Anda di halaman 1dari 10

BAHAN AJAR

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM POLITIK

Pertemuan ke 3

I. Capaian Pembelajaran

1. Mampu menjelaskan teori struktural dan fungsional dalam ilmu politik


2. Mampu menjelaskan struktur sistem politik Indonesia,
3. Mampu menjelaskan fungsi sistem politik Indonesia

II. Uraian Materi


Salah satu pengaruh teori sistem umum terhadap analisa ilmu politik adalah
analisa struktural fungsional terhadap ilmu politik. Pendekatan ini digunakan
secara dalam ilmu politik terutama dalam bidang perbandingan politik. Analisa
struktural fungsional pada dasarnya berkisar pada dua konsep yang penting yaitu,
konsep fungsi dan struktur.
Fungsi secara umum dapat didefinisikan sebagai hasil yang dituju dan suatu
pola tindakan yang diarahkan bagi kepentingan sistem sosial maupun sistem
politik. (Oran Young, 1968). Menurut Robert K. Merton fungsi adalah akibat yang
tampak yang ditujukan bagi kepentingan adaptasi dan penyesuaian (adjusment) dan
suatu sistem tertentu, dysfunction adalah akibat yang tampak yang mempunyai
daya adaptasi dan penyete1an (adjusment) dari suatu sistem politik. Selanjutnya
Merton membedakan fungsi manifest dan fungsi latent. Fungsi manifest (nyata)
berkaitan dengan pola-pola tindakan yang konsekwensinya betul-betul diharapkan
dan dikenal oleh pesertanya. Sedang fungsi latent yang berkaitan dengan pola-pola
tindakan yang kwensinya tidak diharapkan dan dikenal oleh para pesertanya. Perlu
ditekankan bahwa fungsi yang bersifat laten itu sangat kompleks dan sukar
mengenalnya dibandingkan dengan fungsi nyata yang begitu jelas dan mudah
dikenal.
Konsep lain yang perlu dikenali dalam analisa struktural fungsional ialah konsep
struktur. Bila fungsi berkaitan dengan akibat-akibat atau konsekwensi yang melibatkan
tujuan-tujuan serta proses-proses dan suatu pola tindakan, maka struktur menunjukkan
kepada susunan-susunan dalam sistem yang melakukan tujuan-tujuan dalam sistem yang
melakukan fungsi-fungsi. Merton tidak percaya adanya persesuaian antara satu persatu
antara fungsinya, antara fungsi dan struktur. Suatu fungsi bisa saja dipenuhi oleh
kombinasi yang kompleks dan berbagai struktur tertentu dapat melakukan berbagai dari
jenis bentuk yang berbeda terhadap struktur tersebut (S.P. Varma, 1992).

1. Struktur Sistem Politik

1
Secara umum dapat dikatakan bahwa struktur adalah pelembagaan hubungan
organisasi antara komponen-komponen yang membentuk suatu bangunan
(Kartaprawira, 1980). Karena habitat politik adalah kekuasaan, maka struktur
sistem politik adalah pelembagaan hubungan organisasi antara komponen-
komponen yang membentuk bangunan kekuasaan. Menurut Gabriel A Almond
paling tidak terdapat enam komponen lembaga politik yang membentuk struktur
sistem politik. Komponen-komponen yang membentuk struktur sistem politik
tersebut adalah kelompok-kelompok kepentingan, partai-partai politik, badan
legislatif, badan eksekutif, birokrasi dan badan peradilan (yudikatif) pada
umumnya, (Mas’oed & Mac Adrews 1989). Untuk lebih jelasnya struktur sistem
politik menurut Almond dapat diperhatikan bagan berikutnya (Masoed dan Mac
Adrews 1989).

Diagram: Sistem Politik dan Struktumya.

Seperti yang terlihat pada bagan tersebut umumnya struktur sistem politik
memiliki enam komponen. Tetapi pengklasifikasian ini masih ada kelemahan bila ingin

membandingkan struktur sistem politik suatu negara dengan struktur sistem politik

2
Masyarakat lain dengan alat-alat atau ancaman fisik yang kurang lebih absah (S.P.
1992).
Dalam menjelas teori sistem politik, Gabriel A. Almond mengemukakan bahwa
sistem politik baik yang tradisional maupun yang bersifat modern memiliki 4 ciri. Yaitu
sebagai dijelaskan berikut (Sjamsuddin, 1992).
a. Semua sistem politik memiliki struktur- atau lembaga-lembaga politik. Ini berarti
bahwa dalam masyarakat yang paling sederhana pun, sistem politik dari masyarakat
tersebut mempunyaj jenis struktur politik atau Iembaga politik sebagaimana halnya
yang terdapat dalam masyarakat yang paling kompleks, negara lainnya.
b. Semua sistem politik, baik yang sudah modern maupun yang masih primitif,
menjalankan fungsi-fungsi yang sama walaupun frekuensinya berbeda-beda,
perbedaan frekuensi itu disebabkan karena adanya perbedaan struktur. Demikian
pula dapat diperbandingkan bagaimana fungsi dari pada masing-masing struktur
system politik itu dijalankan, dan bagaimana pula cara penyelenggaraannya.
c. Semua struktur politik, baik yang terdapat dalam masyarakat yang sudah modern
maupun masyarakat yang masih primitif menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Akan
tetapi betapapun khususnya sesuatu struktur, ia tetap bersifat multi fungsi dalam arti
melaksanakan beberapa f’ungsi sekaligus. Dengan demikian sistem politik itu dapat
diperbandingkan menurut tingkat kekhususan fungsi didalam struktur itu.
d. Semua sistem politik merupakan sistem “campuran” mana kala dipandang dan segi
kebudayaan. Hal ini berarti bahwa tidak ada suatu struktur dan kebudayaan yang
semuanya bersifat modem, sementara yang tradisional sekalipun tidak semuanya
primitif. Perbedaan yang terdapat antara struktur modern dan yang tradisional, hanya
bersifat relatif saja, dan keduanya bercampur satu sama lain.

3. Fungsi Sistem Politik


Pemahaman terhadap sistem politik tidak akan memadai hanya dengan
mengetahui struktur sistem politik, tetapi akan lebih bermakna apabila dipahami fungsi
dan mekanisme kerja sistem politik tersebut. Grabiel A. Almond sebagai pelopor
pendekatan struktural fungsional dalam ilmu politik mengemukakan fungsi sistem
politik atas beberapa klasifikasi yaitu : (1) sosialisasi politik dan rekrutmen politik ; (2)
artikulasi kepentingan ; (3) agregasi kepentingan ; (4) komunikasi politik ; (5)

3
pembuatan keputusan ; (6) pelaksanaan peraturan ; serta (7) pengawasan atasra ksanaan
peraturan. Fungsi pertama sampai ke empat dikelompokan sebagai fungsi input
(masukan) yang dijalankan oleh lembaga politik non pemerintah, masyarakat dan
lingkungan umum. Selanjutnya fungsi ke lima sampai ketujuh termasuk kedalam fungsi
output (keluaran) yang dijalankan oleh lembaga politik resmi atau pemerintah. Ketiga
fungsi yang dijalankan oleh lembaga politik resmi atau pemerintah tersebut merupakan
fungsi tradisional yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif (S.P. Varma, 1992). Berikut
ini akan dje1askan arti yang melekat dari fungsi-fungsi tersebut di dalam sistem politik.

a. Fungsi Input
1). Sosialisasi Pollilk, sosialisasi merupakan suatu proses pengenalan generasi muda
terhadap nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh suatu masyarakat, serta bagaimana
mereka mempelajari peranan-peranan yang mereka lakukan bila mereka telah dewasa.
Materi yang ditanamkan adalah nilai-nilai aktual atau nilai-nilai ideal yang berlaku
dalam suatu masyarakat. Berdasarkan pengertian sosialisasi tersebut, maka sosialisasi
politik tidak lain merupakan bagian dari proses pengenalan generasi muda terhadap
nilai-nilai politik ideal yang berlaku dalam masyarakat. Sosialisasi politik secara khusus
membentuk nilai-nilai politik serta meneladankan cara seseorang bertingkah laku dalam
sistem politiknya.
Proses sosialisasi politik pada dasarnya berlangsung terus-menerus selama hidup
seseorang. Melalui proses sosialisasi politik seseorang bisa mengetahui, memahami
serta menghayati nilai-nilai politik masyarakatnya yang merupakan bagian dan sistem
nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai politik tersebut akan
mempengaruhi sikap tingkah laku politik anggota masyarakat dimana sistem politik itu
berada. Dengan demiikian proses sosiologi politik menempatkan diri seseorang
kedalam kebudayaan politik tertentu dalam wujud sikap dan orientasi politik yang
bersamaan.Dengan demikian salah satu fungsi penting dan sosialisasi politik adalah
memelihara kebudayaan politik masyarakat dalam bentuk pewarisan kebudayaan
politik dan juga mengubah gaya politik masyarakat yang bersangkutan. Sarana
sosialisasi politik, lazimnya disebut agen sosialisasi politik. Agen sosialisasi politik
yang umum ialah keluarga, sekolah, media massa, dan organisasi politik.

4
2)Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik merupakan proses penyeleksian individu untuk dapat mengisi
jabatan-jabatan politik pemerintah. Rekrutmen politik berkaitan erat
dengan karir politik seseorang. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam rangka

rekrutmen politik ini. Salah satunya adalah dengan cara menarik orang-orang muda
yang berbakat untuk di didik menjadi kader politik yang diharapkan menduduki jabatan
politik pemerintah di masa datang.
Pada umumnya terdapat dua cara untuk melaksanakan proses rekrutmen politik,
yaitu secara terbuka dan tertutup. Rekrutmen yang bersifat terbuka merupakan proses
penyeleksian yang terbuka untuk seluruh warga negara. Sedangkan rekrutmen politik
tertutup dimaksudkan bahwa tidak semua individu yang memenuhi syarat yang dapat
direkrut untuk menduduki jabatan politik pemerintahan. Proses rekrutmen yang
demikian tidak membuka kesempatan yang sama pada warga negara untuk ikut dalam
proses penyeleksian calon-calon pemimpin politik.

3)ArtikulasiKepentingan
Artikulasi kepentingan merupakan cara yang ditempuh oleh anggota masyarakat

agar kepentingan mereka disalurkan kepada pemerintah agar dapat


terpenuhi. Berbagai macam kepentingan atau kebutuhan anggota-anggota masyarakat
mungkin dapat terpenuhi oleh sistem politik bilamana ia kemukakan secara nyata, baik
melalui organisasi maupun lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat. Dalam
masyarakat modern, lembaga yang mengartikulasikan kepentingan anggota masyarakat
ketingkat pengambilan keputusan, disebut kelompok kepentingan. Kelompok-
kelompok kepentingan, serikat buruh, kelompok-kelompok profesional, dsb merupakan
lembaga yang dipergunakan oleh anggota masyarakat di negara-negara yang sudah
maju sebagai sarana untuk menyalurkan kepentingan-kepentingan.

4)Agregrasi Kepentingan

5
Agregrasi kepentingan adalah fungsi input yang bertujuan memadukan semua
kepentingan anggota masyarakat yang telah diartikulasikan. Karena itu, Almond pendapat
bahwa proses mengubah tuntutan hingga menjadi alternatif kebijaksanaan dapat disebut sebagai
agregasi kepentingan. Dengan demikian kepentingan yang telah diartikulasikan melalui
lembaga masyarakat, organisasi-organisasi kepentingan maupun tokoh-tokoh masyarakat perlu
digabungkan di dalam tingkat pembuatan keputusan agar menjadi alternative kebijaksanaan
umum. Fungsi agregasi kepentingan dapat tumpang tindih dengan fungsi artikulasi kentingan
dan pembuatan keputusan. Batasan antara ketiganya sangat kecil sekali. Fungsi-fungsi tersebut
bisa dijalankan secara bersamaan oleh satu struktur saja. Partai politik, misalnya, bisa
menjalankan ketiga fungsi itu sekaligus, demikian pula badan legislatif.

5) Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi input yang berarti proses penyampaian
informasi-informasi politik dari pemerintah kepada masyarakat atau sebaliknya. Setiap bentuk
komunikasi informasi yang memiliki unsur politik bisa dianggap sebagai komunikasi politik.
Fungsi komunikasi politik dapat dilakukan secara formal maupun informal. Komunikasi
politik formal terlaksana bila penyampaian informasi politik dilaksanakan melalui media-media
formal, antara lain radio, televisi, partai politik. dsb. Komunikasi politik secara informal
terlaksana bila penyampaian informasi tersebut dilakukan melalui tatap muka atau pertemuan-
pertemuan tidak resmi. Hal ini bisa berbentuk penyampaian informasi politik dari
seorang individu kepada pejabat-pejabat pemerintah atau sebaliknya.

b. Fungsi Out Put.


1) Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan atau rule making merupakan salah satu fungsi output
dalam sistem politik. Proses untuk mengubah suatu tuntutan menjadi keputusan harus
melalui beberapa tahapan. Tahap pertama, kepentingan-kepentingan anggota
masyarakat harus diartikulasikan agar bisa menjadi satu tuntutan atau altematif
kebijaksanaan umum. Kemudian kepentingan tersebut diagregasikan kedalam struktur
pembuat utusan agar dikonversikan menjadi kebijakan umum. Keputusan-keputusan
yang telah dibuat itu berupa peraturan-peraturan yang bisa merespon kepentingan atau
tuntutan masyarakat.
2) Penerapan Keputusan

6
Fungsi output berikutnya adalah rule aplication atau penerapan keputusan.
Fungsi ini berkaitan dengan pelaksanaan keputusan-keputusan yang berupa peraturan-
peraturan yang telah dibuat oleh struktur pembuat keputusan sebelumnya. Pada sistem

politik manapun, struktur yang melaksanakan fungsi ini adalah pemerintah, atau yang
disebut eksekutif. Dalam sistem presidensial, lembaga yang melaksanakan peraturan-
peraturan ialah presiden dan menteri-menteri. Sedangkan dalam sistem parlementer,
lembaga yang melaksanakan fungsi tersebut adalah Perdana Menteri bersama menteri-
menteri.

3 Penghakiman Keputusan
Fungsi output yang terakhir ialah rule adjudication atau penghakiman
keputusan. Fungsi ini dilaksanakan apabila terjadi penyelewengan-penyelewengan atau
penyimpangan dalam melaksanakan peraturan-peraturan atau kebijakan yang telah
ditetapkan. Seperti telah dikatakan bahwa setiap keputusan politik yang berupa
kebijakan-kebijakan ataupun peraturan-peraturan yang telah dibuat dalam suatu system
politik harus dilaksanakan dan mengikat semua aggota masyarakat. Ini disebabkan
keputusan itu merupakan keputusan yang sah, karena itu ia bersifat otoritatif. Dengan
demikian pada hakekatnya fungsi itu ditujukan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan atau penyelewengan atas peraturan-peraturan yang ditetapkan.
Masyarakat dapat terhindar dan terlindung dari akibat pelaksanaan peraturan yang
menyimpang dan ketentuan yang seharusnya.
Struktur yang mempunyai wewenang penuh dalam melaksanakan fungsi ini
adalah lembaga peradilan. Dalam istilah lain, lembaga atau badan peradilan disebut
juga yudikatif. Dalam suatu sistem politik kekuasaan yudikatif dilaksanakan oleh
Makamah Agung.

4. Struktur dan Fungsi Sistem Politik Indonesia


Struktur sistem politik Indonesia telah mengalami perubahan sesuai dengan
dinamika perubahan politik Indonesia. Untuk menguraikan struktur sistem politik
Indonesia dapat dipelajari konstitusi yang berlaku di negara Indonesia. Dalam sejarah
politik Indonesia pernah digunakan empat konstitusi yaitu UUD 1945 yang asli
(sebelum amandemen), Konstitusi RIS, UUDS 1950, dan UUD 1945 setelah

7
diamandemen (empat kali). Diantara empat konstitusi tersebut yang paling lama
digunakan adalah UUD 1945 yang asli. Dan UUD 1945 yang telah diamandemen yang
masih berlaku sampai sekarang. Karena itu untuk memahami struktur sistem politik

Indonesia acuan yang digunakan dalam pembahasan ini yaitu UUD 1945 yang asli
(sebelum amandemen) dan UUD 1945 yang (empat kali) diamandemen. Konstitusi RIS
dan UUDS 1950 tidak digunakan sebagai acuan pembahasan ini karena kedua
konstitusi tersebut hanya berlaku dalam waktu singkat dan bersifat sementara.
Menurut ketentuan UUD 1945 sebelum amandemen struktur sistem politik
Indonesia pada tingkat supra struktur terdiri dari enam komponen, yaitu Majelis
Permusyaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden serta
birokrasi pemerintahan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan Pertimbangan
Agung (DPA), dan Mahkamah Agung (MA). Kemudian pada tingkat infra struktur
politik terdapat partai-partai politik, kelompok-kelompok kepentingan, media massa,
dan figur-figur politik. Secara teoritis antara komponen supra struktur dan infra struktur
politik saling mempengaruhi dalam proses politik. Sebagai contoh apapun undang-
undang yang ditetapkan oleh DPR bersama presiden akan berpengaruh terhadap partai-
partai politik, sebaliknya undang-undang yang ditetapkan DPR bersama presiden
tersebut juga dipengaruhi anggota-anggota fraksi (perwakilan partai politik) yang
terdapat di lembaga legislatif tersebut.
Namun sejak terjadinya reformasi, UUD 1945 telah empat kali mengalami
amandemen. Amandemen UUD 1945 tersebut telah mengakibatkan perubahan struktur
sistem politik Indonesia. Struktur sistem politik Indonesia terdiri dari Majelis
Permusyawaratan Rakyat sebagai lembaga legislatif yang terdiri dari dua unsur Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah, Presiden sebagai lembaga eksekutif
beserta birokrasi pemerintahan, Badan Pemeriksa Keuangan, Lembaga yudikatif terdiri
dan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Dewan Pertimbangan Agung tidak
eksis lagi dalam komponen supra struktur sistem politik Indonesia.
Pada tataran politik masyarakat, infra struktur politik tidak mengalami
perubahan. Partai-partai politik masih tetap eksis, bahkan bertambah meningkat jumlah
dan kualitasnya karena ada kebebasan berpolitik. Kelompok-kelompok kepentingan
juga

8
makin eksis dan secara berani menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan politik.
Begitu juga media massa makin menjamur dan bebas menyampaikan informasi kepada
masyarakat. Figur-figur politik juga makin banyak bermunculan mengekspresikan
aspirasi dan kepentingan politik mereka.
Bila dikaitkan dengan fungsi sistem politik sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya dapat dikemukakan bahwa fungsi in put dapat dilaksanakan oleh berbagai
komponen supra struktur dan infra struktur politik. Fungsi artikulasi kepentingan,
agregasi kepentingan, sosialiasi dan rekrutmen politik, serta komunikasi politik dapat
dilaksanakan oleh partai-partai politik, kelompok-kelompok kepentingan, media massa
maupun figur-figur politik. Sedangkan presiden sebagai lembaga eksekutif maupun
birokrasi, juga dapat melaksanakan fungsi sosialisasi, rekrutmen, dan komunikasi
politik.
Sedangkan fungsi output dilaksanakan oleh komponen supra struktur politik.
Menurut ketentuan UUD 1945 yang asli (sebelum diamandemen) fungsi pembuatan
kebijaksanaan tentang masalah-masalah mendasar dilaksanakan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Sementara Dewan Perwakilan Rakyat, dan Presiden bersama
birokrasi sebagai pelaksana melaksanakan fungsi pembuatan kebijakan dalam rangka
menerapkan ketentuan UUD, Ketetapan-ketetapan MPR dan perundang-undangan.
Sementara fungsi penerapan kebijaksanaan dilaksanakan oleh Presiden sebagai kepala
eksekutif bersama jajaran birokrasi pemerintahan. Fungsi penghakiman kebijaksanaan
dilaksanakan oleh Mahkamah Agung pada level kasasi, pengadilan tinggi pada tingkat
banding, dan pengadilan negeri pada level terendah. Setelah diadakan amandemen
UUD 1945 terjadi perubahan fungsi pada tataran supra struktur politik yang
melaksanakan fungsi out put. MPR melaksanakan fungsi pembuatan kebijaksanaan
terutama menyangkut masalah-masalah pokok dan mendasar tentang kehidupan negara.
DPR bersama Presiden melaksanakan fungsi pembuatan kebijaksanaan pada tataran
perundang-undangan. Dewan Perwakilan Daerah juga melaksanakan fungsi pembuatan
kebijaksanaan terutama yang menyangkut kepentingan daerah dan pemerintahan
daerah. Selanjutnya presiden dan birokrasi pemerintahan melaksanakan fungsi
pembuatan kebijaksanaan dalam rangka melaksanakan ketentuan UUD 1945, Tap-tap
MPR, dan perundang-undangan. Fungsi penerapan kebijaksanaan dilaksanakan oleh
presiden bersama jajaran birokrasi dan pusat sampai ke daerah. Untuk melaksanakan

9
fungsi penghakiman kebijaksanaan Amendemen UUD 1945 menugaskan kepada
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung mengadili pada
tingkat kasasi perkara-perkara pidana dan perdata, scdangkan pada level bawahnya
terdapat Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri. Mahkamah Kostitusi mengadili
masalah pelanggaran konstitusi dan perundangan yang dilakukan oleh para pejabat
negara. Pada level bawah terdapat Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, dan
Pengadilan Tata Usaha Negara. Mahkamah konstitusi juga berwenang menguji
keserasian (judicial review) maten undang-undang terhadap UUD 1945.

III.Rangkuman
IV.Evaluasi

10

Anda mungkin juga menyukai