Anda di halaman 1dari 29

CSS Dermatoterapi

Arfi Fachrul Imaduddin


Gabriela Grace
Nik M Fareez
DERMATOTER Dermatoterapi → ilmu pengetahuan yang
API mempelajari pengobatan penyakit kulit.
Jenis-jenisnya yaitu:
 Medikamentosa → topikal, sistemik
DERMATOTER  Bedah kulit → bedah skalpel,
API bedah listrik, bedah kimia, bedah beku
 Penyinaran → radioterapi, sinar
UV, laser
 Psikoterapi
PRINSIP-  Perhatikan pasien secara holistik
PRINSIP  Perhatikan segi fisiologis, patologi, biokimia, dan anatomi kulit
UMUM  Kuasai materi medis dan dasar ilmunya
 Perhatikan farmakologi obat-obatan
MENGOBATI
 Terapi kausal → yang paling baik
PASIEN  Obat yang paling sederhana
PENYAKIT  Individualisasi
KULIT  Perhatikan sisi ekonomi pasien
Pemilihan bahan aktif
Area tubuh yang
terlibat
PRINSIP Status penyakit kulit Efikasi maksimum
TERAPI Konsentrasi obat Efek samping minimum
MEDIKAMENT Tipe vehikulum
OSA TOPIKAL Metode aplikasi
Durasi pemakaian
1. Pemilihan vehikulum tergantung :
a. Stadium penyakit
b. Distribusi dan lokalisasi
PRINSIP KHUSUS c. Efek yang diinginkan
OBAT TOPIKAL 2. akut  konsentrasi rendah
3. Jelaskan cara pakai, cara membersihkan
4. Hindari sensitizer
5. Batasi penggunaan obat yang tidak stabil
Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen
dasar yaitu zat pembawa (vehikulum) dan zat aktif.
OBAT  Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang
memiliki efek terapeutik,
TOPIKAL
 zat pembawa (vehikulum) adalah bagian inaktif dari
sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang
membawa bahan aktif berkontak dengan kulit.
 Monofasik
Jenis  Bifasik
Vehikulum  Trifasik

*Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi Yanhendri, Satya Wydya Yenny
• Efek:
 Mendinginkan
 Anti inflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi
 Anti pruritus lemah
 Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat
 Proteksi mekanis

• Indikasi:
BEDAK  Dermatosis yang kering dan superfisial
vehikulum solid/padat yang  Vesikobulosa akut
memiliki efek mendinginkan,
menyerap cairan serta Kontraindikasi:
mengurangi gesekan pada  Dermatosis yang basah dan eksudatif
daerah aplikasi • Cara pemakaian: ditaburkan, menggunakan spons atau kapas

VEHIKULUM DALAM DERMATOTERAPI TOPIKAL - Anjas Asmara, Sjaiful Fahmi Daili, Tantien Noegrohowati, Ida Zubaedah
 Terdiri atas: solusio (larutan dalam air) dan tingtura (larutan dalam alkohol)
 Solusio dibagi dalam:
 Kompres → terdapat pendinginan dengan adanya penguapan
 Rendam (bath), misalnya rendam kaki/tangan
 Mandi (full bath)
CAIRAN  Prinsip pengobatan cairan:
 Membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta, dsb) dan sisa-sisa obat
topikal yang pernah dipakai.
Vehikulum berbentuk cair dapat  Untuk terjadinya perlunakan dan pecahnya vesikel, bulla, dan pustula.
berupa air, alkohol, minyak,
dan propilen glikol.

VEHIKULUM DALAM DERMATOTERAPI TOPIKAL - Anjas Asmara, Sjaiful Fahmi Daili, Tantien Noegrohowati, Ida Zubaedah
 Hasil akhir pengobatan:
 Keadaan yang membasah menjadi kering
 Permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh
dan mulai terjadi proses epitelisasi.

 Sifat cairan:
1. Membersihkan – eksudat, skuama, krusta
2. Mengeringkan – dengan kompres terbuka
3. Protektif
4. Mendinginkan – pada radang akut
5. Memanaskan – dengan kompres tertutup
6. Epitelialisasi
7. Anti pruritus
 Indikasi: dermatosis yang basah atau akut, dermatitis akut
 Kontraindikasi: lesi kering
 Cara pemakaian:
 Bathing (berendam)
 Kompres terbuka
 Kompres tertutup
• Merupakan bahan berlemak atau seperti lemak, pada suhu kamar
memiliki konsistensi seperti mentega.
• Lemak → asli (adaps lanae) dan mineral (vaselin)
• Sifat:
 Menutupi
 Protektif
Salep  Melicinkan
 Penetratif
 Memanaskan
Salep merupakan sediaan
semisolid yang dapat • Indikasi: dermatosis kering, kronis
digunakan pada kulit
maupun mukosa. • Kontraindikasi: dermatosis basah, daerah berambut, lipatan

VEHIKULUM DALAM DERMATOTERAPI TOPIKAL - Anjas Asmara, Sjaiful Fahmi Daili, Tantien Noegrohowati, Ida Zubaedah
 terdiri atas campuran cairan dan bedak, biasanya ditambah dengan
gliserin sebagai bahan perekat.
 Supaya bedak tidak terlalu kental dan tidak cepat menjadi kering, maka
jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10-15%.
BEDAK  Sifat: mengeringkan, anti pruritus
KOCOK  Indikasi: dermatosis yang luas dan generalisata
(LOTION)  Kontraindikasi: dermatosis produktif, daerah berambut, dermatosis
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari yang kering
komponen obat tidak dapat larut terdispersi
dalam cairan dengan konsentrasi mencapai
20%.

VEHIKULUM DALAM DERMATOTERAPI TOPIKAL - Anjas Asmara, Sjaiful Fahmi Daili, Tantien Noegrohowati, Ida Zubaedah
 Merupakan campuran air (W), minyak (O), dan emulgator.
 Krim ada 2 jenis:
 W/O → air dalam minyak (minyak >>)
 O/W → minyak dalam air (air >>)
 Efek: proteksi, mengeringkan
Krim  Indikasi: dermatosis subakut, dermatosis luas
 O/W → untuk daerah berambut
 W/O → untuk lesi kering
Krim merupakan sediaan
semisolid yang mengandung  Kontraindikasi: dermatosis produktif dan basah
satu atau lebih zat aktif yang
terdispersi dalam suatu
medium pendispersi dan
membentuk emulsi
 Salep + bedak = pasta
 Bersifat protektif dan mengeringkan
 Indikasi: dermatosis subakut yang tidak produktif
 Kontraindikasi:
Pasta dan  Dermatosis yang produktif
 Daerah berambut
Pasta  Daerah genitalia eksterna dan lipatan

pendingin
 Salep + bedak + cairan → pasta pendingin
 Indikasi → dermatosis yang subakut
 Kontraindikasi → dermatosis akut dan produktif
 Dibagi menjadi:
 Bedah skapel → untuk berbagai tumor.
 Bedah listrik → menggunakan elektrokauter misalnya pada verucca
vulgaris.
 Bedah kimia → penggunaan pododlin untuk kondiloma akuminata.
Bedah kulit  Bedah beku → menggunakan CO2 padat atau nitrogen cair untuk
neurofibroma.
PENYINARAN – Radioterapi → misal pada basalioma
– Sinar UV → misal pada psoriasis
– Laser → misal pada hemangioma

Terapi ini diberikan pada penderita neurodermatitis, dilakukan


PSIKOTERAPI kombinasi dengan terapi medikamentosa.
1. Protektif : salep, pasta, pasta pendingin, krim
2. Absorpsi : bedak, bedak kocok
3. Mengeringkan : cairan, bedak kocok
EFEK OBAT 4. Penetrasi yang baik dan cepat : salep, krim, tingtura
YANG 5. Melemaskan kulit (untuk kulit kering) : salep, krim W/O
DIINGINKAN 6. Membersihkan lesi : cairan
7. Mendinginkan : cairan, bedak kocok
8. Proteksi UV : bedak (Ti02)
9. Memanaskan : kompres tertutup
1. Aluminium Asesat & Asam Asetat
Dipakai pada kompres
Bersifat antiseptik
2. Asam Benzoat
Sifat antiseptik untuk fungisidal, digunakan dalam
salep
Bahan Aktif
3. Asam Borat
Dipakai untuk bedak, kompres.
4. Asam Salisilat
Merupakan zat keratotik
Aluminium Undesilenat
Bersifat antimikotik
Dipakai pada salep atau krim
Asam Retinoat
Berefek memperbaiki keratinisasi, meningkatkan
laju mitosis
Bahan Aktif
Benzokain
Bersifat anestesia
Benzil Benzoat
Skabisid dan pedikulosid
Tabel : Klasifikasi kortikosteroid topikal berdasarkan potensi klinis
 Potensi sangat kuat, misalnya :
 Beklometason dipropionat 0,5 %
Potensi sedang, misalnya :
Beklometason dipropionat 0,0125 %
 Klobetasol propionat 0,05 % Betametason valerat 0,05 %
 Diflukortolon valerat 0,3 % Klobetasol butirat 0,05 %
Triamsinolon asetonid 0,05 %
Kortikosteroid 

Fluosinolon asetonid 0,2 %
Mometason furoat 0,1 %
topikal  Potensi kuat, misalnya : Potensi lemah, misalnya :
 Beklometason dipropionat 0,025 % Deksametason 0,01 %
Hidrokortison 0,1-1 %
 Betametason dipropionat 0,05 % Metilprednisolon 0,25 %
 Betametason valerat 0,5 %
 Desoksimetason 0,25 %
 Triamsinolon asetonid 0,05 %
 Pemilihan jenis kortikosteroid topikal :
 Dipilih kortikosteroid topikal yang sesuai
 Aman, efek samping sedikit, dan murah
 Serta perlu dipertimbangkan jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi
penyakit (stadium, luas, dalam/dangkalnya lesi dan lokalisasi lesi) serta
umur penderita
 Makin muda usia penderita, makin rendah potensi dan konsentrasi obat
yang kita berikan, karena pada usia muda, penyerapan obat relatif lebih
banyak
 Selain faktor umum, ketebalan kulit di berbagai bagian badan tidak
sama, pada kulit yang tipis misalnya kulit wajah, penyerapan obat lebih
tinggi sehingga potensi dan konsentrasi obat topikal yang digunakan
harus lebih rendah
Kortikosteroid topikal mempunyai
khasiat :
 Anti-inflamasi
 Anti-alergi
 Anti-pruritus
 Anti-mitotik
 Vasokonstriksi
Indikasi kortikosteroid topikal :
 Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat
belum tentu merupakan obat pilihan untuk
suatu penyakit kulit. Harus selalu diingat
bahwa kortikosteroid topikal bersifat paliatif
dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan
merupakan pengobatan yang bersifat kausatif
 Gejala dan efek samping kortikosteroid topikal
pada kulit :
 telangiektasia
 atrofi kulit
 striae atrofise
 hipopigmentasi/hiperpigmentasi
 dermatitis akneiformis
 hipertrikosis setempat
 dermatitis perioral
Dermatitis yang responsif terhadap kortikosteroid topikal :
 Psoriasis
 Dermatitis atopik
 Dermatitis kontak
 Dermatitis seboroik
 Dermatitis numularis
 Dermatitis venenata
 Dermatitis intertriginosa
 Dermatitis solaris
 Neurodermatitis sirkumskripta
Dermatitis yang kurang responsif :
 Lupus eritematosus diskoid
 Psoriasis di telapak tangan dan kaki
 Nekrobiosis lipoidika diabetikum
 Vitiligo
 Granuloma anulare
 Sarkoidosis
 Liken planus
 Pemfigoid
 Eksantema fikstum

Anda mungkin juga menyukai