& dEWASA
Gizi seimbang bagi anak remaja dan dewasa
PENGERTIAN GIZI SEIMBANG
Periode adolensiadi tandai dengan pertumbuhan yang cepat baik tinggi badan maupun berat
badan .pada periode ini kebutuhan zat gizi tinggi karna berhubungan dengan besar tubuh.
Pertumbuhan yang cepat :
a.anak perempuan:antara 10-12tahun
b.anak laki antara 12-14 tahun
permulaan tumbuh pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung
individualnya.pertumbuhan yang cepat biasanya di iringi oleh pertumbuhan aktifitas fisik
sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai lebih dari 20 tahun maka
pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah berhenti.ini berarti makanan tidak lagi berfungsi untuk
pertumbuhan tubuh,tetapi untuk mempertahankan keaadan gizi yang sudah di dapat atau
membuat gizi lebih baik.oleh karena itukebutuhan akan unsur unsur gizi dalam masa dewasa
sudah agak konstan,kecuali jika terjadi kelainan kelainan pasda tubuhnya seperti sakitdan
seebagainya sehingga menggharuska dia mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari
biasanya.
Diantara faktor faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja dan dewasa:
a.ekonomi
b.pekerjaan
c.pendidikan
d.lingkungan
data terbaru dari kesehatan nasional dan survei pengujian ilmu gizi(NHNES) menyatakan
bahwakonsumsi energi wanita dari umur 11-51 tahun berpariasi ,dari kalori rendah(sekitar 1359)
sampai kalori tinggi (1958 kalori).
Seseorang hendaknya mengkonsumsi makanan dengan mempertimbangkan kadar lemak kurang
dari 30% dan tinggi kalsium sekitar 800-1200mg per hari dan juga harus memperhatikan unsur
sodium,cara pengolahan makanan danperlu membatasi makanan kaleng atau makanan dalam
kotak.
Kebutuhan gizi seimbang
Bagi para remaja harus di dorong untuk memilih makanan yang sehat,karna makanan merupakan
suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya.kekurangan konsumsi
makanan,baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh
tergangggu.
Diantara hal hal yang perlu di penuhi :
a. energi
kebutuhan energi di perlukan untuk kegiatan sehari hari maupun untuk prosen metabolisme
tubuh.cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat di lihat dari berat badan
seseorang.pada remaja perempuan 10-12 tahun kebutuhan energinya sekitar 50-60 kal per kg
berat badan perhari. Dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal per kg berat badan perhari
b. protein
kebutuhan protein meningkat karna proses tumbuh kembang berlangsung cepat.jika asupan
energi terbatas atau kurang,protein akan di pergunakan sebagai energi.
Kebutuhan protein usia 10-12 tahun adalah 50g per hari ,13-15 tahun sekitar 57g per hari dan
usia 16-18 tahun adalah 55g per hari.sumber protein terdapat dalam aging,jeroan,
ikan,keju,kerang, dan uadang.sedangkan protein nabai terdapat pada kacang kacangan ,tempe
dan tahu
c. lemak
lemak dapat di peroleh dari daging berlemak , jeroan dan sebagainya. Kelebihan lemak akan di
simpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang sewaktu- waktu di perlukan.asupan lemakyang
terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang di konsumsi tidak mencukupi,karna satu gram
lemak menghasilkan 9 kalori.
d.vit dan mineral
kebutuhan vitami dan mineral pada saad ini cukup meningkat.gol vit b yaitu vit b1(diamin),vit
b2(riboflafin) sedangkan niasin di perlukan dalam metabolisme energi.zat gizi yang berperan
dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam polat dan vit b12.vitamin di perlukan dalam
pertumbuhan kerangka tubuh atau tulang. Selain itu agar sel dan jaringan baru terpelihara dengan
baik , maka kebutuhan vit a,c,dan e juga di perlukan.
e.fe(zat besi)
kekurangan fe atau zat besi dapat menimbulkan kekurangan darah yang di kenal dengan
kekurangan gizi bezi( AGB). Zat besi terkandung pada sayuran berwarna hijau,kacang
kacangan ,hati,telur,dan daging.fe lebih baik di konsumsi bersanma vit c, karena akan mudah
terabsorbsi pengaruh status gizi
Energi
(kal)
Protein
(Gr)
Ca
(mg)
Fe
(Mg)
Vit. A
Vit.B
(Mg)
Vit.C
(Mg)
0,8
0,9
0,9
1,0
1,0
1,0
0,9
20
30
30
30
30
30
30
(IU )
7-9
10-12
13-15
16-19
20-39
40-59
>60
Wanita
10-12
13-15
16-19
20-39
40-59
>60
1900
1950
2100
2600
2530
2470
2020
37
46
56
58
51
51
51
500
700
700
600
500
500
500
10
10
18
15
9
9
9
2400
3450
4000
4000
4000
4000
4000
Energi
Protein
Ca
Fe
Vit A
Vit B
Vit C
(kal)
(Gr)
(mg)
(mg)
(IU)
(mg)
(mg)
1700
1900
1950
1880
1740
1500
49
56
46
40
40
40
700
700
600
500
500
500
12
24
24
28
12
8
3450
3500
3500
3500
3500
3500
0,8
0.8
0,8
0,8
0,7
0,6
30
30
30
30
30
30
Mulai umur 20 tahun kebutuhan nutrisi antar laki laki dan perempuan mulai di bedakan.
1. Jenis kegiatan dan ukuran tubuh
a) Semakin aktifitas fisik yang di lakukan maka kebutuhan energi dan nutrisi lainnya semakin
banyak.
b) Pada usia anak dan remaja nutrisi di perlikan untuk beraktifitas pada dewasa untuk
bekerja ,pada lansia untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan.
1. Keadaan atau fisiologis tubuh
a) Pada keadaan sakit seperti infeksi atau demam akan terjadi perubahan metabolisme pada
saat ini di perlukan asupan protein tinggi dan nutrisi lainnya.
b) Pada kondisi hamil dan menyusui di perlukan peningkatan asupan nutrisibaik kualitas
maupun kuantitasnya.
c) Pada kondisi haid di perlukan peningkatan asupan makanan sumber pembentukan sel darah
merah antara lain protein ,fe,vitamin C,Vitamin b12,Asam folatuntuk hindari anamia
1. Lingkungan sosial ekonomi
2. Kebiasaan keluarga
Periode remaja merupakan salah satu tahapan kehidupan seseorang dimana pertumbuhan berat
badan dan tinggi badan mengalami puncaknya. Untuk mendukung proses pertumbuhan yang
cepat ini maka seorang remaja membutuhkan dukungan zat gizi yang cukup.
Remaja yang memiliki asupan gizi yang cukup akan memiliki kondisi tubuh yang lebih sehat,
menjalani aktifitas sehari-hari dengan baik apakah di rumah maupun di sekolah serta jarang
mengalami sakit. Lalu bagaimana cara mengetahui kebutuhan gizi remaja?, berikut uraian
siangkatnya.
KEBUTUHAN ENERGI
Energi sangat dibutuhkan oleh remaja untuk mendukung aktifitas sehari-hari serta dibutuhkan
untuk proses matabolisme tubuh. Ada banyak cara yang bisa anda gunakan untuk menghitung
kebutuhan gizi remaja, antara lain :
Cara pertama : Menggunakan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Indonesia sudah memiliki table AKG yang terdiri atas kecukupan beberapa zat gizi bagi orang
Indonesia mulai umur bayi sampai lansia. Berdasarkan table AKG, remaja memiliki kebutuhan
energy sebesar :
Salah satu cara untuk menghitung kecukupan energy remaja ialah dengan menggunakan rumus
berikut :
Remaja putri
Remaja putra
KEBUTUHAN PROTEIN
Protein tidak hanya digunakan untuk proses pertumbuhan pada remaja, akan tetapi juga sebagai
cadangan energy jika asupan energy terbatas atau kurang. Kecukupan protein pada remaja bisa
diketahui dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
Cara pertama : Menggunakan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Umur 10-11 tahun : 50 gr
Umur 13-15 tahun : 60 gr
Kuniasih, dedeh, dkk (2010) Sehat & bugar berkat gizi seimbang. Penerbit
buku gramedia. Jakarta.
Setiawan, dkk dalam Soekirman, dkk (2004). Prosiding Angka Kecukupan Gizi
dan Acuan Label Gizi, Widya Karya Nasioanl Pangan dan GiziVIII 2004, Jakarta.
Related Posts
manjilala
- See more at: http://manjilala.info/kebutuhan-gizi-remaja/#sthash.ab1tsAW6.dpuf
Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar tercapai
potensi pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi dan pertumbuhan merupakan hubungan
integral. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya
pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan linear. Pada masa ini pula nutrisi penting untuk
mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti
penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis.
Sebelum masa remaja, kebutuhan nutrisi anak lelaki dan anak perempuan tidak dibedakan, tetapi
pada masa remaja terjadi perubahan biologik dan fisiologik tubuh yang spesifik sesuai gender
(gender specific) sehingga kebutuhan nutrienpun menjadi berlainan. Sebagai contoh, remaja
perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak karena mengalami menstruasi setiap bulan.
Selain perubahan biologik dan fisiologik, remaja juga mengalami perubahan psikologik dan
sosial. Terdapat variasi waktu dan lamanya berlangsung masa transisi dari anak menjadi manusia
dewasa yang dipengaruhi oleh faktor sosio-kultural dan ekonomi. Selain itu, remaja bukanlah
kelompok yang homogen walaupun berada dalam lingkungan sosio-kultural yang sama dengan
variasi lebar dalam hal perkembangan, maturitas dan gaya hidup. Penelitian Blum (1991) pada
remaja 15-18 tahun, didapatkan bahwa remaja lelaki lebih percaya diri, merasa lebih bahagia dan
sehat serta lebih tidak rentan dibandingkan remaja perempuan yang cenderung merasa kurang
puas akan keadaan tubuhnya, kepribadian serta kesehatannya.
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi
zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek maupun gizi lebih
sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku
makan salah.
Kebutuhan nutrisi
Tingginya kebutuhan energi dan nutrien pada remaja dikarenakan perubahan dan pertambahan
berbagai dimensi tubuh (berat badan, tinggi badan), massa tubuh serta komposisi tubuh sebagai
berikut:
Tinggi badan
Berat badan
Sekitar 25 50% final berat badan ideal dewasa dicapai pada masa remaja.
Waktu pencapaian dan jumlah penambahan berat badan sangat dipengaruhi yasupan
makanan / energi dan energy expenditure.
Komposisi tubuh
Pada masa pra-pubertas proporsi jaringan lemak dan otot maupun massa ytubuh tanpa
lemak (lean body mass) pada anak lelaki dan perempuan sama.
Anak lelaki yang sedang tumbuh pesat, penambahan jaringan otot lebih ybanyak daripada
jaringan lemak secara proporsional, demikian pula massa tubuh tanpa lemak dibanding
anak perempuan.
Jumlah jaringan lemak tubuh pada orang dewasa normal adalah 23% pada yperempuan
dan 15% pada lelaki.
Sekitar 45% tambahan massa tulang terjadi pada masa remaja dan pada yakhir dekade kedua kehidupan 90% massa tulang tercapai.
Terjadi kegagalan penambahan massa tulang pada perempuan dengan ypubertas terlambat
sehingga kepadatan tulang lebih rendah pada masa dewasa. Nutrisi merupakan salah satu
faktor lingkungan yang turut menentukan awitan pubertas.
Pemantauan pertumbuhan selama pubertas dapat menggunakan indeks TB/U, BB/TB dan
IMT/U (indeks massa tubuh menurut umur). Rumus IMT = BB/TB.
Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:
1. Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
kognitif serta maturasi seksual.
2. Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.
3. Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,
osteoporosis dan kanker.
4. Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.
Pada remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik pesat serta perkembangan dan maturasi
seksual, pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hal yang mutlak dan hakiki. Defisiensi energi
dan nutrien yang terjadi pada masa ini dapat berdampak negatif yang dapat melanjut sampai
dewasa. Kebutuhan nutrisi remaja dibahas berikut ini:
Energi
Kebutuhan energi remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme basal dan peningkatan
kebutuhan untuk menunjang percepatan tumbuh-kembang masa remaja. Metabolisme basal
(MB) sangat berhubungan erat dengan jumlah massa tubuh tanpa lemak (lean body mass)
sehingga MB pada lelaki lebih tinggi daripada perempuan yang komposisi tubuhnya
mengandung lemak lebih banyak. Karena usia saat terjadinya percepatan tumbuh sangat
bervariasi, maka perhitungan kebutuhan energi berdasarkan tinggi badan (TB) akan lebih sesuai.
Percepatan tumbuh pada remaja sangat rentan terhadap kekurangan energi dan nutrien sehingga
kekurangan energi dan nutrien kronik pada masa ini dapat berakibat terjadinya keterlambatan
pubertas dan atau hambatan pertumbuhan.
Protein
Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk rumatan masa tubuh tanpa
lemak dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan massa tubuh tanpa lemak selama
percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak percepatan tinggi terjadi
(perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun) dan kekurangan asupan protein secara konsisten
pada masa ini dapat berakibat pertumbuhan linear berkurang, keterlambatan maturasi seksual
serta berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan, selain juga sebagai sumber serat
makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari energi total serta tidak lebih dari
10-25% berasal dari karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau fruktosa.
Di Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft drinks) memasok lebih dari 12% kalori
yang berasal dari karbohidrat dan konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada dua dekade terakhir
ini. Penelitian Josep di Jakarta (2010) pada remaja siswa SMP didapatkan bahwa siswa yang
mengonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per minggu berisiko untuk terjadi gizi lebih.
Lemak
Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal. Pedoman makanan di berbagai negara termasuk Indonesia (gizi
seimbang), menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan tidak lebih
dari 10% berasal dari lemak jenuh.
Sumber utama lemak dan lemak jenuh adalah susu, daging (berlemak), keju, mentega / margarin,
dan makanan seperti cake, donat, kue sejenis dan es krim, dan lain-lain.
Mineral
Kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan yang tertinggi dalam kurun
waktu kehidupan karena remaja mengalami pertumbuhan skeletal yang dramatis. Sekitar 45%
dari puncak pembentukan massa tulang berlangsung pada masa remaja, sehingga kecukupan
asupan kalsium menjadi sangat penting untuk kepadatan masa tulang serta mencegah risiko
fraktur dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun, remaja telah mencapai hampir 90% dari masa
tulang dewasa, sehingga masa remaja merupakan peluang (window of opportunity) untuk
perkembangan optimal tulang dan kesehatan masa depan.
Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan untuk kelompok remaja adalah 1.300 mg per
hari. Susu merupakan sumber kalsium terbaik, disusul keju, es krim, yogurt. Kini banyak
makanan dan minuman yang difortifikasi dengan kalsium yang setara dengan kandungan
kalsium pada susu (300mg per saji). Terdapat pula kalsium dalam bentuk sediaan farmasi (dalam
bentuk karbonat, sitrat, laktat atau fosfat) dengan absorpsi sekitar 25-35%. Preparat kalsium akan
diabsorpsi lebih efisien bila dikonsumsi bersama makanan dengan dosis tidak lebih dari 500 mg.
Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium, kebutuhan zat besi pada remaja baik perempuan maupun
lelaki meningkat sejalan dengan cepatnya pertumbuhan dan bertambahnya massa otot dan
volume darah. Pada remaja perempuan kebutuhan lebih banyak dengan adanya menstruasi.
Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12 mg/hari dan perempuan 15 mg/hari. Besi dalam bentuk
heme yang
terdapat pada sumber hewani lebih mudah diserap dibanding besi non-heme yang terdapat pada
biji-bijian atau sayuran.
Seng (Zn).Seng berperan sebagai metalo-enzyme pada proses metabolisme serta penting pada
pembentukan protein dan ekspresi gen. Konsumsi seng yang adekuat penting untuk proses
percepatan tumbuh dan maturasi seksual. Seperti halnya dengan kekurangan energi dan protein,
kekurangan seng dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan dan kematangan seksual.
Daging merah, kerang dan biji-bijian utuh merupakan sumber seng yang baik.
Vitamin
Vitamin A. Selain penting untuk fungsi penglihatan, vitamin A juga diperlukan untuk
pertumbuhan, reproduksi dan fungsi imunologik. Kekurangan vitamin A awal ditandai dengan
adanya buta senja. Sumber vitamin A utama : serealia siap saji, susu, wortel, margarin dan keju.
Sumber - karoten sebagai pro-vitamin A yang sering dikonsumsi remaja berupa wortel, tomat,
bayam dan sayuran hijau lain, ubi jalar merah dan susu.
Vitamin E. Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang penting pada remaja karena pesatnya
pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin E merupakan
tantangan karena makanan sumber vitamin E umumnya mengandung lemak tinggi.
Vitamin C . Keterlibatannya dalam pembentukan kolagen dan jaringan ikat menyebabkan
vitamin ini menjadi penting pada masa percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Status
vitamin C pada remaja perokok lebih rendah walaupun telah mengonsumsinya dalam jumlah
cukup dikarenakan stres oksidatif sehingga mereka memerlukan tambahan vitamin C hingga 35
mg per hari.
Folat. Folat berperan pada sintesis DNA, RNA dan protein sehingga kebutuhan folat meningkat
pada masa remaja. Kekurangan folat menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan
kecukupan folat pada masa sebelum dan selama kehamilan dapat mengurangi kejadian spina
bifida pada bayi.
Lain-lain
Serat (fiber). Serat makanan penting untuk menjaga fungsi normal usus dan mungkin berperan
dalam pencegahan penyakit kronik seperti kanker, penyakit jantung koroner dan diabetes
mellitus tipe-2. Asupan serat yang cukup juga diduga dapat menurunkan kadar kolesterol darah,
menjaga kadar gula darah dan mengurangi risiko terjadinya obesitas. Kebutuhan serat per hari
dapat dihitung dengan rumus : ( umur + 5 ) gram dengan batas atas sebesar ( umur + 10 ) gram.
Masalah nutrisi pada remaja
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi
zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek maupun gizi lebih
sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku
makan salah dan gaya hidup.
Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kebanyakan remaja
kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya antara lain folat, vitamin A dan E, Fe, Zn,
Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata pada perempuan dibanding lelaki, tetapi sebaliknya
tentang asupan makanan yang berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol, garam dan gula)
terjadi lebih banyak pada lelaki daripada perempuan.
Isu masalah nutrisi pada remaja
Anemia merupakan masalah nutrisi utama pada remaja dan umumnya pola makan salah
sebagai penyebabnya di samping infeksi dan menstruasi. Prevalensi anemia pada remaja
cukup tinggi. Sukarjo dkk di Jawa Timur (2001) mendapatkan prevalensi sebesar 25.8%
pada remaja perempuan dan 12.1% pada remaja lelaki usia 12-15 tahun, sedangkan
laporan Sunarno dan Untoro (2002) pada SKRT 1995 menunjukkan angka 45.8% dan
57.1% masing-masing pada anak sekolah lelaki dan perempuan usia 10-14 tahun.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan defisiensi besi dengan gangguan
proses kognitif yang membaik setelah mendapat suplementasi zat besi.
2. Gizi kurang dan perawakan pendek
Perawakan pendek pada remaja seringkali ditemukan pada populasi dengan kejadian
malnutrisi tinggi, prevalensi berkisar antara 27 - 65% pada 11 studi oleh ICRW
(International Centre for Research on Women). Gizi kurang kronik yang mengakibatkan
perawakan pendek merupakan penyebab terjadinya hambatan pertumbuhan dan maturasi,
memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya kapasitas kerja.
3. Obesitas
Obesitas pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin lama obesitas
berlangsung makin besar korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas. Obesitas sentral
(rasio lingkar pinggang dengan panggul) terbukti berkorelasi terbalik dengan profil lipid
padal penelitian longitudinal Bogalusa. Obesitas juga menimbulkan masalah besar
kesehatan dan sosial, dan pengobatan tidak saja memerlukan biaya tinggi tetapi seringkali
juga tidak efektif. Karenanya pencegahan obesitas menjadi sangat penting dan remaja
merupakan target utama.
4. Perilaku dan pola makan remaja.
Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko terjadinya masalah
nutrisi. Bila tidak ada masalah ekonomi ataupun keterbatasan pangan, maka faktor psikososial merupakan penentu dalam memilih makanan. Gambaran khas pada remaja yaitu :
pencarian identitas, upaya untuk ketidaktergantungan dan diterima lingkungannya,
kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman
sekelompok (peer group) serta kurang peduli akan masalah kesehatan, akan mendorong
remaja kepada pola makan yang tidak menentu tersebut. Kebiasaan makan yang sering
terlihat pada remaja antara lain ngemil (biasanya makanan padat kalori), melewatkan
waktu makan terutama sarapan pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast foods,
jarang mengonsumsi sayur dan buah ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet
yang salah pada remaja perempuan. Hal tersebut dapt mengakibatkan asupan makanan
tidak sesuai kebutuhan dan gizi seimbang dengan akibatnya terjadi gizi kurang atau
malahan sebaliknya asupan makanan berlebihan menjadi obesitas. Remaja perempuan
cenderung pada asupan makanan yang kurang, terlebih bila terjadi kehamilan.
Di negara berkembang, sering terjadi gangguan perilaku makan seperti anoreksia nervosa
dan bulimia terutama pada perempuan yang berkorelasi dengan body image yang negatif.
Karenanya penting membangun body image dan self esteem yang positif pada remaja
dalam upaya promosi kesehatan dan gizi serta pencegahan obesitas.
Ringkasan
Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar tercapai
potensi pertumbuhan secara maksimal. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat
berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan linear.
Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait
nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan
osteoporosis.
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi
zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek maupun gizi lebih
sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku
makan salah dan gaya hidup.
Daftar Bacaan
1. Stang J, Story M (eds) Guidelines for Adolescent Nutrition Service (2005) diunduh dari
http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.htm
2. Blum RW. Global trends in adolescent health. J Amer Med Assoc 1991;265:2711-9
3. Haider R. Adolescent Nutrition: A review of the Situation in Selected South-East Asian
Countries. WHO 2006.
4. Story M, Stang J. Nutrition needs of adolescents. In: Stang J, Story M (eds) Guidelines
for Adolescent Nutrition Service (2005) diunduh dari
http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.htm
5. Rome ES, Vazquez IM, Blazar NE. Adolescence: healthy and disordered eating. Dalam:
Walker WA, Watkins JB, Duggan C, penyunting. Nutrition in pediatrics: basic science
and applications. Edisi ke-3. London: Decker, 2003. h. 861-77
6. Kennedy E, Goldberg J. What are American children eating? Implication for public
policy. Nutr Rev 1995;53(5):111-26
7. Harrington S. The Role of Sugar-Sweetened Beverage Consumption in Adolescent
Obesity: A Review of the Literature. The Journal of School Nursing 2008;24(1):3-12
8. Josep R. Hubungan antara indeks massa tubuh dengan perilaku konsumsi minuman manis
pada siswa SMP : Sebuah survei di salah satu SMP swasta di Jakarta. Tugas penelitian di
Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Dept I.Kesehatan Anak, FKUI (2010)
9. Soekarjo DD, de Pee S, Bloem MW, et al. Socio-economic status and puberty are the
main factors detemining anaemia in adolescent girls and boys in East-Java, Indonesia.
Eur J Clin Nutr. 2001;55(11):932-9
10. Sunarno RW, Untoro R. Paper dipresentasikan di WHO Regional Meeting on Adolescent
Nutrition ln Chandigarh, India, 16-17 September 2002.
11. Nelson M. Anaemia in adolescent girls: effects on cognitive function and activity. Proc
Nutr Soc 1996;55:359-67
12. Kurz KM, Johnson-Welch C. The nutrition and lives of adolescents in developing
countries: Findings from the nutrition of adolescent girls research program. ICRW , 1994.
Dikutip dari Delisle H. Should adolescents be specifically targeted for nutrition in
developing countries? To addresswhich problem and how? Diunduh dari
http://www.idpas.org/pdf/1803ShouldAdolescentBeTargeted.pdf
13. Freedman DS, Dietz WH, Srinivasan SR, Berenson GS. The Relation of Overweight to
Cardiovascular Risk Factors Among Children and Adolescents: The Bogalusa Heart
Study Pediatrics 1999;103(6):1175-82
14. Delisle H. Should adolescents be specifically targeted for nutrition in developing
countries? To addresswhich problem and how? Diunduh dari
http://www.idpas.org/pdf/1803ShouldAdolescentBeTargeted.pdf
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan
manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan.
Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status
kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau
kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih
maupun gizi kurang.
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara
antropometri. Kekurangan kadar hemoglobin atau anemi ditentukan dengan
pemeriksaan darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang
paling mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai
indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja.
Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan
masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan
BBLR, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah menunjukkan
kelompok remaja mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain
Anemi dan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemi berkisar
antara 40%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar antara 30%.
Banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. Dengan mengetahui faktor-faktor
penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut membantu upaya
penanggulangannya dan lebih terpengaruh dan terfokus.
B.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
Bagaimana cara mengatasi supaya masalah gizi pada remaja tidak terjadi ?
2.
3.
4.
Mendeskripsikan tentang cara mengatasi supaya masalah gizi pada remaja tidak
terjadi.
Bagi Penulis
Bagi Remaja
Membantu remaja untuk mengetahui betapa pentingnya pemenuhan gizi dalam
kehidupannya sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja daripada
dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi
3.
Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai
terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah
merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh,
berfungsi sebagai pembawa oksigen. Remaja perempuan membutuhkan lebih
banyak zat besi daripada laki-laki. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak
tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi.
Seperti pada daging, hati, ikan, ayam, selain itu bahan maknan yang tinggi vitamin
C membantu penyerapan zat besi.
B.
Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak energi dan zat gizi dibanding anak
balita. Diperlukan tambahan energi, protein, kalsium, fluor, zat besi, sebab
pertumbuhan sedang pesat dan aktivitas kian bertambah. Untuk memenuhi
kebutuhan energi dan zat gizi, anak seusia ini membutuhkan 5 kali waktu makan,
yaitu makan pagi (sarapan), makan siang, makan malam, dan 2 kali makan
selingan. Perlu ditekankan pentingnya sarapan supaya dapat berpikir dengan baik
dan menghindari hipoglikemi. Bila jajan harus diperhatikan kebersihan makanan
supaya tidak tertular penyakit tifoid, disentri, dan lain-lain. Anak remaja putri sudah
mulai haid, sehingga diperlukan tambahan zat besi.
C. Pola Makan dan Kebutuhan Energi pada Masa Remaja
1)
2)
3)
makan.
4) Masa remaja merupakan masa adoloseence growth spurt ( butuh zat gizi yang
relative tinggi ).
1)
Putra
Usia 16 tahun memerlukan energi 3.470 kkal
Usia 16-19 tahun menurun menjadi 2.900 kkal
2)
Putri
Usia 12 tahun memerlukan energy 2.550 kkal
Usia 18 tahun menurun menjadi 2.200 kkal
3)
1.
2.
3.
Anak-anak remaja tidak dapat terlepas dari makanan jajanan di sekolah. hal ini
merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas di sekolah
yang tinggi. Biasanya para remaja sekolah ini menyukai makanan yang tinggi kalori
yang bersumber dari lemak dan gula. padahal makanan tradisional sebetulnya kaya
akan serat dan kalorinya tidak terlalu tinggi.
4.
5.
6.
7.
9.
Energi
Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk proses
metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat
dilihat dari berat badan seseorang. Pada remaja perempuan 10-12 tahun
kebutuham energinya 50-60 kal/kg BB/ hari dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal/
kg BB/ hari.
Protein
Lemak
Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya. Kelebihan
lemak akan disimpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang sewaktu- waktu
diperlukan. Departemen Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak
melebihi 25 % dari total energi per hari, atau paling banyak 3 sendok makan
minyak goreng untuk memasak makanan sehari. Asupan lemak yang terlalu rendah
juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemak
menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat mengakibatkan asupan Fe
dan Zn juga rendah.
Fe / Zat Besi
Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan
kekurangan darah yang dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Makanan sumber
zat besi adalah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Fe
lebih baik dikonsumsi bersama dengan vitamin C, karena akan lebih mudah
terabsorsi.
Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan
tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh
pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih
dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti,
makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk
mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi
lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa dewasa
sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti
sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskan dia mendapatkan kebutuhan zat gizi
yang lebih dari biasanya.
1.
2.
3.
4.
6.
7.
Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI
sesudahnya.
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena mempunyai kelebihan yang
meliputi 3 aspek baik aspek gizi, aspek kekebalan dan kejiwaan.
8.
9.
Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus layak dikonsumsi
sehingga aman untuk kesehatan. Makanan yang aman yaitu bebas dari kuman dan
bahan kimia dan halal.
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.
1.
2.
Kekurangan kalsium
Survei menemukan sekitar 25 persen remaja memiliki asupan kalsium lebih
rendah dari yang direkomendasikan sehingga berdampak terhadap kesehatan
tulangnya di masa depan, salah satunya adalah osteoporosis yang membuat tulang
rapuh dan mudah patah.
Tulang akan terus tumbuh dan diperkuat sampai usia 30 tahun dan masa remaja
adalah waktu yang sangat penting untuk perkembangan ini. Nutrisi yang diperlukan
seperti vitamin D, kalsium dan fosfor.
Sumber kaya kalsium yang sebaiknya dikonsumsi adalah susu dan produk susu,
misalnya segelas susu, 150 gram yogurt dan sepotong keju ukuran kecil. Jika tidak
bisa mengonsumsi produk susu, maka konsumsilah susu kedelai yang sudah
difortifikasi, atau jika takut dengan kandungan lemak pilihlah susu yang rendah
lemak (low fat).
3.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Gizi Remaja
ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai tugas Mata Kuliah Ilmu Gizi.
Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku yang ada
kaitannya dengan makalah yang kami buat. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya tidak lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu kami
tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua kami, dosen
pembimbing kami, dan teman-teman kami yang telah membantu hingga selesainya
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
untuk para pembaca.
Semarang, 4 Oktober 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa/usia
antara anak-anak dan dewasa. Remaja adalah kelompok orang yang berusia 10-19
tahun.
Masa remaja merupakan p eriode dari pertumbuhan dan proses kematangan
manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan.
Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status
kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau
kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih
maupun gizi kurang.
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun
secara antropometri. Kekurangan kadar hemoglobin atau anemi ditentukan dengan
pemeriksaan darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang
paling mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai
indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja.
Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan
masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan
BBLR, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah menunjukkan
kelompok remaja mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain
Anemi dan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemi berkisar
antara 40%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar antara 30%.
Banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. Dengan mengetahui faktor-faktor
I.2
Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa/usia
antara y anak-anak dan dewasa. Remaja adalah kelompok orang yang berusia 1019 tahun. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan
di pengaruhi status kesehatan dan gizi remaja tersebut. Salah satu area penting
dalam kesehatan remaja adalah kesehatan reproduksi remaja. Kesehatan reproduksi
remaja (adolescent reproductive health) adalah upaya kesehatan reproduksi yang
dibutuhkan oleh remaja. Salah satu unsur yang berperan dalam mewujudkan
kesehatan reproduksi remaja adalah status gizi. Asupan zat-zat gizi seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan
atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi baik itu berupa masalah gizi lebih
maupun gizi kurang.
B. Karakteristik Perilaku Makan Remaja
Berikut ini karakteristik perilaku makan yang dimiliki remaja
Gadis remaja sering terjebak dengan pola makan tak sehat, menginginkan
penurunan berat badan secara drastic, bahkan sampai gangguan pola makan. Hal
ini dikarenakan remaja memiliki body image (citra diri) yang mengacu pada idola
mereka yang biasanya adalah para artis, pragawati, selebriti yang cenderung
memiliki tubuh kurus, tinggi dan semampai
Kebiasaan ngemil yang rendah gizi (kurang kalori, protein, vitamin dan mineral)
seperti makanan ringan, kerupuk, dan chips
Kebiasaan makan makanan siap saji (fast food) yang komposisi gizinya tidak
seimbang yaitu terlalu tinggi kandungan energinya, seperti pasta, fried chiken, dan
biasaya juga disertai mengkonsumsi minuman bersoda yang berlebihan.
Remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi di banding usia lainnya
Penentuan kebutuhan gizi remaja secara umum didasarkan pada angka kecukupan
gizi yang dianjurkan diindonesia. Yaitu sebagai berikut :
Energy
Protein
Lemak
Vitamin
Mineral :
- kalsium
Besi (Fe)
Seng (Zn)
KEBUTUHAN ENERGI
Energi sangat dibutuhkan oleh remaja untuk mendukung aktifitas sehari-hari
serta dibutuhkan untuk proses matabolisme tubuh.
Cara pertama : Menggunakan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Indonesia sudah memiliki table AKG yang terdiri atas kecukupan beberapa zat
gizi bagi orang Indonesia mulai umur bayi sampai lansia.
Berdasarkan table AKG, remaja memiliki kebutuhan energy sebesar :
Umur 10-12 tahun : 2050 kkal
Umur 13-15 tahun : 2400 kkal
Umur 16-18 tahun : 2600 kkal
Cara kedua : Menggunakan rumus berdasarkan berat badan
Salah satu cara untuk menghitung kecukupan energy remaja ialah dengan
menggunakan rumus berikut :
Remaja putri
Umur 10-12 tahun : 50-60 kkal/kg berat badan/hari
Umur 13-18 tahun : 40-50 kkal/kg berat badan/hari
Remaja putra
Umur 10-12 tahun : 55-60 kkal/kg berat badan/hari
Umur 13-18 tahun : 45-55 kkal/kg berat badan/hari
KEBUTUHAN PROTEIN
Protein tidak hanya digunakan untuk proses pertumbuhan pada remaja, akan
tetapi juga sebagai cadangan energy jika asupan energy terbatas atau kurang.
Kecukupan protein pada remaja bisa diketahui dengan dua cara yaitu sebagai
berikut :
Cara pertama : Menggunakan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Umur 10-11 tahun : 50 gr
Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja daripada
dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi
kebutuhannya sehingga menjadi gemuk. Aktif berolah raga dan melakukan
pengaturan makan adalah cara untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat
sangat sesuai untuk para remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan.
Pada umumnya makanan yang serat tinggi mengandung sedikit energi, dengan
demikian dapat membantu menurunkan berat badan, disamping itu serat dapat
menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat menghindari ngemil makanan/kue-kue.
Kurang Energi Kronis
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa
akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena
makan terlalu sedikit. Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara
drastis erat hubungannya dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti
ibunya atau dipandang lawan jenis kurang seksi.
Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai
terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah
merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh,
berfungsi sebagai pembawa oksigen.
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki. Agar zat
besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan
makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, ayam, selain itu
bahan maknan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat besi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan manfaat dan tujuan yang dibahas dalam beberapa bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi pada remaja sangat
bermanfaat bagi peningkatan otak ( intelegensi ), bagi tumbuh kembangnya dan
juga sangat menunjang dalam aktivitasnya sehari-hari. Karena dengan pemenuhan
kebutuhan gizi pada remaja diharapkan nantinya kebutuhan dan kesehatan pada
remaja bisa meningkat.
3.2 Saran
1) Remaja sebaiknya tetap sadar akan kebutuhan gizi walupun mempunyai aktivitas
yang padat.
2) Sadar bahwa kesehatan itu mahal harganya, lebih baik menjegah daripada
mengatasi.
3) Dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada remaja diharapkan semakin banyak
prestasi yang dihasilkan di Negara ini. Karena dengan remaja yang terpenuhi zat
gizinya semakin aktif dan konsentrasi dia dalam belajar dan berkreasi.
Diposkan oleh Roudlotul Badiah di 01.29
NUTRISI UNTUK REMAJA
A.
B.
Pengertian
Beberapa ahli memberikan penjelasan mengenai pengertian nutrisi adalah ikatan
kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya yang berupa energi.
Selain itu energi juga dapat membangun dan memelihara jaringan dalam tubuh
serta mengatur proses kehidupan. Nutrisi digunakan untuk makanan sebagai
pembentuk energi, dimana setiap jaringan dalam tubuh bekerja dengan baik. Nutrisi
juga dapat dikatakan sebagai suatu proses organism yang menggunakan objek
utamanya yaitu makanan yang sering dikonsumsi dalam kondisi yang normal,
dengan menggunakan proses degesti, absorsi serta metabolisme yang pada
nantinya akan membuang beberapa zat yang memang tidak digunakan oleh tubuh.
Fungsi Nutrisi Bagi Tubuh
Berdasarkan pengertian Nutrisi itu sendiri , zat ini memang menjadi asupan utama
bagi tubuh seseorang dalam melakukan berbagai kegiatan sebagai pembentuk
energi penting. Fungsi nutrisi itu sendiri juga beragam seperti sebagai proses
pengambilan zat-zat makanan yang penting, sebagai subtansi organik yang
dibutuhkan organisme untuk bergerak normal. Namun nutrisi sangat berbeda dari
makanan yang kita makan tiap harinya, nutiri adalah apa yang terkandung dalam
makanan tersebut. Nutrisi juga berperan aktif sebagai asupan makanan yang sehat
Jenis-Jenis Nutrisi
Setelah mengetahui pengertian nutrisi, ada beberapa jenis nutrisi yang memang
perlu untuk diserap oleh kita tiap harinya. Seperti karbohidrat, jenis nutrisi ini
adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon,hydrogen serta oksigen. Jenis zat
ini terdapat pada beras, jagung, gandum, umbi-umbian. Ada lemak sebagai jenis
nutrisi yang juga diperlukan oleh tubuh kita, lemak berperan sebagai sumber energi
yang dipadatkan. Ada protein yang merupakan konstituen pentinguntuk semua selsel dalam tubuh. Vitamin juga menjadi sarana nutrisi yang tak kalah penting untuk
mengatur metabolisme dalam tubuh. Meniral serta air juga merupakan jenis nutrisi
yang penting bagi tubuh.
D.
Tinggi badan
Sekitar 15 20% tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja.Percepatan
tumbuh anak lelaki terjadi lebih belakangan serta puncak ypercepatan lebih tinggi
dibanding anak perempuan. Pertumbuhan linear dapat melambat atau terhambat
bila kecukupan makanan / energi sangat kurang atau energy expenditure meningkat
misal pada atlet.
Berat badan
Sekitar 25 50% final berat badan ideal dewasa dicapai pada masa remaja.
Waktu pencapaian dan jumlah penambahan berat badan sangat dipengaruhi
yasupan makanan / energi dan energy expenditure.
Komposisi tubuh
Pada masa pra-pubertas proporsi jaringan lemak dan otot maupun massa ytubuh
tanpa lemak (lean body mass) pada anak lelaki dan perempuan sama.Anak lelaki
yang sedang tumbuh pesat, penambahan jaringan otot lebih ybanyak daripada
jaringan lemak secara proporsional, demikian pula massa tubuh tanpa lemak
dibanding anak perempuan.Jumlah jaringan lemak tubuh pada orang dewasa
normal adalah 23% pada yperempuan dan 15% pada lelaki.Sekitar 45% tambahan
massa tulang terjadi pada masa remaja dan pada yakhir dekade ke-dua kehidupan
90% massa tulang tercapai.Terjadi kegagalan penambahan massa tulang pada
Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:
Defisiensi energi dan nutrien yang terjadi pada masa ini dapat berdampak negatif
yang dapat melanjut sampai dewasa. Kebutuhan nutrisi remaja dibahas berikut ini:
Energi
Kebutuhan energi remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme basal dan
peningkatan kebutuhan untuk menunjang percepatan tumbuh-kembang masa
remaja. Metabolisme basal (MB) sangat berhubungan erat dengan jumlah massa
tubuh tanpa lemak (lean body mass) sehingga MB pada lelaki lebih tinggi daripada
perempuan yang komposisi tubuhnya mengandung lemak lebih banyak. Karena usia
saat terjadinya percepatan tumbuh sangat bervariasi, maka perhitungan kebutuhan
energi berdasarkan tinggi badan (TB) akan lebih sesuai.Percepatan tumbuh pada
remaja sangat rentan terhadap kekurangan energi dan nutrien sehingga kekurangan
energi dan nutrien kronik pada masa ini dapat berakibat terjadinya keterlambatan
pubertas dan atau hambatan pertumbuhan.
Protein
Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk rumatan masa
tubuh tanpa lemak dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan massa
tubuh tanpa lemak selama percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada
saat puncak percepatan tinggi terjadi (perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun)
dan kekurangan asupan protein secara konsisten pada masa ini dapat berakibat
pertumbuhan linear berkurang, keterlambatan maturasi seksual serta berkurangnya
akumulasi massa tubuh tanpa lemak.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan, selain juga sebagai
sumber serat makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari energi
total serta tidak lebih dari 10-25% berasal dari karbohidrat sederhana seperti
sukrosa atau fruktosa.
Di Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft drinks) memasok lebih dari 12%
kalori yang berasal dari karbohidrat dan konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada
dua dekade terakhir ini. Penelitian Josep di Jakarta (2010) pada remaja siswa SMP
didapatkan bahwa siswa yang mengonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per minggu
berisiko untuk terjadi gizi lebih.
Lemak
Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan
dan perkembangan normal. Pedoman makanan di berbagai negara termasuk
Indonesia (gizi seimbang), menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari
energi total dan tidak lebih dari 10% berasal dari lemak jenuh.Sumber utama lemak
dan lemak jenuh adalah susu, daging (berlemak), keju, mentega / margarin, dan
makanan seperti cake, donat, kue sejenis dan es krim, dan lain-lain.
Mineral
Kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan yang tertinggi
dalam kurun waktu kehidupan karena remaja mengalami pertumbuhan skeletal
yang dramatis. Sekitar 45% dari puncak pembentukan massa tulang berlangsung
pada masa remaja, sehingga kecukupan asupan kalsium menjadi sangat penting
untuk kepadatan masa tulang serta mencegah risiko fraktur dan osteoporosis. Pada
usia 17 tahun, remaja telah mencapai hampir 90% dari masa tulang dewasa,
sehingga masa remaja merupakan peluang (window of opportunity) untuk
perkembangan optimal tulang dan kesehatan masa depan.Angka kecukupan asupan
kalsium yang dianjurkan untuk kelompok remaja adalah 1.300 mg per hari. Susu
merupakan sumber kalsium terbaik, disusul keju, es krim, yogurt. Kini banyak
makanan dan minuman yang difortifikasi dengan kalsium yang setara dengan
kandungan kalsium pada susu (300mg per saji). Terdapat pula kalsium dalam
bentuk sediaan farmasi (dalam bentuk karbonat, sitrat, laktat atau fosfat) dengan
absorpsi sekitar 25-35%. Preparat kalsium akan diabsorpsi lebih efisien bila
dikonsumsi bersama makanan dengan dosis tidak lebih dari 500 mg.
Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium, kebutuhan zat besi pada remaja baik
perempuan maupun lelaki meningkat sejalan dengan cepatnya pertumbuhan dan
bertambahnya massa otot dan volume darah. Pada remaja perempuan kebutuhan
lebih banyak dengan adanya menstruasi. Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12
mg/hari dan perempuan 15 mg/hari. Besi dalam bentuk heme yangterdapat pada
sumber hewani lebih mudah diserap dibanding besi non-heme yang terdapat pada
biji-bijian atau sayuran.
H.
Defisiensi besi,
anemia defisiensi besi dan defisiensi mikronutrien lain.Anemia merupakan masalah
nutrisi utama pada remaja dan umumnya pola makan salah sebagai penyebabnya
di samping infeksi dan menstruasi. Prevalensi anemia pada remaja cukup tinggi.
Sukarjo dkk di Jawa Timur (2001) mendapatkan prevalensi sebesar 25.8% pada
remaja perempuan dan 12.1% pada remaja lelaki usia 12-15 tahun, sedangkan
laporan Sunarno dan Untoro (2002) pada SKRT 1995 menunjukkan angka 45.8% dan
57.1% masing-masing pada anak sekolah lelaki dan perempuan usia 10-14 tahun.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan defisiensi besi dengan
gangguan proses kognitif yang membaik setelah mendapat suplementasi zat besi.
Gizi kurang dan perawakan pendek
Perawakan pendek pada remaja seringkali ditemukan pada populasi dengan
kejadian malnutrisi tinggi, prevalensi berkisar antara 27 - 65% pada 11 studi oleh
ICRW (International Centre for Research on Women). Gizi kurang kronik yang
mengakibatkan perawakan pendek merupakan penyebab terjadinya hambatan
pertumbuhan dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya
kapasitas kerja.
Obesitas
Obesitas pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin lama
obesitas berlangsung makin besar korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas.
Obesitas sentral (rasio lingkar pinggang dengan panggul) terbukti berkorelasi
terbalik dengan profil lipid padal penelitian longitudinal Bogalusa. Obesitas juga
menimbulkan masalah besar kesehatan dan sosial, dan pengobatan tidak saja
memerlukan biaya tinggi tetapi seringkali juga tidak efektif. Karenanya pencegahan
obesitas menjadi sangat penting dan remaja merupakan target utama.
Perilaku dan pola makan remaja.
Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko terjadinya
masalah nutrisi. Bila tidak ada masalah ekonomi ataupun keterbatasan pangan,
maka faktor psiko-sosial merupakan penentu dalam memilih makanan. Gambaran
khas pada remaja yaitu : pencarian identitas, upaya untuk ketidaktergantungan dan
diterima lingkungannya, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah
komersial dan tekanan dari teman sekelompok (peer group) serta kurang peduli
akan masalah kesehatan, akan mendorong remaja kepada pola makan yang tidak
menentu tersebut. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja antara lain
ngemil (biasanya makanan padat kalori), melewatkan waktu makan terutama
sarapan pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast foods, jarang
mengonsumsi sayur dan buah ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet
yang salah pada remaja perempuan. Hal tersebut dapt mengakibatkan asupan
makanan tidak sesuai kebutuhan dan gizi seimbang dengan akibatnya terjadi gizi
kurang atau malahan sebaliknya asupan makanan berlebihan menjadi obesitas.
Remaja perempuan cenderung pada asupan makanan yang kurang, terlebih bila
terjadi kehamilan.Di negara berkembang, sering terjadi gangguan perilaku makan
seperti anoreksia nervosa dan bulimia terutama pada perempuan yang berkorelasi
dengan body image yang negatif. Karenanya penting membangun body image dan
self esteem yang positif pada remaja dalam upaya promosi kesehatan dan gizi serta
pencegahan obesitas.
I.
Kesimpulan
Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi
agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal. Tidak terpenuhinya
kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual
dan hambatan pertumbuhan linear.
Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang
terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,
kanker dan osteoporosis.
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya
anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan
perawakan pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya
yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah dan gaya hidup.
J.
Daftar Pustaka
Stang J, Story M (eds) Guidelines for Adolescent Nutrition Service (2005) diunduh
dari http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.htm
Blum RW. Global trends in adolescent health. J Amer Med Assoc 1991;265:2711-9
Rome ES, Vazquez IM, Blazar NE. Adolescence: healthy and disordered eating.
Dalam: Walker WA, Watkins JB, Duggan C, penyunting. Nutrition in pediatrics: basic
science and applications. Edisi ke-3. London: Decker, 2003. h. 861-77
Kennedy E, Goldberg J. What are American children eating? Implication for public
policy. Nutr Rev 1995;53(5):111-26
Soekarjo DD, de Pee S, Bloem MW, et al. Socio-economic status and puberty are
the main factors detemining anaemia in adolescent girls and boys in East-Java,
Indonesia. Eur J Clin Nutr. 2001;55(11):932-9
Freedman DS, Dietz WH, Srinivasan SR, Berenson GS. The Relation of Overweight
to Cardiovascular Risk Factors Among Children and Adolescents: The Bogalusa Heart
Study Pediatrics 1999;103(6):1175-82