Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL

PROGRAM INOVASI UPT PUSKESMAS BESUKI


“BERLIAN”
BERSAMA RESPONSIF PEDULI ANAK
MELALUI GERAKAN KAMPUNG KADARZI
KATEGORI INOVASI : KOLABORASI DALAM KEGIATAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLLIK

UPT PUSKESMAS BESUKI


TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat karunia dan rahmatNya kami
telah selesai menyusun Program Inovasi UPT Puskesmas Besuki “BERLIAN” Bersama
Responsif Peduli Anak melalui Gerakan Kampung KADARZI. Dalam rangka menurunkan
angka gizi kurang sampai dengan gizi buruk di Kecamatan Besuki.

Besar harapan kami, semoga Program Inovasi ini membawa dampak yang baik untuk
menciptakan balita yang sehat dan tumbuh kembangnya optimal.

Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi tercapainya
tujuan Program Inovasi ini.

Situbondo, 21 Nopember 2018

(Endang Purwatiningsih)

i
ABSTRAK

UPT Puskesmas Besuki mencanangkan Program Inovasi “BERLIAN” Bersama


Responsif Peduli Anak melalui Gerakan Kampung KADARZI. KADARZI adalah suatu
keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah melakukan perilaku gizi baik yang dicirikan
degan memantau berat badan secara teratur, makan beraneka ragam, mengkonsumsi garam
beryodium, memberikan ASI (Air Susu Ibu) sampai usia 6 bulan, serta mendapatkan atau
memberikan suplemen gizi. Untuk mewujudkan perilaku KADARZI, sejumlah aspek perlu
dicermati. Aspek ini berada di semua tingkatan yang mencakup tingkat keluarga, tingkat
masyarakat, dan tingkat pemerintahan. Melalui Kampung KADARZI ini, UPT Puskesmas
Besuki membentuk suatu sistem pendampingan berdasarkan sistem manajemen bertingkat
dan melakukan kerjasama lintas sektor untuk membangun suatu penanganan masalah gizi
yang holistik. Selain memiliki sistem manajemen bertingkat, Kampung KADARZI juga
mengedepankan sistem pelayanan yang holistik dengan melakukan kerjasama dengan
berbagai sektor dan lembaga masyarakat, seperti posyandu, kepala desa, dll.

iI
BAB I

ANALISIS MASALAH

Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia sekaligus landasan yang diperlukan
untuk menciptakan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Salah satu prasyarat
utama untuk mewujudkannya yaitu dengan kadar gizi yang baik. Untuk itu telah ditetapkan
17 skala prioritas, satu di antaranya adalah seluruh keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI) sebagai komponen desa siaga. KADARZI mulai dicanangkan sejak tahun 1998
yang dimotori oleh Departemen Kesehatan. Depkes telah menjabarkan tentang pengertian
KADARZI sebagai suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi
masalah gizi setiap anggotanya. KADARZI merupakan keluarga yang telah mempraktekkan
perilaku gizi yang baik dan benar sesuai kaidah ilmu gizi, dapat mengenali masalah gizi yang
ada dalam keluaraga atau lingkungan serta mampu melakukan tindak lanjut untuk mengatasi
masalah gizi yang ada berdasarkan potensi yang dimilikinya.

KADARZI adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi
masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah melakukan
perilaku gizi baik yang dicirikan degan memantau berat badan secara teratur, makan beraneka
ragam, mengkonsumsi garam beryodium, memberikan ASI (Air Susu Ibu) sampai usia 6
bulan, serta mendapatkan atau memberikan suplemen gizi.

Untuk mewujudkan perilaku KADARZI, sejumlah aspek perlu dicermati. Aspek ini
berada di semua tingkatan yang mencakup tingkat keluarga, tingkat masyarakat, tingkat
pelayanan kesehatan, dan tingkat pemerintah. Di tingkat keluarga, sejumlah aspek tersebut
adalah pengetahuan serta keterampilan keluarga dan kepercayaan masyarakat serta nilai dan
norma yang berlaku. Sementara di tingkat masyarakat yang perlu diperhatikan sebagai faktor
pendukung perubahan keluarga adalah norma yang berkembang di masyarakat serta
dukungan pemangku kepentingan (stakeholders yang m,encakup eksekutif, legislatif, tokoh
agama, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, media
massa, sektor swasta). Di tingkat pemrintahan mencakup adanya kebijakan pemerintah yang
mendukung pelaksanaan kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Beberapa permasalahan gizi yang ada pada tahun 2015 di Kecamatan Besuki yaitu
angka gizi buruk sejumlah 11 kasus, angka BGM yaitu sebanyak 48 kasus, rendahnya
cakupan desa Bebas Rawan Gizi yaitu sebesar 40% dari target 80%, rendahnya cakupan ASI

1
eksklusif yaitu sebesar 72,2% dari target 85%, dan rendahnya cakupan KADARZI di wilayah
kecamatan Besuki yaitu sebesar 30% dari target 100% pada tahun 2014.

Salah satu desa yang termasuk dalam pemerintahan Kecamatan Besuki yang masih
belum memenuhi persyaratan sebagai desa KADARZI adalah Desa Bloro. Desa ini luas
wilayahnya 26.757 Ha dan jumlah penduduk 4.125 jiwa yang terbagi dalam 1.462 Kepala
Keluarga (KK) dengan sebaran 1.950 jiwa laki-laki dan 2.175 jiwa perempuan, bayi sebanyak
66 jiwa, dan balita 323 jiwa. Penduduknya terutama bermatapencaharian petani, dengan
tingkat pendidikan yang masih cukup rendah yang ditandai dengan masih tingginya angka
buta aksara dan huruf latin yakni sebanyak 138 orang. Untuk sarana kesehatan, Desa Bloro
memiliki 6 posyandu balita dan 1 posyandu lansia, 1 pustu dengan 30 orang kader balita dan
2 orang kader lansia.

Di Desa Bloro paa tahun 2015, terdapat 7 kasus BGM, 1 kasus gizi buruk, untuk
penimbangan berat badan teratur cakupan D/S (partisipasi masyarakat) 67,4% dari target 80%
dan cakupan N/D (keberhasilan penimbangan) 72,7% dari target 80%, cakupan ASI eksklusif
75% dari target 85%, untuk cakupan suplementasi vitamin A tahunan yaitu 89% pada bayi,
82% pada balita dan 68% pada ibu nifas sedangkan cakupan suplementasi tablet Fe yaitu
81,9%. Untuk cakupan KADARZI sendiri, Desa Bloro belum termasuk ke dalam desa
KADARZI.

2
BAB II
PENDEKATAN STRATEGIS

Untuk memecahkan masalah tersebut, Puskesmas Besuki berinisiatif untuk


mendesain suatu kampung percontohan yang diberi nama “KAMPUNG KADARZI”. Melalui
Kampung KADARZI ini, Puskesmas Besuki membentuk suatu sistem pendampingan
berdasarkan sistem manajemen bertingkat dan melakukan kerjasama lintas sektor untuk
membangun suatu penanganan masalah gizi yang holistik. Sistem ini diharapkan dapat
meningkatkan sistematika pemberian informasi, perumusan masalah, evaluasi, dan rujukan.
Selain itu, sistem ini diharapkan juga dapat meningkatkan peran serta dan kepedulian
masyarakat terhadap kondisi gizi masyarakat.

Melalui sistem manajemen bertingkat, diharapkan pembagian wilayah kerja masing-


masing petugas menjadi lebih jelas sehingga tidak ada KK yang tidak terdampingi. Hal ini
juga mempermudah petugas dalam melakukan evaluasi atau survey ke masyarakat karena
masing-masing petugas sudah memiliki wilayah kerja masing-masing. Pengumpulan hasil
survey dan pengolahan data juga lebih mudah dengan adanya sistem manajeman berjenjang
ini karena adanya alur pelaporan yang jelas.

Selain memiliki sistem manajemen bertingkat, Kampung KADARZI juga


mengedepankan sistem pelayanan yang holistik dengan melakukan kerjasama dengan
berbagai sektor dan lembaga masyarakat, seperti posyandu, kepala desa, dll. Melalui sistem
pelayanan yang holistik ini diharapkan tercipta suasana yang membuat para warga di desa
Bloro Tengah menjadi sadar akan pentingnya gizi. Dengan demikian diharapkan pencapaian
KK yang KADARZI bisa mencapai target melalui pembentukan kampung KADARZI ini.

Pembentukan Kampung KADARZI ini merupakan suatu langkah yang inovatif dan
dapat menjawab kekurangan dari sistem yang berjalan sekarang. Sistem yang berjalan saat ini
adalah pembentukan kader, namun tidak ada pembagian KK yang menjadi cakupan masing-
masing kader. Hal ini menyebabkan tidak dapat tercapainya pemerataan dari pemberian
informasi dan evaluasi mengenai KADARZI. Sehingga ada KK yang mendapatkan informasi
dari berbagai pihak, di sisi lain ada KK yang tidak mendapatkan informasi sama sekali.

Kampung KADARZI ini juga ingin melakukan sebuah pemetaan. Pada pemetaan
yang ingin diketahui adalah KK yang memiliki bayi, balita, dan keberhasilan masing-masing

3
KK dalam memenuhi KADARZI. Dengan pemetaan ini, masing-masing petugas KADARZI
dapat mengetahui secara konkret gambaran pemerataan KADARZI di desa Bloro Tengah ini.
Sehingga pendampingan dapat lebih teerarah dilakukan kepada keluarga yang belum
KADARZI.

Selain itu, untuk mengetahui tingkat keaktifan dan peran serta dari masing-masing
kader juga sulit dinilai karena tidak ada pencapaian yang dapat digunakan untuk menilai
masing-masing kader memiliki tanggung jawab terhadap sejumlah KK tertentu sehingga
untuk kinerja masing-masing kader dapat dinilai dari keberhasilan KADARZI pada KK yang
berada pada cakupannya. Pembagian cakupan KK masing-masing kader yang dibagi
berdasarkan lokasi geografis juga mempermudah penyampaian informasi dari kader kepada
KK yang berada dalam cakupannya.

Pada program KADARZI yang berjalan saat ini, kerja sama antar sektor belum
terjalin dengan maksimal, seperti kerjasama antara posyandu dengan program KADARZI.
Kampung KADARZI menyorot mengenai masalah ini. Kerjasama lintas sektor yang
dilakukan di Kampung KADARZI ini juga merupakan hal yang sangat baik dilakukan. Hal
ini meningkatkan partisipasi tokoh masyarakat dan masyarakat sendiri dalam membangun
sebuah desa yang kondusif untuk tercapainya KADARZI.

Melihat hal-hal tersebut, Puskesmas Besuki menilai pembentukan Kampung


KADARZI merupakan sebuah langkah yang baik dalam meningkatkan jumlah KK yang
KADARZI dan dapat menjawab masalah yang dialami desa Bloro dalam meningkatkan
pencapaian KADARZI.

4
BAB III
PELAKSANAAN DAN PENERAPAN

I. Berikut adalah strategi yang dilakukan untuk merealisasikan pembentukan Kampung


KADARZI :

1). Melakukan sosialisasi dan penegakan komitmen bersama antar lembaga terkait
(eksekutif, legislatif, tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi masyarakat, media massa, sektor swasta, bidan desa, dan
masyarakat aktif) di Desa Bloro Tengah.
2). Pembentukan kepengurusan secara berjenjang, di mana masing-masing
komponen memiliki jenjang atas dan jenjang bawah. Kewajiban jenjang atas
terhadap jenjang di bawahnya adalah memastikan bahwa jenjang di bawahnya
memiliki informasi dan sumber daya yang memadai untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam menjalankan program KADARZI serta
memberikan apresiasi untuk pencapaian yang didapat. Sebaliknya jenjang yang
lebih bawah memiliki kewajiban untuk memberikan umpan balik pada setiap
program yang dijalankan melalui pembuatan laporan bulanan.
3). Melakukan kerjasama lintas sektor.
Kerjasama lintas sektor dilakukan dalam upaya pemenuhan sarana prasarana 5
indikator KADARZI, seperti pengadaan sarana pendukung promosi dan PMT
penyuluhan untuk Taman Pemulihan Gizi.
4). Penyegaran kader kesehatan (orientasi kader KADARZI) disertai penggerakan
keluarga atau masyarakat untuk mendukung program kesehatan (KADARZI)
5). Melakukan pemetaan kawasan dusun Bloro Tengah
Pemetaan diikuti dengan pembagian cakupan KK masing-masing kader yang
ditentukan berdasarkan kedekatan lokasi geografis kader dengan KK cakupan.
Pemetaan dilakukan oleh bidan desa dan tokoh masyarakat dibantu dengan kader
KADARZI yang telah ditunjuk.
6). Melakukan pendampingan ke sasaran oleh tim KADARZI dengan sistem
manajemen berjenjang.
7). Penyusunan rencana kegiatan untuk 5 indikator program KADARZI, yaitu :
7.1 Penimbangan berat badan secara teratur
a. Meningkatkan daya tarik posyandu dengan pengadaan hiburan sederhana

5
b. Meningkatkan minat dan kebutuhan masyarakat akan posyandu
(mengadakan reward bagi kriteria tertentu)
c. Bekerjasama dengan sektor masyarakat seperti PAUD
7.2 Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
a. Pembentukan kelompok pendukung ASI yang berintegrasi dengan kelas
ibu hamil
7.3 Penggunaan garam beryodium
a. Menjaga kualitas distribusi garam beryodium sampai ke tingkat
pendukuhan
b. Distribusi tools untuk mengecek kadar yodium dalam garam, kepada
semua distributor garam
7.4 Makan makanan beraneka ragam
a. Kerjasama dengan dinas terkait untuk pemanfaatan pekarangan rumah
sebagai salah satu cara pemenuhan kebutuhan sayur dan buah
7.5 Minum suplemen gizi sesuai anjuran
8). Melakukan evaluasi secara berkala, melalui laporan bulanan oleh masing-masing
kader.
II. Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan Kegiatan
1). Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo : sebagai pembina sekaligus
sebagai pemberi dukungan, baik secara materi maupun non materi.
2). Kepala Puskesmas Besuki : sebagai pembuat kebijakan dalam pelaksanaan
sekaligus menjadi penanggungjawab tertinggi dalam kegiatan ini.
3). Dokter Umum : selaku ketua pelaksana kegiatan Kampung KADARZI ini,
sekaligus promotor jalannya kegiatan ini.
4). Tim Dokter Internship : terdiri dari 5 orang, berperan sebagai konseptor
pelaksanaan Kampung KADARZI dengan pendekatan multi level, baik ide
maupun jalannya program ini sedikit banyak akan dipantau dan dievaluasi
keberlanjutannya.
5). Tim Berlian Puskesmas Besuki : terdiri dari 4 orang (KIA, Gizi, Promkes,
Kesling), sebagai pemberi materi sekaligus petugas utama Puskesmas Besuki
yang berhadapan langsung dengan koordinator kader KADARZI.
III. Sumber Daya
1). Sumber Daya Keuangan
a. Dana Bantuan Operasional Kesehatan, yang diperuntukan untuk :

6
i. Penyegaran, Orientasi Kader Kesehatan dalam upaya kecehatn secara
terpadu sebesar : Rp. 5.490.000,-
ii. Penggerakan Keluarga/Masyarakat untuk mendukung program Kampung
KADARZI, sebesar : Rp. 7.360.000,-
iii. Sarana Prasarana Pemetaan KADARZI (Stiker & Banner), sebesar : Rp.
1.300.100,-
iv. Pemberian PMT penyuluhan untuk Tman Pemulihan Gizi, sebesar : Rp.
1.800.000,-
Total dana yang diperlukan, sebesar : Rp. 15.950.000,-
v. Pendampingan Keluarga di Kampung KADARZI, sebesar Rp.1000.000
vi. Bimtek Kampung KADARZI, sebesar Rp. 2.010.000
2). Sumber Daya Manusia (termasuk di dalamnya sumber daya manusia dalam
jejaring) :
a. Kepala Dinas Kesehatan sebagai pembina.
b. Kepala PKM sebagai pemegang tanggungjawab tertinggi.
c. Dokter internship beserta dokter pembina, sebagai penggagas sekaligus
pemantau pelaksanaan program tetap berjalan sesuai prosedur.
d. Tim Berlian : sebagai agen sekaligus fasilitator utama dan pertama yang
langsung kontak dengan kader atau masyarakat sasaran.
e. Kader KADARZI : sebagai lini terdepan dalam pengembangan sistem ini.
Bertindak sebagai motor jalannya kegiatan demi tercapainya tujuan yang
diharapkan.
f. Tokoh masyarakat dalam hal ini kepala desa dan jajarannya, dalam hal ini
memberikan ijin dan dukungan lain yang terkait untuk melaksanakan
program ini.
IV. Keluaran (Output) yang paling berhasil:
1. Semakin terjangkaunya pelayanan kesehatan terutama masalah gizi di Desa
Bloro, dengan penyuluhan, pemberian informasi dan menjalankan program
KADARZI sehingga terjadinya umpan balik pada setiap program yang telah
dijalankan.
2. Tercapainya peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
tentang betapa pentingnya masalah gizi yang terjadi di Desa Bloro melalui
sosialisasi dengan beberapa lembaga terkait seperti tokoh agama, eksekutif,
legislatif, tokoh masyarakat, media massa, bidan desa, dan masyarakat aktif.

7
3. Pelayanan pra Puskesmas dengan sistem berjenjang, sehingga pelayanan
kesehatan terutama masalah gizi dapat menjangkau ruang lingkup lebih kecil dan
menyeluruh, sehingga pelayanan dapat dimulai sejak dini.
4. Tercapainya Kampung KADARZI di Desa Bloro sebagai kampung percontohan
untuk desa-desa lainnya.
5. Tercapainya susunan rencana kegiatan untuk 5 indikator program KADARZI
yaitu : penimbangan berat badan secara teratur, pemberian ASI eksklusif pada
bayi 0-6 bulan, penggunaan garam beryodium, makan makanan beraneka ragam,
minum suplemen gizi sesuai anjuran.
V. Sistem yang diterapkan untuk memantau emajuan dan mengevaluasi kegiatan :
1. Sistem kaderisasi yang memiliki tanggungjawab pada beberapa keluarga untuk
memberikan KIE (Konsultasi, Informasi, dan Edukasai) tentang pentingnya
Keluarga Sadar Gizi.
2. Laporan pelayanan harian, bulanan, dan tahunan terhadap pelayanan gizi yang
telah dilakukan dan yang telah tercapai.
3. Melakukan evaluasi setiap bulan untuk dapat memonitor kekurangan dan
perkembangan dari kegiatan Kampung KADARZI oleh tim berlian dan kader
terkait.
4. Melakukan penyegaran/ refreshing kader KADARZI dalam upaya pelaksanaan
kegiatan Kampung KADARZI secara terpadu.
VI. Kendala yang dihadapi dalam inovasi ini :
1. Dibutuhkannya biaya untuk pelaksanaan Kampung KADARZI di Dusun Bloro
Tengah Desa Bloro.
2. Pemilihan kader-kader yang berpotensial agar dapat membantu tercapainya
Kampung KADARZI di Dusun Bloro Tengah Desa Bloro.
3. Masih adanya penolakan sikap dan cara berpikir masyarakat dikarenakan sumber
daya manusia yang kurang dan budaya yang ada.

8
BAB IV
DAMPAK SEBELUM DAN SESUDAH
I. Outcome dan Dampak Sistem
Program KADARZI ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya, mencegah dan menanggulangi
masalah gizi dimulai dari individu dan dari tingkat keluarga.
Outcome dari sistem ini adalah :
 Dipahaminya masalah gizi dan hubungannya dengan kesehatan
 Diperolehnya dukungan tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk dapat
mendukung program KADARZI ini.
 Desa Bloro menjadi desa percontohan KADARZI untuk desa-desa lain di
Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo
 Para kader di seluruh desa di Kecamatan Besuki dapat mengikuti sistem dalam
menerapkan KADARZI yang dilakukan pada Desa Bloro.

Desa Bloro dapat menerapkan 5 indikator, yaitu :


1. Menimbang berat badan secara teratur
Cara memantau berat badan anak :
a. Anak dapat ditimbang di rumah atau di posyandu atau di tempat lain.
b. Berat badan anak dicatat di dalam KMS.
c. Grafik berat badan di KMS naik jika kenaikan berat badan anak sama dengan
atau di atas Kenaikan Berat Badan Minimal (KBM). Sedangkan grafik berat
badan di KMS dikatakan tidak naik jika berat badan anak sama dengan, turu
atau naik tidak sesuai dengan KBM dibandingkan bulan sebelumnya.
2. Memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI
Ekslusif). Konsep ASI Eksklusif :
a. Mulai memberikan ASI segera setelah lahir (IMD).
b. Jangan berikan makanan/minuman lain selain ASI kepada bayi mulai umur 0
bulan sampai bayi berumur 6 bulan.
3. Makan beraneka ragam
Makanan beraneka ragam adalah mengkonsumsi makanan 2-3 kali sehari yang
terdiri dari 4 macam kelompok bahan makanan yaitu makanan pokok yaitu padi-
padian (beras, jagung, dan gandum), pangan sumber zat pembangun terdiri dari

9
lauk pauk yaitu yang berasal dari bahan nabati (kacang-kacangan, tempe, dan
tahu), dan pangan yang berasal dari sumber hewani (ikan, telur, ayam, daging,
dan susu serta hasil olahannya), pangansumber zat pengatur berasal dari sayuran
seperti sawi, kangkung, bayam, daun singkong, dan buah-buahan seperti apel,
pepaya, jeruk, jambu, dll.
4. Menggunakan garam beryodium
Yodium dalam garam dapat dipertahankan kualitasnya dengan penyimpanan dan
penggunaan yang baik dan benar, seperti berikut :
a. Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan tidak terkena sinar matahari.
b. Apabila garam disimpan dalam kemasan plastik pada kelembaban nisbi 70-
80% maka dapat bertahan selama 6 bulan, tetapi kandungan yodiumnya akan
hilang sebanyak 7% tergantung dari ketinggian suatu daerah dari permukaan
laut.
c. Garam disimpan di tempat yang kering dan jauh dari sumber panas seperti
kompor, karena garam bersifat higroskopis (mudah menyerap air).
5. Memberikan Suplemen Gizi
a. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin A pada bayi dan balita diperlukan
penambahan kapsul vitamin A yang diberikan pada bulan Februari dan
Agustus yaitu dengan pemberian vitamin A dosis tinggi 100.000 SI (kapsul
biru) untuk umur 6-11 bulan dan vitamin A dosis tinggi 200.000 SI (kapsul
merah) untuk umur 12-59 bulan yang dapat diperoleh di posyandu maupun di
puskesmas.
b. Untuk ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah minimal 90 tablet pada
masa kehamilan dan mendapatkan 2 kali vitamin A dosis tinggi 200.000 SI
pada masa nifas.
II. Keberhasilan dan Pembelajaran
Keberhasilan program Kampung KADARZI dengan sistem ini tidak mungkin dapat
tercapai bila tidak didukung beberapa faktor berikut :
1. Kebijakan Kementerian Kesehatan RI, sebagai lembaga tertinggi di bidang
kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
564/Menkes/SK/VII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa
Siaga, telah menjadi blue print terciptanya program Kampung KADARZI ini.
2. Adanya komitmen dari Kepala Daerah. Sesuai dengan UU nomor 22 tahun 1999
tentang Otonomi Daerah dan Desentralisasi, bidang kesehatan merupakan bagian

10
di dalamnya. Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah daerah dengan Peraturan
Pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentang Standar Pelayanan Minimal,
KADARZI telah menjadi bagian dari SPM tersebut.
3. Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Ditubondo sebagai pemberi
bantuan baik secara materi maupun moril, berangkat dari Keputusan Menteri
Kesehatan RI nomor 331/Menkes/SK/V/2006 tahun 2006 tentang Rencana
Strategis Departemen Kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo
memberikan keleluasaan kepada UPT Puskesmas Besuki untuk melakukan
perencanaan secara strategis dan menyokong untuk timbulnya transformasi
rencana tersebut menjadi suatu tindakan yang nyata.
4. Kemitraan dengan Pustu, Ponkesdes, dan Polindes, kepala desa ataupun tokoh
masyarakat setempat menjadi sangat penting, karena selain menjadi kader utama
dalam kegiatan ini, dukungan berbagai pihak tersebut juga telah membuka jalan
untuk terciptanya suasana yang baik dan mendukung untuk terwujudnya program
Kampung KADARZI ini.
5. Penguasaan ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia. Dalam prakteknya,
kegiatan ini memerlukan pendewasaan tiap individu untuk dapat melakukan
manajemen sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan setiap tingkatan
manajemen yang terlibat, memerlukan kecakapan komunikasi dan manajemen
yang berada di bawahnya.

Rekomendasi : berdasarkan poin-poin di atas kami merekomendasikan untuk


mengimplementasikan Kampung KADARZI dengan pendekatan serupa menjadi
satu kegiatan pokok wajib tiap puskesmas dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan gizi masyarakat pada wilayah kerjanya masing-masing. Di samping itu
pendekatan ini juga dipandang dapat menunjang program kegiatan lain yang
belum tercapai.

11
BAB V
KEBERLANJUTAN

Untuk menjaga dan memastikan agar inovasi ini berjalan secara berkelanjutan, maka
langkah-langkah berikut ini telah diambil :

1. Rencana anggaran dari puskesmas untuk memperbanyak jumlah kader dan


memberikan reward pada kader yang berprestasi sehingga piramida Multi Level
Manajemen (MLM) KADARZI menjadi lebih kokoh.
2. Kedisiplinan Tim BERLIAN yang ada, diharapkan mampu melaksanakan kegiatan
sesuai jadwal. Hal ini diharapkan mampu mempercepat proses evaluasi dan pemetaan,
sehingga sebaran kader menjadi merata dan tepat sasaran.
3. Komitmen dari UPT Puskesmas Besuki untuk memperluas wilayah kerja program ini.
Tidak hanya terbatas pada kampung Bloro Tengah Desa Bloro saja, melainkan ke desa
lain yang berada di bawah lingkup kerja UPT Puskesmas Besuki.

12
LAMPIRAN
II
PEMBENTUKAN KEPENGURUSAN SECARA BERJENJANG

Kepala DINKES

KAPUS Besuki

Tim Dokter Tim BERLIAN


Kasubag TU Internship Puskesmas Besuki

Kader KADARZI

Tokoh Masyarakat
(Kepala Desa dan
Jajarannya)

Warga Bloro
Tengah

1
Keterangan :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo : sebagai pembina sekaligus sebagai
pemberi dukungan baik secara materi maupun non materi.
2. Kepala UPT Puskesmas Besuki : sebagai pembuat kebijakan dalam pelaksanaan
sekaligus menjadi penanggungjawab tertinggi dalam kegiatan ini.
3. Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag TU) UPT Puskesmas Besuki : selaku ketua
pelaksana kegiatan Kampung KADARZI ini, sekaligus promotor jalannya kegiatan
ini.
4. Tim Dokter Internship : terdiri dari 5 orang, berperan sebagai konseptor pelaksanaan
Kampung KADARZI dengan sistem manajemen bertingkat, baik ide maupun jalannya
program ini sedikit banyak akan dipantau dan dievaluasi keberlanjutannya.
5. Tim BERLIAN UPT Puskesmas Besuki : terdiri dari dokter umum, programmer KIA,
programmer Gizi, programmer Promkes-Kesling), sebagai pemberi materi sekaligus
petugas utama Puskesmas yang berhadapan langsung dengan koordinator kader
masyarakat.
6. Kader KADARZI : sebagai lini terdepan dalam pengembangan sistem ini. Bertindak
sebagai motor jalannya kegiatan demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
7. Tokoh masyarakat dalm hal ini kepala desa dan jajarannya, dalam hal ini membeikan
ijin dan dukungan lain yang terkait untuk melaksanakan program ini.

2
III
PENGADAAN SARANA LIMA INDIKATOR KADARZI

PENIMBANGAN BERAT BADAN SECARA TERATUR


1. Lemari penyimpanan makanan

2. Karpet

3
3. Education toys for toddlers

4. Spanduk
5. Sound system set

PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM


1. PerangkatLodine Test

MAKAN MAKANAN BERANEKA RAGAM


1. Food Model

4
2. Kompor Gas Portable

PENGADAAN PMT
PENYULUHAN TAMAN PEMULIHAN GIZI

5
IV
PENYEGARAN KADER KESEHATAN

Dalam rangka peningkatan skill atau keterampilan kader, proses transfer ilmu perlu
dilakukan dengan cara mengadakan penyegaran kader KADARZI. Penyegaran kader
KADARZI dilakukan dengan cara pelaksanaan pembinaan berkala oleh tim dari puskesmas
yaitu 6 bulan sekali, berupa penyegaran materi dan strategi pencapaian kelima indikator
KADARZI serta pelatihan penggunaan sarana pendukung kegiatan seperti food model dan
diskusi mengenai kendala yang dihadapi selama pembinaan KK (masuk ke evaluasi dan lebih
mengarah kepada peningkatan skill kader).

Orientasi Kader KADARZI

6
Petugas membuka kegiatan dengan salam Petugas menjelaskan 5 indikator KADARZI

Petugas menjelaskan indikator yang pertama Petugas menjawab pertanyaan dari peserta
yakni pemantauan berat badan dan penyuluhan

V
7
PEMETAAN KAWASAN DUSUN BLORO TENGAH

Proses pemetaan dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Survey awal jumlah KK (Kepala Keluarga) dan lokasi
Survey awal jumlah KK dilakukan untuk mengetahui berapa banyak jumlah KK
yang berada di Dusun Bloro Tengah sehingga dapat ditentukan sasaran KK meliputi
daerah lokasi KK yang akan dipilih. Melalui tercapainya konsep keluarga sadar gizi pada
sejumlah KK yang terpilih tersebut diharapkan nantinya dapat menjadikan seluruh KK
yang ada di Dusun Bloro Tengah untuk ikut memahami serta mampu menjadi Kampung
Sadar Gizi.
2. Pembagian cakupan KK beberapa kelompok
Dari hasil survey awal dipilih beberapa KK yang kemudian dikelompokkan menjadi
20 kelompok sesuai dengan jumlah kader yang ada. Masing-masing dari 20 kader
tersebut akan membawahi sekitar 11-18 KK untuk dibina, di mana pemilihannya ini
dipertimbangkan berdasarkan kedekatan geografis dengan kader untuk memudahkan
akses pendampingan.
3. Survey keluarga yang telah KADARZI menggunakan kuesioner
Setelah ditentukan KK yang akan dibina maka tahap selanjutnya adalah survey
apakah keluarga yang terpilih tersebut telah memenuhi kriteria keluarga KADARZI.
Survey dilakukan dengan menggunakan kuesioner pemantauan KADARZI yang meliputi
aspek identitas lokasi, identitas rumah tangga, pertanyaan untuk ibu hamil dan ibu nifas
atau yang mempunyai bayi usia < 3 bulan, pola konsumsi keluarga, identitas balita
termuda, ASI dan pola makan bayi 0-5 bulan, kapsul vitamin A untuk balita 6-59 bulan,
dan penimbangan balita. Hasilnya berupa data apakah KK tersebut sudah memenuhi
kelima indikator KADARZI, bila memang blum memenuhi maka di data indikator mana
yang belum terpenuhi untuk kemudian menjadi titik berat dalam pembinaan dan
pendampingan.
4. Pemetaan dari hasil survey
Untuk memudahkan kegiatan pendampingan maka data survey yang telah didapat
akan digambarkan dalam sebuah peta. Peta tersebut nantinya akan digunakan untuk
mengetahui jumlah dan lokasi KK yang dibina, keluarga mana saja yang sudah
KADARZI, dan indikator mana yang belum terpenuhi pada tiap KK yang perlu adanya
pembinaan dan pendampingan.
5. Penandaan
Dalam peta yang telah selesai dibuta kemudian diberi tanda berupa penempelan
stiker di rumah setiap KK, dimana stiker yang ditempel akan menunjukkan apakah
keluarga tersebut telah memenuhi kelima indikator KADARZI. Untuk KK yang belum

8
termasuk KADARZI diberi tanda sesuai indikator yang belum terpenuhi. Kelima
indikator tersebut antara lain memantau berat badan secara teratur, makan beraneka
ragam, konsumsi garam beryodium, pemberian ASI sampai 6 bulan, dan pemberian
Suplemen Gizi. Misal, bila suatu keluarga binaan belum dikatakan KADARZI karena
belum makan beraneka ragam, maka akan diberi stiker berupa tumpeng gizi untuk
kemudian didampingi agar mampu menerapkan makan beraneka ragam dalam keluarga.
6. Pelaksanaan pendampingan
Setelah pemetaan dan penandaan maka dilakukan pendampingan ke setiap KK oleh
tim KADARZI dengan sistem manajemen berjenjang. Setiap kader sebelumnya akan
dilatih oleh tim KADARZI Puskesmas mengenai kegiatan yang perlu dilakukan untuk
mencapai kelima indikator KADARZI. Kemuadian 20 kader tersebut membina langsung
KK yang ada dalam binaannya. Pendampingan kader kepada KK binaan akan dilakukan
setiap bulan. Setiap kendala yang dihadapi oleh KK saat pendampingan dapat langsung
dikomunikasikan kepada masing – masing kadernya untuk kemudian didiskusiakan jalan
keluarnya oleh kader kepada tim pembina Puskesmas.
7. Evaluasi Hasil
Evaluasi dilakukan oleh kadernya setiap bulan dengan melakukan pengecekan kembali
menggunakan kuesioner pemantauan KADARZI sebagai alat ukur kegiatan evaluasi.
Setiap kader akan dievaluasi keberhasilan kegiatannya setiap 6 bulan sekali oleh tim
pembina dari Puskesmas. Pemantauan ini dilakukan secara berkala.

VI
PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN UNTUK 5 INDIKATOR PROGRAM
KADARZI

PENIMBANGAN BERAT BADAN SECARA TERATUR

MENINGKATKAN DAYA TARIK POSYANDU DENGAN HIBURAN


SEDERHANA
Peralatan :
- Sound System

9
- Permainan Edukatif
- Boneka dan Panggung boneka sederhana

Kegiatan :

1. Pengadaan musik musik yang sesuai dengan minat warga Bloro tengah, disertai
dengan ajakan dari kader yang bertugas di Dusun Bloro tengah yntuk datang ke
Posyandu melalui sound system.
2. Posyandu di Dusun Bloro tengah menyediakan permainan edukatif untuk balita
yang dibawa ke Posyandu,. Permainan hanya disediakan pada saat diadakan
Posyandu.
3. Pengadaan panggung boneka untuk sarana edukasi yang kreatif. Panggung boneka
diadakan dengan tema tertentu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat seperti
pencegahan demam berdarah, higienitas, pentingnya vaksin, cara penularan
penyakit, dll.
Panggung boneka dibuat interaktif sehingga meningkatkan daya tarik untuk anak
anak dan orang tua yang mendengarkan. Dapat diberikan apresiasi sedrhana jika
penonton panggung boneka dapat menjawab pertanyaan yang diadakan oleh
narator.

MENINGKATKAN MINAT DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN POSYANDU


(MENGADAKAN PENGHARGAAN BAGI KRITERIA TERTENTU)

Peralatan :

- Piagam
- Parsel hadiah berisi kebutuhan pokok, seperti gula, minyak 1 L, beras, makanan bayi
(budget hadiah Rp. 100.000)

Kegiatan :

- Pengadaan lomba yang diadakan 1 tahun sekali


- Pemilihan tema lomba sesuai dengan cakupan posyandu, seperti lomba bayi sehat,
lomba kunjungan terbanyak berdasarkan KMS, lomba foto bayi sehat, lomba
pengaturan menu makanan bervariasi, dll
- Peserta lomba diwajibkan untuk memiliki absensi sejumlah tertentu di Posyandu
untuk dapat mengikuti lomba tersebut
- Lomba diadakan dalam satu hari dan tim juri meliputi UPT Puskesmas Besuki,
tokoh masyarakat, tim PKK desa, dan bidan desa.
10
BEKERJASAMA DENGAN SEKTOR MASYARAKAT SEPERTI PAUD
Peralatan :
- Cap Absensi Posyandu
- Buku Raport Posyandu sebagai syarat mendaftar di PAUD

Kegiatan :
- Pengadaan sosialisasi dengan penyebaran poster yang ditempel di tempat-tempat
yang ramai dikunjungi peserta Posayandu dan di PAUD yang diajak bekerjasama
dengan Posyandu. Penyampaian promosi dari mulut ke mulut melalui kader
Posyandu dan melalui sound system setiap kali diadakan Posyandu.
- Pengadaan raport Posyandu diadakan 6 bulan setelah dimulainya sosialisasi
- Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan untuk kemudahan memperoleh jenjang
pendidikan semakin tinggi
- Pada setiap peserta berusia di bawah 3 tahun yang datang ke Posyandu diberikan
buku raport Posyandu
- Setiap kedatangan petugas membrikan cap kepada peserta
- Peserta posyandu boleh mendaftar ke PAUD jika peserta hadir 80%

RAPORT POSYANDU
1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan
7 bulan 8 bulan 9 bulan 10 bulan 11 bulan 12 Bulan
13 bulan 14 bulan 15 bulan 16 bulan 17 bulan 18 bulan
19 bulan 20 bulan 21 bulan 22 bulan 23 bulan 24 bulan
25 bulan 26 bulan 27 bulan 28 bulan 29 bulan 30 bulan
31 bulan 32 bulan 33 bulan 34 bulan 35 bulan 36 bulan
Peserta Posyandu diwajibkan membawa raport Posyandu setiap kali memeriksakan diri ke Posyandu
Jika kartu hilang diwajibkan segera melapor ke Petugas Posyandu untuk medapatkan kartu baru dengan biaya
kontribusi Rp. 10.000,00
Kartu dibawa saat pendaftaran PAUD, minimal kedatangan 80% dari absensi (28x kedatangan)

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN


PENGAKTIFAN KELOMPOK PENDUKUNG ASI BERINTEGRASI DENGAN
KELAS IBU HAMIL

11
Perangkat :
- Buku Absensi
- Mentor dari Bidan Desa atau Kader KADARZI
- Snack untuk setiap pertemuan
Kegiatan :
1. Pembentukan Kelompok Pendukung Ibu yang terdiri dari 10-15 orang
2. Peserta dapat merupakan ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 6 bulan, ibu
menyusui bayi usia 0-6 bulan, ibu menyusui anak baduta, ibu yang berhasil ASI
eksklusif
3. Kader KADARZI melakukan survey untuk menentukan calon peserta dalam lingkup
kerjanya, calon peserta kemudian dikelompokkan berdasarkan lokasi geografis
masing-masing rumah
4. Kader KADARZI bertugas sebagai mentor. Masing-masing kader KADARZI
diberikan pelatihan singkat oleh bidan desa untuk masing-masing topik diskusi
5. Kegiatan diadakan setiap 2 minggu atau paling lama 1 bulan sekali, penentuan
tanggal dan lokasi berdasarkan kesepakatan bersama KP ASI yang dibentuk
6. Topik umum diskusi KP ASI adalah :
a. Masa kehamilan yang menyenangkan
b. Inisiasi Menyusui Dini
c. ASI Eksklusif 6 bulan
d. Payudara dan produksi ASI
e. Menyusui yang nyaman untuk ibu dan bayi
f. Menyusui dan gizi ibu
g. Tanda bayi lapar
h. Tanda kecukupan ASI
i. Cara penyimpanan ASI
j. Makanan pendamping ASI

PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM


MENJAGA KUALITAS DISTRIBUSI GARAM BERYODIUM SAMPAI KE
TINGKAT PEDUKUHAN
Penyimpanan
Garam beryodium perlu disimpan :
1). Di bejana atau wadah tertutup

12
2). Tidak kena cahaya
3). Tidak dekat dengan tempat lembab, hal ini untuk menghindari penurunan kadar yodium
dan peningkatan kadar air, karena kadar yodium menurun bila terkena panas dan kadar
air yang tinggal akan melekatkan yodium.
Penggunaan garam yodium
Cara penggunaan garam yodium :
1). Tidak dibumbukan pada sayuran mendidih, tetapi dimasukkan setelah sayuran diangkat
dari tungku, kadar Kalium Iodate (KIO3) dalam makanan akan terjadi penurunan setelah
dididihkan 10 menit.
2). Kadar yodium juga akan menurun pada makanan yang asam, makin asam makanan
makin mudah menghilangkan KIO3 dari makanan tersebut.
Contoh : Perubahan kadar yang ditambahkan pada berbagai macam makanan sebelum dan
sesudah dipanaskan dengan pengukuran yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai
berikut : 35,47 Air minum 38,34 Ph = 7
40
33,35 Ph = 6,5
Bakso
30 34,10

Sayur sop 26,76 Ph = 6

20 30,23

11,34 Sayur asem


10 0,33 Ph = 4
6,49 Asinan 0,07

Gambar
Proses 2.1 Pengurangan
perusak Kadar Yodium
terhadap kandungan (KIO3) akibat proses pengolahan
yodium
1). Merebus (terbuka) kadar yodium hilang ±50%
2). Menggoreng kadar yodium hilang ±35%
3). Memanggang kadar yodium hilang ±25%
4). Brengkesan atau pepesan kadar yodium hilang ±10%

Ciri-ciri pemilihan garam yang baik di pasaran


1). Berlabel mengandung yodium
2). Berwarna putih bersih
3). Kering
4). Kemasan baik atau tertutup rapat

DISTRIBUSI TOOLS UNTUK MENGECEK KADAR YODIUM DALAM GARAM,


KEPADA SEMUA DISTRIBUTOR GARAM DAN WARUNG PENJUAL GARAM

13
Penyediaan Perangkat Iodine Test dan sosialisasi cara penggunaan perangkat tersebut.
Cara menggunakan tes kit :
Teteskan garam dapur dengan cairan iodine, maka akan terlihat perubahan warna garam putih
menjadi biru keunguan pada garam yang beryodium. Semakin tua warnanya, semakin baik
mutu garam beryodium.
Jika tidak tersedia tes kit dan cairan iodine :
1. Kupas singkong yang masih segar, kemudian diparut
2. Tuangkan 1 sendok perasan singkong parut tanpa ditambah air ke dalam tempat yang
bersih
3. Tambahkan 4-6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa
4. Tambahkan 2 sendok teh cuka biang, aduk sampai rata, biarkan beberap[a menit. Bila
timbul warna biru keunguan berarti garam tersebut mengandung yodium.

MAKAN MAKANAN BERANEKA RAGAM


Yang perlu disampaikan agar keluarga biasa makan beraneka ragam makanan
1. Pengertian aneka ragam makanan yaitu :
Makan 2-3 kali sehari yang terdiri dari 4 macam kelompok bahan makanan. Dari tiap
kelompok bahan makanan dan jenis yang dikonsumsi, maka makin banyak jenisnya
makin baik. Adapun 4 kelompok bahan makanan tersebut adalah :
a. Makanan pokok, sebagai sumber zat tenaga : beras, jagung, ubi, singkong, mie,
dan lain-lain.
b. Lauk pauk, sebagai sumber zat pembangun : ikan, telur, ayam, daging, tempe,
kacang-kacangan, tahu, dll.
c. Sayuran dan buah-buahan, sebagai sumber zat pengatur : bayam, kangkung,
wortel, buncis, kacang panjang, sawi, daun singkong, daun katuk, pepaya, pisang,
jeruk, semangka, nanas, dan lain-lain.
2. Manfaat makan aneka ragam makanan, yaitu :
Untuk melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh agar dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari dan terhindar dari penyakit kekurangan gizi.
3. Akibat tidak makan aneka ragam makanan, yaitu :
Tubuh kekurangan zat gizi tertentu dan lebih mudah terserang penyakit dan khusus
balita, pertumbuhan dan kecerdasannya terganggu
4. Tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum makan aneka ragam makanan,
yaitu:

14
a. Jelaskan tentang pentingnya makan anek aragam makanan pada kesehatan,
pertumbuhan dan kecerdasan.
b. Memanfaatkan pekarangan di sekitar rumah dengan menanam tanaman, beternak
ayam, bebek, ikan, dan lain-lain agar dimakan oleh anggota keluarga dan hasil
pekarangan juga dapat dijual untuk menambah penghasilan keluarga.
c. Mengupayakan bantuan dari sektor pertanian, untuk mengusahakan penggunaan
lahan pertanian secara gotong royong bagi keluarga yang tidak mempunyai
pekarangan.
d. Anjurkan ibu untuk masak aneka ragam dengan menu yang disukai oleh anggota
keluarga.
e. Nikmatilah aneka ragam makanan yang tersedia.

CONTOH KEGIATAN : PENGADAAN BIBIT KELOR


Penanganan konservasi kelor dan daun katuk dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan,
Puskesmas, Bidan Desa, masyarakat yang bekerjasama dengan penyedia bibit kelor.
Diharapkan dapat berperan serta dan bekerjasama untuk menyediakan, menanam, dan
mengolah bibit kelor dan daun katuk dalam jumlah yang mencukupi pada setiap pekarangan
dan lahan-lahan di pedesaaan.
Manfaat kelor untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas lingkungan hidup antara lain :
a. Memperbaiki lahan kritis
b. Sahabat petani untuk meningkatkan hasil pertanian
c. Bijinya penjernih alami
d. Kayunya sebagai sumber energi terbarukan
Manfaat kelor untuk penyembuhan :
a. Penyeimbang gula darh pad apasien diabetes melitus
b. Penyeimbnag tekanan darah pada pasien hipertensi
c. Meningkatkan kesuburan
d. Pembersih racun dalam hati dan tubuh, memperbaiki fungsi hati dan ginjal
e. Peluruh lemah

MINUM SUPLEMEN GIZI SESUAI ANJURAN


Pemberian suplemen gizi dalam hal ini meliputi dua hal yaitu sebagai berikut :
1. PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH (TABLET FE + ASAM FOLAT)

15
Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil dan wanita usia subur merupakan
implementasi nyata dari PERMENKES RI No.88 Tahun 2014. Dalam peraturan tersebut
juga dicantumkan standar pemberian tablet tambah darah yang benar. Adapun beberapa
hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
a. Pemberian tablet tambah darah (tablet Fe + asam folat) tidak semata-mata ditujukan
kepada wanita hamil, melainkan juga pada Wanita Usia Subur (WUS). Hal ini
dissebabkan karena WUS memiliki kecenderungan mengalami anemia disebabkan
karena mengalami menstruasi tiap bulannya.
b. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil diperuntukkan menghindari
terjadinya anemia yang dapat berdampak pada Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR),
perkembangan bayi yang tidak optimal, abortus dan pendarahan baik sebelum dan
atau pasca persalinan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian pada ibu
maupun bayi.
c. Sumber makanan kaya zat besi dan asam folat umumnya hanya terdapat pada
sumber protein hewani saja, sedangkan pada beberapa kelompok masyarakat yang
kurang mampu dipandang sulit untuk mendapatkannya.
d. Pada kelompok WUS sebaiknya berikan 1 kali seminggu dan satu kali sehari selama
haid.
e. Pada iibu hamil diberikan selama masa kehamilannya atau minimal 90 tablet.
f. Tablet tambah darah yang diberikan harus memenuhi standar kualitas dan komposisi
yaitu : setiap tablet mengandung zat besi setara 60 mg besi elemental (dalam bentuk
sediaan fero sulfat, ferro fumarat atau ferro glucanoat) dan Asam Folat 0,400 mg.

2. PEMBERIAN VITAMIN A
Pemberian vitamin A merupakan implementasi nyata dari penerapan PERMENKES RI
No. 21 tahun 2015 tentang standar kapsul vitamin A bagi bayi, anak balita dan ibu ifas.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi :

16
a. Pemberian vitamin A pada bayi dan terutama diperuntukkan pada anak balita karena
pada masa ini merupakan masa terpenting dalam proses tumbh dan kembang anak.
Vitamin A dalam jumlah yang cukup sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan daya
tahan tubuh terhadap penyakit.
b. Kekurangan vitamin A pada anak merupakan penyebab utama terjadinya kebutaan
adalah hal yang dapat dicegah.
c. Ada 2 sediaan vitamin A yang dapat disediakan pemerintah untuk menanggulangi
terjadinya defisiensi vitamin A yaitu : Vit A tablet biru (100.000 IU) dan Vit A tablet
merah (200.000 IU)
d. Vitamin A tablet merah diperuntukkan untuk bayi usia 12 bulan sampai 59 bulan dan
untuk ibu nifas.
e. Adapun spesifikasi teknis kapsul vitamin A yang dimaksud meliputi :
a). Deskripsi : berbentuk kapsul lunak dengan ujung yang dapat digunting, tidak
transparan, mudah untuk dikonsumsi, dan mudah masuk ke dalam mulut balita.

b). Spesifikasi :
(a). Kapsul vitamin A 200.000 IU : kapsul lunak berwarna merah dan tiap
kapsul gelatin ini mengandung sediaan Retinol (palmitate/ acetate) 200.000
IU.
(b). Kapsul vitamin A 100.000 IU : kapsul lunak berwarna biru dan tiap kapsul
gelatin ini mengandung sediaan Retinol (palmitate/ acetate) 100.000 IU.
Pada ibu nifas, pemberian vitamin A bukan semata untuk memenuhi kebutuhan
vitamin A terhadap ibu pasca persalinan semata melainkan juga sebagai cadangan
ataupun sumber vitamin A untuk ASI Eksklusif yang akan dilaksanakannya. Hal ini
disebabkan karena pemberian tambahan vitamin A hanya dilakukan pada bayi usia lebih
dari atau sama dengan 6 bulan sehingga sumber vitamin A untuk bayi yang belum

17
berumur 6 bulan akan tercapai semata-mata dari pemberian ASI. Kecukupan vitamin A
pada ibu nifas akan mempercepat proses penyembuhan pasca persalinan dan juga
mencegah terjadinya infeksi yang mungkin dapat terjadi.
Adapun jadwal dan pemberian vitamin A yang dianjurkan sebagai berikut :
Sasaran Suplementasi Vitamin A
Sasaran Dosis Frekuensi
Bayi 6-11 bulan Kapsul Biru (100.000 SI) 1 kali
Anak Balita 12-59 bulan Kapsul Merah (200.000 SI) 2 kali
Ibu nifas 10-42 hari Kapsul Merah (200.000 SI) 2 kali

Sumber : Panduan Manajemen


Suplementasi Vitamin A. Depkes. 2009

Bagi bayi dan balita : bulan nasional vitamin A setiap tahunnya dilaksanakan pada bulan
Februari dan Agustus. Sehingga pada bayi dan balita pemberiannya dilakukan pada bulan
tersebut disesuaikan dengan usia dosis serta frekuensi yang harus didapat. Sedangkan bagi
ibu nifas (ibu yang baru melahirkan sampai 6 minggu etelah kelahiran bayi (0-42 hari) : 1
kapsul vitamin A diminum segera setelah persalinan dan 1 kapsul vitamin A kedua diminum
24 jam sesudah pemberian kapsul pertama.
Catatan : jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat vitamin A, maka kapsul
vitamin A dapat diberikan pada kunjungan ibu nifas atau pada KN 1 (6-48 jam) atau saat
pemberian imunisasi hepatitis B (HB0) pada KN 2 (bayi berumur 3-7 hari) atau pada KN 3
(bayi berumur 8-28 hari).

Baik pemberian tablet tambah darah maupun vitamin A di atas tentunya dapat tercapai
dengan kerjasama yang baik dari petugas puskesmas dan kader yang terbentuk dengan pihak-
pihak lain yang terkait.
Proses pendataan mengenai banyaknya dan pemberian suplemen pada : ibu hamil,
ibu bersalin dan nifas tentu saja memerlukan kerjasama dengan bidan daerah terkait.
Pendataan yang baik akan membantu dalam hal menyiapkan ketersediaan suplemen yang
akan diberikan.
Untuk bayi dan balita, pemberian vitamin A akan diberikan oleh kader posyandu
setempat karena kader posyandu yang berhadapan dengan kelompok sasaran tersebut setiap
bulannya.
Dengan tercapainya kerjasama dengan pihak di atas tugas kader menjadi lebih mudah
dan tertata sehingga proses pelaksanan program pun dapat tercapai dengan baik.

18
Hal yang tidak kalah penting adalah membuat kelompok sasaran mengetahui seberapa
besar pentingnya konsumsi suplemen tambahan ini untuk kesehatannya. Maka dari itu proses
penyuluhan, komunikasi yang berkelanjutan oleh petugas dan kader yang terbentuk penting
untuk dilakukan.
Pemberian informasi awal dapat dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat ke
dalam suatu forum untuk diberikan penyuluhan mengenai pentingnya tablet tambah darah
dan vitamin A. Proses ini minimal 1 x dilakukan dan sebaiknya dilakukan sebelum bulan
pemberian vitamin A nasional (Februari dan Agustus) sehingga pemberian suplemen yang
diinginkan dapat terwujud dan terjadwal dengan baik. Kelompok target yang dituju adalah
Wanita Usia Subur (WUS), ibu hamil, dan ibu nifas.
Penggunaan media massa dan media informasi lain : brosur, pamflet maupun poster
pada tempat-tempat yang dipandang strategis (posyandu, tempat praktek bidan, pustu dan
alun-alun desa).

Untuk melihat kelanjutan dan keberhasilan dalam pemberian suplemen tambahan ini
diharapkan juga para kader dapat memonitor secara langsung dari rumah ke rumah. Dengan
proses evaluasi 1 bulan sekali untuk konsumsi tablet tambah darah dan 2 kali dalam setahun
untuk konsumsi vitamin A.
Keseluruhan hal di atas dapat digabungkan dengan kebijakan lain dari tiap indikator
yang ada untuk menghemat waktu maupun tenaga yang ada.

19
VII
MELAKUKAN EVALUASI BULANAN OLEH PARA KADER

Selain menjalankan fungsi pemberi informasi dan pelaksana program KADARZI


yang berjenjang para kader memiliki tanggungjawab untuk melakukan proses pelaporan pada
jenjang di atasnya. Hal ini ditujukan untuk proses evaluasi yang lebih terstruktur.
Evaluasi bulanan yang dilakukan para kader merupakan indikasi penting tercapainya
desa KADARZI. Dari laporan tiap bulan ini dapat kita simpulkan sukses tidaknya program
tersebut dijalankan. Laporan bulan ini juga merupakan bahan pembelajaran dan evaluasi
penting untuk bulan selanjutnya bila terdapat hal yang tidak dinginkan sehingga dapat
diperbaiki pada bulan berikutnya.
Proses evaluasi pada jenjang di atas kader (Tim BERLIAN) dilakukan minimal dua
kali dalam 1 periode pelaksanaan program,yaitu evaluasi menengah pada bulan ke 6 sejak
jalannya program dan evaluasi akhir pada akhir program.
Adapun format laporan yang harus dicantumkan adalah sebagai berikut :
1). Dalam bentuk tabel
Diperlukan sebanyak 12 lembar untuk tiap kader (20 orang) untuk diisi tiap bulannya
sesuai dengan kelima indikator KADARZI dengan nama kepala keluarga yang
ditugaskan (1 kader memegang 11-18 KK). Hitung banyak jumlah KK yang mencapai
program KADARZI dan banyaknya indikator yang terpenuhi. Begitu pula untuk
indikator yang tidak terpenuhi. Proses penentuan tercapai tidaknya suatu indikator akan
ada pada tabel kriteria tersendiri.
Diperlukan sebanyak 12 lembar untuk tim BERLIAN di mana dalam hal ini untuk
memantau keberhasilan tiap kader dan atau keluarga pada wilayah yang menjadi
tanggungjawabnya dalam kurun waktu 1 bulan. Untuk 6 lembar bulan pertama
digunakan untuk evaluasi tengah program dan 6 lembar bulan berikutnya untuk evaluasi
akhir dari program tersebut. Namun dalam pelaksanaannya Tim BERLIAN akan
senantiasa memimbing dan mendampingi tiap kader yang ada.
2). Dalam bentuk diagram keberlanjutan
Diagram ini dibuat untuk evaluasi yang dilaksanakan pada jenjang di atas kader (Tim
BERLIAN) pada bulan ke 6 dan bulan ke 12. Dari data laporan tabel yang diterima akan
dituangkan secara visual dalam bentuk diagram. Dan dapat digunakan sebagai bentuk

20
evaluasi menengah maupun evaluasi akhir. Dari diagram ini juga akan ditemukan titik
unggulan maupun titik lemah wilayah Bloro Tengah dalam pencapaian program
KADARZI ini. Dengan dituangkan dalam bentuk diagram akan lebih jelas dalam hal
pemantauan.
Pada evaluasi tahap menengah dan akhri akan didapatkan kader mana yang kinerjanya
terbilang sukses dan berhasil sehingga patut memperoleh reward tambahan dan kader
mana yang masih memerlukan pendampingan lebih banyka untuk mencapai hasil yang
lebih baik.

21
TABEL EVALUASI PROGRAM KADARZI DESA BLORO TIMUR

Nama Kader : .............................................. Nama Daerah : ..........................................


Bulan Kunjungan : .............................................. Tanda tangan : ...........................................
INDIKATOR KADARZI
NO Makanan Suplemen
NAMA KEPALA KELUARGA Penimbangan ASI Eksklusif Garam
. Beraneka Gizi
BB (1) (2) Beryodium (3)
Ragam (4) (5)
1. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) T
2. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) O
3. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) T
4. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) A
L
5. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-)
6. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) K
7. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) E
8. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) S
9. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) E
10. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) L
11. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) U
R
12. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-)
U
13. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) H
14. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) A
15. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) N
16. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-)
17. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-)
18. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-)
19. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-)
20. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-)
SUB TOTAL
Keterangan : Tanda (+) untuk yang indikatornya terpenuhi, sedangkan tanda (-) untuk yang indikatornya tidak terpenuhi.
Bila dalam keluarganya tidak didapatkan ibu hamil, WUS, maupun bayi serta balita kolompenimbangan BB, ASI Eksklusif, dan suplemen gizi langsung
memperoleh tanda (+)

xviii
TABEL EVALUASI KADER PROGRAM KADARZI

Periode Penilaian : Penilaian menengah/ penilaian akhir


Bulan : ..........................................................
JUMLAH INDIKATOR YANG SUDAH DIPERIKSA
JUMLAH
Garam Makanan Suplemen
NO. NAMA KADER Penimbangan ASI Eksklusif KEPALA
Beryodium Beraneka Gizi KELUARGA
BB (1) (2)
(3) Ragam (4) (5)
1. (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
TOTAL JUMLAH
Keterangan : Lingkari periode penilaian menengah/ penilaian terakhir

xix
CONTOH

DIAGRAM KEBERHASILAN PROGRAM DESA KADARZI

Periode evaluasi : Penilaian Menengah/ Penilaian Akhir Tempat: Desa Bloro Timur

90 85
80
80 73
69
70
60
50 50
50
40
31
30 27
20
20 15
10
0
BB si
f m m zi
n lu diu a ga Gi
ga s k yo R en
ba
n Ek r ka m
I Be ne pl
e
im AS m ra Su
n ra
Pe Ga Be
an
kan
a
M

KESIMPULAN : DESA BLORO TIMUR dinyatakan BELUM KADARZI


Catatan : dinyatakan KADARZI jika tiap indikator yang ada terpenuhi dan memiliki nilai di atas 70%. Pada contoh di atas indikator Suplemen Gizi tidak mencapai nilai 70%.

xx
CONTOH

DIAGRAM CAPAIAN INDIKATOR KADER KADARZI

Periode Evaluasi : Penilaian Menengah/ Penilaian Akhir


Tempat : Desa Bloro Timur
Nama Kader : Kader A

Capaian Indikator Kader A (dalam %)


120

100100 100 100 100 100 100


90
Penimbangan BB
80 80 Makanan Beraneka Ragam
70 72 70
66 ASI Eksklusif
60 60 60 Suplemen Gizi
50 50 50 Garam Beryodium
45
40 40 40
35
30 30
20 20

0
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6

KESIMPULAN : Kader A dinyatakan BERHASIL


Catatan : Seorang kader dinyatakan BERHASIL dalam menjalankan tugasnya bila keseluruhan indikator mencapai angka di atas 70% pada akhir periode penilaian.

xxi
CONTOH

DIAGRAM PENILAIAN KADER KADARZI

Periode Evaluasi : Penilaian Menengah/ Penilaian Akhir


Tempat : Desa Bloro Timur
120

100 98 95 95
90 89 90
85 87
80
80 75 76
68 69
66 65 68 62
60 60 60
60

40

20

0
r 1 r 2 r 3 r 4 r 5 r 6 r 7 r 8 r 9 1 0 11 12 13 14 15 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0
a de a de a de a de a de a de a de a de a de der der der der der der der der der der der
K K K K K K K K K Ka Ka Ka Ka Ka Ka Ka Ka Ka Ka Ka

KESIMPULAN : didapati sebanyak 9 orang kader tidak berhasil dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan memerlukan pendampingan tambahan dan sebanyak 11
orang kader mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan mendapatkan reward tambahan.

Catatan : Dari diagram di atas dapat ditentukan mana saja kader yang memerlukan pendampingan lebih. Untuk mengetahui dimana letak kekurangan tiap kader tersebut dapat
dilihat pada diagram “Capaian Indikator Kader”.

xxii
Untuk diagram “Keberhasilan Program KADARZI” diperlukan format penilaian sebagai berikut :

+¿
¿
Persentase indikator terpenuhi = total tiap wilaya h x 100%
banyaknya indikator ¿
¿

−¿
¿
Persentase indikator tidak terpenuhi = total tiap wilaya h x 100%
banyaknya indikator ¿
¿
Untuk diagram “Capaian Indikator Kader KADARZI” diperlukan format penilaian sebagai berikut :

+¿
¿
Persentase indikator terpenuhi = banyaknya indikator ¿ x 100%
¿

−¿
¿
Persentase indikator tidak terpenuhi = banyaknya indikator ¿ x 100%
¿

Untuk diagram “Penilaian Kader KADARZI” : berikan value 1 (diwakili dengan warna biru) bila keseluruhan indikator mencapai angka di atas
70% dan value 0 (diwakili dengan warna merah) bila terdapat indikator yang tidak mencapai target 70% dari diagram “Capaian Indikator Kader
KADARZI”

xxiii
xxiii

Anda mungkin juga menyukai