Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kesehatan merupakan salah satu bagian dalam indikator pembangunan

suatu bangsa. Derajat kesehatan suatu bangsa tercermin dalam angka harapan

hidup, angka kematian ibu, dan angka kematian bayi. Angka kematian ibu di

Indonesia masih cukup tinggi. Pada tahun 2015, angka kematian ibu di Indonesia

adalah 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup.1 Angka tersebut masih sangat

jauh dibandingkan dengan target MDGs pada tahun 2015, yaitu 102 kematian per

100.000 kelahiran hidup.

Istilah ilmu kesehatan masyarakat tidak lepas dari kata sehat. Menurut

World Health Organization (WHO), sehat adalah keadaan fisik, mental, dan sosial

yang terbebas dari segala penyakit serta kelainannya.2 Undang-Undang Kesehatan

No. 36 Tahun 2009 lebih menjabarkan lagi definisi sehat, dengan menambahkan

sehat secara spiritual dan mampu produktif secara sosial dan ekonomi.3 Hal ini

yang menjadi landasan dari pedoman ilmu kesehatan masyarakat.

Menurut WHO, ilmu kesehatan masyarakat adalah semua upaya yang

berfokus pada pencegahan terjadinya penyakit, meningkatkan kesehatan,

memperpanjang masa hidup dan mempromosikan kesehatan yang dilaksanakan

oleh pemerintah maupun pihak swasta dengan pendekatan secara holistik.4

Sedangkan Winslow mendefinisikan ilmu kesehatan masyarakat sebagai ilmu dan

seni yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup,

1
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, serta efisiensi melalui usaha

masyarakat yang terorganisir dengan meningkatkan sanitasi lingkungan,

mengontrol kejadian infeksi di masyarakat, memberikan pendidikan kepada

individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan

perawatan, pencegahan penyakit, dan pengembangan aspek sosial yang akan

mendukung setiap orang di masyarakat untuk memiliki standar kehidupan yang

kuat untuk menjaga kesehatannya.5

Ilmu kesehatan masyarakat dapat disimpulkan sebagai ilmu yang berfokus

pada pencegahan dan peningkatan kualitas kesehatan melalui usaha pemerintah

dan masyarakat yang terorganisir dengan pendekatan holistik. Ilmu kesehatan

masyarakat bersifat multidisiplin dan multikausal. Hal ini dikarenakan penyebab

masalah kesehatan yang sangat luas. Sehingga agar tercapainya tujuan dari ilmu

kesehatan masyarakat, yaitu preventif dan promotif, perlu dilakukan pendekatan

secara multidisiplin dan multikausal.

1.1.2 Tujuan Program Studi Profesi Dokter Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Studi Profesi Dokter (PSPD) Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)

merupakan bagian dari kurikulum pendidikan dokter yang dilaksanakan di

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat yang bertujuan untuk tercapainya

kompetensi dokter umum yang sesuai standar kompetensi dokter Indonesia

(SKDI) serta mampu mengelola upaya kesehatan masyarakat di tingkat sarana

pelayanan kesehatan primer melalui kompetensi berikut :

Mampu berkomunikasi secara efektif dengan rekan sejawat, profesi lain, dan

masyarakat

2
Mampu menerapkan konsep dan prinsip ilmu perilaku dan kesehatan

masyarakat

Mampu menilai efektivitas upaya kesehatan melalui pendekatan siklus

pemecahan masalah

Mampu mengelola upaya kesehatan masyarakat berdasarkan fungsi

manajemen

Mampu menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dalam upaya kesehatan

Mampu mengelola data untuk memperoleh informasi kesehatan terkini

Mampu bekerjasama secara efektif baik secara individual maupun kelompok

Mampu memahami tanggung jawab hukum dan etika yang berkaitan dengan

upaya kesehatan masyarakat

1.2. Profil UPT Puskesmas Sindangjaya

1.2.1. Geografis

UPT Puskesmas Sindangjaya berada di alamat Jalan Arcamanik No. 30

RT 02 RW 01, Kelurahan Sindangjaya, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung.

Batas wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya secara geografis, yaitu :

Selatan : Kecamatan Antapani Kota Bandung

Utara : Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung

Timur : Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung

Barat : Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung

3
Gambar1. 1 Peta UPT Puskesmas Sindangjaya

UPT Puskesmas Sindangjaya terletak di wilayah Kecamatan Mandalajati

luas lahan sebesar 717 Ha. Kecamatan Mandalajati terdiri atas 4 kelurahan, yaitu

Kelurahan Sindangjaya, Pasir Impun, Jatihandap, dan Karang Pamulang.

Sehubungan dengan lokasi UPT Puskesmas Sindangjaya yang memiliki wilayah

kerja yang cukup luas, maka dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan

masyarakat, hal ini dikarenakan wilayah kerja yang terlalu luas dan jumlah

penduduk yang banyak (Tabel 1.1 dan 1.2). Berdasarkan profil kesehatan

Indonesia tahun 2013 bahwa satu puskesmas harus melayani kebutuhan kesehatan

masyarakat sebanyak 30.000 jiwa untuk satu wilayah kerja.

Tabel 1.1 Data Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya


Luas Jml Jarak
No Kelurahan
Wil RW Terjauh (Km)
1. Sindangjaya 183,75 12 3
2. Pasir Impun 112,6 11 4
3. Karang Pamulang 250 12 3
4. Jatihandap 205 16 1,5
Sumber : Laporan Kependudukan Kecamatan Mandalajati tahun 2016

4
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Mandalajati Tahun 2016
Jumlah Jumlah
No Puskesmas
KK Penduduk
1. Sindangjaya 3.471 13.886
2. Pasir Impun 3.021 11.467
3. Karang Pamulang 5.613 15.227
4. Jatihandap 5.462 24.535
Jumlah 17.567 65.114
Sumber : Laporan Kependudukan Kecamatan Mandalajati tahun 2016

UPT Puskesmas Sindangjaya sendiri memiliki wilayah kerja 2 Kelurahan

yaitu Kelurahan Sindangjaya, 12 RW, 60 RT dan Kelurahan Pasir Impun, 11 RW,

57 RT. Puskesmas jejaring terdiri dari :

1. Puskesmas Jatihandap dengan wilayah kerjanya setengah Kelurahan

Jatihandap, 7 RW, 54 RT yaitu RW 01,02,03,04,05,06,14.

2. Puskesmas Mandala Mekar dengan wilayah kerjanya setengah Kelurahan

Jatihandap, 9 RW, 53 RT yaitu RW 07,08,09,10,11,12,13,15,16.

3. Puskesmas Pamulang dengan wilayah kerjanya setengah Kelurahan

Karang Pamulang, 5 RW, 29 RT yaitu RW 01,06,07,08,09.

4. Puskesmas Girimande dengan wilayah kerjanya setengah Kelurahan

Karang Pamulang, 7 RW, 42 RT yaitu RW 02,03,04,05,10,11,12.

Letak gedung UPT Puskesmas Sindangjaya cukup strategis terhadap

jangkauan wilayah kerja binaan. Gedung puskesmas tidak terletak dipinggir jalan

raya namun dekat dengan Jalan Raya A.H Nasution sehingga lebih mudah

mencapai lokasi puskesmas.

5
1.2.2. Visi, Misi, dan Motto UPT Puskesmas Sindangjaya

1.2.2.1. Visi

Terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri di wilayah kecamatan Mandalajati

tahun 2020.

1.2.2.2. Misi
1. Memberi pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas

2. Membina peran serta masyarakat dalam kemandirian di bidang kesehatan

3. Berperan dalam Pembangunan berwawasan kesehatan

4. Mengelola manajemen dan sistem informasi kesehatan secara akuntabel

dan reliabel

1.2.2.3.Motto
SEBAR SENYUM

SEBAR: Sindangjaya baru

S impatik

E mpati

N yaman

Y akin

U nggul

M elayani

1.2.3. Jenis UPT Puskesmas Sindangjaya

Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 pasal

22 ayat 1, UPT Puskesmas Sindangjaya dikategorikan sebagai puskesmas

kawasan perkotaan karena berdasarkan Tabel 1.3 mata pencaharian 50%

penduduk pada sektor non agraris. UPT Puskesmas Sindangjaya memiliki fasilitas

6
perkotaan yaitu 10 m dari sekolah, 500 m dari Pasar Ujung Berung, dan 2,9 km

dari RSUD Kota Bandung. Lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik dan

terdapat akses jalan raya sekitar 200 m dari UPT Puskesmas Sindangjaya serta

terdapat transportasi yaitu angkutan kota, ojek, tarnsportasi online, bis damri

menuju fasilitas perkotaan.

Menurut Permenkes No 75 Tahun 2014 Pasal 25 ayat 2, UPT Puskesmas

Sindangjaya termasuk dalam puskesmas non rawat inap karena tidak

menyelenggarakan pelayanan rawat inap.

Tabel 1.3 Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sindangjaya dan


Pasirimpun Tahun 2016
Kelurahan
Jenis Mata
No. Kelurahan Kelurahan Pasir Jumlah
Pencaharian
Sindangjaya Impun
1. Pegawai Negeri 1080 149 1229
2. TNI/POLRI 45 20 65
3. Pegawai Swasta 2945 2361 5306
4. Tani 1477 20 1497
5. Dagang 500 461 961
6. Pelajardan 3382 2664 6046
mahasiswa
7. Pensiunan 632 201 833
Sumber : Laporan Kependudukan Kecamatan Mandalajati tahun 2016

7
1.2.4. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Sindangjaya

Gambar 1. 2 Struktur Organisasi UPT Puskesmas Sindangjaya


Sumber: Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya 2016

Struktur organisasi UPT Puskesmas Sindangjaya disusun berdasarkan

Permenkes No. 75 tahun 2014 pasal 34 ayat 2, yang juga menyebutkan bahwa

organisasi puskesmas paling sedikit terdiri atas:

1. Kepala Puskesmas

2. Kasubag Tata Usaha

8
3. Penanggungjawab UKM Esensial dan Keperawatan Kesehatan

Masyarakat

4. Penanggungjawab UKM Pengembangan

5. Penanggungjawab UKP, kefarmasian, dan

6. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas

pelayanan kesehatan

Beberapa staf di Puskesmas Sindangjaya dapat memegang lebih dari 1

program. Hal ini dapat menghambat jalannya program baik secara perencanaan

maupun pelaksanaan.

1.3. Analisis UPT Puskesmas Sindangjaya berdasarkan Pendekatan Sistem

1.3.1. Analisis Masukan (Input)

Komponen masukan (input) terdiri dari sumber daya manusia (man), dana

dan anggaran (money), sarana dan prasarana (material), sistem informasi

puskesmas (machine), sasaran program (market), dan program (method).

1.3.1.1. Analisis Sumber Daya Manusia (Man)

Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014 pasal 16, sumber daya manusia di

puskesmas terdiri atas sumber daya manusia tenaga kesehatan dan non kesehatan.

Tenaga kesehatan di puskesmas terdiri dari dokter atau dokter layanan primer,

dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan

lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga

kefarmasian. Sedangkan tenaga non kesehatan kegiatan ketatausahaan,

administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di

puskesmas.

9
Tabel 1.4 Kesenjangan Sumber Daya Manusia di UPT Puskesmas Sindangjaya
Jumlah Tenaga Standar
Jumlah
No. Jenis Tenaga Non Keterangan
PNS Jumlah Tenaga
PNS
1. Perawat 3 0 3 5 Kurang
2. Tenaga Kesehatan 0 0 0 2 Kurang
Masyarakat
Jumlah 22
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

Jumlah tenaga kesehatan di UPT Puskesmas Sindangjaya sudah sesuai

dengan Permenkes No. 75 Tahun 2014 mengenai jumlah minimal ketenagakerjaan

puskesmas perkotaan yaitu 22 orang, namun belum sesuai untuk jenis tenaga kerja

yang tersedia, yaitu kurangnya perawat dan tidak adanya tenaga kesehatan

masyarakat. Hal ini dapat berdampak pada meningkatnya beban kerja tenaga

kesehatan di Puskesmas Sindangjaya, seperti satu orang dapat memegang lebih

dari satu program. Selain itu, dengan tidak adanya tenaga kesehatan masyarakat

dapat berdampak pada kurangnya pembinaan masyarakat tentang paradigma

sehat.

1.3.1.2. Analisis Sumber Dana (Money)

Berdasarkan Permenkes No. 75 tahun 2014 pasal 42, mengenai sumber

pendanaan puskesmas ialah :

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat

UPT Puskesmas Sindangjaya memperoleh dana operasional yang berasal

dari :

10
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung

c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat

(Bantuan Gubernur)

d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) dalam bentuk

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Tabel 1.5 Pencapaian Retribusi Pelayanan Kesehatan UPT Puskesmas


Sindangjaya Tahun 2016
No. Jenis Retribusi Target (Rp) Realisasi (RP) %
1. Puskesmas/BP (Rp. 3.000,-) 410.938.000 124.194.000 30

2. Keuring sekolah dan melamar 1.975.000


kerja (Rp. 5.000,-)
3. Keuring haji (Rp. 15.000,-)
4. Tindakan Gigi

a. Perawatan syaraf (Rp. 8.230.000


5.000,-)
b. Pencabutan gigi untuk 4.256.000
anak (Rp. 7.000,-)
c. Pencabutan gigi untuk 960.000
dewasa (Rp. 15.000,-)
d. Tambal tetap (Rp. 280.000
20.000,-)
e. Scalling (Rp. 15.000,-) 0
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

Tabel 1.6 Pencapaian Anggaran APBD Kota Bandung UPT Puskesmas


Sindangjaya Tahun 2016
Realisasi
No. Kegaiatan Target (Rp) %
(Rp)
1. Pemeriksaan berkala anak sekolah 550.000
Jumlah
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

Tabel 1.1 Pencapaian Anggaran APBD Provinsi Jawa Barat (Bantuan


Gubernur) UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016
No. Kegiatan Target (Rp) Realisasi (RP) %
1. Uang Honor Kader dalam 6.500.00 6.500.00 100
rangka pengambilan Data BPB

11
2. Lembur PNS dalam Rangka 1.808.800 1.808.800 100
Enty Data BPB
3. Honor STBM 3.420.000 3.420.000 100

4 Sosialisasi PIN 640.000 640.000 100


5 Transfor Pelaksana PIN 1.200.000 1.200.000 100
Sweeping Program rutin DT-
6 550.000 550.000 100
TT Imunisasi Dasar
7 KK Rawan 1.200.000 1.200.000 100
Jumlah 8.308.800 8.308.800
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

Tabel 1.7 Pencapaian Anggaran APBN (BOK) UPT Puskesmas Sindangjaya


Tahun 2016
Realisasi
No. Kegaiatan Target (Rp) %
(Rp)
1. Penyuluhan kelompok pada kelas ibu hamil 625.000 240.000 38,4
2. Pemantauan Ibu hamil resiko tinggi 160.000 160.000 100
3. Pemantauan Ibu Nipas beresiko tinggi 1.940.000 1.760.000 90,75
4. Pelayanan kesehatan Neonatus 41.000 40.000 97,72
5. Promosi KB dan kesehatan Reproduksi 444.000 400.000 90
6. Refresing kader KIA dangizi 80.000 80.000 100
7. Lokmin Bulanan Puskesmas 9.180.000 9.180.000 100
8. Kunjungan rumah pendataan ibu hamil melalui
9.679.000 9.360.000 96,70
pemanfaatan buku KIA dan P4K dengan stiker
9. Penyelidikan Epidemiologi kasus DBD 360.000 360.000 100
10. Kunjungan rumah neonatas oleh petugas dan kader 410.000 400.000 97,72
11. Kunjungan rumah balita resti oleh petugas dan
800.000 800.000 100
kader
12. Penggandaan SPJ BOK 2.175.250
13. Pemeriksaan jentik berkala 622.000 560.000 90
14. Penemuan pasien TB parubaru 1.500.000 560.000 37,50
Jumlah 26.075.250
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

Secara umum, pencapaian retribusi UPT Puskesmas Sindangjaya adalah

30 % berarti belum mencapai target. Kendala yang dihadapi adalah karena

sebagian masyarakat sudah mempunyai asuransi BPJS baik yang PBI maupun

yang mandiri yang menyebakan turunnya kunjungan masyarakat dengan

menggunakan karcis umum, dan banyaknya fasilitas yang mudah dalam memilih

12
pelayanan kesehatan swasta sehingga secara tidak langsung menjadi pesaing bagi

puskesmas.

Puskesmas Sindangjaya baru menjalankan BLUD pada bulan Desember

2016, dengan menjadi BLUD Puskesmas Sindangjaya berhak menjalankan

pengaturan keuangannya secara mandiri.

1.3.1.3. Analisis Sarana dan Prasarana (Material)

UPT Puskesmas Sindangjaya didukung oleh sarana dan prasana yang

tersedia di puskesmas dan pelayanan kesehatan pendukung di luar puskesmas.

Sarana dan prasarana yang dianalisis meliputi analisis terhadap gedung dan

peralatan baik alat kesehatan/kedokteran maupun alat non-kesehatan serta

pelayanan kesehatan pendukung yang dimiliki oleh UPT Puskesmas Sindangjaya.

1.3.1.3.1. Sarana Pelayanan Kesehatan


Tabel 1.8 Kesenjangan Kondisi Ruangan di UPT Puskesmas Sindangjaya
Luas Kondisi di Puskesmas
No. Uraian Jumlah Bangunan Rusak
(m2) Baik Ringan Sedang Berat
1. Rumah Dinas Dokter 0
2. Ruangan Administrasi 0
Kantor
3. Ruangan Persalinan 0
4. Ruangan Rawat Pasca 0
Persalinan
5. Ruangan Sterilisasi 0
6. Ruangan 0
Penyelenggaraan
Makanan
7. KM/WC untuk 0
persalinan
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

Saat ini belum tersedianya fasilitas untuk pasien berkebutuhan khusus,

salah satunya WC/kamar mandi sesuai dengan pasal 11 ayat 1 poin (c) Permenkes

13
Nomor 75 Tahun 2017 yaitu puskesmas menyediakan fungsi, keamanan,

kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam

memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-

anak dan lanjut usia.

1.3.1.3.2. Jumlah dan Kondisi Sarana Transportasi di UPT Puskesmas


Sindangjaya
Tabel 1.9 Jumlah dan Kondisi Sarana Transportasi di UPT Puskesmas
Sindangjaya
Kondisi di Puskesmas
No. Uraian Jumlah Rusak
Baik Ringan Sedang Berat
1. Kendaraan Puskesmas Keliling 1
2. Kendaraan Bermotor Roda 2 2
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

Saat ini jumlah kendaraan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan

berkaitan dengan kegiatan di luar gedung, seperti kegiatan posyandu, puskesmas

keliling, dan lain-lain, masih belum mencukupi kebutuhan, sehingga petugas

kesehatan rata-rata menggunakan kendaraan pribadi untuk kegiatan di luar gedung

tersebut. Kondisi kendaraan bermotor cukup baik, dan dapat digunakan untuk

menunjang kegiatan luar gedung dan kegiatan berkoordinasi dengan lintas sektor

ataupun ke dinas kesehatan.

1.3.1.3.3. Peralatan Kesehatan di UPT Puskesmas Sindangjaya


Kondisi peralatan kesehatan UPT Puskesmas Sindangjaya belum lengkap

sesuai dengan persyaratan peralatan kesehatan minimal puskesmas dalam

Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, diantaranya belum terdapat set untuk

pemerisaan mata sehingga tidak dapat dilakukan pelayanan pemeriksaan mata

dengan optimal. Peralatan lainnya yang digunakan untuk pemeriksaan umum

sudah cukup lengkap dan terawat serta mendukung pelayanan didalam gedung.

14
1.3.1.3.4. Perlengkapan Mebel di UPT Puskesmas Sindangjaya
Tabel 1.2 Perlengkapan Mebel Yang Mengalami Kerusakan di UPT Puskesmas
Sindangjaya
Kondisi di Puskesmas
No. Jenis Barang Jumlah Rusak
Baik Ringan Sedang Berat
1. Meja Kerja 29 28 1
2. Lemari Besi 17 16 1
3. Lemari Kayu 14 13 1
4. Filling Besi / Metal 9 8 1
5. Kursi Lipat 21 20 1
6. Kursi Putar 13 12 1
7. Kursi Tunggu besi 32 30 2
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

Peralatan mebeler yang menunjang pelayanan kesehatan UPT Puskesmas

Sindangjaya sebagian kecil mengalami kerusakan namun tidak mengganggu

proses pelayanan dan administrasi yang dilaksanakan.

1.3.1.3.5. Jumlah dan Kondisi Perlengkapan Administrasi Kantor di UPT


Puskesmas Sindangjaya
Tabel 1.3 Jumlah dan Kondisi Perlengkapan Administrasi Kantor di UPT
Puskesmas Sindangjaya
Kondisi di Puskesmas
No. Jenis Barang Jumlah Rusak
Baik Ringan Sedang Berat
1. Mesin Hitung Manual/Kalkulator 12 12
2. Komputer 10 9 1
3. Printer 6 5 1
4. Papan Nama Instansi 2 1 1
5. Papan Visual / Papan Data 4 2 2
6. Papan Pengumuman 1 1
7. White Board 3 3
8. Terminal 1 1
9. Stabilizer 3 3
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

Jumlah dan kondisi perlengkapan administrasi kantor di UPT Puskesmas

Sindangjaya masih kurang memadai terutama untuk kegiatan ketatausahaan. Hal

ini mengakibatkan sistem pelaporan kurang berjalan dengan baik. Papan

15
pengumuman yang terletak bukan pada jalan utama yang dilalui pasien

mengakibatkan tidak berfungsi dengan baik dalam memberikan informasi kepada

pasien.

1.3.1.3.6. Perlengkapan Lainnya di UPT Puskesmas Sindangjaya


Jumlah dan kondisi peralatan lain yang menunjang pelayanan sudah cukup

memadai dan dapat digunakan oleh pegawai. Terdapatnya mesin penghancur

kertas memudahkan puskesmas dalam mengolah limbah rumah tangga. Hal ini

sesuai dengan prinsip penyelenggaraan puskesmas pada pasal 3 ayat 6 Permenkes

Nomor 75 Tahun 2014 yaitu Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan

pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

1.3.1.3.7. Jumlah Tenaga dan Sarana Kesehatan yang Memiliki Izin Praktik
di UPT Puskesmas Sindang Jaya
Tabel 1.42 Jumlah Tenaga dan Sarana Kesehatan yang Memiliki Izin
Praktik di UPT Puskesmas Sindangjaya
Kelurahan
Jenis Tenaga Kerja dan
No. Pasir
Sarana Sindangjaya
Impun
A TENAGA KESEHATAN
Dokter Umum 3 2
Dokter Spesialis 1 0
Dokter Gigi 0 0
Dokter Gigi Spesialis 1 0
Bidan Praktek 4 1
Pengobat Tradisional (Batra) 2 1
B. SARANA KESEHATAN
Klinik Rontgen/Radiologi 0 0
Swasta
Klinik CT.SCAN 0 0
Rumah Bersalin (RB) 0 0
Laboratorium 1 0
Optikal 0 0
Salon Kecantikan 1 0
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

16
Pembinaan secara berkala setiap triwulan dilakukan oleh petugas

puskesmas dan pemantauan SIP tiap tahunnya. Kendala dalam melakukan

pembinaan yaitu tidak semua penanggung jawab fasilitas kesehatan swasta dapat

hadir, sehingga pembinaan yang dilakukan tidak optimal. Kepala Puskesmas

memiliki wewenang untuk memberikan rekomendasi sebagai salah satu syarat

perpanjangan SIP, dalam hal ini untuk fasilitas kesehatan yang tidak dapat

menghadiri pembinaan yang dilaksanakan puskesmas maka akan mendapatkan

pembinaan secara individual langsung oleh Kepala Puskesmas. Hal ini sesuai

dengan Pasal 7 poin (i) Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 yaitu Puskesmas

mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama di wilayah kerjanya.

1.3.1.4. Sistem Informasi Puskesmas (Machine)


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Pasal

43, setiap puskesmas wajib melakukan kegiatan sistem informasi baik

menggunakan media elektronik dan non elektronik. Sistem ini minimal harus

mencakup pencatatan dan pelaporan kegiatan puskesmas, survei lapangan, laporan

lintas sektor, dan laporan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja

puskesmas. UPT Puskesmas Sindangjaya memiliki beberapa sub sistem informasi,

yaitu :

a. Rekam medik

b. Register

c. Surveilans

d. Laporan bulanan

17
Laporan bulanan di UPT Puskesmas Sindangjaya terdiri dari beberapa

bagian, yaitu LB1, LB3, dan LB4. Laporan bulanan tersebut memiliki

beberapa kekurangan seperti kesalahan pada penulisan, penghitungan

jumlah, serta kurang lengkapnya rekapitulasi data.

e. Laporan Tahunan

Laporan tahunan Puskesmas Sindangjaya sudah baik dan lengkap.

Laporan tersebut tersusun atas laporan bulanan selama satu tahun beserta

data dasar puskesmas seperti kondisi geografis, kepegawaian, keuangan,

material, serta sumber daya manusia yang harus dilaporkan pada tahun

berikutnya.

1.3.1.5. Analisis Sasaran (Market)


Jumlah penduduk yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas

Sindangjaya adalah sebesar 65.114 orang. Wilayah kerja UPT Puskesmas

Sindangjaya mencakup puskesmas Sindangjaya, Karang Pamulang, Girimande,

Jatihandap, dan Mandala Mekar. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun

2013, bahwa satu puskesmas harus melayani kebutuhan kesehatan masyarakat

sebanyak 30.000 jiwa untuk satu wilayah kerja.x+2

Tabel 1.13 Jumlah dan Komposisi Penduduk Laki-laki di Wilayah UPT


Puskesmas Sindangjaya
Jumlah Penduduk
Jml Jml
No. Puskesmas Laki-laki Jml
KK Pddk
0-4 5-14 15-44 45-64 >65
1. Sindangjaya 6.494 25.353 697 3.623 5.396 2.723 586 13.835
2. Karang 6.997 6.997 307 670 1.394 722 388 3.481
Pamulang
3. Girimande 2.168 8.230 321 415 2.122 1.023 232 4.113

4. Jatihandap 2.466 13.101 525 1.458 2.746 1.075 186 5.990


5. Mandala 2.996 11.433 371 1.195 2.532 856 167 5.121
Mekar

18
Jumlah Penduduk
Jml Jml
No. Puskesmas Laki-laki Jml
KK Pddk
0-4 5-14 15-44 45-64 >65
Jumlah 21.121 65.114 2491 7.361 14.730 6.399 1.559 32.540
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

Tabel 1.14 Jumlah dan Komposisi Penduduk Perempuan di Wilayah UPT


Puskesmas Sindangjaya
Jumlah Penduduk
Jml Jml
No. Puskesmas Perempuan Jml
KK Pddk
0-4 5-14 15-44 45-64 >65
1. Sindangjaya 6.494 25.353 1.124 3.661 5.918 2.691 520 13.914
2. Karang 6.997 6.997 297 552 1.551 701 415 3.516
Pamulang
3. Girimande 2.168 8.230 438 819 1.720 908 232 4.117
4. Jatihandap 2.466 13.101 493 1.353 2.640 1.042 187 5.715

5. Mandala 2.996 11.433 466 1.091 2.613 882 260 5.312


Mekar
Jumlah 21.121 65.114 2.818 7.476 14.442 6.224 1.614 32.574
Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada

wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya tidak jauh berbeda. Jumlah penduduk

berjenis kelamin laki-laki adalah 32.540 jiwa dan perempuan adalah 32.574 jiwa.

Kelompok usia terbanyak penduduk di lima puskesmas adalah usia 15-44

tahun. Pada kelompok usia ini merupakan kelompok usia yang produktif sehingga

mampu mendukung keberhasilan program kesehatan dengan memberikan

pelayanan kesehatan secara optimal. Sedangkan kelompok usia paling sedikit

adalah usia >65 tahun. Pengelompokan penduduk berdasarkan usia berguna bagi

kegiatan puskesmas yang memerlukan data persebaran usia seperti Posyandu,

Posbindu, UKS dan penyuluhan kesehatan untuk menentukan prioritas dan waktu

pelaksanaan.

19
1.3.1.6. Analisis Program (Method)
Sebagaimana diatur dalam Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014,

puskesmas harus menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat

pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah

kerjanya.

1.3.1.6.1. Upaya Kesehatan Masyarakat


UPT Puskesmas Sindangjaya menyelenggarakan UKP esensial dan

pengembangan yang meliputi beberapa program, yaitu :

A. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial

Pelayanan promosi kesehatan

Pelayanan kesehatan lingkungan

Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana

Pelayanan gizi

Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

B. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan

Upaya Kesehatan Sekolah

Upaya Kesehatan Olahraga

Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Upaya Kesehatan Kerja

Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya Kesehatan Indera

Upaya Kesehatan Usia Lanjut

Upaya Kesehatan Tradisional

20
Puskesmas Sindangjaya tidak menyelenggarakan program pengembangan

upaya kesehatan jiwa, sehingga kondisi kesehatan jiwa di wilayah kerja tidak

dapat terpantau.

1.3.1.6.2. Upaya Kesehatan Perorangan


UPT Puskesmas Sindangjaya telah menyediakan pelayanan UKP yang

terdiri atas :

A. Pelayanan Rawat Jalan

B. Pelayanan Kefarmasian

C. Pelayanan Laboratorium

Upaya Kesehatan Perorangan yang diselenggarakan UPT Puskesmas

Sindangjaya belum sepenuhnya memenuhi sebagaimana yang tercantum dalam

pasal 37 Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014, yakni dikarenakan belum

terdapatnya fasilitas pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care)

dan rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

1.3.2 Analisis Proses


Analisis proses merupakan fungsi manajemen yang terdiri dari serangkaian

proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan

(actuating), pengawasan (controlling), dan penilaian (evaluation).x+1

planning organizing actuating controlling evaluation

Gambar1. 3 Analisis Proses

21
1.3.2.1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan proses penyusunan permasalahan berdasarkan

data yang akurat dan diperoleh dengan cara dan dalam waktu yang tepat sehingga

upaya kesehatan yang dilaksanakan puskesmas dapat mencapai sasaran dan

tujuannya. Data yang diperoleh berasal dari hasil peninjauan selama satu tahun

sebelumnya bersamaan dengan disusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan

disusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada akhir tahun.x+1 Hasil

tinjauan dilihat dari sasaran dan target yang sudah ditetapkan kemudian dilihat

kesenjangannya.

RPK berisi sasaran, target, biaya, lokasi, kebuthan pelaksaan, tujuan,

waktu, tenaga, dan rencana penilaian kerja. Penanggung jawab program kegiatan

akan menyusun RPK dan RUK bersama tim setiap tahunnya dan merencanakan

anggaran dalam Rencana Bisnis Angggaran (RBA). Kegiatan yang sudah disusun

akan dilaporkan ke dinas kesehatan dan pemerintah kota untuk pendanaan dan

persetujuan.

Pembuatan RUK di Puskesmas Sindangjaya selesai tepat waktu, RUK

selesai pada akhir tahun sebelumnya. Namun pembuatan RPK di Puskesmas

Sindangjaya masih belum sesuai Permenkes yang seharusnya diselesaikan di akhir

tahun sebelumnya, RPK di Puskesmas Sindangjaya dibuat setiap awal bulan pada

saat kegiatan akan dilaksanakan.

1.3.2.2. Pengorganisasian (Organizing)


UPT Pusekesmas Sindangjaya memiliki penanggung jawab untuk masing-

masing program, baik UKP, UKM, maupun jaringan pelayanan dalam

mengorganisasikan kegiatan yang akan dilakukan. Masing-masing

22
penanggungjawab program akan menyusun kegiatan puskesmas dan program

pelayanan kesehatan berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya.

Pengorganisasian dalam melaksanakan kegiatan di Puskesmas Sindangjaya

sudah baik. Namun beberapa orang dapat menjadi penanggung jawab beberapa

program sehingga dapat terjadi masalah dalam pelaksanaan dan pelaporan

program.

1.3.2.3. Pelaksanaan (Actuating)


Pelaksanaan program di UPT Puskesmas Sindangjaya dilakukan oleh

penanggung jawab masing-masing program sesuai penjadwalan pada Rencana

Pelaksaan Kegiatan (RPK). Hasil pelaksanaan program akan dicatat dan

dirangkum untuk dilaporkan kepada Kepala Sub-Bagian Tata Usaha dan Kepala

Puskesmas untuk dilakukan evaluasi.x+1

Pelaksanaan kegiatan di Puskesmas Sindangjaya sudah sesuai dengan

rencana kegiatan dan dilaksanakan dengan baik oleh penaggung jawab masing-

masing program.

1.3.2.4. Pengawasan (Controlling) dan Evaluasi (Evaluation)


Hasil kegiatan di UPT Puskesmas Sindangjaya diawasi dan dievaluasi

melalui :

1. Evaluasi internal (bulanan)

Data untuk evaluasi dari masing-masing Desa ke Kepala Sub-Bagian Tata

Usaha diberikan selambat-lambatnya tanggal 26 pada bulan tersebut. Evaluasi

bulanan hanya diikuti oleh intern Puskesmas. Hasil evaluasi kemudian dilaporkan

ke Dinas Kesehatan Kota Bandung selambat-lambatnya tanggal 29.

2. Evaluasi eksternal (bulanan)

23
Data untuk evaluasi eksternal diberikan selambat-lambatnyapertengahan

bulan berikutnya, yaitu pada rakor pertengahan bulan. Kegiatan evaluasi juga

diikuti oleh anggota kecamatan setempat (lintas sektoral). Hasil evaluasi akan

diserahkan pada Dinas Kesehatan Kota Bandung.

3. Evaluasi tahunan

Dilaksanakan setiap tahun pada bulan Desember. Kegiatan ini dilakukan

untuk melihat apakah hasil yang dicapai telah mencapai target dengan standar

yang sudah ditetapkan untuk tahun tersebut. Hasil penilaian juga dibandingkan

dengan hasil tahun sebelumnya. Hasil ini akan menjadi patokan untuk menyusun

perencanaan kegiatan tahun berikutnya.

1.3.3 Analisis Cakupan (Output)


1.3.3.1. Pelayanan Kesehatan
1.3.3.1.1. Program Wajib
1.3.3.1.1.1. Program Promosi Kesehatan
Tabel 1.15 Cakupan Upaya Promosi Kesehatan di UPT Puskesmas Sindangjaya
Cakupan Target Kesenjangan
No. Indikator Sasaran Pencapaian
(%) (%) (%)
Promosi Kesehatan dalam Gedung
1. Cakupan 7.418 Tidak ada data
Komunikasi
Interpersonal
dan Konseling
(KIP/K)
2. Cakupan 24 Tidak ada data
Penyuluhan
kelompok oleh
petugas di
dalam gedung
puskesmas
3. Cakupan 1 1 100,00 100,00 0
Institusi
kesehatan ber-
PHBS
Promosi Kesehatan Luar Gedung

24
Cakupan Target Kesenjangan
No. Indikator Sasaran Pencapaian
(%) (%) (%)
4. Cakupan 3.487 1.541 44,19 65,00 -20,81
Pengkajian dan
Pembinaan
PHBS di
Tatanan Rumah
Tangga
5. Cakupan 72 50 69,44 100,00 -30,56
Pemberdayaan
Masyarakat
melalui
Penyuluhan
Kelompok oleh
Petugas di
Masyarakat
6. Cakupan 24 24 100,00 65,00 35,00
Pembinaan
UKBM dilihat
melalui
persentase (%)
Posyandu
Purnama dan
Mandiri
7. Cakupan 23 22 95,65 60,00 35,65
Pembinaan
Pemberdayaan
Masyarakat
dilihat melalui
Persentase (%)
Desa Siaga
Aktif (untuk
Kabupaten)/RW
Siaga Aktif
(untuk Kota)
8. Cakupan Tidak ada data 50.00 -
Pemberdayaan
Individu atau
Keluarga
melalui
Kunjungan
Rumah
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
Berdasarkan data diatas, terdapat 2 program yang masih memiliki

kesenjangan negatif, yaitu cakupan pengkajian dan pembinaan PHBS di tatanan

rumah tangga dan pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan kelompok oleh

25
petugas di masyarakat. Sementara itu, tidak terdapat data penyuluhan di dalam

gedung karena semua penyuluhan dilakukan di luar gedung.

1.3.3.1.1.2. Program Kesehatan Lingkungan


Tabel 1.16 Cakupan Upaya Kesehatan Lingkungan di UPT Puskesmas Sindangjaya

Sasara Pencapaia Cakupa Target Kesenjanga


No. Indikator
n n n (%) (%) n (%)

1. Cakupan 6042 282 4,66 18,75 -14,09


Pengawasan
Rumah Sehat
2. Cakupan 5436 284 5,22 20 -14,78
Pengawasan Sarana
Air Bersih
3. Cakupan 6069 284 4,67 18,75 -14,08
Pengawasan
Jamban
4. Cakupan 4961 284 5,72 20 -14,28
pengawasan
Saluran
Pembuangan Air
Limbah (SPAL)
5. Cakupan 31 4 12,9 18,75 -5,85
Pengawasan
Tempat-Tempat
Umum (TTU)
6. Cakupan 114 5 4,38 18,75 -14,37
Pengawasan
Tempat Pengolahan
Makanan (TPM)
7. Cakupan Kegiatan 1149 5 0,43 6,25 -5,82
Klinik Sanitasi
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
Berdasarkan data di atas, sarana air bersih yang diperiksa adalah 284 atau

5,22% dari target 20% , sehingga terdapat kesenjangan sebesar -14,78% dimana

jumlah kesenjangan ini adalah kesenjangan yang terbesar dari 6 aspek lainnya.

Kurangnya sarana air bersih dapat menjadi salah satu penyebab masalah

kesehatan pada warga di daerah Puskesmas Sindangjaya.

26
Jumlah rumah yang diperiksa dan memenuhi syarat adalah 282 rumah atau

4,66% dari target 18,75% sehingga terdapat kesenjangan sebesar -14,09%.

Jamban yang diperiksa adalah 284 atau 4,67% dari target 18,75% sehingga

terdapat kesenjangan sebesar -14,08%. Saluran pembuangan air limbah yang

diperiksa adalah 284 atau 5,72% dari target 20% sehingga terdapat kesenjangan -

14,28%. Tempat-tempat umum yang diperiksa adalah 4 atau 12,9% dari target

18,75% sehingga terdapat kesenjangan -5,85%. Tempat pengolahan makanan

yang diperiksa adalah 5 atau 4,38% dari target 18,75% sehingga terdapat

kesenjangan -14,37%.

Pencapaian cakupan kegiatan klinik sanitasi didapatkan dari jumlah

penderita penyakit berbasis lingkungan atau klien yang mendapatkan konseling di

puskesmas oleh petugas puskesmas selama 3 bulan terakhir dibandingkan dengan

jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan atau klien di Puskesmas selama 3

bulan terakhir, sehingga didapatkan pencapaian sebesar 0,43 % atau total 5 orang

dari target 6,25% sehingga terdapat kesenjangan sebesar -5,82%.

1.3.3.1.1.3. Program Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana


Tabel 1.17 Cakupan Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana di
UPT Puskesmas Sindangjaya
Pencapai Cakupa Target Kesenjanga
No. Indikator Sasaran
an n (%) (%) n (%)
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil 109 110 100,91 85,52 15,39
K4
2. Cakupan Pertolongan 105 104 99,04 80,44 18,65
Persalinan oleh Tenaga
Kesehatan
3. Cakupan Komplikasi 22 13 59,09 63,42 -4,33
Kebidanan yang ditangani
4. Cakupan Pelayanan Nifas 105 104 99,04 84,00 15,04
5. Cakupan Kunjungan Neonatus 103 95 92,23 95,00 -2,77
1 (KN1)

27
Pencapai Cakupa Target Kesenjanga
No. Indikator Sasaran
an n (%) (%) n (%)
6. Cakupan Kunjungan Neonatus 103 95 92,23 86,00 6,23
Lengkap (KN Lengkap)
7. Cakupan Neonatus dengan 16 3 18,75 60,00 -41,25
Komplikasi yang ditangani
8. Cakupan Kunjungan Bayi 103 94 91,26 86,00 5,26
9. Cakupan Pelayanan Anak 381 390 102,36 75,00 27,36
Balita
10. Cakupan Peserta KB Aktif 574 113 19,68 57,55 -37,87
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
Dari 10 indikator cakupan upaya kesehatan ibu dan anak dan keluarga

berencana di Puskesmas Sindangjaya, terdapat 4 indikator yang masih memiliki

kesenjangan negatif dengan kesenjangan negatif terbesar adalah cakupan neonatus

dengan komplikasi yang ditangani. Selain itu, cakupan peserta KB aktif juga

memiliki kesenjangan negatif yang cukup besar, yaitu -37,87%. Dua indikator lain

yang masih memiliki kesenjangan negatif adalah cakupan komplikasi kebidanan

yang ditangani dan cakupan kunjungan neonatus 1 (KN1).

1.3.3.1.1.4. Program Perbaikan Gizi Masyarakat


Tabel 1.18 Cakupan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat di UPT Puskesmas
Sindangjaya
Sasara Pencapa Cakupa Target Kesenjanga
No. Indikator
n ian n (%) (%) n (%)
1. Cakupan Keluarga 60 54 90,00 100,00 -10,00
Sadar Gizi
2. Cakupan Balita 2956 2737 92,59 85,00 7,59
Ditimbang (D/S)
3. Cakupan Distribusi 167 167 33,00 100,00 0,00
Kapsul Vitamin A bagi
Bayi (611 bulan)
4. Cakupan Distribusi 1537 1537 11,53 90,00 10,00
Kapsul Vitamin A bagi
Anak Balita (1259
bulan)
5. Cakupan Distribusi 82 82 100,00 100,00 0,00
Kapsul Vitamin A bagi
Ibu Nifas
6. Cakupan Distribusi 107 107 100,00 90,00 10,00
Tablet Fe 90 Tablet

28
Sasara Pencapa Cakupa Target Kesenjanga
No. Indikator
n ian n (%) (%) n (%)
pada Ibu Hamil
7. Cakupan Distribusi 42 42 100,00 100,00 0,00
MP-ASI Baduta Gakin
8. Cakupan Balita Gizi 1 1 100,00 100,00 0,00
Buruk Mendapat
Perawatan
9. Cakupan ASI Ekslusif 273 254 93,04 90,00 3,04
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017

Dari sembilan indikator program perbaikan gizi masyarakat, terdapat 1

indikator yang belum memenuhi target yaitu pada cakupan keluarga sadar gizi.

Sepuluh persen kesenjangan pada cakupan keluarga sadar gizi ini mayoritas

disebabkan oleh tidak terpenuhinya indikator pemberian ASI eksklusif.

1.3.3.1.1.5. Program Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular


Tabel 1.19 Cakupan Upaya Pencegahan Pengendalian Penyakit Penular di UPT
Puskesmas Sindangjaya
Pencapaia Cakupa Target Kesenjanga
No. Indikator Sasaran
n n (%) (%) n (%)
1. Cakupan BCG 182 145 79.6 98,00 -18.4
2. Cakupan DPTHB 1 182 112 61.5 98,00 -36.5
3. Cakupan DPTHB 3 182 102 56 90,00 -34
4. Cakupan Polio 4 182 156 85.7 90,00 -4.5
5. Cakupan Campak 182 135 74.1 90,00 -15.9
6. Cakupan BIAS DT
Tidak ada data
7. Cakupan BIAS TT
8. Cakupan MR 6248 6061 97,00 95,00 2,00
Cakupan Pelayanan
9. Imunisasi Ibu 115 55 47.8 90,00 -42.2
Hamil TT2+
10. Cakupan 2 2 100,00 100,00 0,00
Desa/Kelurahan
Universal Child
Immunization
(UCI)
11. Cakupan Sistem 13 13 100,00 90,00 10,00
Kewaspadaan Dini
12. Cakupan Surveilans 3 3 100,00 100,00 0,00
Terpadu Penyakit
13. Cakupan Tidak ada kejadian luar biasa
Pengendalian KLB

29
Pencapaia Cakupa Target Kesenjanga
No. Indikator Sasaran
n n (%) (%) n (%)
14. Cakupan Penderita 49 0 0 86,00 -86,00
Pneumonia Balita
15. Cakupan penemuan 7 0 0 80,00 -80,00
pasien baru BTA
positif
16. Cakupan Tidak ada pasien
kesembuhan pasien
TB BTA Positif
17. Cakupan Penderita 12 12 100,00 100,00 0
DBD yang
ditangani
18. Cakupan Penemuan 136 122 89,71 75,00 14,71
Penderita Diare
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
Cakupan imunisasi BCG, DPTHB 1 dan DPTHB 3 pada Puskesmas

Sindangjaya memiliki kesenjangan yang tinggi, yaitu pada cakupan BCG -18,4%,

pada cakupan DPTHB 1 sekitar -36,5% sedangkan pada cakupan DPTHB 3 yaitu

-34%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang berada pada wilayah kerja

puskesmas sindangjaya memiliki kepedulian yang minimum terhadapa imunisasi

anaknya. Kepedulian yang minimum ini disebabkan oleh masyarakat yang kurang

memiliki pengetahuan tentang pentingya imunisasi dasar untuk anak serta

kurangnya pengetahuan tentang penjadwalan imunisasi pada anak.

Berdasarkan data di atas tidak terdapat Kejadian Luar Biasa yang

ditemukan pada periode bulan Agustus-Oktober tahun 2017. Cakupan penderita

pneumonia balita diketahui 0%, hal ini disebabkan tidak adanya balita dengan

pneumonia yang ditemukan pada bulan Agustus-Oktober tahun 2017. Cakupan

penemuan pasien baru BTA positif 0% pada bulan Agustus-Oktober tahun 2017

juga disebabkan tidak ditemukan adanya pasien baru BTA positif di Puskesmas

Sindangjaya sehingga cakupan kesembuhan pasien TB BTA positif tidak dapat

30
dihitung. Cakupan penemuan penderita diare pada bulan Agustus-Oktober tahun

2017 memiliki kesenjangan sebesar 14,71, hal ini menunjukkan banyaknya kasus

diare yang ada pada Puskesmas Sindangjaya saat itu.

1.3.3.1.1.6. Program Balai Pengobatan


Tabel 1.20 Cakupan Upaya Pengobatan di UPT Puskesmas Sindangjaya
Cakupan Target Kesenjangan
No. Indikator Sasaran Pencapaian
(%) (%) (%)
1. Kunjungan Rawat 3.802 2.333 61,36 25,00 36,63
Jalan Umum

2. Kunjungan Rawat 1.014 193 19,03 8,33 10,70


Jalan Gigi
3. Pemeriksaan 7.418 423 5,7 20,00 -14,30
Laboratorium
Puskesmas
4. Pemeriksaan 423 0 0,00 10,00 -10,00
Laboratorium yang
Dirujuk
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
Sejak diberlakukannya BPJS, kunjungan rawat jalan menjadi melebihi

target karena banyak pasien yang datang dengan keluhan sederhana. Selain itu,

pasien yang berobat juga berasal dari luar wilayah kerja UPT Puskesmas

Sindangjaya, namun tidak ada data yang menunjukkan berapa persen jumlah

pengunjung yang berasal dari luar wilayah. Hal ini dikarenakan letak puskesmas

yang berada dekat dengan perbatasan kabupaten.

1.3.3.1.2. Program Pengembangan


1.3.3.1.2.1. Upaya Kesehatan Sekolah
Tabel 1.21 Cakupan Upaya Kesehatan Sekolah di UPT Puskesmas Sindangjaya
Sasar- Pencapai Cakup- Target Kesenjang-
No. Indikator
an -an an (%) (%) an (%)
1 Sekolah (SD/MI Tidak ada data
sederajat) yang
melaksanakan
penjaringan
kesehatan

31
Berdasarkan tabel diatas, tidak terdapat data untuk penjaringan kesehatan

sekolah (SD/MI sederajat) dikarenakan program hanya dilaksanakan pada satu

bulan tertentu dalam satu tahun, yaitu pada bulan November 2017.

1.3.3.1.2.2. Upaya Kesehatan Olahraga


Tabel 1.22 Cakupan Upaya Kesehatan Olahraga di UPT Puskesmas Sindangjaya
Sasar- Cakupan Target Kesenjangan
No. Indikator Pencapaian
an (%) (%) (%)
1. Cakupan Pembinaan 9 2 22,22 100,00 -77,78
Kelompok Olahraga

Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun


2017
Upaya pembinaan kesehatan olahraga di Puskesmas Sindangjaya belum

terlaksana dengan baik berdasarkan tabel di atas, dimana masih terdapat

kesenjangan senilai -77,78%. Kesenjangan terjadi karena kurang optimalnya

pembinaan kelompok olahraga oleh petugas dikarenakan padatnya kegiatan di

dalam maupun di luar gedung.

1.3.3.1.2.3. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Tabel 1.23 Cakupan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di UPT
Puskesmas Sindangjaya
Sasar Pencapaia Cakupa Target Kesenjang
No. Indikator
an n n (%) (%) an (%)
1. Keluarga dibina 30 25 83,33 100,00 -16,67
(Keluarga Rawan)
2. Keluarga Rawan Selesai 30 4 13,33 100,00 -86,67
dibina
3. Keluarga Mandiri III 30 11 36,67 100,00 -63,33
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
Berdasarkan data pada tabel di atas, terdapat kesenjangan pada indikator

keluarga dibina (keluarga rawan), keluarga rawan selesai dibina dan keluarga

mandiri III pada cakupan upaya keperawatan kesehatan di Puskesmas

Sindangjaya. Kesenjangan tertinggi terdapat pada indikator keluarga rawan selesai

32
dibina. Kesenjangan pada indikator-indikator tersebut terjadi karena kurang

optimalnya pelaksanaan perkesmas oleh petugas dikarenakan padatnya kegiatan di

dalam maupun di luar gedung.

1.3.3.1.2.4. Upaya Kesehatan Kerja


Tabel 1.24 Cakupan Upaya Kesehatan Kerja di UPT Puskesmas Sindangjaya
Sasar- Pencapai- Cakup- Target Kesenjang-
No. Indikator
an an an (%) (%) an (%)
1 Pembinaan Pos UKK Tidak ada data
2 Penanganan Penyakit Tidak ada data
Akibat Kerja (PAK)
dan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja
(PAHK)
Berdasarkan data pada tabel diatas, pembinaan pos UKK Puskesmas

Sindangjaya tidak terlaksana. Hal ini terjadi dikarenakan tidak terdapatnya

anggaran biaya dan padatnya kegiatan didalam maupun diluar gedung. Selain itu

tidak terdapat kasus Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat Hubungan

Kerja (PAHK), sehingga tidak terjadi penanganan/pelayanan khusus untuk hal

tersebut.

1.3.3.1.2.5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut


Tabel 1.25 Cakupan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut di UPT Puskesmas
Sindangjaya
Sasar- Pencapai- Cakup- Target Kesenjang-
No. Indikator
an an an (%) (%) an (%)
1 Pembinaan Kesehatan Tidak ada data
Gigi di Masyarakat
2 Pembinaan Kesehatan Tidak ada data
Gigi di TK
3 Pembinaan Kesehatan Tidak ada data
Gigi dan Mulut
diSD/MI
4 Pemeriksaan Tidak ada data
Kesehatan Gigi dan
Mulut Siswa TK
5 Pemeriksaan Tidak ada data
Kesehatan Gigi dan
Mulut Siswa SD

33
Sasar- Pencapai- Cakup- Target Kesenjang-
No. Indikator
an an an (%) (%) an (%)
6 Penanganan Siswa TK Tidak ada data
yang Membutuhkan
Perawatan Kesehatan
Gigi
7 Penanganan Siswa SD Tidak ada data
yang Membutuhkan
Perawatan Kesehatan
Gigi
Berdasarkan tabel diatas, tidak terdapat data untuk Upaya Kesehatan Gigi

dan Mulut di Puskesmas Sindangjaya dikarenakan program tersebut merupakan

program baru Puskesmas Sindangjaya dan akan dilaksankan di bulan November

2017.

1.3.3.1.2.6. Upaya Kesehatan Indera


Tabel 1.26 Cakupan Upaya Kesehatan Indera di UPT Puskesmas Sindangjaya
Sasar- Pencapai- Cakup- Target Kesenjang-
No. Indikator
an an an (%) (%) an (%)
1. Cakupan skrining 1.619 Tidak ada data
kelainan/ gangguan
refraksi pada anak
sekolah
2. Cakupan penanganan Tidak ada data
kasus kelainan refraksi
3. Cakupan skrining Tidak ada data
katarak
4. Penanganan penyakit 6 0 0 100,00 -100,00
katarak
5. Cakupan rujukan Tidak ada data
gangguan penglihatan
pada kasus Diabetes
Melitus ke RS
6. Cakupan Kegiatan 417 Tidak ada data
penjaringan penemuan
kasus gangguan
pendengaran di SD/
MI
7. Cakupan penanganan Tidak ada data
kasus gangguan
pendengaran di SD/ MI
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017

34
Berdasarkan tabel diatas, tidak terdapat data untuk Upaya Kesehatan

Indera di Puskesmas Sindangjaya dikarenakan program tersebut merupakan

program baru Puskesmas Sindangjaya dan akan dilaksankan di bulan November

2017.

1.3.3.1.2.7. Upaya Kesehatan Lanjut Usia


Tabel 1.27 Cakupan Upaya Kesehatan Lanjut Usia di UPT Puskesmas Sindangjaya
Sasar- Pencapai Cakup- Target Kesenjang-
No. Indikator
an -an an (%) (%) an (%)
1. Cakupan pelayanan 2.960 827 27.94 70,00 -42.06
kesehatan usia lanjut
2. Cakupan pembinaan 14 14 100,00 100,00 0,00
kesehatan usia lanjut
pada kelompok usia
lanjut
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
1.3.3.1.2.8. Upaya Kesehatan Tradisional
Tabel 1.28 Cakupan Upaya Kesehatan Tradisional di UPT Puskesmas Sindangjaya
Cakupan Target Kesenjangan
No. Indikator Sasaran Pencapaian
(%) (%) (%)
1. Cakupan pembinaan 1 1 100,00 13,00 87,00
upaya kesehatan
tradisional (Kestrad)
2. Cakupan pengobatan 1 1 100,00 100,00 0,00
tradisional terdaftar
3. Cakupan pembinaan 14 3 21,42 100,00 -78,58
kelompok tanaman
obat keluarga (TOGA)
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
1.3.3.2.Derajat Kesehatan
1.3.3.2.1. Morbiditas
Tabel 1.29 Pola Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya
Bulan
No. Jenis Penyakit Total Presentase (%)
Agustus September Oktober
1. Hipertensi 309 185 340 834 21,99
2. ISPA 320 127 354 801 21,12
3. Common cold 164 95 229 488 12,87
4. Myalgia 165 82 182 429 11,31
5. Dispepsia 120 26 136 282 7,43

35
6. Batuk 126 4 127 257 6,78
7. DM 96 33 118 247 6,51
8. Karies Gigi 82 16 88 186 4,90
9. Dermatitis 48 5 83 136 3,59
10. Sakit kepala 65 3 65 133 3,51
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
1.3.3.2.2. Mortalitas
Tabel 1.30 Angka Kematian di UPT Puskesmas Sindangjaya
No. Usia Kematian Total
1. Ibu (hamil, persalinan, 42 hari setelah persalinan) 0
2. Bayi (0-12 bulan) 0
3. Balita (1-5 tahun) 0
4. Kasar 12
Jumlah 12
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
Tabel 1.31 Pola Penyebab Kematian di UPT Puskesmas Sindangjaya
No. Pola Penyebab Kematian Total %
1. Stroke 8 66,67
2. Penyakit Jantung 3 25
3. Diabetes Melitus 1 8,33
Jumlah 12 100
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
1.3.3.2.3. Status Gizi
Berat Bayi Lahir Rendah

Tabel 1.31 Cakupan Berat Bayi Lahir Rendah di UPT Puskesmas Sindangjaya
Bulan
No. Uraian Total
Agustus September Oktober
1. Jumlah bayi 35 49 21 105
2. Jumlah bayi berat lahir rendah 0 0 0 0
3. % Cakupan berat bayi lahir rendah 0 0 0 0
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
Balita Kurus

Tabel 1.32 Cakupan Balita Kategori Kurus di UPT Puskesmas Sindangjaya


Bulan
No. Uraian Total
Agustus September Oktober
1. Bayi usia 0-5 bulan 0 0 0 0

36
2. Bayi usia 6-11 bulan 0 0 0 0
3. Anak usia 12-23 bulan 0 0 0 0
4. Anak usia 24-59 bulan 2 0 0 2
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
Balita Gizi Buruk (Balita Sangat Kurus)

Tabel 1.33 Cakupan Balita Kategori Sangat Kurus di UPT Puskesmas Sindangjaya
Bulan
No. Uraian Total
Agustus September Oktober
1. Bayi usia 0-5 bulan 0 0 0 0
2. Bayi usia 6-11 bulan 0 0 0 0
3. Anak usia 12-23 bulan 0 0 0 0
4. Anak usia 24-59 bulan 1 0 0 1
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
1.4. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan proses awal dari pengenalan suatu

masalah berdasarkan penemuan-penemuan dari hasil analisis. Dalam bidang

kesehatan, terdapat 3 masalah yang harus diindentifikasi, yaitu masalah

manajerial, masalah pelayanan kesehatan, dan masalah derajat kesehatan.

1.4.1. Masalah Manajerial


Masalah manajerial dilihat dari 2 aspek, yaitu aspek input dan aspek

proses. Aspek input terdiri dari sumber daya manusia (man), dana (money), sarana

dan prasarana (material), sistem informasi kesehatan (machine), sasaran (market),

dan program (method). Sedangkan aspek proses terdiri dari perencanaan

(planning), pengorganisasian (ogranizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan

(controlling), dan evaluasi (evaluation).

Tabel 1.34 Masalah Manajerial di UPT Puskesmas Sindangjaya


No. Komponen Masalah

37
1. Sumber daya Jumlah tenaga kerja pada Puskesmas Sindangjaya tidak
manusia (man) sesuai dengan Permenkes No. 75 tahun 2014 karena
kurangnya perawat dan tidak adanya tenaga kesehatan
masyarakat.
2. Dana (money) Retribusi pelayanan Puskesmas Sindangjaya hanya mencapai
30% dari target.
3. Sarana dan Jumlah kendaraan di Puskesmas Sindangjaya masih belum
Prasarana mencukupi kebutuhan. Puskesmas Sindangjaya hanya
(material) memiliki 1 kendaraan puskesmas keliling dan 2 kendaraan
bermotor roda 2.
Kondisi peralatan kesehatan di Puskesmas Sindangjaya
belum lengkap dikarenakan tidak terdapat set pemeriksaan
mata.
4. Sistem informasi Laporan bulanan Puskesmas Sindangjaya memiliki beberapa
kesehatan kekurangan seperti kesalahan pada penulisan, penghitungan
(machine) jumlah, serta rekapitulasi data.
5. Sasaran (market) Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sindangjaya
adalah 65.114, sementara menurut profil kesehatan Indonesia
tahun 2013 puskesmas harus melayani kebutuhan kesehatan
30.000 orang untuk satu wilayah kerja.
6. Program (method) Puskesmas Sindangjaya tidak menyelenggarakan program
pengembangan upaya kesehatan jiwa.
7. Perencanaan Pembuatan RPK Puskesmas Sindangjaya tidak sesuai dengan
(planning) Permenkes yang seharusnya diselesaikan akhir tahun
sebelumnya. Puskesmas Sindangjaya menyusun RPK setiap
awal bulan sebelum program dilaksanakan.
8. Pengorganisasian Beberapa staf di Puskesmas Sindangjaya dapat memegang
(organizing) lebih dari 1 program.
9. Pelaksanaan Tidak ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan.
(actuating)
10. Pengawasan Tidak ada masalah dalam pengawasan dan evaluasi.
(controlling) dan
Evaluasi
(evaluation)
Sumber data: Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016

1.4.2. Masalah Pelayanan Kesehatan


Masalah pada pelayanan kesehatan dilihat dari nilai kesenjangan masing-

masing program. Nilai tersebut kemudian diurutkan dari yang kesenjangan negatif

terbesar hingga kesenjangan positif terbesar.

Tabel 1.35 Rekapitulasi Kesenjangan Program Pelayanan Kesehatan Wajib di UPT


Puskesmas Sindangjaya
No Cakupan Target Kesenjanga
Kegiatan
. (%) (%) n (%)

38
1. Cakupan Pelayanan Imunisasi Ibu Hamil 47,8 90 -42,2
TT2+
2. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang 18,75 60 -41,25
ditangani
3. Cakupan Peserta KB Aktif 19,68 57,55 -37,87
4. Cakupan DPTHB 1 61,5 98 -36,5
5. Cakupan DPTHB 3 56 90 -34
6. Cakupan Pemberdayaan Masyarakat melalui 69,44 100 -30,56
Penyuluhan Kelompok oleh Petugas di
Masyarakat
7. Cakupan Pengkajian dan Pembinaan PHBS di 44,19 65 -20,81
Tatanan Rumah Tangga
8. Cakupan BCG 79,6 98 -18,4
9. Cakupan Campak 74,1 90 -15,9
10. Cakupan Pengawasan Sarana Air Bersih 5,22 20 -14,78
11. Cakupan Pengawasan Tempat Pengolahan 4,38 18,75 -14,37
Makanan (TPM)
12. Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas 5,7 20 -14,3
13. Cakupan pengawasan Saluran Pembuangan 5,72 20 -14,28
Air Limbah (SPAL)
14. Cakupan Pengawasan Rumah Sehat 4,66 18,75 -14,09
15. Cakupan Pengawasan Jamban 4,67 18,75 -14,08
16. Cakupan Keluarga Sadar Gizi 90 100 -10
17. Pemeriksaan Laboratorium yang Dirujuk 0 10 -10
18. Cakupan Pengawasan Tempat-Tempat Umum 12,9 18,75 -5,85
(TTU)
19. Cakupan Kegiatan Klinik Sanitasi 0,43 6,25 -5,82
20. Cakupan Polio 4 85,7 90 -4,5
21. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang 59,09 63,42 -4,33
ditangani
22. Cakupan Kunjungan Neonatus 1 (KN1) 92,23 95 -2,77
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
Tabel 1.36 Rekapitulasi Kesenjangan Program Pelayanan Kesehatan
Pengembangan di UPT Puskesmas Sindangjaya
Cakupan Target Kesenjanga
No. Kegiatan
(%) (%) n (%)
1. Keluarga Rawan Selesai dibina 13,33 100 -86,67
Cakupan pembinaan kelompok tanaman
2. 21,42 100 -78,58
obat keluarga (TOGA)
3. Cakupan Pembinaan Kelompok Olahraga 22,22 100 -77,78
4. Keluarga Mandiri III 36,67 100 -63,33
5. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut 27,94 70 -42,06
6. Keluarga dibina (Keluarga Rawan) 83,33 100 -16,67
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017

39
1.4.3. Masalah Derajat Kesehatan
Masalah derajat kesehatan dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu morbiditas

(angka kesakitan), mortalitas (angka kematian), dan status gizi. Morbiditas dilihat

dari 10 pola penyakit terbanyak selama 3 bulan terakhir di Puskesmas

Sindangjaya. Penyakit hipertensi dan saluran pernapasan menjadi penyakit

terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Sindangjaya. Sedangkan jumlah kematian

selama 3 bulan terakhir berjumlah 12 kematian dengan stroke sebagai penyebab

utamanya. Sementara itu, dilihat dari aspek status gizi, masih terdapat 2 balita

kurus dan 1 balita gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sindangjaya selama 3

bulan terakhir.

1.5. Prioritas Masalah


1.5.1. Prioritas Masalah Manajerial
Prioritas masalah manajerial berdasarkan hasil dari analisa situasi,

informasi mengenai sumber daya, serta keterkaitan dengan peraturan yang

berlaku. Terdapat tiga kriteria yang menjadi indikator dalam penentuan prioritas

masalah manajerial, yaitu seberapa mendesak masalah tersebut, dampak dari

masalah tersebut terhadap produktivitas kerja, serta perkiraan perkembangan

masalah tersebut jika tidak ditangani. Berdasarkan indikator tersebut, masalah

manajerial yang menjadi prioritas adalah masalah sistem informasi kesehatan

terkait kelengkapan laporan bulanan yang masih kurang.

1.5.2. Prioritas Masalah Pelayanan Kesehatan


Prioritas masalah pelayanan kesehatan ditentukan dengan melihat data

kesenjangan negatif terbesar antara cakupan dan target dari setiap program.

Berdasarkan data tersebut, cakupan keluarga rawan selesai dibina memiliki

kesenjangan negatif terbesar, yaitu sebesar -86,67%.

40
1.5.3. Prioritas Masalah Derajat Kesehatan
Prioritas masalah derajat kesehatan ditentukan dengan metode USG

(Urgency, Seriousness, Growth). Urgency dinilai dari waktu yang diperlukan

terkait pemecahan masalah tersebut, apakah mendesak atau tidak. Seriousness

dinilai dari dampak masalah tersebut terhadap kualitas hidup. Growth dilihat dari

seberapa besar komplikasi dari masalah tersebut jika tetap tidak ditangani.

Masing-masing kriteria tersebut ditentukan dengan skala nilai 1-10. Masalah yang

memiliki skor tertinggi menjadi prioritas utama.

Tabel 1.37 Penentuan Prioritas Masalah Derajat Kesehatan Berdasarkan Metode


USG
No. Jenis Penyakit Urgency Seriousness Growth Total
1. Diabetes melitus 7 8 10 25
2. Hipertensi 9 6 9 24
3. Dispepsia 5 6 5 16
4. ISPA 8 4 2 14
5. Karies Gigi 4 3 7 14
6. Sakit kepala 4 4 6 14
7. Myalgia 6 4 3 13
8. Common cold 6 3 2 11
9. Batuk 4 3 4 11
10. Dermatitis 3 3 4 10
Sumber: Laporan UPT Puskesmas Sindangjaya Periode Bulan AugustusOktober Tahun
2017
Berdasarkan hasil tersebut, masalah derajat kesehatan yang menjadi

prioritas adalah kasus Diabetes Melitus.

41
1.5.4. Penentuan Prioritas Masalah
Setelah berdiskusi mengenai masalah manajerial, derajat kesehatan dan

pelayanan kesehatan. Berdasarkan skala prioritas masalah, tiga masalah utama

dari masing masing masalah tersebut yaitu sistem informasi kesehatan terkait

kelengkapan laporan bulanan yang masih kurang sebagai masalah manajerial,

tingginya kasus diabetes mellitus sebagai masalah derajat kesehatan, dan

pelayanan keluarga rawan selesai dibina sebagai masalah pelayanan kesehatan.

Namun selanjutnya, kami melakukan diskusi untuk menentukan prioritas masalah

dari ketiga masalah tersebut. Berdasarkan hasil diskusi dengan

mempertimbangkan keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah, kami

memilih masalah pelayanan kesehatan yaitu keluarga rawan selesai dibina.

Setelah dilakukan konfirmasi serta diskusi kepada penanggung jawab program

dan kepala puskesmas didapatkan bahwa tidak tercapainya target untuk pelayanan

keluarga rawan selesai dibina disebabkan karena kurangnya tenaga kerja yang

sesuai. Kondisinya pada saat ini di UPT Puskesmas Sindangjaya tidak terdapat

tenaga kesehatan masyarakat dan hanya terdapat dua orang tenaga kerja yang

sudah mengikuti pelatihan kesehatan masyarakat.

Setelah berdiskusi dengan Kepala Puskesmas dan pemegang program KIA

dan KB didapatkan informasi bahwa terdapat Program Nasional Gerakan

Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara dengan

IVA dan SADANIS yang dicanangkan pemerintah tahun 2015 dan diwajibkan

pelaporannya oleh Dinas Kesehatan Jawa Barat dalam tiga bulan terakhir. Dari

42
laporan terpisah didapatkan 5 pasien yang mendapatkan pelayanan IVA dalam

tiga bulan terakhir dan tidak ada pasien yang mendapatkan pelayanan SADANIS.

1.5.5. Perumusan Masalah


Tabel 1.38 Perumusan Masalah
Komponen Hasil Analisis
What Kurangnya pasien yang mau melakukan pemeriksaan IVA dan
SADANIS
Who Wanita usia subur di wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya
Where Wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya
When Periode Agustus-Oktober 2017
How Global: Insidensi kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan
adalah kanker payudra (40 per 100.000) dan kanker leher rahim
(17 per 100.000) (IARC 2012).
Nasional: Menurut Riskesdas 2013, di Jawa Barat prevalensi
kanker leher rahim 70 per 100.000 dan prevalensi kanker
payudara 30 per 100.000.

Hasil analisis dari komponen-komponen di atas disimpulkan dalam suatu

rumusan masalah, yaitu kurangnya pasien yang mau melakukan pemeriksaan

IVA dan SADANIS pada wanita usia subur di wilayah kerja UPT Puskesmas

Sindangjaya pada periode Agustus-Oktober 2017.

1.6. Identifikasi Penyebab Masalah dan Faktor Risiko


Setelah penentuan prioritas masalah, kemudian dilakukan analisis

penyebab dari masalah tersebut. Metode yang digunakan adalah dengan

menggunakan diagram sebab-akibat Ishikawa/Fishbone.

Money Man Environment

Masyarakat tidak mengetauhi adanya


Kurang intensifnya pelayanan IVA dan SADANIS di
Pasien yang tidak petugas Puskesmas Sindangjaya
memiliki BPJS, menggalakkan
harus membayar pemeriksaan IVA dan
Rp. 20.000 SADANIS
43

Kurangnya pasien
yang mau melakukan
Sikap masyarakat yang masih
malu untuk melakukan IVA dan
SADANIS
Kurang percaya
dirinya kader untuk
melakukan sosialisasi

Kurang efektifnya
Tidak ada sosialisasi kepada
rujukan terdekat kader dan masyarakat
Lokasi WUS yang tersebar, dan
untuk secara khusus dari
jauh dari puskesmas
cryotherapy puskesmas
Kurang sosialisasi dari
Kader kepada
masyarakat

Material /
Machine
Gambar 1.4 Identifikasi Masalah
1.6.1. Konfirmasi Penyebab Masalah
Untuk melakukan konfirmasi dari penyebab masalah, dilakukan

wawancara kepada masyarakat yang termasuk wanita usia subur di UPT

Puskesmas Sindangjaya, kader, Kepala Puskesmas dan pemegang program KIA

dan KB.

1.6.1.1.Wawancara dengan Masyarakat


Setelah dilakukan wawancara dengan beberapa wanita usia subur yang

sudah melakukan hubungan seksual yang datang ke UPT Puskemas Sindangjaya,

diketahui bahwa masyarakat belum mengetahui tentang pemeriksaan IVA dan

SADANIS serta ketersediaan pelayanannya di UPT Puskesmas Sindangjaya.

Setelah dijelaskan tentang pemeriksaan IVA dan SADANIS masyarakat mau

memeriksakan diri, namun ada beberapa yang masih merasa malu.

1.6.1.2.Wawancara dengan Kader


Berdasarkan hasil wawancara dengan Koordinator Kader Kelurahan

Sindangjaya, bahwa petugas puskesmas sudah pernah melakukan sosialisasi

44
mengenai adanya pemeriksaan IVA dan SADANIS di UPT Pskesmas

Sindangjaya dalam setiap kesempatan, yaitu salah satunya pada Rapat Koordinasi

Kader. Terdapat beberapa kader yang sudah melakukan pemeriksaan IVA,

sebagian besar belum mau dikarenakan malu dan takut. Hingga saat ini kader

belum memberikan sosialisasi kepada seluruh masyarakat, hanya saat rapat PKK

yang tidak dihadiri oleh semua ibu ibu.

1.6.1.3.Wawancara dengan Kepala Puskesmas


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas, bahwa tidak

adanya pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan IVA dan SADANIS

diakibatkan karena sikap masyarakat yang masih takut dan kurangnya

pengetahuan mengenai kedua pemeriksaan tersebut. Sikap takut tersebut muncul

karena teknik pemeriksaan IVA dan SADANIS yang mengharuskan pasien dalam

posisi litotomi dan membuka pakaian. Penyuluhan dan sosialisasi mengenai IVA

dan SADANIS sudah dilakukan pada setiap rapat koordinasi dengan kader, namun

kenyataannya tidak ada peningkatan pasien yang memeriksakan dirinya sehingga

dapat dikatakan tidak efektif.

1.6.1.4.Wawancara dengan Penanggung Jawab Program KIA dan KB


Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab program KIA

dan KB, sikap masyarakat yang masih takut, kurangnya pengetahuan masyarakat

mengenai kedua pemeriksaan tersebut, dan adanya biaya yang dikeluarkan untuk

pemeriksaan IVA menyebabkan pasien tidak mau melakukan pemeriksaan. Pasien

yang datang untuk pemasangan KB sudah di edukasi untuk melakukan

pemeriksaan IVA, namun masih banyak pasien yang menolak.

45
1.6.2. Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif pemecahan masalah ditentukan dengan mempertimbangkan

beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut yaitu aspek biaya pemecahan masalah (B),

kesulitan teknis dalam pelaksanaan (K), efek samping yang mungkin terjadi (E),

penolakan terhadap perubahan (P), waktu yang diperlukan untuk melaksanakan

pemecahan masalah (W). Kelima aspek tersebut kemudian diberi skor 0 atau 1,

dengan ketentuan skor 0 apabila kriteria tersebut dianggap sebagai hambatan

dalam pemecahan masalah dan skor 1 apabila kriteria tersebut mendukung

pemecahan masalah.

Tabel 1.45 Alternatif Pemecahan Masalah


No. Penyebab Masalah Alternatif Penyelesaian B K E P W Total
1 Pasien yang tidak memiliki Konseling mendaftar BPJS 1 0 0 0 0 1
BPJS, harus membayar Rp.
20.000
2 Tidak ada rujukan terdekat Audiensi kepada rumah sakit 0 0 0 0 0 0
untuk cryotherapy terdekat untuk mengadakan
pelayanan cryotherapy
3 Kurang efektifnya sosialisasi Melakukan metode sosialisasi 1 1 1 1 1 5
kepada kader dan masyarakat efektif
secara khusus dari puskesmas
4 Kurang sosialisasi dari Kader Melakukan metode training 1 0 1 1 0 3
ke masyarakat for trainer
5 Masyarakat tidak mengetauhi Melakukan metode sosialisasi 1 1 1 1 1 5
adanya pelayanan IVA dan efektif mengenai adanya
SADANIS di UPT Puskesmas pemeriksaan IVA dan
Sindangjaya SADANIS di UPT Puskesmas
Sindangjaya
6 Sikap masyarakat yang masih Melakukan sosialisasi sarana 1 1 1 1 1 5
malu untuk melakukan IVA puskesmas yang sudah
dan SADANIS mendukung untuk
pemeriksaan IVA dan
SADANIS
7 Kurang intensifnya petugas Audiensi kepada puskesmas 1 1 1 1 0 4
menggalakkan pemeriksaan IVA untuk meningkatkan promosi
dan SADANIS pada setiap pelayanan
8 Kurang percaya dirinya kader Melakukan metode training 1 0 1 1 0 3
untuk melakukan sosialisasi for trainer

9 Lokasi WUS yang tersebar, dan Melakukan pemeriksaan 0 0 0 0 0 0


jauh dari puskesmas keliling

46
No. Penyebab Masalah Alternatif Penyelesaian B K E P W Total

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa alternatif pemecahan

masalah yang memungkinkan untuk dilaksanakan adalah melakukan metode

sosialisasi efektif kepada kader dan masyarakat mengenai adanya pemeriksaan

IVA dan SADANIS serta adanya sarana puskesmas yang sudah mendukung di

UPT Puskesmas Sindangjaya dilengkapi dengan penyediaan media poster di

setiap RW di wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya.

BAB II

RENCANA PENANGGULANGAN MASALAH

47
2.1. Pendahuluan
Menurut Kementrian kesehatan Indonesia, setiap puskesmas diseluruh

Indonesia diwajibkan untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan

kanker payudara. Salah satu masalah pelayanan kesehatan pada UPT Puskesmas

Sindangjaya adalah kurangnya antusiasme deteksi dini kanker leher rahim dan

kanker payudara berupa IVA Tes dan SADANIS dalam 3 bulan terakhir yaitu

bulan Agustus-Oktober 2017. Menurut data laporan kunjungan puskesmas untuk

pemeriksaan IVA dan SADANIS pada 3 bulan terakhir yaitu nihil. Terdapat

berbagai alasan yang menyebabkan hal ini, yaitu kurangnya pengetahuan

masyarakat serta ketakutan akan pemeriksaan itu sendiri.

2.2. Tujuan

2.2.1 Tujuan Umum


Meningkatkan kunjungan pasien yang mau melakukan pemeriksaan IVA dan

SADANIS pada wanita usia subur di wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya.

2.2.2 Tujuan Khusus


Memberikan sosialisasi mengenai adanya pemeriksaan IVA dan SADANIS di

UPT Puskesmas Sindangjaya kepada wanita usia subur dari masing masing RW di

Kelurahan Sindangjaya dan Kelurahan Pasir Impun.

2.3. Sasaran

2.3.1. Sasaran Primer

Sasaran primer pada kegiatan ini adalah wanita usia subur di Kelurahan

Pasir Impun dan Sindangjaya.

48
2.3.2. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder kegiatan ini yaitu kader-kader di Kelurahan Sindangjaya

dan Kelurahan Pasir Impun. Alasan kader-kader ini menjadi sasaran sekunder

adalah karena seringnya interaksi yang terjadi antara kader dengan masyarakat

sehingga dapat mengajak masyarakat untuk datang puskesmas melakukan

pemeriksaan IVA dan SADANIS. Selain itu, karena salah satu peran kader adalah

sebagai perpanjangan tangan dari Puskesmas dalam memantau kondisi

masyarakat terutama dalam bidang kesehatan.

2.3.3. Sasaran Tersier

Sasaran tersier kegiatan ini adalah penanggung jawab program IVA dan

SADANIS. Penanggung jawab program memiliki wewenang untuk meningkatkan

promosi IVA dan SADANIS terhadap kader dan masyarakat.

2.4. Metode

Kegiatan ini dilakukan dengan metode sosialisasi. Pemaparan sosialisasi

menggunakan media slide presentasi dan adanya testimoni dari kader yang sudah

melakukan pemeriksaan.

2.5. Materi

2.5.1. Alasan Dilakukannya Sosialisasi

Diwajibkannya pemeriksaan IVA dan SADANIS untuk wanita usia subur

oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 2015. Tahun 2019

diharapkan 50% wanita usia subur sudah melakukan pemeriksaan IVA dan

SADANIS.

49
2.5.2. Tujuan Pemeriksaan IVA dan SADANIS

Pemeriksaan IVA dilakukan untuk deteksi dini kanker serviks dan

pemeriksaan SADANIS dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara.

2.5.3. Epidemiologi Kanker Serviks dan Kanker Payudara di Indonesia

Kanker serviks dan kanker payudara sebagai penyebab kematian pertama

untuk wanita di Indonesia.

2.5.4. Pemeriksaan IVA dan SADANIS di UPT Puskesmas Sindangjaya

2.5.5. Tes IVA

IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) adalah pemeriksaan leher rahim

(serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim

setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3 sapai dengan 5%.

Dapat diketahui secara dini jika terdapat lesi pra kanker serviks dan segera

dilakukan penatalaksanaan yang cepat dan tepat. Dapat dilakukan setiap satu

tahun sekali.

2.5.6. Periksa Payudara Klinis (SADANIS)


Pemeriksaan payudara klinis adalah pemeriksaan payudara yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan. SADANIS dapat dilakukan oleh bidan dan dapat

dikonfrimasi oleh dokter jika ditemukan benjolan, kemudian dapat dilanjutkan

dengan pemeriksaan mammografi dan USG. Penanganan dini terhadap kanker

payudara akan meningkatkan kemungkinan sembuh dan menekan biaya

pengobatan. SADANIS sebaiknya dilakukan minimal dua kali dalam setahun.

50
2.5.7. Tata Cara
Tes IVA dapat dilakukan pada wanita usia subur yang sudah berhubungan

seksual. Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi,

termasuk saat menstruasi, dan saat asuhan nifas atau paska keguguran.

Sebaiknya dilakukan setiap satu tahun sekali.

Alur pemeriksaan IVA dan SADANIS

Gambar 1.5 Alur Pemeriksaan IVA dan SADANIS


Sumber: Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker
Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara

Ruangan pemeriksaan IVA dan SADANIS harus tertutup dilengkapi

dengan kasur pemeriksaan, pencahayaan yang cukupdan ventilasi yang cukup.

Pemeriksaan dilakukan oleh bidan atau dokter yang sudah terlatih.

51
Gambar 1.6 Ruang Pemeriksaan IVA dan SADANIS UPT Puskesmas
Sindangjaya

52
BAB III

PERSIAPAN KEGIATAN

3.1 Judul Kegiatan

Kegiatan ini berjudul Sosialisasi Pemeriksaan IVA dan SADANIS di

Puskesmas Sindangjaya. Bentuk kegiatan ini adalah sosialisasi dengan metode

seminar interaktif dan komunikatif.

3.2 Waktu dan Tempat Kegiatan

Hari dan tanggal : Senin, 4 Desember 2017

Waktu : 08.00 selesai

Tempat : Aula Kantor Kelurahan Sindangjaya

3.3 Susunan Kepanitiaan

Preseptor Lapangan : Anneke Rosma, dr., M.KM.,MBSc

Preseptor IKM : Dr. Guswan Wiwaha, dr., MM

Ketua Pelaksana : Bella Tri Hapsari

Sekretaris dan Bendahara : Ismiana Fatimah Modjaningrat

Sie Acara dan Humas : Muhammad Syahrul Ramadhani

Sie Logistik dan Dokumentasi : Evi Anugrah Arumningsih

53
3.4. Jadwal Perencanaan Kegiatan
Jadwal perencanaan kegiatan Sosialisasi Pemeriksaan IVA dan SADANIS

di Puskesmas Sindangjaya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Perencanan Kegiatan


November-Desember 2017
No. Kegiatan
27 28 29 30 2 4
1 Pembentukan kepanitiaan
2 Penentuan waktu, tempat, dan sasaran
penyuluhan
3 Penyusunan acara
4 Penyebaran undangan
5 Peninjauan ke tempat kegiatan
6 Persiapan logistik
7 Pelaksanaan sosialisasi
8 Evaluasi

3.5 Susunan Acara

Susunan acara untuk kegiatan ini terdiri atas absensi, pembukaan dan

pembacaan doa, sambutan, materi sosialisasi, sesi testimoni dan tanya jawab,

penutupan dan pembacaan doa, foto bersama, pembagian snack dan poster

sosialisasi serta foto bersama.

Tabel 3.2 Susunan Acara


No. Waktu Durasi Kegiatan
1 08.00-09.00 60 Persiapan acara
2 09.00-09.10 10 Pembukaan oleh MC
Pembacaan doa
Sambutan dari Kepala UPT Puskesmas Sindangjaya
3 09.10-09.25 15 Materi sosialisasi
4 09.25-09.35 10 Testimoni
5 09.35-09.50 15 Tanya jawab dan doorprize
5 09.50-09.55 5 Penutupan
6 09.55-10.25 30 Tanda tangan persetujuan
Pembagian snack dan poster

54
No. Waktu Durasi Kegiatan
Foto bersama

3.6 Alat Bantu dan Bahan

Berikut ini adalah alat bantu dan bahan kegiatan Sosialisasi Pemeriksaan

IVA dan SADANIS di Puskesmas Sindangjaya.

Tabel 3.3 Alat Bantu dan Bahan


No. Jenis barang Jumlah
1 Spanduk 1 buah
2 Poster 23 buah
4 Layar proyektor 1 buah
5 Infocus 1 buah
6 Laptop 1 buah
7 Terminal 1 buah
8 Mikrofon dan speaker 2 buah
9 Kamera digital 1 buah
13 Undangan 26 buah
15 Daftar hadir 2 buah
17 Konsumsi 60 buah
18 Dooprize 3 buah
3.7. Rancangan Anggaran Biaya
Berikut adalah rancangan anggaran biaya kegiatan Sosialisasi Pemeriksaan

IVA dan SADANIS di Puskesmas Sindangjaya.

Tabel 3.1 Rancangan Anggaran


Harga satuan Total
Uraian Kuantitas
(Rp) (Rp)
Acara
Daftar hadir 500 2 1.000
Cetak spanduk 30.000 1 30.000
Cetak poster 5.000 24 120.000
Cetak sertifikat 2.500 24 60.000
Goodie bag 20.000 3 60.000
Konsumsi
Snack 5.000 60 300.000
Lain Lain 100.000
Jumlah : 671.000

55

Anda mungkin juga menyukai