinya dengan alasan lebih praktis, tidak ribet dan terlihat
manis.Sebenarnya tidak ada hubungannya sih antara ibu hamil dan peniti, atau gunting yang
dibawa-bawa. Namun, karena sudah tradisi dan sudah menjadi kebiasaan maka tidak menjadi
hal aneh lagi jika mendapati ibu hamil yang memakai peniti di bajunya. Tapi, tahu nggak sih
sebenarnya ada makna lain di balik petuah ini. Penulis berani bilang begini, karena penulis
tiba-tiba saja ingat salah satu teori tentang tanda dan simbol dalam mata kuliah Semiotik.
Lalu entah datang ilham dari mana tiba-tiba penulis berpikir petuah ini bisa dirunut menjadi
sesuatu yang logis yang tidak ada hubungannya dengan hal-hal gaib.
Sering kita jumpai di masyarakat bahwa ibu hamil ataupun bayi yang baru lahir
menggunakan peniti yang dikaitkan gunting lipat dan semacam rempah yang bernama
bangle.
Menurut masyarakat indonesia, benda-benda tersebut biasa dilekatkan pada ibu hamil
dan bayi sebagai penangkal untuk mencegah agar tidak mudah tertular berbagai penyakit dan
sebagai pelindung dari gangguan makhluk halus.
Tapi, apakah benar penggunaan benda-benda tersebut memiliki manfaat bagi kesehatan
ibu dan bayi?
Peniti atau gunting merupakan hal terpraktis --yang masih masuk dalam
kategori gaman atau senjata-- yang bisa dibawa-bawa oleh ibu hamil. Gaman atau senjata
sendiri merupakan alat yang biasanya digunakan untuk membela atau melindungi diri dari
kejahatan. Jika dilihat dari konteks kebudayaan, maka kita tentu menerima bahwa kejahatan
di dunia ini ada yang terlihat fisiknya seperti perampokan, penjambretan dll. Dan ada juga
yang tak terlihat atau yang bersifat gaib seperti teluh, santet dll.
Pada dasarnya, peniti hanya digunakan untuk mengaitkan gunting lipat dan rempah
bangle pada tubuh ibu hamil dan bayi. Menurut sebagian masyarakat, benda-benda tersebut
digunakan sebagai penangkal berbagai macam penyakit yang tidak diketahui penyebabnya.
Penyebab penyakit yang tidak jelas ini konon disebabkan oleh gangguan mahluk halus.
Berdasarkan kepercayaan banyak orang, gunting dan benda tajam lainnya – seperti
pisau dan peniti – mampu mengusir makhluk halus yang ingin berbuat jahat kepada ibu hamil
dan janin ataupun bayi yang baru lahir.
Selain itu, rempah bangle yang dikaitkan dengan peniti juga dianggap memiliki
kemampuan yang demikian. Menurut kepercayaan masyarakat, bangle dapat mengusir
makhluk halus jahat karena memiliki rasa dan aroma yang tidak enak.
Sebenarnya, rempah bangle atau Zingiber casumounar merupakan tanaman obat yang
memiliki banyak khasiat, seperti menghilangkan sakit kepala dan nyeri tubuh, obat untuk
pasien dengan gangguan fungsi hati, gangguan pencernaan, serta berkhasiat untuk
melangsingkan tubuh. Jika dikonsumsi, tentu saja tanaman ini memberikan manfaat bagi
kesehatan tubuh kita. Namun demikian, di Indonesia tumbuhan ini justru jarang dikonsumsi,
tetapi digunakan oleh sebagian masyarakat untuk menghilangkan gangguan gaib.
Menurut pandangan medis, melekatkan benda-benda tersebut pada pakaian ibu dan bayi
tidak memiliki efek sama sekali. Pasalnya, benda-benda tersebut tidak menimbulkan
pengaruh pada status kesehatan ibu hamil, janin ataupun bayi.
Meskipun demikian, bagi masyarakat yang mempercayai bahwa benda-benda tersebut
dapat bermanfaat untuk menjaga keluarga mereka, dan berkeinginan untuk tetap melekatkan
benda-benda tersebut pada ibu hamil maupun bayi tentunya dipersilakan.
Namun, ada baiknya jika Anda dapat lebih berhati-hati. Karena, melekatkan benda
tajam pada tubuh dapat menimbulkan risiko yang sangat berbahaya. Pemasangan peniti yang
tidak sempurna, atau tidak benar dalam melipat gunting dapat menyebabkan risiko tertusuk
sehingga dapat menimbulkan luka bagi penggunanya. Luka tersebut dapat menyebabkan
komplikasi, seperti infeksi serius pada luka yang menjalar ke seluruh tubuh (sepsis), serta
dapat menyebabkan tetanus.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam pandangan Syari’at Islam, sekali lagi, ini masuk ke dalam permasalahan syirik.
Karena telah meyakini suatu benda bisa mendatangkan manfaat atau madharat dalam hal apa-
apa yang hanya bisa dilakukan oleh Allah.
Sementara bila alasannya adalah untuk melestarikan apa yang telah diajarkan para
pendahulu kita, maka sebagai muslim, parameter yang harus dipakai adalah kitab Al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullah. Artinya, bila sesuatu itu dibenarkan oleh keduanya, maka kita ikuti.
Bila tidak, harus ditinggalkan. Apalagi sampai ke tingkat kemusyrikan.
Selain itu, membawa gunting atau peniti bagi ibu hamil atau ibu yang sedang
menyusui justru bisa berbahaya bagi sang ibu, atau bagi sang bayi itu sendiri. Alih-alih mau
selamat, bisa-bisa justru sebaliknya. Sebab, seorang ibu hamil tentu mengalami kepayahan,
demikian juga ibu yang menyusui. Dalam kondisi itu sangat berbahaya kalau tiba-tiba
gunting yang dibawanya justru melukai dirinya sendiri. Demikian juga peniti yang ia bawa.
Akhirnya, secara duniawi celaka, secara agama bisa terjebak ke dalam kemusyrikan.
Tapi memang menurut kepercayaan orang tua jaman dahulu yang menyebar secara
turun temurun, perempuan yang memiliki aroma harum sangat disukai oleh makhluk halus.
Dan disinilah peran gunting dan peniti ini digunakan untuk menangkal gangguan hantu pada
sang ibu hamil.
Terlepas dari hal itu, penulis lebih memfokuskan pada keberadaan gaman yang
dipegang atau dipakai oleh ibu hamil. Bisa jadi, itu sebenarnya adalah bahasa simbol yang
mengacu pada konsep melindungi diri. Ibu hamil dianjurkan membawa gaman bukan
berarti kemana-mana harus membawa gunting atau sejenisnya. Tapi lebih kepada anjuran
untuk dapat menjaga diri mengingat ia akan menjadi seorang ibu yang mempunyai tanggung
jawab untuk menjaga anak-anaknya. Logikanya, jika menjaga dirinya saja tidak bisa,
bagaimana ia bisa menjaga anak-anaknya.