OLEH :
Politik tidak lepas dari kekuasaan dari pemerintah karena dengan politik ini
pemerintah membuat keputusan-keputusan menyangkut pemerintahan. Pemerintah
tidak dapat melaksanakan roda pemerintahan tanpa memggunakan kendaraan yang
namanya politik. Untuk mencapai tujuan pemerintah mau tidak mau harus
menggunakan politik untuk melaksanakanya.
Kendaraan yang di gunakan dalam politik itu dinamakan partai politik yang
gunanya menampung aspirasi dari masyarakat untuk kemudian diteruskan ke sidang
dewan perwalkilan rakyat kemudian hasilnya disampaikan ke pemerintah untuk
dilaksanakan.
Peran partai politik dalam pemerintah berbeda satu sama lain karena
perbedaan visi misi dalam suatu partai. Partai pemenang pemilu biasanya memilih
untuk duduk dalam pemerintah sedangkan partai yang kalah dalam pemilihan umum
biasanya memilih untuk sebagai oposisi atau tidak maauk dalam pemerintahan.
Dalam suatu partai politik bisa terjadi koalisi antar partai karena memiliki visi atau
tujuan yang sama, misalnya untuk memilih presiden harus terjadi koalisi untuk
mencapai suara yang cukup dalam pemilu. Misalnya koalisi partai-partai islam yang
mengusung calon presiden tertentu karena memiliki visi dan misi yang sama dalam
pemerintah misalnya membuat pemerintah yang bebas korupsi. Atau koalusi partai
nasionalis untuk mendukung calon presiden tertentu agar memenangkan pemilu agar
bisa duduk dalam pemerintah.
Untuk partai politik yang siaranya kecil bisa terjadi koalisi dengan duduk
sebagai oposisi pemerintah karena tidak sejalan dengan tujuan pemerintah mereka
lebih memilih sebagai oposisi. Untuk partai yang duduk dalam pemerintah bisa
menentukan arah dari jalannya pemerintahan untuk mendukung program-program
dari pemerintah.
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
Terkait Rumusan Masalah yang telah tercantum di atas, adapun tujuan dari
dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
Politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota atau negara kota.
Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara, politeia
yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti
pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan. Aristoteles
(384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan kata
politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon politikon.
Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah
politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan
hubungan politik. Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan
kemampuan individu dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah
melalui interaksi politik dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu
kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan membentuk
tujuan negara. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu aspek
kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang
menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur: negara (state), kekuasaan
(power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid),
dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).
Kata politik yang bermakna negara, maka segala bentuk politik berpusat pada
negara atau pemerintahan. Fokus utama dari politik ini adalah sistem
ketatanegaraan dan lembaga-lembaga negara. Konsep politik kekuasaan
membahas mengenai ruang lingkup politik yang luas dan dinamis namun tetap
menyangkut keadaan sosial masyarakat. Kekuasaan politik dalam suatu negara
dipengaruhi oleh sosiologi dari ruang lingkupnya, yaitu masyarakat.
Kebijaksanaan umum dalam politik hanya dimiliki oleh orang yang memiliki
kekuasaan untuk melaksanakannya seperti contohnya kepala negara maupun
ketua partai politik. Konsep alokasi pada politik memiliki arti pembagian atas nilai-
nilai sosiologi. Pembagian disini ditujukan kepada masyarakat yang diupayakan
dapat merata sesuai kondisi masyarakat.
Struktur politik (sistem multi partai) dan struktur konstitusi (sistem presidensial)
ini akan mempengaruhi corak dan perilaku institusi kepresidenan dan personalitas
presiden, dan sebaliknya, hal ini akan menjadi basis logika dalam pelacakan
implikasi penerapan sistem presidensial dalam konteks multi partai. Implikasi
utama penerapan sistem multi partai adalah tingkat pelembagaan partai yang
rendah dan kekuatan politik di parlemen cenderung terpecah. Perpecahan
kekuatan politik sangat sulit dihindari dalam sistem multi partai yang memiliki
tingkat kemajemukan partai cukup tinggi. Sebab, kekuatan politik di parlemen
cenderung terdistribusi secara merata, sehingga akan sulit memperoleh kekuatan
mayoritas dalam parlemen. Kosekuensinya, partai harus melakukan koalisi, baik
di pemerintahan (kabinet) maupun di parlemen.
Secara tidak langsung presiden membuka ruang bagi aktor diluarnya untuk
berperan dan memengaruhi struktur kekuasaannya. Ketika membuka ruang
koalisi dalam pemerintahan, konsekuensinya presiden akan melibatkan peran
partai-partai dalam pengambilan kebijakan pemerintahan maupun penyusunan
kabinet sekaligus mengundang campur tangan dan intervensi partai politik dalam
proses penyusunan kabinet (pengangkatan dan pemberhentian menteri).
Kompromi politik yang sulit dihindari adalah presiden harus mengakomodasi
kepentingan partai politik agar mendapat dukungan di parlemen. Akomodasi
presiden terhadap kepentingan partai politik ini determinan dalam intervensi partai
politik terhadap presiden. Dampak politik selanjutnya, karena lembaga parlemen
merupakan representasi dari kekuatan partai politik, intervensi dan manuver
politik di partai akan termanifestasikan dalam aktifitas politik aktor di parlemen.
Situasi ini secara tidak langsung akan memengaruhi pola interaksi presiden
dengan parlemen, sehingga menyebabkan pola hubungan presiden dan parlemen
dalam pemerintahan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan