Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyrakat


khususnya masyarakat miskin yang menjadi prioritas pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2011-2014. Oleh
karena itu kita harus terus memberikan perhatian terhadap upaya program
yang berpengaruh terhadap peningkatan pencapaian target
pembangunan,khususnya perbaikan gizi masyarakat.

Deklarasi milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara


dan perwakilan dari 189 negara telah menegaskan kepedulian utama
masyarakat dunia untuk bersinergi dalam mencapai Tujuan Pembangunan
Milenium (Millennium Development Goals-MDGs) pada tahun 2015.
Tujuan MDGs menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan
yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah
kesejahteraan masyarakat.

Salah satu agenda pembangunan nasional adalah mewujudkan


kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat, cerdas, produktif dan
mandiri. Upaya pembentukan SDM yang berkualitas ini tidak dapat terlepas
dari upaya pencapaian status kesehatan gizi masyarakat yang baik.

Prevalensi kasus gizi buruk di Puskesmas Mandalawangi berdasarkan


data Bulan Penimbangan Balita dengan pengukuran status gizi BB/U pada
bulan agustus tahun 2016 sebanyak 1,1% (43 GB/4007 D), sedangkan
jumlah kasus gizi kurang berjumlah 318 kasus.
Keadaan kurang gizi berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak
sehingga berpengaruh pada kulaitas sumber daya manusia yang pada
akhirnya menjadi tolak ukur dalam peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) secara nasional.

Permasalah gizi ini berhubungan erat dengan berbagai masalah


yang sangat kompleks, seperti rendahnya daya beli, budaya, dan minimnya
pengetahuan. Secara langsung masalah gizi ini terjadi pada kelompok rawan
yaitu anak balita,ibu hamil, dan usia lanjut. Salah satu penyebab terjadinya
gizi buruk dan gizi kurang adalah perilaku orang tua (Ibu) dalam
memberikan makanan kepada anak-anaknya, sehingga pola makan anak
tidak tepat. Sedangkan gizi lebih selain berhubungan dengan perubahan pola
makan, juga ketidakseimbangan dari kebutuhan gizi yang seharusnya.

Beberapa upaya telah dan akan dilakukan oleh Puskesmas


Mandalawangi melalui program gizi, dan peran serta program
KIA,Survailens,PHN serta keterlibatan lintas sector untuk dapat
mengoptimalkan pelayanan program perbaikan gizi sehingga masyarakat
akan mendapat pelayanan kesehatan yang semakin merata, berkualitas dan
berkeadilan.

Untuk itu maka disusun laporan kegiatan program gizi, ini agar dapat
dijadikan bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan serta
untuk pertimbangan kegiatan yang akan datang.
BAB II
KEADAAN UMUM DAN SARANA PRASARANA KESEHATAN

2.1. Keadaan Geografis

Puskesmas Mandalawangi dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah


No.6 tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kab. Pandeglang dan Peraturan Bupati No : 20
Tahun 2008 Tentang PembentukanUnit Pelaksana Teknis Dinas Pada
Dinas Daerah Kab. Pandeglang.

Sebagai salah satu unit pelayanan publik, Puskesmas


Mandalawangi yang terletak di Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang, jarak dengan ibu kota Pandeglang kurang lebih 17 KM.
Masyarakat di wilayah Puskesmas Mandalawangi dengan rata-rata
kehidupan sosial ekonominya dari pertanian, buruh dan sebagian kecil
pengusaha/pengrajin, dan pegawai negeri/swasta.

Puskesmas Mandalawangi memiliki luas wilayah 5.041 km


dangan dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kabupaten Serang.


2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja UPT. Puskesmas
Cipeucang.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja UPT Puskesmas
Cimanuk dan UPT Puskesmas Kadu Hejo
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kadu
Hejo/Puskesmas Kadu Hejo.
2.2. Kependudukan

Wilayah kerja Puskesmas Mandalawangi terdiri dari 15 Desa, 86


Rukun Warga (RW) dan 296 Rukun Tetangga (RT) . Desa Pari merupakan
desa terkecil dengan luas 220 km, sedangkan Desa Cikumbeuen desa
terbesar dengan luas 620 km.

Tabel. 1.
Luas Wilayah Desa Di Kecamatan Mandalawangi
% Terhadap Luas
No Nama Kelurahan Luas (km )
Kecamatan
1 Cikoneng 3,40 6,90
2 Cikumbueun 6,20 12,30
3 CurugLemo 2,84 5,63
4 Giripawana 3,41 6,76
5 Gunungsari 2,69 5,34
6 KurungKambing 2,90 5,75
7 Mandalasari 2,26 4,48
8 Mandalawangi 4,05 8,03
9 Nembol 2,94 5,83
10 Panjang Jaya 3,07 6,09
11 Pandat 2,37 4,70
12 Pari 2,20 4,36
13 Ramea 5,73 11,37
14 Sinar Jaya 3,51 6,96
15 Sirnagalih 2,76 5,48
Jumlah 50,41 100

Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Mandalawangi di 15


(lima belas) Desa sebanyak 48.312 jiwa, dengan jumlah penduduk
terpadat di Desa Sinar Jaya (tabel 2).

Tabel.2.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja Puskesmas MandalawangiTahun 2016

No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah


1 Cikoneng 1.911 1.909 3.820
2 Cikumbueun 1.763 1.676 3.439
3 Curug Lemo 1.250 1.210 2.460
4 GiriPawana 1.642 1.633 3.275
5 Gunungsari 1.636 1.624 3.262
6 Kurung Kambing 1.110 1.142 2.252
7 Mandalasari 1.095 1.019 2.114
8 Mandalawangi 1.781 1.793 3.574
9 Nembol 1.966 1.931 3.897
10 Panjang Jaya 1.450 1.391 2.341
11 Pandat 1.894 1.782 3.676
12 Pari 1.712 1.645 3.357
13 Ramea 1.822 1.587 3.409
14 Sinar Jaya 2.089 2.054 4.143
15 Sirnagalih 1.338 1.455 2.793
Jumlah 24.461 23.851 48.312
Sumber : Lap Jumlah Penduduk, Kecamatan Mandalawangi

2.3. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana Kesehatan adalah segala sesuatu berupa bentuk fisik


(Fasilitas) yang dapat menunjang ke arah tercapainya suatu program.

Fasilitas pelayanan yang tersedia untuk memberikan pelayanan


kesehatan dasar di Wilayah kerja Kecamatan Mandalawangi antara lain : 1
Puskesmas Induk tanpa rawat inap yang dilengkapi dengan 2 Buah
Perumahan Paramedis, 3 buah Puskesmas pembantu yang masing-masing
berada di desa Sinar Jaya, Nembol, dan Sirnagalih, 9 buah Pusling yang
masing masing berada di Desa Kurung Kambing, Giri Pawana ,
GunungSari, Ramea, Curug Lemo, Pandat, Pari, Panjang Jaya dan
Cikoneng.

Dua Unit sarana Poskesdes yang berada di Desa Mandalasari dan


Desa Cikumbeun, 1 Buah mobil Suzuki Futura, 1 Buah moboil Suzuki
APV, dan 3 Buah sepeda motor. Selain itu telah tersedia pula fasilitas
laboratorium sederhana. Fasilitas sarana medis dan non medis termasuk
gedung farmasi yang relatif cukup memadai.
Tabel.3.
Sarana Kesehatan Kecamatan Mandalawangi
Tahun 2016

No Sarana Jumlah

1 Puskesmas Induk 1

2 Puskesmas Pembantu 3

3 Puskesmas Keliling 9

4 Posyandu 78

5 Poskesdes 2
6 Perumahan Dinas 2
7 Mobil Suzuki Futura 1
8 Mobil Suzuki APV 1
9 Motor 3

Jumlah 100
Sumber : Data TU Puskesmas Mandalawangi tahun 2016

Tenaga kesehatan atau tenaga yang ada di Puskesmas merupakan


salah satu faktor penentu didalam mencapai peningkatan program, karena
puskesmas merupakan ujung tombak dari dinas kesehatan untuk melayani
masyarakat secara optimal sehingga terwujud pelayanan kesehatan dengan
pendekatan secara preventif,promotif, rehabilitatif serta tidak mengabaikan
pelayanan kuratif. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Mandalawangi
dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel.4.
Jumlah Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Mandalawangi
Tahun 2016

NO KATEGORI TENAGA JUMLAH


1 Sarjana Kesehatan Masyarakat (S1) 2

2 Dokter Umum 0
3 Akper 6

4 D III Gizi 1

5 D III Kebidanan 16

6 D IV Kebidanan 8

7 D III Kesehatan lingkungan 1

8 D III Farmasi 1

9 D III Gigi 2

10 SPK 1

11 SMA/Prakarya kesehatan 10/1

12 SLTP 1

Jumlah 50
Sumber : Data TU Puskesmas Mandalawangi, tahun 2016

BAB III
KEGIATAN PROGRAM GIZI

3.1. Kegiatan Yang Dilaksanakan

Kegiatan yang sudah dilaksanakan untuk meningkatkan pencapaian


program perbaikan gizi pada tahun 2016 dengan kerjasama lintas sektor dan
lintas program, diantaranya :

1. Pelayanan gizi di posyandu, berupa pemantauan pertumbuhan


perkembangan bayi balita.
2. Pemberian Vitamin A bayi, balita setiap bulan Februari dan Agustus
3. Pemberian Vitamin A ibu nifas
4. Survailens gizi buruk dan perawatan gizi buruk
5. Konseling gizi dan penyuluhan gizi
6. Ditribusi PMT pemulihan dan PMT posyandu
7. Distribusi Fe untuk ibu hamil
8. Distribusi PMT Bumil KEK
9. Penggerakan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
10. Validasi Gizi Buruk
11. Promosi ASI EKSLUSIF
12. Penjaringan Anak Sekolah
13. Pembentukan Kader Pendamping Keluarga Gizi Buruk
14. Survey Rapid Anemia Remaja Putri
15. Refresing Kader
16. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

3.2. Sumber Dana


Sumber anggaran dana kegiatan program perbaikan gizi masyarakat
antara lain :

JKN

APBD

BOK

BAB IV
HASIL KEGIATAN PROGRAM GIZI

4.1. Kegiatan Yang Dilaksanakan

Pemantauan Pertumbuhan balita biasa dilakukan diposyandu secara tertatur


setiap bulan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan. Selama ini
pemnatuan pertumbuhan balita dengan menggunakan data SKDN, dan bantuan
buku KIA. Data hasil pemantauan pertumbuhan dapat dilihat pada table dibawah
ini :

Tabel. 5. CAKUPAN D/S DAN N/D


PUSKESMAS MANDALAWANGI TAHUN 2016

NO Desa D/S (%) N/D (%)


1 Cikoneng 87,5 53,1
2 Cikumbueun 81,9 48,5
3 Curug Lemo 91,5 38,7
4 GiriPawana 92,6 50,6
5 Gunungsari 78,7 41,5
6 Kurung Kambing 68,2 42,1
7 Mandalasari 94,7 43,5
8 Mandalawangi 87,7 35,5
9 Nembol 83,9 33,6
10 Panjang Jaya 80,1 50,4
11 Pandat 75,7 25,3
12 Pari 82,9 62,7
13 Ramea 89,2 38,6
14 Sinar Jaya 91,1 50,4
15 Sirnagalih 92,8 47,4
Puskesmas 85,4 44,2

Sumber : Laporan SKDN 2016 Puskesmas Mandalawangi

Dari table diatas pencapaian D/S puskesmas yaitu indicator untuk


mengetahui partisipasi masyarakat terhadap kegiatan posyandu mencapai 85,4
%.dari target 80% dan pencapaian N/D yaitu indicator yang digunakan untuk
mengetahui keberhasilan program adalah 44,2 % dari target 80% Pencapaian D/S
sudah mencapai target sedangkan N/D pada tahun 2016 berada dibawah target
dikarenakan berbagai faktor diantaranya :
- Masih belum optimalnya kinerja tenaga medis di posyandu
- Kurangnya daya pikat untuk menarik semua sasaran datang ke posyandu
- Belum terpadu dan kondusifnya dukungan lintas sektor (Desa
&kecamatan).
- Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang makanan bergizi
sehingga harus terus dilakukan penyuluhan dan konseling oleh petugas
kesehatan dan dibantu oleh kader.

Untuk meningkatkan dan mempertahankan partispiasi masyrakat perlu


upaya adanya pendekatan lebih persuatif kepada masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan gizi keluarga dengan melibatkan lintas sector dan lintas sector, serta
meningkatkan penyuluhan kesehatan untuk menumbuhkan rasa memiliki
posyandu adalah milik masyarakat bukan tenaga kesehatan.

4.2. Penilaian Status Gizi


Penilaian Status Gizi Masyarakat dilakukan dua kali dalam setahun yaitu
setiap bulan Februari dan Agustus dengan melakukan Bulan Penimbangan Balita.
Dari data hasil BPB tahun 2016 dapat dilihat dari Tabel dibawah :
Tabel 6.
Data Status Gizi Balita Berdasarkan Hasil BPB
Puskesmas Mandalawangi Tahun 2016
Status Gizi (BB/U)
Bulan Sasaran Ditimbang
Buruk Kurang Baik Lebih
Februari 4671 3991 47 315 3599 30
Agustus 4694 4007 43 318 3611 35
Sumber : Laporan SKDN 2016 Puskesmas Mandalawangi

Dari data diatas menunjukkan bahwa status gizi balita di wilayah kerja
Mandalawangi masih memerlukan penanganan yang intensif, dan kerjasama yang
lebih kondusif baik lintas sector maupun lintas program.
Untuk mendapatkan data gizi buruk yang lebih akurat maka dilakukan
validasi gizi buruk pasca BPB yaitu pada bulan Maret dan bulan September.
Penilaian status gizi pada saat validasi menggunakan indikator BB/TB. Adapun
hasilnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 7.
Hasil Validasi Gizi buruk Pasca Bulan Penimbangan Balita (BPB)

Status Gizi Hasil Validasi / Verifikasi Status Gizi (BB/TB)


No Bulan Kurus Sekali Kurus Normal Gemuk
(BB/U)
1 Maret 43 2 12 29 0
2 September 42 0 9 33 0

4.3. Pemberian Kapsul Vitamin A


Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan
disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari
luar, berfungsi untuk melihat penglihatan, pertumbuhan, dan meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit.
Sumber vitamin A terdapat pada Air Susu Ibu (ASI), dan bahan makanan
sehari-hari. Akibat kekurangan vitamin A bagi balita salah satunya dapat
menyebabkan buta senja ditandai dengan kesulitan melihat dalam cahaya remang
atau senja hari.
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan akibat
kekurangan vitamin A yaitu :
a. Pemberian kapsul vitamin A warna biru untuk bayi (6-11 bulan), diberikan
1 kali setahun, setiap bulan Februari atau Agustus.
b. Pemberian kapsul vitamin A warna merah untuk anak balita diberikan 2
kali setahun, setiap bulan Februari dan Agustus.
c. Pemberian kapsul vitamin A warna merah untuk ibu nifas diberikan 2
kapsul, kapsul pertama diberikan segera setelah lahir dan kapsul kedua
diberikan 24 jam sesudah kapsul pertama.
Hasil dari pemberian kapsul vitamin A dapat dilihat pada table dibawah :

Tabel.8.
Cakupan Vitamin A di Puskesmas Mandalawangi tahun 2016
Sasaran Cakupan Vitamin A
Bulan
6-11 bln 12-59 Bln Bayi ( 6-11 Bln) Balita (12-59 Bln)
Februari 522 3731 517 (99,0%) 3715 (99,6%)
Agustus 496 3767 496 (100%) 3748 (99,5%)
Sumber : Laporan SKDN 2016 Puskesmas Mandalawangi

Dari table diatas dapat dilihat pencapaian kapsul vitamin A pada bayi 6-11
bulan diposyandu pada bulan Februari mencapai 99,0% dari target 85% dan
mengalami kenaikan pada bulan Agustus mencapai 100 %. Sedangkan pada balita
12-59 bulan pada bulan Februari mencapai 99,6% dari target 85% dan 99,5 %
pada bulan Agustus. Pendistribusian vitamin A dilakukan sweeping pasca
posyandu dan pemberian di PAUD/TK.
Sedangkan untuk Cakupan Vitamin A Bufas pada Tahun 2016 mencapai75
% dari target 85 %. Hal ini menunjukan masih ada ibu hamil yang melahirkan
oleh dukun paraji sehingga tidak mendapatkan Vitamin A.

4.4. Ibu Hamil Yang Mendapat 90 Tablet Tambah Darah (TTD)

Anemia gizi yang disebabkan karena kekurangan zat besi merupakan salah
satu masalah gizi utama di Indonesia. Salah satu kelompok masyarakat yang
rawan menderita anemia gizi adalah Wanita Usia Subur (WUS) termasuk ibu
hamil, remaja putrid dan kelompok lainnya. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun
sel otak. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan pendarahan dan
kematian.
Ibu hamil yang mendapat 90 TTD adalah ibu hamil yang telah mendapat
tablet Fe 90 buah (Fe) selama periode kahamilannya. Cakupan pemberian tablet
Fe 1 pada tahun 2016 mencapai 68% dari target 82% dan Fe 3 mencapai 52% dari
target 82%. Pencapaian cakupan Fe1 dan Fe3 masih rendah / dibawah target.
Rendahnya cakupan Fe ini disebabkan stock Fe digudang farmasi Kabupaten
Pandeglang pada tahun 2016 ini memang tidak ada, sedangkan cakupan
puskesmas diperoleh dari pembelian Fe secara mandiri dan dari Bidan Praktek
Swasta.

4.5. ASI Ekslusif

Air Susu Ibu merupakan anugerah yang tak ternilai harganya, hanya seorang
ibu yang dapat memberikan anugerah tersebut kepada bayinya.
Menyusui secara ekslusif merupakan cara yang aman,baik dan selalu
tersedia untuk pemberian makanan bayi dalam 6 (enam) bulan pertama
kehidupannya. Dan penting untuk diteruskan lebih dari 6 (enam) bulan,
sebagaimana WHO dan UNICEF merekomendasikan bahwa menyusui harus
berlanjut bersama makanan pendamping ASI yang benar sampai 2(dua) tahun atau
lebih.
Para pakar dewasa ini menyetujui bahwa ASI dapat memberikan semua
yang dibutuhkan bayi normal untuk 6 (enam) bulan pertama dan tanpa
memerlukan minuman atau makanan lain selama periode ini.
ASI ekslusif adalah pemberian hanya Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi
sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman lain,
kecuali obat, vitamin, dan mineral. Pencapaian ASI ekslusif pada tahun 2016
mencapai 29,4 % dari target 80%. Hal ini menunjukkan pencapaian ASI ekslusif
masih dibawah target. Upaya untuk meningkatkan pemberian ASI yang sudah
dilakukan oleh Puskesmas adalah melatih konselor menyusui untuk petugas gizi
dan dokter, sosialisasi ASI ekslusif tingkat Kecamatan, desa dan Lintas Program.
4.6. MP-ASI

Upaya yang sudah dilakukan untuk meningkatkan asupan bagi balita da ibu
hamil kekurangan gizi tahun 2016 diberikan makanan pendamping ASI bagi BGM
usia 6-24 bulan dari keluarga kekurangan gizi, PMT ibu hamil untuk yang Kurang
Energi Kronis, dan konseling gizi.
Pada tahun 2016 jumlah Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis (KEK)
yang mendapat PMT berjumlah 33 orang.
Sedangkan jumlah balita BGM dengan status gizi buruk (BB/U) yang
mendapat PMT berupa Biskuit MP-ASI berjumlah 41 orang.

4.7. Konseling Gizi

Kegiatan konseling gizi yang dilakukan adalah konsultasi gizi buruk /


kurang, ibu menyusui dan ibu hamil. Konsultasi gizi ini dilakukan di dalam
maupun luar gedung. Kegiatan di luar gedung dilakukan melalui kunjungan
rumah, bekerjasama dengan lintas program : PHN, Survailence, Pemegang
Program TB, Kesling, dan Promkes.

4.8. Refresing Kader

Kegiatan Refresing Kader ini bertujuan untuk menyegarkan kembali


pengetahuan dan keterampilan kader mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan
di posyandu setiap bulannya. Karena keterbatasan dana tahun 2016 ini kegiatan
refresing kader hanya mengikutsertakan 5 desa dengan harapan desa yang belum
mengikuti kegiatan ini bisa diikut sertakan pada tahun depan.
Adapun materi yang diberikan pada acara refresing kader yaitu mengenai :
Posyandu dan tingkat kemandiriannya, Cara menimbang dengan menggunakan
dacin ( teori dan praktek), cara mengisi KMS (teori dan praktek), cara mengukur
LILA (teori dan praktek), Cara mengisi Balok SKDN.
Dengan adanya acara ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja kader di
posyandu yang dapat berdampak pada kemajuan posyandu di wilayahnya masing-
masing.
4.9. Survey Rapid Anemia Remaja Putri

Survey Rapid Anemia Rematri ini dilakukan pada remaja putri usia 13
18 tahun atau siswi SMP/SLTA dengan jumlah 50 orang dari 3 sekolah. Survey ini
dilakukan pada bulan Desember oleh 3 orang petugas kesehatan yaitu Pelaksana
Gizi, Pelaksana Bidan dan Pelaksana Laboratorium. Adapun hasil surveynya
dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini.

Tabel 9.
Hasil Rapid Survey Anemia Pada Remaja Putri
Di Kecamatan Mandalawangi

Hasil Pemeriksaan Hb
N Jumlah Anemia Anemia Anemia
Sekolah Normal
O Murid Ringan Sedang Berat
Hb>12 g/dl 10 -11,9 g/dl 10 11,9 g/dl 10 11,9 g/dl
1 Ponpes Daar El Falah 20 10 10
2 SMKN 8 Pandeglang. 20 11 7 2
3 MA Darul Huda 10 4 5 1
TOTAL 50 25 22 3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 50 orang sampel sebanyak 25


orang (50%) Hbnya normal, 22 orang (44%) termasuk anemia ringan dan 3 orang
lainnya (6%) termasuk anemia sedang.

BAB V

HAMBATAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

5.1. Hambatan
Dari hasil kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2016, ada beberapa
kegiatan yang masih belum mencapai target dan masih terdapatnya kasus gizi
buruk yang hilang timbul. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain :

1. Masih rendahnya partisipasi masyakat dalam kegiatan-kegiatan diposyandu


2. Masih rendahnya perilaku keluarga mandiri sadar gizi
3. Masih rendahnya pemberian ASI Ekslusif
4. Kurangnya pelatihan dan Refreshing kader posyandu
5. Masih belum meratanya informasi kesehatan kepada masyarakat terutama
tentang ASI, tumbuh kembang anak, sanitasi hygiene lingkungan

5.2. Rencana Tindak Lanjut

1. Meningkatkan frekuensi pemberian penyuluhan kesehatan secara merata dan


menyeluruh, melalui majelis talim, sekolah, posyandu, kelas ibu, dan kelas
balita.
2. Membentuk Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) di masyarakat
3. Membuka layanan konslutasi menyusui di Klinik Gizi
4. Melakukan Bintek Posyandu dan Kader pasca posyandu
5. Survailen Gizi Aktif dalam menjaring gizi kurang dan gizi buruk

LAPORAN
PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
DISUSUN OLEH :
PROGRAM GIZI

PUSKESMAS MANDALAWANGI
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANDEGLANG
2016
SURVEY GARAM BERYODIUM

BULAN VITAMIN A
BULAN PENIMBANGAN BALITA

Anda mungkin juga menyukai