Anda di halaman 1dari 13

1.

Mengapa paradigma dikotomi politik – administrasi tidak bisa berjalan dengan


baik di Indonesia?
Jawaban
Sebelum mengetahui mengapa paradigma dikotomi politik administrasi tidak bisa
berjalan dengan baik di Indonesia, terlebih dahulu harus diketahui apa yang dimaksud
dengan dikotomi. Menurut Wikipedia dikotomi secara bahasa dipahami sebagai
pemisahan dua hal yang sangat sulit disatukan karena perbedaan yang ada. Namun bisa
juga dimaknai sebagai bentuk penolakan terhadap penggolongan dua hal yang berlainan.
Sehingga jika dikaitkan dengan politik maka dikotomi politik berkaitan dengan kelompok
yang bertentang sehingga keduanya kesulitan untuk disatukan.
Adapun dikotomi politik erat kaitannya dengan administrasi publik. Keduanya,
dikotomi politik dan administrasi publik, dimulai dari Frank J. Goodnow. Dia menulis
sebuah buku yang berjudul Politic and Administration pada tahun 1900. Dia
menyebutkan bahwa kekuasaan pemerintah dapat dibagi menjadi dua fungsi yang
keduanya adalah politik dan administrasi. Frank J. Goodnow menyebutkan bahwa
dikotomi politik-administrasi ini memiliki dua hal yang saling berlainan. Para pengikut
Goodnow menghendaki adanya pemisahan yang tegas antara kekuasaan politik dan
kekuasaan administrasi. Mereka berpendapat bahwa apabila politik memasuki
administrasi, pelaksanaan kebijakan publik yang merupakan ranah administrasi akan
mengalami kekacauan/kerusakan.

Politik menurut Goodnow berkenaan dengan perumusan kebijakan-kebijakan


negara (publik) atau perumusan pernyataan kehendak atau keinginan negara (expression
of the state will). Sementara administrasi diartikan sebagai pelaksana yang harus
berhubungan dengan kebijksanaan-kebijaksanaan publik tersebut. Dalam hubungan ini,
pemisahan kekuasaan pemerintah dalam kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif
merupakan dasar pembedaan dalam politik dan adminitrasi. Badan legislatif dengan
ditambah kemampuan penafsiran dari badan yudikatif mengemukakan keinginan-
keinginan negara dan kebijaksanaan formal. Sedangkan badan eksekutif
mengadministrasikan (menjalankan) kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut secara adil,
tidak memihak dan tidak bersifat politis (apolitically).

Goodnow juga mengemukakan bahwa seluruh tindakan negara beserta organ-


organnya dapat dibagi menjadi dua fungsi yang berbeda, yaitu politik dan administrasi.
Politik bertalian dengan kebijakan-kebijakan atau ekspresi dari kehendak negara.
Administrasi bertalian dengan pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan tersebut. Selanjutnya
Goodnow, menjelaskan bahwa fungsi administrasi mencakup dua bentuk, yaitu; (a)
administrasi peradilan, dan (b) administrasi pemerintah. Fungsi administrasi peradilan
mencakup interpretasi kehendak negara. Fungsi ini dijalankan oleh otoritas yudisial yang
sedikit banyak independen dari pembuat undang-undang. Fungsi administrasi pemerintah
mencakup beberapa elemen, yaitu; (a) pemilihan legislator, (b) penunjukan hakim, (c)
penunjukan petugas/pejabat, (d) pekerjaan perstatistikan, (e) pembentukan, perlindungan,
dan pengembangan organisasi pemerintah, dan (f) penegakan hukum.

Lokus pada dikotomi ini (yang juga merupakan paradigma pertama pada
administrasi publik) yakni mempermasalahkan dimana seharusnya administrasi negara ini
berada. Secara jelas, menurut Goodnow dan pengikutnya menghendaki adanya
pemisahan yang tegas, administrasi publik seharusnya berpusat pada birokrasi
pemerintahan selanjutnya dalam kaitannya dengan lokus paradigma pertama ini ialah
timbulnya suatu persoalan diantara kalangan akademis dan praktisi mengenai dikotomi
politik-administrasi. Mereka berpendapat bahwa apabila politik memasuki administrasi,
pelaksanaan kebijakan publik yang merupakan ranah administrasi akan mengalami
kekacauan/kerusakan. Inisial legitimasi yang konseptual tentang locus ini memberikan
pusat pengertian atau definisi dari bidang administrasi. Selanjutnya dalam kaitannya
dengan locus paradigma pertama ini ialah timbul suatu persoalan di antara kalangan
akademisi dan praktisi mengenai dikotomi politik-administrasi.

Administrasi publik mulai mendapatkan legitimasi akademis pada tahun 1920-an.


Pada tahun 1996, Leonald White menerbitkan buku “Introduction to the study of public
administration” (buku pertama yang secara keseluruhannya dipersembahkan untuk
mengenalkan ilmu administrasi publik). Dwight waldo pernah mengatakan mengenai
buku White ini bahwa  buku tersebut merupakan sari karakter kemajuan Amerika, dan
didalam saripatinya itu tercermin dorongan yang umum dalam bidang ini. Dorongan itu
antara lain mengemukakan sebagai berikut :

1. Politik seharusnya tidak usah mengganggu lagi administrasi publik.


2. Manajemen memberikan sumbang analisis ilmiahnya terhadap administrasi publik
3. Administrasi publik adalah mampu menjadikan dirinya sebagai ilmu pengatahuan
yang “value free”.
4. Misi dari ilmu administrasi adalah ekonomis dan efesiensi.

Hasil dari paradigma pertama ini memperkuat paham (nation) perbedaan dari
dikotomi politik-administrasi. Paham perbedaan ini akan tampak jelas dengan cara
menghubungkannya dengan suatu koresponden antara dikotomi nilai (value) dan practice.
Dengan demikian segala hal yang diteliti oleh administrasi publik di dalam lembaga
eksekutif bagaimanapun diwarnai dan diabsahkan (legitimized) dengan praktik dan ilmiah
(practice and scientific).

Dalam pertumbuhan lebih lanjut berkembang pandangan yang menyatakan bahwa


antara tingkatan politik dan administrasi terjalin hubungan timbal balik antara politik dan
administrasi yang oleh Leonard White disebut interpenetration. Dengan demikian jelaslah
bahwa pembagian kekuasaan pemerintahan dalam dua kekuasaan bukanlah pemisahan
yang mutlak, tetapi merupakan pembagian kekuasaan yang menuntut kerja sama yang erat
agar proses administrasi publik dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

Pengaruh lain yang sangat terasa ialah, karena penekanan administrasi publik pada
“administrasi dan praktika” pada mulanya, maka usaha-usaha berikutnya adalah
dipusatkan untuk memberikan fondasi prinsip-prinsip ilmiah pada administrasi tersebut.
Hal ini merupakan suatu usaha untuk yang tidak mudah pada awal perkembangan
administrasi publik sebagai suatu ilmu.

Administrasi negara harus didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen ilmiah dan


terpisah dari hiruk pikuk kepentingan politik. Inilah yang dikenal sebagai konsep dikotomi
politik dan administrasi. Administrasi negara merupakan pelaksanaan hukum publik
secara detail dan terperinci, karena itu menjadi bidangnya birokrat tehnis. Sedang politik
menjadi bidangnya politisi.

Sementara di Indonesia yang adalah negara demokrasi, peran partai politik sebagai
penampung aspirasi rakyat menduduki posisi yang sangat strategis dalam mengontrol
kinerja birokrasi. Sebelumnya kita harus mengetahui actor politik dan actor administrasi.
Aktor politik diistilahkan elected yaitu dipilih dan terwujud dalam lembaga eksekutif
misalnya kepala negara/kepala daerah dan lembaga legislatif yakni anggota dewan baik di
pusat maupun di daerah. Sedangkan actor administrasi istilahnya appointed yakni ditunjuk
jadi actor administrasi ditunjuk oleh actor politik. Hal ini sudah menjadi salah satu campur
tangan politik dalam administrasi sehingga dikotomi politik administrasi tidak berjalan
dengan baik.

Hal kedua yang lain adalah para pelaku administrasi/birokrasi tidak akan bisa berjalan
tanpa dukungan politik. Seorang administrator dapat menjalankan tugasnya ketika diberi
mandat. Dan itu akan terjadi ketika ada keputusan dari pimpinan dalam hal ini seperti
kepala negara/kepala daerah. Dan akan menyalahi jika administrator ini menjalankan
sesuatu tanpa ada mandat/tugas. Kewenangan administrasi tidak dapat dilepaskan dari
kekuasaan dan kompetensi para politisi baik itu di Lembaga Eksekutif maupun Legislatif.
Aktor Administrasi akan sangat terikat/tergantung pada kemauan actor politik. Actor
administrasi dalam menjalankan/menyelesaikan tugas membutuhkan sumber daya dari
actor politik. Actor administrasi adalah sebagai engine of machine yang artinya mesin
pembangunan. Apabila actor politik serius ingin membangun daerahnya maka semua
dukungan politik, sumber daya harus diberikan dengan sebaik mungkin.

Berikutnya adalah adanya political manajement. Political manajement adalah ruang


yang menyatukan persepsi antara actor politik dan actor administrasi melalui aktivitas
komunikasi dan koordinasi. Seperti kepala daerah yang menampung aspirasi rakyat saat
proses pemilihan yang dihimpun melalui janji-janji politik. Janji-janji ini harus
diimplementasikan atau direalisaikan selama masa kepemimpinannya. Janji-janji politik
ini kemudian dihadapkan/ditunjukkan kepada actor administrasi supaya ini bisa dijalankan
atau terlihat visible, apakah bisa dijalankan atau tidak. Tapi mau tidak mau, suka atau
tidak suka actor administrasi ini pada prinsipnya harus mengikuti pimpinan yang adalah
actor politik. Dalam ruang political management inilah terjadi sharing knowledge. Actor
administrasi memfollow up janji politik yang visible untuk dilaksanakan menjadi rencana
kerja untuk diselenggarakn selama masa kepemimpinan kepala daerah. Rencana kerja ini
memunculkan produk kebijakan. Setiap kebijakan yang diambil oleh eksekutif bersama
sama dengan legislative dan kemudian dilaksanakan oleh actor-aktor administrasi akan
tetap berada dalam koridor kepentingan public.

Pada prinsipnya secara filosofis, actor politik dan actor administrasi lebih sebagai
check and balance. Apa yang ingin dicapai/dibangun pada akhirnya adalah kepentingan
masyarakat., dan kedua actor ini mengklaim menjalankan amanah rakyat, tapi hal itu
perlu dikontrol. Misalnya actor politik menghimpun janji politik hasil bargaining dengan
konstituante yang kemudian dibawah ke pemerintahannya, sementara actor administrasi
yang sehari-hari menjalankan tugas dan fungsinya dengan masyarakat yang lebih tahu
lapangan akan melihat dan mengukur apakah janji politik benar merepresantasikan
kepentingan masyarakat.
2. Jelaskan perbedaan dalam praktek administrasi sebagai seni dan administrasi
sebagai ilmu. Berikan contoh pada tempat kerja masing-masing.
Jawaban
A. Administrasi sebagai seni
Sebagai seni, administrasi merupakan keterampilan yang ditempa oleh
berbagai pengalaman. Menurut George R. Terry (dalam Syafie, dkk;1997) “seni
adalah kekuatan pribadi seseorang yang kreatif, ditambah dengan keahlian yang
bersangkutan dalam menampilkan karya. Administrasi dikatakan sebagai suatu seni
karena dapat dilihat dan disaksikan sendiri bagaimana seorang administrator publik
mampu menyelenggarakan, menata dan mengurus organisasinya tanpa keterpaksaan
bawahannya kendati oraganisai itu berupa suatu negara.
Administrasi sebagai seni adalah administrasi dalam praktik. Administrasi
telah dipraktikan berabad-abad lamanya, baik dalam periode pra-sejarah, sejarah
maupun periode modern. Sebagai mana yang telah dijelaskan maka sebagai suatu
seni, administrasi atau juga dikenal sebagai seni manajemen, sebagai suatu aktivitas
dapat dikenal adanya motivasi serta seni membujuk bawahan dalam suatu organisasi.
Dengan motivasi orang lain maka kita harus mengetahui apap-apa yang menjadi
kebutuhan orang yang akan dimotivasi tersebut, apa yang menyebabkana nantinya
orang tersebut menjadi puas atau tidak puas.
Didalam seni tercakup beberapa aspek, misalnya :
a. Seni Vokal
Bagaimana kemampuan menggerakan orang dalam suatu organisasi dengan
kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki pribadi seorang pemimpin.
b. Seni Sastra
Bagaimana kemampuan menciptakan atau merancang, merasakan, dan
menghayati suatu bentuk surat keputusan
Dalam hal membedakan antara administrasi sebagai seni dengan administrasi
sebagai ilmu maka sebagai seni administrsasi memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Penerapan prinsip-prinsip administrasi tidak berdasarkan hasil pengkajian secara
ilmiah
2. Berdasarkan akal sehat atau pemikiran rasional
3. Melalu metode deduksi
4. Melalui metode induksi
Apabila seseorang sebagai aparatur administrasi pemerintahan maka yang
bersangkutan dituntut untuk memiliki seni administrasi itu sendiri, seperti
kemampuannya dan kemahiran cara menyuruh pihak lain atau bawahan untuk
mengerjakan tugas-tugasnya, memiliki cita rasa yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan
pemerintahan, mempunyai pribadi serta performance yang khas sewaktu memimpin
anak buah, bagaimana berperilaku sebagai seorang pemimpin yang menjadi panutan
bagi anak buahnya.
Seperti yang dijelaskan diatas tentang administrasi sebagai seni maka contoh
kegiatan administrasi sebagai seni di tempat kerja dalam hal ini Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Luwu Timur yaitu:
 Membuat konsep surat undangan Komisi Irigasi (KOMIR), kemudian mengetik
dan mencetaknya.
 Mengarsipkan bahan dan data terkait penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Daerah Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) di bidang
sumber daya air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
 Menyusun Laporan Bulanan, Triwulan, Semester program/kegiatan masing-
masing program/kegiatan sebagai laporan perkembangan kegiatan.
B. Administrasi sebagai ilmu
Administrasi sebagai ilmu berarti administrasi dapat dipelajari dan diajarkan.
Sejak akhir abad 19 administrasi mulai dipelajari, disistematiskan, dirumuskan
berdasarkan prinsip-prinsip umum, konsep-konsep, dalil-dalil, hukum-hukum yang
dapat digenerelisasikan sehingga dapat disusun teori-teori yang berlaku umum dan
universal.
Administrasi adalah suatu studi yang sistematis karena dirumuskan dari proses
atau kegiatan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang terdapat dalam
masyarakat. The Liang Gie berpendapat bahwa ilmu dapat diartikan sebagai
sekelompok pengetahuan teratur mengenai sesuatu pokok soal dengan titik pusat
perhatian pada permasalahan tertentu sehingga merupakan berbagai konsep yang
ditelaah oleh budi manusia berdasarkan suatu metode untuk mencapai kebenaran
bercirikan empiris, sitematis, objektif, dan dapat diperiksa kebenarannya.
Tahun 1886 sering disebut sebagai “tahun” lahirnya ilmu administrasi, karena
pada tahun itulah gerakan manajemen/administrasi ilmiah dimulai oleh Frederick
Winslow Taylor di Amerika Serikat yang dijuluki bapak ilmu manajemen, dan
kemudian diikuti oleh Henry Fayol di Prancis yang dijuluki pula bapak ilmu
Administrasi. Dalam masa ini para sarjana mulai memperjuangkan supaya
pengetahuan administrasi sebagai ilmu yang mandiri atau sebagai salah satu tertib-
ilmu (disiplin). Demikian juga dalam masa inilah para ahli dan sarjana
mengkhususkan dirinya dalam bidang administrasi dan manajemen.
Setiap pengetahuan memiliki syarat-syarat tertentu hingga ia disebut ilmu atau
pengetahuan ilmiah. Begitu pula administrasi, ia memiliki syarat-syarat tertentu yang
menjadikannya sebagai ilmu.
a. Menggunakan metode ilmiah
Metode penelitian merupakan cara atau teknik ilmiah untuk memperoleh data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara atau teknik ilmiah yang dimaksud
adalah dimana kegiatan penelitian itu dilaksanakan berdasarkan ciri-ciri keilmuan,
yaitu Rasional, Empiris dan Sistematis (RES). Rasional berarti peneltian
dilakukan dengan cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh nalar manusia.
Empiris berarti cara atau teknik yang dilakukan selama penenlitian itu dapat
diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan
mengetahui cara atau teknik atau langkah yang digunakan selama proses
penelitian. Sistematis, maksudnya adalah proses yang dilakukan dalam penelitian
itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang logis.
Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya, secara umum data yang
diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau
informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu, memecahkan berarti
meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti
mengupayakan agar masalah tidak terjadi.
b. Universal
Universal adalah bersifat umum atau menyeluruh. Dimana pun tempat terjadinya
kegiatan administrasi, maka kegiatan itu sama seperti yang dilakukan oleh
individu lain, di tempat lain pula. Ia tak terikat oleh ruang dan waktu. Selain itu,
ada pembuktian atas kebenarannya. Tujuannya adalah agar ia dapat diterima
dimasyarakat umum. Apabila kebenarannya tidak teruji, maka teori atau ilmu
tersebut hanya dibenarkan oleh si pembuat saja, tidak diterima secara umum.
c. Mempunyai prinsip-prinsip tertentu
d. Fayol meletakkan sejumlah prinsip-prinsip umum.daripada Administrasi yang
dipergunakan sebagai suatu rangka salah satu daripada bab Bukunya. la membagi
prinsip-prinsip itu menjadi 14 (empat belas) bagian yaitu:
1) Pembagian pekerjaan (division of work).
2) Kewenangan dan tanggung jawab (authority and responsibility).
3) Disiplin (discipline)
4) Kesatuan perintah (Unity of Command).
5) Kesatuan arah/tujuan (Unity of direction).
6) Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan individu
(Subordina-tion of individual to general interest).
7) Penggajian (Remuniration).
8) Sentralisasi (Centralization).
9) Skala hirarkhi (Scalar chain).
10) Tata tertib (Order).
11) Keadilan (Equity).
12) Stabilitas daripada jabatan (Stability of tenure).
13) Prakarsa (Initiative).
14) Solidaritas artara sesama kawan sekerja (Esprit de corps).
e. Mempunyai objek
Salah satu unsur yang terpenting dalam ilmu pengetahuan atau pengetahuan
ilmiah adalah obyek. Obyek terbagi ke dalam dua bagian, yakni obyek formal dan
material.Obyek material dari administrasi adalah manusia itu sendiri (atau pelaku
dari administrasi itu sendiri, sementara obyek formal dari administrasi adalah
perilaku atau tindakan-tindakan manusia dalam melakukan administrasi.
f. Mempunyai system
Setiap ilmu dalam dirinya merupakan suatu sistem, artinya merupakan suatu
kebulatan dan keutuhan tersendiri dan terpisah dari ilmu lainnya, misalnya
psikologi merupakan kebulatan tersendiri yang terpisah dengan anthropologi.
Begitu pula dengan administrasi. Administrasi memiliki sistem tersendiri dan
terpisah dengan ilmu lainnya, dimana administrasi membahas tentang suatu kerja
sama yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu
secara rasional dengan menggunakan prinsip efektivitas dan efesien.
g. Dapat dijadikan teori
Contoh kegiatan administrasi sebagai ilmu di Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Luwu Timur yaitu:
 Penelitian mengenai Implementasi Program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
ruang dalam pembangunan infrastruktur jalan di Kab. Luwu Timur.
 Pelaksanaan persetujuan substansi, evaluasi, konsultasi evaluasi dan penetapan
RRTR Kab/Kota.(Targetnya berupa perbup)
 Pembuatan dan pelaksanaan KLHS Rencana Tata Ruang.
3. Dalam perjalanannya organisasi memelihara kehidupan sudah 4 kali mengalami
perubahan paradigma. Jelaskan ke-4 paradigma teori administrasi tersebut.
Berikan contoh penerapannya pada organisasi pemerintah yang ada di Kab. Luwu
Timur.
Jawaban

Evolusi teori administrasi publik banyak diambilkan dari bukunya Morrow Public
Administration Politic and Political System (l975, 44-48) dan di sana-sini dilengkapi
dengan pendapatnya sarjana-sarjana lain. Morrow secara garis besar membagi evolusi
teori ini perkembangannya ke dalam dua golongan besar teori dari teori klasik kategori
administrasi modern (contemporary theory). Pemanfaatan teori di dalam administrasi
publik telah mengiringi pertumbuhan administrasi publik sebagai suatu disiplin ilmu.
Pada gilirannya, berkenaan dengan administrasi publik sebagai disiplin telah mendorong
kebutuhan untuk menyandarkan diri pada birokrasi publik. Dapat dikatakan telah terjadi
perkembangan semenjak tradisi-tradisi menjadi norma-norma di dalam administrasi
publik, dengan tekanan-tekanan politik menjadikan administrasi sebagai instrumen yang
lebih efektif dari kemauan publik.

1. Teori Administrasi Klasik


Termasuk dalam kelompok pelopor teori klasik adalah Frederik W. Taylor
meskipun latar belakang pendidikan dan pekerjaannya adalah di bidang teknik, ia
dikenal sebagai "bapak manajemen ilmiah". Pemikirannya yang cemerlang mampu
mengembangkan suatu cara terbaik untuk metode kerja yang baru, menciptakan
standar kerja, menemukan orang yang tepat untuk suatu jenis pekerjaan tertentu
melalui proses seleksi dan menyediakan peralatan dan perlengkapan kerja yang
terbaik bagi pekerja. Pelopor teori klasik lainnya adalah Henry Fayol yang sangat
terkenal dengan 14 prinsip administrasi yang ditulis dalam bukunya berbahasa
Perancis Administration Industrielle en Generale.
Dalam pandangan klasik, administrasi publik seringkali dilihat sebagai
seperangkat institusi negara, proses, prosedur, system dan srtruktur organisasi, serta
praktek dan perilaku untuk mengelola urusan-urusan publik dalam rangka melayani
kepentingan publik. Sebagai organisasi birokrasi, administrasi publik menurut ESC-
UN (2004) bekerja melalui seperangkat aturan dan legitimasi, delagasi, kewenangan
rasional-legal, keahlian, tidak berat sebelah, terus menerus, cepat dan akurat, dapat
diprediksi, memiliki standar, integritas dan profesionalisme dalam rangka
memuaskan kepentingan masyarakat umum. Administrasi publik yang efektif harus
ada untuk menjamin keberlanjutan aturan hokum. Sehingga dapat dikatakan bahwa
administrasi publikmodel klasik ini cenderung menggunakan pendekatan legalistic.
Paradigma administrasi publik model klasik ini juga dapat dilihat melalui
model old chesnuts”dari Peters (1996), dimana administrasi publik berdasarkan pada
pegawai negeri yang politis dan terinstitusionalisasi, organisasi yang hirarkis dan
berdasarkanperaturan, penugasan yang permanen dan stabil: banyaknya pengaturan
internal: serta menghasilkan keluaran ang seragam.
Contoh teori administrasi klasik di pemerintah kabupaten Luwu Timur seperti
pelayanan publik berupa membangun dengan lebih baik sekolah, rumah, saluran
pembuang, jalan, irigasi serta menyediakan kesejahteraan masyarakat. Administrasi
publik membiayai pelayanan ini dari hasil pemungutan pajak dan dana-dana
pemerintah lainnya. Contoh yang lain yakni sudah terbentuk struktur organisasi yang
jelas di pemerintahan.
2. Teori Neo Klasik
Aliran yang berikutnya muncul adalah aliran Neoklasik disebut juga dengan
“Teori Hubungan manusiawi”. Teori ini muncul akibat ketidakpuasan dengan teori
klasik dan teori merupakan penyempurnaan teori klasik. Teori ini menekankan pada
“pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu ataupun
kelompok kerja”.
Teori neoklasik memberi perhatian khusus pada aspek psikologis dan
sosial pada diri anggota organisasi, baik sebagai individu maupun kelompok kerja.
Tokoh teori ini diawali oleh Elton Mayo (1927) yang membentuk aliran antar
manusia (human relation school), memandang organisasi sebagai sesuatu yang terdiri
dari tugas-tugas dari sisi manusia dibanding sisi mesin. Pada masa ini dilakukan
percobaan yang menyangkut rancang ulang pekerjaan, perubahan panjangnya hari
kerja dan waktu kerja dalam seminggu, pengenalan waktu istirahat, serta rencana
upah individual dibandingkan dengan upah kelompok. Disimpulkan bahwa norma
sosial kelompok merupakan kunci penentu perilaku kerja seseorang. Kemudian
Hawthorne mempersatukan pandangan Taylor, Fayol, dan Weber dengan kesimpulan
bahwa organisasi merupakan sistem kerjasama.
Salah satu pencetus teori ini adalah Hugo Munsterberg (1862 – 1916), tertuang
dalam bukunya, Psychology and Industrial Effeciency yang terbit pada tahun 1913
dan dinilai sebagai rantai penghubung evolusi teori manajemen ilmiah menuju
neoklasik. Hugo Munsterberg menulis sebuah buku “Psychology and Industrial
Effeciency”. Buku tersebut merupakan jembatan antara manajemen ilmiah dan
neoklasik. Inti dari pandangan Hugo adalah menekankan adanya perbedaan
karekteristik individu dalam organisasi dan mengingatkan adannya pengaruh faktor
social dan budaya terhadap organisasi.
Dalam pembagian kerja Neoklasik memandang perlunya:
a. Partisipasi
b. Perluasan kerja
c. Manajemen bottom_up

Dari pemikiran diatas, paradigma administrasi dalam era neoklasik adalah


penekanan pada teori perilaku (individu), pentingnya organisasi informal,
manajemen partisipasi dan iklim kerja. Singkatnya, dalam era ini administrasi selain
menekankan pada organisasi, juga sudah menambahkan pentingnya unsur manusia
sebagai faktor utama keberhasilan organisasi.

Penerapan teori neoklasik sekarang ini dalam pemerintahan Kabupaten Luwu


timur ditunjukkan dengan membentuk iklim kerja yang kondusif seperti keputusan
mengenai lima hari kerja efektif dalam seminggu sehingga pegawai memiliki waktu
untuk weekend dengan alasan bahwa manusia secara psikologis akan bekerja
dengan senang hati, jika ada manfaat yang akan diperoleh dari pekerjaan serta tidak
menemui hambatan psikologis seperti: rasa takut, rasa tertekan dan sebagainya.

3. Teori Administrasi Modern

Teori organisasi klasik dan teori organisasi neoklasik ternyata dinilai belum
memuaskan untuk tuntutan manajemen modern. Banyak kelemahan dan ketimpangan
yang masih ditemukan sehingga mendorong munculnya teori organisasi modern pada
1950. Teori organisasi modern ini kemudian dikenal dengan nama ”analisis sistem”
atau ”teori terbuka” yang memandang organisasi sebagai satu kesatuan dari berbagai
unsur yang saling bergantung. teori modern menekankan bahwa dalam organisasi
tercipta adanya interaksi yang dinamis antara bagian-bagian organisasi serta adaptif
dengan lingkungan. Singkatnya, pada teori modern terdapat tiga elemen, yaitu:
organisasi, factor manusia dan lingkungan.
Beberapa perbedaan mencolok antara teori modern
dengan teori klasik adalah sebagai berikut :
a) Teori organisasi klasik menitik beratkan pada analisis dan deskripsi, sementara teori
organisai modern menekankan pada keterpaduan dan perancangan secara
menyeluruh
b) Teori organisasi klasik terfokus pada konsep, skalar dan hubungan vertikal,
sementara teori organisasi modern cenderung horizontal, dinamis dan multidimensi.
Teori ini muncul pada tahun 1950 sebagai akibat ketidakpuasan dua teori
sebelumnya yaitu klasik dan neoklasik. Teori Modern sering disebut dengan teori
“Analisa Sistem” atau “Teori Terbuka” yang memadukan antara teori klasik dan
neoklasik. Teori Organisasi Modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai
satu kesatuan yang saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Organisasi bukan
system tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil akan tetapi organisasi
merupakan sistem terbuka yang berkaitan dengan lingkungan dan apabila ingin
survivel atau dapat bertahan hidup maka ia harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan.
Teori administrasi modern banyak digunakan dalam kegiatan-kegiatan
pemerintah, dalam hal ini pemerintah Kabupaten Luwu Timur meliputi
penganggaran setiap SKPD, perencanaan kegiatan, manajemen sumber daya manusia
dengan pendekatan yang lebih baik daripada teori pendahulunya, sehingga
memenuhi kebutuhan organisasi secara menyeluruh.
4. Teori Administrasi Postmodern
Teori administrasi postmodern berasal dari pekerjaan perintis yaitu Chester
Barnard (1948) dan interpretasinya sebagai hasil dari percobaan Hawwthorne
(Roethlisberger dan Dickson 1939). Dalam perbedaanya terhadap tekanan atau
struktur organisasi formal dan prinsip-prinsip manajemen pada awal administrasi
publik, Barnard mendeskripsikan organisasi sebagai lingkungan sosial tingkat tinggi
dimana pekerjanya tertarik pada pengakuan dan dukungan psikologis dengan gaji
dan kondisi kerja yang menguntungkan. Dalam banyak setting, wajah informal
organisasi dalam kesehariannya menjadi lebih penting dibandingkan dengan struktur
birokrasi formal dalam hal kepuasan dan produktifitas pekerja. Konsep Bernard
kemudian disederhanakan dan diletakkan dalam konteks filosofis oleh Douglas
McGrenor (1960). McGrenor berargumen bahwa individu dalam organisasi secara
alami cenderung untuk bekerja, mencari tanggungjawab untuk bekerjasama menjadi
produktif dan bangga akan pekerjaan mereka.
Inti dari administrasi publik post modern adalah sebagai berikut :
a) Administrasi publik dan lembaga publik tidak dan tidak akan bisa netral atau
objektif.
b) Teknologi sering bersifat dehumanisasi
c) Hierarki birokrasi sering tidak efektif sebagai strategi organisasi
d) Birokrasi cenderung berubah tujuan dan cenderung bertahan
e) Kerjasama, konsensus dan demokrasi administrasi lebih mungkin dibandingkan
dengan menerapkan kekuasaan administrasi sederhana untuk menghasilkan
efektifitas organisasi
f) Konsep modern dari administrasi publik harus dibangun pada postbehavioral dan
logika positivist-lebih demokratis, adaptif, lebih responsive terhadap perubahan
sosial, ekonomi dan keadaan politik (marini, 1971)
Aplikasi dari postpositifisme dalam administrasi publik yang diinformasikan
oleh phenomologi, dengan argument filosofis bahwa penyelidikan ilmiah tidak dapat
dijadikan dasar pada observasi eksternal oleh peneliti asing. Tindakan personal
dalam pengaturan secara keseluruhan hanya dapat dimengerti dari sudut pandang
pelaku sendiri (Denhardt, 1993) atau bisa kita sebut sebagai public choice, pilihan
masyarakat karena hanya masyarakat yang tahu kebutuhannya.
Postmodernitas berpendapat bahwa dalam dunia modern seluruh karateristik
dalam negara adalah permainan. Batas-batasnya menjadi rapuh bagi masyarakat,
uang, penyakit dan polusi. Masyarakat semakin mobile, batasan tempat, yurisdiksi
dan negara semakin berkurang. Bisnis semakin global. Banyak transaksi modern
sekarang bersifat virtual, berteknologi canggih dan tanpa memperhatikan batasan-
batasan negara dan juga, transaksi-transaksi semakin sulit diatur dan dikenai pajak.
Contoh postmodern dalam pemerintahan Kabupaten Luwu Timur seperti pada
saat pemilihan kepala daerah dimana masyarakat dari segala lapisan mulai dari
pinggiran sampai ke tengah kota betul-betul kritis memerhatikan calon pemimpin
daerah dilihat dari banyaknya respon-respon yang muncul lewat sosial media. Hal ini
dilakukan karena hanya masyarakat yang tahu seperti apa pemimpin yang
dikehendakinya.

Anda mungkin juga menyukai