Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

PROFIL UMUM PUSKESMAS SUKAMAJU

1.1 Profil Komunitas Umum

Puskesmas Sukamaju merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang beralamat di

Jalan Pramuka No.19 Sukamaju, Kec Sukamaju, Kab Luwu Utara yang terdiri atas UGD 24 jam,

instalasi rawat inap umum dan bersalin, instalasi rawat jalan (poli umum, poli gigi, KIA,

laboratorium sederhana dan apotek).

Budaya dan kebiasaan masyarakat diwilayah kerja puskesmas Sukamaju tidak jauh

dengan budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya, yakni giat gotong royong

dan perilaku kekeluargaan masih sangat menonjol dalam kehidupan masyarakatnya.

4.2 Data Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Sukamaju adalah lingkup wilayah Kecamatan Sukamaju yang

beribu kota Sukamaju terletak antara 01 53, 19-02 55 36 Lintang selatan dan 119 47 46 -

12037 44 Bujur Timur, yang berbatasan dengan :

a) sebelah Utara : berbatasan dengan kecamatan Rampi

b) sebelah Selatan : berbatasan dengan kecamatan Sukamaju Selatan

c) sebelah Timur : berbatasan dengan kecamatan Bone-Bone

d) sebelah Barat : berbatasan dengan kecamatan Mappedeceng.

Kecamatan Sukamaju diapit oleh sungai Uraso dan Tamboke Kanjiro.

Luas wilayah kecamatan Sukamaju tercatat 208,2 km dan secara administrasi

pemerintahan terbagai menjadi 14 desa.Iklim Luwu Utara termasuk iklim tropis, dengan curah

hujan rata-rata 188,75 mm dan hari hujan rata-rata 11,83 dengan kelembaban rata-rata 82,92%.

1
Dari 14 desa yang terluas adalah Desa Tamboke dengan luas wilayah 63,11 km2,

sedangkan yang terkecil adalah desa Wonosari dengan luas wilayah 0,89 km2.

4.3 Data Demografi


Jumlah penduduk kecamatan Sukamaju tahun 2019 tercatat sebanyak 25.636 jiwa yang

terdiri dari laki-laki 12.873 jiwa perempuan 12.763 jiwa dan tersebar di 14 desa, dengan jumlah

penduduk terbesar yakni 3.558 jiwa mendiami desa Sukamaju, dan jumlah penduduk terkecil

yakni 847 jiwa mendiami desa Sukadamai

Tabel 1. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Desa Tahun 2016 s/d 2019

Jumlah Penduduk Tahun


No. Desa
2015 2016 2017 2019

1 Lampuawa 2.019 2.022 2.275 2.028

2 Minanga Tallu 1.818 1.810 2.190 1.815

3 Tamboke 1.279 1.283 1.624 1.286

4 Kaluku 2.389 2.393 2.816 2.400

5 Salulemo 1.680 1.683 2.058 1.687

6 Saptamarga 1.606 1.611 2.139 1.616

7 Sukamaju 3.520 3.551 4.546 3.558

8 Wonosari 941 946 1.050 950

9 Tulung Sari 1.106 1.110 1.270 1.113

10 Ketulungan 2.994 2.996 3.274 3.003

11 Tulung Indah 1.999 2.003 2.060 2.008

12 Mulyasari 1.495 1.498 1.608 1.503

13 Sukadamai 841 844 872 847

14 Sukaharapan 619 621 808

2
15 Sukamukti 1.135 1.136 1.376

16 Sidoraharjo 1.866 1.870 2.349

17 Tolangi 1.813 1.817 2.207

Jumlah 29.120 29.194 34.522 25.636

Sumber : Kantor camat sukamaju Tahun 2019

Persebaran penduduk pada 14 wilayah desa tidak merata, hal tersebut disebabkan karena

luas wilayah tiap desa tidak sama. Desa Sukadamai yang terkecil luas wilayahnya mempunyai

jumlah penduduk 847 jiwa, sedangkan desa Sukamaju yang terluas wilayahnya mempunyai

jumlah penduduk 3.558 jiwa dari total penduduk kecamatan Sukamaju.

Peningkatan jumlah penduduk kecamatan Sukamaju dari tahun 2016 sampai dengan 2019,

dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2.2 Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sukamaju Tahun 2016 s.d. 2019

[Y VALUE]
[Y VALUE]
[Y VALUE] [Y VALUE]

2015.5 2016 2016.5 2017 2017.5 2018 2018.5 2019 2019.5

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2019 jumlah penduduk mengalami

penurunan hal ini disebabkan karena 3 desa yang ada di wilayah kecamatan sukamaju bergabung

3
ke kecamatan sukamaju selatan,sehingga desa yang ada di kecamatan sukamaju saat ini sebanyak

14 desa, faktor mata pencaharian penduduk yang berbeda-beda, sehingga sebagian penduduk

merantau ke daerah lain, dalam arti bahwa sebagian penduduk tidak menetap atau bertempat

tinggal di wilayah tersebut.

4.4 Keadaan Sosial Ekonomi

4.4.1 Status pekerjaan

Pertumbuhan ekonomi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 tidak terdapat data

yang pasti di BPS kecamatan Sukamaju, tapi menurut perkiraan bahwa, mata pencaharian

penduduk wilayah kecamatan Sukamaju sebagian besar petani diperkirakan berkisar 70,10%,

PNS 8,20 %, ABRI 0,50 % dan Wiraswasta 17,19%, dan lain-lain 4,01%.

70.10%

8.90% 17.19%
0.50% 4.01%

Sumber Data : BPS Kecematan Sukamaju Tahun 2019

4.4.2 Pendidikan

Fasilitas pendidikan di kecamatan Sukamaju pada tahun 2019 adalah 16 unit taman

kanak-kanak, 17 unit sekolah dasar Negeri/ MI/ swasta, 4 Unit sekolah lanjutan tingkat

pertama Negeri/ MTs/ swasta, dan 4 unit sekolah lanjutan tingkat atas dan sederajat.

4
4.5 Keadaan Perilaku Masyarakat

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, berikut ini disajikan beberapa indikator

yang memepengaruhi lingkungan antara lain :

4.5.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

tangga agar tahu, mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan

aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Adapun indikator nasional PHBS ada 10 yaitu :

1) Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan; 2) Memberi ASI eksklusif; 3) Menimbang

balita setiap bulan; 4) menggunakan air bersih; 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun; 6) Menggunakan jamban sehat; 7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu; 8)

makan buah dan sayur setiap hari; 9) melakukan aktifitas fisik setiap hari; dan 10) tidak

merokok dalam rumah.

4.5.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku hygine dan sanitasi melalui

pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan yang terdiri atas 5 pilar, antara lain :

Stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan

makanan yang aman di tingkat rumah tangga, pengelolaan sampah dengan benar dan

pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan benad. Permenkes Nomor 3 Tahun 2014

menyebutkan “Dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah

penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta

meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar, perlu menyelenggarakan sanitasi total

5
berbasis masyarakat; Ditahun 2019 dari 14 desa/kelurahan yang ada di kec.

Sukamaju,semua desa melaksanakan STBM.

4.5.3 Kawasan Tanpa Rokok

Mengubah prilaku kebiasaan merokok di kalangan masyarakat bukanlah hal mudah

termasuk di kecamatan Sukamaju. Namun demikian sudah ada beberapa area di wilayah kec.

Sukamaju yang bekerja sama dengan Puskesmas Sukamaju yang menetapkan wilayahnya

sebagai Kawasan Tanpa Rokok yaitu di desa Tulung indah, wonosari, Sukadamai, Sukamaju,

Mital dan Tulung sari.

4.5.4 Posyandu

Posyandu merupakan wahana kesehatan bersumber daya masyarakat yang

memberikan 5 kegiatan utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Promosi Kesehatan).

Persentase Posyandu menurut strata di kecamatan Sukamaju tahun 2019 dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar 2.3. Persentase Posyandu menurut strata Tahun 2019

11%
11% Mandiri
Madya
Purnama
78%
Pratama

Sumber: Promosi Kesehatan Tahun 2019

4.6 Situasi Derajat Kesehatan

6
Situasi derajat kesehatan menjelaskan masalah kesehatan yang dihadapi. Derajat kesehatan

masyarakat dinilai dengan menggunakan indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas

(kematian), morbiditas (kesakitan) dan status gizi. Pada bab ini kondisi derajat kesehatan

masyarakat di Kec. Sukamaju dinilai melalui Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka

Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka

morbiditas beberapa penyakit balita dan dewasa.

4.6.1 Mortalitas

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain

fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk,

WHO mendefenisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda

kehidupan secara permanen yang biasa terjadi setiap saat setelah kelahiran.

Peristiwa kematian dewasa ini umumnya disebabkan karena penyakit menular,

penyakit degenerative, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko pada kematian. Kejadian

kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya

dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.

Dalam bab ini akan disajikan angka kematian pada Kec. Sukamaju di tahun 2019.

1. Angka Kematian Neonatal (AKN)

Angka kematian neonatal adalah jumlah penduduk yang meninggal satu bulan pertama

setelah kelahiran (0 – 28 hari) yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun

yang sama. Jumlah kematian neonatal di Kec. Sukamaju tahun 2019 sebanyak 2 Kelahiran

yang terjadi di desa Salulemo 1 kasus dan Ketulungan 1 kasus.

7
2. Angka Kematian Bayi (AKB)

Secara garis besar dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua macam yaitu endogen

dan eksogen. Kematian endogen biasa juga disebut dengan kematian neonatal merupakan

kematian yang terjadi ada bulan petama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh

faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Kematian eksogen atau kematian post neonatal adalah

kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari pengaruh lingkungan. Kasus kematian bayi

di Kec. Sukamaju tahun 2019 sebanyak (1 Kasus) per 433 Kelahiran hidup.

3. Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat

kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu

penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk

kecelakaan atau kasus insidential) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (41

hari setelah melahirkan). Pada tahun 2019 terdapat 3 kematian ibu di puskesmas sukamaju.

4.6.2 Morbiditas

Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka

prevalensi dari suatu penyakit. Tingkat kesakitan mencerminkan situasi derajat kesehatan

masyarakat yang ada di dalamnya. Pada bab ini disajikan gambaran morbiditas penyakit-

penyakit menular dan tidak menular yang dapat menjelaskan keadaan derajat kesehatan

masyarakat di Kecamatan Sukamaju sepanjang tahun 2021.

8
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukam untuk mengetahui gambaran deskriptif kejadian Diabetes

Melitus di Puskesmas Sukamaju. Penelitian ini ditinjau dari jumlah pasien rawat inap dan rawat

jalan serta total pasien Diabetes Melitus yang menggunakan BPJS dan Umum. Data yang

dikumpulkan adalah data sekunder berdasarkan data rekam medis puskesmas yang dilakukan

dengan teknik total sampling.

Gambaran kejadian Diabetes Melitus di Puskesmas Sukamaju

Berikut merupakan hasil penelitian mini project yang berjudul prevalensi kejadian

diabetes melitus di Puskesmas Sukamaju. Sampel merupakan pasien diabtes melitus rawat inap

dan rawat jalan di puskesmas.

Tabel 5.1 jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap

Nama Penyakit Bulan Rawat Jalan Rawat Inap

Juni 2021 54 Pasien 4 Pasien

Juli 2021 68 Pasien 1 Pasien


Diabetes Agustus 2021 56 Pasien 0 Pasien
Melitus TOTAL 178 Pasien 5 Pasien

9
Dari gambaran diatas, didapatkan jumlah penderita diabetes melitus pada bulan Juni-

Agustus sebanyak 183 pasien.

Dari gambaran diatas, dapat dilihat jumlah penderita diabetes melitus yang dirawat jalan

sebanyak 97.2% dan rawat inap sebanyak 7.8%. Setelah dilakukan anamnesis dan pengumpulan

data pasien dari rekam medis yang didiagnosis diabetes melitus di Poliklinik Umum Puskesmas

Sukamaju, pasien lebih mengerti mengenai penyakit yang mereka derita terutama faktor-faktor

apa sajakah yang berkontribusi terhadap penyakit. Salah satunya ada faktor yang tidak dapat

dimodifikasi seperti usia dan genetik. Hal ini dilihat bahwa pasien yang berobat rata-rata berusia

di atas 50 tahun. Selain itu faktor genetik dalam hal ini faktor keturunan turut berperan atas

kejadian diabetes melitus.

Umur merupakan salah satu risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring

dengan meningkatnya usia. Usia >45 tahun harus dilakukan skrinning DM dan merupakan factor

yang tidak dapat dimodifikasi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa mereka

dengan usia >45 tahun adalah kelompok usia yang berisiko menderita DM. Lebih lanjut

dikatakan bahwa DM merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh

(degenerative) terutama gangguan organ pancreas dalam menghasilkan hormone insulin,

sehingga DM akan meningkat kasusnya sejalan dengan pertambahan usia.

Tingginya prevalensi DM, yang sebagian besar adalah tergolong dalam DM tipe-2

disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan terhadap

lingkungan. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan faktor risiko DM tipe-2

adalah perubahan gaya hidup seseorang, diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak

seimbang akan menyebabkan obesitas. Selain pola makan yang tidak seimbang, aktifitas fisik

juga merupakan faktor risiko dalam memicu terjadinya DM. Latihan fisik yang teratur dapat

10
meningkatkan mutu pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek metabolik, termasuk

meningkatkan kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa.

11
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, tetapi
dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat. Penekanan kasus Diabetes Melitus pada
masyarakat dengan melakukan gaya hidup yang sehat guna menormalkan kadar glukosa
darah sehingga terhindar dari penyakit DM. Pada data pasien agar dapat dicantumkan TB
(m2 ) dan BB (kg) pasien untuk bisa diketahui jika adanya faktor resiko obesitas pada pasien
diabetes khususnya DM tipe-2

B. Saran

1. Petugas kesehatan puskesmas sukamaju diharapkan melakukan skrining diabetes mellitus

dan melakukan penyuluhan terhadap masyarakat.

2. Melakukan penyuluhan kesehatan terhadap ibu hamil dan mendeteksi dini diabetes mellitus

dilakukan disetiap posyandu.

3. Media penyuluhan dapat dilakukan menggunakan media seperti leaflet, poster dan booklet.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015.

http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf

2. Tata VD. Age-related impairment of pancreatic beta-cell function: pathophysiological and

cellular mechanisms. Frontiers in Endocrinology. 2014 sep.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4153315

3. ADA. 2016. Standard of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care, vol 39.

http://care.diabetesjournals.org/content/suppl/2015/12/21/39.Supplement_1.DC2/2016-

Standards-of-Care.pdf .

4. WHO. 2017. Proposed working definition of an older person in Africa for the MDS Project.

World Health Organization/ . https://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/

5. Diabetes, UK. Diabetes in the UK : Key Statustic on Diabetes. 2010

6. Puskesmas sukamaju .2021-2021.Data UPTD Lokmin Puskesmas sukamaju 2021-2021.

7. Ralph A. DeFronzo. From the Triumvirate to the Ominous Octet: A New Paradigm for the

Treatment of Tipe 2 Diabetes Mellitus. Diabetes. 2009; 58: 773-795

8. DR. dr. Soebagijo Adi Soelistijo, SpPD-KEMD, dkk.2019. Pedoman Pengelolaan dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa. PERKENI. Indonesia.

9. Price SA. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . 2015. Ed 6 Vol.2. EGC.

10. Goyal R, Jialal I . Diabetes mellitus type 2. 2018 Okt; 27

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513253/

13
11. Lin MV, Bishop G, Herrero MB. Diabetic ketoacidosis in type 2 diabetics. J Gen Intern

Med; 2010. 25(4):369–73 .

12. WHO. 2017. microvaskular and microvaskukar complications. World

HealthOrganization.www.who.int/diabetes/action_online/basics/en/index3.html .

13. Stewart S. Complications of diabetes in elderly people. BMJ. 2002;325:916–7.

onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/path.2110/abstract;jsessionid=D17B8DA407157AD61

221ED94697D0A0E.f02t03 .

14. Kim KS, Kim SK, Sung KM, Cho YW, Park SW. Management of type 2 diabetes mellitus

in older adults. Diabetes Metab J. 2012;36:336-344. /

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3486979/

15. Muhammad Mirza,dkk. 2018. Gambaran factor Risiko Diabetes Melitus Tipe-II Pada Pasien

Poliklinik Penyakit Dalam di Rumah Sakit Meraxa Kota Banda Aceh. Jurnal Risetdan

Inovasi Pendidikan. Universitas Abulyatama. Banda Aceh.

16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawata.

Promosi Kesehatan. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Kesehatan. Jakarta Selatan.

14
15

Anda mungkin juga menyukai