Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Objek bahasan yang tidak pernah kering-keringnya adalah tentang
“pembahas” itu sendiri, yakni tentang manusia. Manusia disebut makhluk sosial. Ia
hidup ditengah-tengah komunitasnya, mulai dari kelompok sederhana yaitu
keluarga sampai dengan kelompok terbesar, yakni sebagai umat manusia yang
mengisi bumi ini. Manusia eksis dalam berbagai dimensi kehidupan, karena ia
berada ditengah-tengah masyarakatnya, ia berkeluarga, karena dihargai oleh Allah
dan juga sesamanya. Sebaliknya, ia hina karena terhina oleh Allah dan juga
masyarakatnya.
Di dalam wacana keIslaman terdapat perbedaan antara politik dan politik
Islam. Kata politik selalu dihubungkan dengan konsep-konsep dan tatanan
kehidupan masyarakat yang berakar pada keilmuan dan tradisi Barat. Sedangkan
istilah politik Islam adalah suatu istilah khas yang merujuk pada konsep-konsep
Islam terutama istilah-istilah yang muncul pada masa Nabi Muhammad dan para
pengikutnya. Praktek politik Islam dirujuk pada cara-cara bagaimana Nabi
Muhammad dan periode-periode setelahnya yangni pada periode Khulafaur
Rasyidin.
Namun demikian di dalam perkembangannya terjadi pergeseran pergeseran
pemikiran mengenai apakah terdapat konsep tentang politik Islam atau hanya nilai-
nilai Islam yang dipakai dalam menjalankan urusan Negara? Perbincangan
semacam ini terjadi di kalangan umat Islam sehingga se-olah-olah dapat dipisahkan
antara Islam dan Politik. Berbincangan lama yang kini menghangat kembali adalah
discourse menganai apakah ada hubungan antara Islam dan politik. Perbincangan
ini menjadi sangat penting karena dikaitkan dengan maraknya diskusi-diskusi
mengenai bentuk demokrasi sebuah tipologi bentuk sistem pemerintahan yang
dipakai oleh negara-negara Barat di negara Indonesia yang berpenduduk mayoritas
beragama Islam.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan politik?
b. Apa saja fungsi politik?
c. Apa yang dimaksud dengan konstitusi dan ideologi?
d. Apa pengertian politik dalam islam ?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan politik.
b. Mengetahui apa saja fungsi politik.
c. Mengetahui apa yang dimaksud dengan konstitusi dan ideologi.
d. Mengetahui apa yang dimaksud dengan politik dalam islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Politik


Menurut Prof. Miriam Budhiarjo (2008) politik adalah bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan
dari tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Dalam bahasa
yang lebih mudah dipahami, dapat dikatakan bahwa politik adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan negara maupun proses pengambilan keputusan
ketatanegaraan.
Menurut Johan Kaspar Blunchli (2010) Politik adalah ilmu yang
memerhatikan masalah kenegaraan, dengan memperjuangkan pengertian dan
pemahaman tentang negara dan keadaannya, sifat-sifat dasarnya dalam berbagai
bentuk atau manifestasi pembangunannya. Menurutnya, politik juga membuat
konsep-konsep pokok tentang negara (state), kekuasaan (power), pengambilan
keputusan (decision marking), kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian
(distribution) atau alokasi (allocation).
Menurut Hamid (2012) Politik di masa modern mencakup pemerintah suatu
negara dan pula organisasi yang didirikan manusia lainnya, di mana “pemerintah”
adalah otoritas yang teroganisir dan menekankan pelembagaan kepemimpinan serta
pengalokasian nilai secara otoritatif.

2.2.1 Fungsi-Fungsi dan Struktur Politik


Dalam arti luas fungsi menunjukkan akibat atau konsekuensi dari suatu
tindakan. Robert K. Merton (dalam Sukarna, 1977: 25) mengemukakan bahwa:
“fungsi menunjukkan konsekuensi tindakan-tindakan yang menyebabkan suatu
sistem tetap hidup, sedang dysfunction menunjukkan bahwa suatu sistem itu hancur
atau terputus”.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan politik sebagaimana telah diuraikan di
atas, Gabriel A. Almond mengungkapkan: “kegiatan politik sebagai fungsi-fungsi
politik dalam dua kategori yaitu fungsi-fungsi masukan (input function) dan fungsi-

3
fungsi keluaran (output function). Fungsi-fungsi masukan (input function) adalah:
“fungsi yang sangat penting dalam menentukan cara kerjanya sistem dan yang
diperlukan untuk membuat dan melaksanakan kebijaksanaan dalam sistem politik
(Moechtar Mas’oed, 1982: 29). Fungsi-fungsi politik dimaksud adalah:
a. Sosialisasi Politik
Sosialisasi antara lain berarti proses sosial yang memungkinkan seseorang
menjadi anggota kelompoknya. Oleh karena itu ia mempelajari kebudayaan
kelompoknya dan peranan dalam kelompok. Jadi dengan demikian
sosialisasi politik adalah merupakan proses sosial yang menjadikan
seseorang anggota masyarakat memiliki budaya politik kelompoknya dan
bersikap serta bertindak sesuai dengan budaya politik tersebut. Dan
sosialisasi dilakukan oleh semua unsur dalam masyarakat, misalnya
lingkungan pergaulan dan pekerjaan, media massa, keluarga dan sekolah,
juga instansi resmi. Dengan demikian kebudayaan politik dapat berkembang
dan terpelihara sampai pada generasi berikutnya.
b. Rekruitmen Politik
Rekruitmen politik dimaksudkan adalah proses seleksi warga masyarakat
untuk menduduki jabatan politik dan administrasi. Menurut Gabriel A.
Almont setiap sistem politik mempunyai cara tersendiri dalam merekrut
warganya untuk menduduki kedudukan politik dan administrasi.
c. Artikulasi Kepentingan
Fungsi ini merupakan suatu proses penentuan kepentingan yang
dikehendaki dari sistem politik. Hal ini rakyat menyatakan kepentingan
mereka kepada lembaga-lembaga politik dan pemerintahan dengan melalui
kelompok kepentingan yang dibentuk bersama dengan orang lain yang
memiliki kepentingan yang sama, kadang-kadang rakyat secara langsung
menyatakan keinginannya kepada pejabat pemerintahan.
d. Agresi Kepentingan
Fungsi ini adalah proses perumusan alternatif dengan jelas dengan jalan
penggabungan atau penyesuaian kepentingan yang telah diartikulasikan
atau dengan merekrut calon-calon pejabat yang menganut politik

4
kebijaksanaan tertentu. Agresi kepentingan dapat diselenggarakan oleh
seluruh subsistem dari sistem politik seperti lembaga-lembaga legislatif,
eksekutif, birokrasi, media komunikasi, partai-partai politik dan kelompok
kepentingan.
e. Komunikasi Politik
Fungsi ini merupakan alat untuk penyelenggaraan fungsi-fungsi lainnya.
Artinya pihak lain mengambil bagian dalam sosialisasi politik dengan
menggunakan komunikasi. Fungsi-fungsi keluaran (output functions),
meliputi fungsi-fungsi pembuatan aturan, pelaksanaan aturan dan
pengawasan azas pelaksanaan aturan-aturan. Ketiga fungsi ini oleh Gabriel
A. Almond sebagai fungsi-fungsi pemerintahan dan tidak dibahas lebih
lanjut karena pertimbangan ketidakpastian struktur formal pemerintahan
umumnya negara-negara non barat dan penyimpangan besar dalam
penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan dari konstitusi. Sehubungan
dengan hal di atas, di sini Almond mengemukakan bahwa ditinggalkannya
fungsi-fungsi ini disebabkan konsep yang diajukannya kekurangan unsur
yang esensial sebab fungsi pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari
pengertian politik.

2.1.2 Konstitusi dan Ideologi


Pada hakekatnya politik sebagai aktivitas yang menentukan pola hubungan
dan hubungan manusia dan negara, maka hal ini tidak dapat dipisahkan dari aspek
konstitusional yang merupakan hukum dasar baik tertulis maupun tidak tertulis
yang menyelenggarakan pemerintahan negara. Ia memuat pengorganisasian
jabatan-jabatan kenegaraan, lembaga yang memerintah dan tujuan yang hendak
dicapai.
Dengan demikian konstitusi merupakan hukum dasar yang menjadi norma
sekaligus sebagai sumber hukum dan juga berfungsi sebagai dasar struktur bagi
sistem politik serta dasar keabsahan kekuasaan yang dimiliki lembaga-lembaga
politik sehingga mereka dapat menyelenggarakan fungsi yang dimilikinya. Oleh
karena itu ruang lingkup yang dijangkau oleh sistem politik mencakup:

5
1. The governmental political sphere yaitu pola kehidupan supra struktur
negara atau pola dan hubungan antara lembaga formal. Dalam bagian ini
ditentukan ketentuan-ketentuan formal kelembagaan atau fungsi peranserta
tugasnya, sehingga ketentuan formal disebut pula “constitutional law”
(ketentuan konstitusi yang memuat bagaimana seharusnya pemerintahan
dan kehidupan negara dikeola.
2. The actual govermental mechanisme atau the socio political sphere, yaitu
mengenai pola keadaan dan kehidupan infra struktur, atau pola serta tata
hubungan lembaga-lembaga sosio politik yang nyata dalam mekanisme
pemerintahan negara.
Dengan adanya dua sistem politik ini, idealnya antara kedua hal tersebut
selalu seirama dan selaras. Namun faktor riil kehidupan sering menyebabkan kedua
hal tersebut berbeda dan kelainan ini menciptakan berbagai akibat yang melahirkan
alternatif, antaranya: pola penyesuaian, pola yang menyimpang dan pola baru sama
sekali.
Dengan melihat hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konstitusi
merupakan pula suatu unsur dalam konsep politik. Ia juga menetapkan lembaga-
lembaga yang membangun struktur dari sistem politik dan menetapkan fungsi
fungsinya serta melengkapinya dengan otoritas yang diperlukan dalam
penyelenggaraan fungsinya.
Ideologi negara itu dapat ditelusuri dari nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat, walaupun tidak semua diserap atau ditingkatkan menjadi cita-cita
politik. Berdasarkan sumberdaya, ideologi dapat dibedakan atas beberapa macam
atau kategori, sebagaimana dikatakan Deliar Noer (1983: 29-31) bahwa: Ideologi
mungkin sekali tumbuh dari kepentingan dan pemikiran manusia , bisa pula karena
pengaruh agama, pengaruh lingkungan dan tradisi serta pemikiran yang datang dari
luar turut pula mewarnai ideologi itu, malahan dalam suatu agama, ajarannya sering
dijabarkan sedemikian rupa sehingga ia merupakan ideologi. Tentu saja pemikiran
yang tumbuh dari manusia serta pemikiran yang bersumber pada ajaran agama bisa
pula tercampur”.

6
Pada pihak lain, ideologi merupakan salah satu faktor yang penting dalam
rekruitmen politik, hal ini dapat dipahami jika dikaitkan dengan dua hal, yaitu:
1. Berkenaan dengan dukungan rakyat, di mana rakyat memberi dukungan
kepada pemerintah jika mereka yakin bahwa pemerintahan menganut dan
bertindak sesuai dengan ideologi yang mereka miliki (Mawardi Rauf, 1985:
18);
2. Berhubungan dengan pertama, relevan dengan pelaksanaan program politik.
Dalam hal ini pejabat yang direkrut dari mereka yang memiliki kesetiaan
dan tanggung jawab terhadap ideologi negara lebih diharapkan
melaksanakan program politik dibandingkan mereka yang tidak
mendukung. Hal ini amat membahayakan ideologi negara. Bahkan adanya
kemungkinan penyimpangan ideologi tidak tertutup, terutama jika karena
kepentingan politik yang memerlukan, seorang pejabat melakukan
interpretasi sendiri terhadap ideologi negara.

2.2 Pengertian Politik Dalam Islam


Didalam seluruh sejarah kemanusiaan, Islam telah menyumbangkan sesuatu
yang sangat besar yang tidak ternilai harganya, ialah suatu “model negara”, yang
dinamakannya “Negara Islam” atau Daulah Islamiyah (Zainal Abidin Ahmad,
1977:68).
Islam dan politik jelas tidak dapat dipisahkan. Nabi Muhammad sendiri
ialah seorang politikus handal yang bisa menjadi pemimpin bagi rakyatnya. Bahkan
di zaman Islam pertama dahulu, masjid itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat
ibadah saja, tapi juga mempunyai fungsi politik yang sangat penting. Bukan saja
tempat praktik politik seperti tempat musyawarah, ataupun tempat pembaiatan
pemimpin/kepala Negara, dan lainnya lagi, tetapi masjid juga dijadikan tempat
mempelajari teori-teori politik disampimg ilmu agama dan lainnya (Zainal Abidin
Ahmad, 1977: 248)
Adapun menurut Anis Matta (2006: 87-88) pengertian dalam penerapan
syari’ah atau pembentukan Daulah Islamiyah, yakni ada beberapa logika yang perlu
dipahami:

7
1. Islam adalah sistem kehidupan integral dan komprehensif yang karenanya
memiliki semua kelayakan untuk dijadikan sebagai referensi utama dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Berkah sistem kehidupan islam harus dapat dirasakan masyarakat, apabila
ia benar-benar diharapkan dalam segenap aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara kita.
3. Untuk diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka
diperlukan dua bentuk kekuatan yaitu legalitas dan eksekusi.
4. Untuk memiliki kekuatan legalitas dan kekuatan eksekusi, diperlukan
kekuasaan yang besar dan sangat berwibawa, yang diakui secara de facto
maupun de jure.
Dalam perspektif Islam, istilah politik disamakan dengan kata al-Siasah .
Kata siasah berasal dari kata “sasa”. Kata ini dalam kamus Al-Munjid dan Lisan al-
Arab berarti mengatur, mengurus dan memerintah. Siasah dapat pula berarti
pemerintahan dan politik, atau membuat kebijaksanaan. Abdul Wahhab Khallaf
mengutip ungkapan Al- Maqrizi menyatakan, arti kata siyasat adalah mengatur.
Kata sasa sama dengan “to govern, to lead. Siasah sama dengan policy (of
government, corporation,etc.). Jadi siasah menurut Bahasa mengandung beberapa
arti, yaitu mengatur, mengurus, memerintah, memimpin, membuat kebijaksanaan,
pemerintahan dan politik. Artinya mengatur, mengurus dan membuat
kebijaksanaan atas sesuatu yang bersifat politis untuk mencapai sesuatu tujuan
adalah siasah.
Secara terminologis dalam Lisan al-Arab, siasah adalah mengatur atau
memimpin sesuatu dengan cara yang membawa kepada kemaslahatan. Sedangkan
di dalam Al- Munjid disebutkan, siasah adalah membuat kemaslahatan manusia
dengan membimbing mereka ke jalan yang menyelamatkan. Dan siasah adalah ilmu
pengetahuan untuk mengendalikan tugas dalam negeri dan luar negeri, yaitu politik
dalam negeri dan politik luar negeri serta kemasyarakatan, yakni mengatur
kehidupan umum atas dasar keadilan dan istiqomah. Abdul Wahhab Khallaf
mendefinisikannya sebagai “undang-undang yang diletakkan untuk memelihara
ketertiban dan kemaslahatan serta mengatur keadaan. Ibnu al-Qayim yang

8
dinukilkannya dari Ibn Aqil menyatakan; “Siasah merupakan suatu perbuatan
yang membawa manusia dekat kepada kemaslahatan dan terhindar dari kerusakan
walaupun Rasul tidak menetapkannya dan Allah tidak mewahyukannya. Pengertian
yang singkat dan padat juga dikemukakan oleh Bahantsi Ahmad Fathi yang
menyatakan siasah adalah “pengurusan kepentingankepentingan (mashalih) umat
manusia sesuai dengan syara
Dalam ilmu Fiqh, ada satu bagian pokok yang membicarakan tentang
masalah perpolitikan, yaitu Fiqh al-Siyasah. Menurut Prof.Dr.H. Ahmad Sukarja,
SH., MA., Fiqh Siyasah adalah ilmu tata negara, yang membicarakan tentang seluk-
beluk kenegaraan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan umat manusia sesuai
dengan tuntunan syariat. Kata atau istilah lain yang semakna dengan itu adalah
Siyasah Syar’iyah, al-Ahkam al-Sulthaniyah dan al-Khilafah. Pada prinsipnya, ada
empat hal pokok yang dibicarakan dalam fiqh siyasah, yaitu:
1. Instusi pemerintahan sebagai pengendali aktifitas pemerintahan.
2. Masyarakat sebagai pihak yang diatur.
3. Kebijaksanaan dan hukum menjadi instrumen pengaturan masyarakat.
4. Cita-cita ideal dan tujuan hendak dicapai.
Dari apa yang dikemukakan di atas, ternyata, bidang politik adalah salah
satu bidang yang secara serius dibicarakan dalam Islam, dan itu berarti bahwa
bidang politik adalah bidang yang cukup penting, sebagaimana pentingnya bidang-
bidang lain seperti kalam, fiqh (pada umumhya), tafsir, hadist dan sebagainya.
Kesimpulan di atas akan menjadi lebih kuat, mengingat ada beberapa nash
yang secara jelas menyebutkan hal tersebut. Di antaranya adalah firman Allah pada
QS. Al-Nisa/4: 59 sbb.:
ُ‫سو َل َوأ ُ ْو ِلي ٱ أۡلَمأ ِر ِمن ُك أۖۡم فَإِن تَنَزَ أعت ُ أم فِي ش أَي ٖء فَ ُردُّوه‬ ُ ‫لر‬ َّ ‫َيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ أ َ ِطيعُواْ ٱ َّّللَ َوأ َ ِطيعُواْ ٱ‬
٥٩ ‫يًل‬ ‫س ُن ت أَأ ِو ا‬
َ ‫ر َوأ َ أح‬ٞ ‫سو ِل ِإن ُكنت ُ أم ت ُ أؤ ِمنُونَ ِبٱ َّّللِ َوٱ أل َي أو ِم ٱ أۡل َٰٓ ِخ ِر ذَلِكَ خ أَي‬ ُ ‫لر‬َّ ‫ِإلَى ٱ َّّللِ َوٱ‬
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul

9
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
Pemikiran Politik Al-Farabi banyak dituangkan dalam dua karyanya, yakni
Ara’ ahl al-Madinat al-Fadilah dan Al-Siyasat al-Madaniyyah. Pada kedua karya
tersebut, al-Farabi, sebagaimana halnya Plato melukiskan bahwa manusia itu adalah
makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri-sendiri. Mereka harus hidup
rukun, damai, bantu-membantu untuk mewujudkan tujuan hidup bersama, yaitu
menggapai kebahagian. Itulah Masyarakat utama (al-Mujtama’ al-Kamil) yang
menjadi tiang utama bagi terbentuknya negara. Masyarakat Utama ini berisi
komponen masyarakat yang bekerja menurut bidang dan keahlian masing-masing,
sebagaimana tubuh manusia, yang setiap bagiannya bekerja menurut bidang dan
fungsinya masing-masing.

BAB III
PENUTUP

10
3.1 Kesimpulan
1. Kata atau istilah politik dalam kosakata bahasa Indonesia terampil dalam
Inggris. Kata dan istilah tersebut bermakna segala hal yang berkaitan
dengan kekuasaan, terutama meliputi bagaimana ia diperoleh, digunakan
dan dipertanggungjawabkan, baik dalam skala terbatas seperti pada
keluarga, masyarakat, segara bahkan yang lebih luas lagi adalah antar
negara. Istilah politik dalam teori keilmuan dimaknakan dengan ilmu tata
negara atau pemerintahan.
2. Fungsi politik menunjukkan konsekuensi tindakan-tindakan yang
menyebabkan suatu sistem tetap hidup, sedang dysfunction menunjukkan
bahwa suatu sistem itu hancur atau terputus.
3. Ideologi negara itu dapat ditelusuri dari nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat, walaupun tidak semua diserap atau ditingkatkan menjadi cita-
cita politik. Berdasarkan sumberdaya, ideologi dapat dibedakan atas
beberapa macam atau kategori.
4. Dalam perspektif Islam, istilah politik disamakan dengan kata al-Siasah .
Kata siasah berasal dari kata “sasa”. Kata ini dalam kamus Al-Munjid dan
Lisan al-Arab berarti mengatur, mengurus dan memerintah. Siasah dapat
pula berarti pemerintahan dan politik, atau membuat kebijaksanaan. Abdul
Wahhab Khallaf mengutip ungkapan Al- Maqrizi menyatakan, arti kata
siyasat adalah mengatur. Kata sasa sama dengan “to govern, to lead. Siasah
sama dengan policy (of government, corporation,etc.). Jadi siasah menurut
Bahasa mengandung beberapa arti, yaitu mengatur, mengurus, memerintah,
memimpin, membuat kebijaksanaan, pemerintahan dan politik. Artinya
mengatur, mengurus dan membuat kebijaksanaan atas sesuatu yang bersifat
politis untuk mencapai sesuatu tujuan adalah siasah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Abidin Zainal, 1977, Konsepsi Politik Dan Ideologi, Jakarta: Bulan Bintang

11
al-Mawardi, Ali bin Muhammad (1973),, Al-Ahkam al-Sulthaniyah, Mesir,
Musthafa al Babi al Halabi.

Blunchi, JK. 2012. Ilmu Politik. Erlangga. Jakarta.

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Noer, D. 1983. Pengantar Kepemikiran Politik. Rajawali. Jakarta.

Hamid. 2012. Pentingnya Politik. Erlangga. Jakarta

Mas’oed, Mohtar. McAndrews, Colin (2008). Perbandingan Sistem Politik.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Matta, Muhammad Anis, 2006, Keajaiban I’tikaf: Menemukan Kesejatian Diri,


Bandung: Fitrah Rabbani.

Taj, Abdur Rahman (1953), Al-Siasah al- Syar iyyat wa al-Figh al-Islami, Daral-
Ta lif, Mesir

12

Anda mungkin juga menyukai