PERTEMUAN KE : 5
STRUKTUR SISTEM POLITIK
A. Capaian pembelajaran:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Menjelaskan tentang pengertian struktur politik,
2. Menjelaskan tentang struktur politik formal,
3. Menjelaskan tentang struktur politik informal,
B. Uraian materi
1. Pengertian struktur politik
Struktur politik berasal dari dua kata, yaitu struktur dan politik. Struktur
berarti badan atau organisasi, sedangkan politik berarti urusan negara. Jadi,
secara etimologis, struktur politik berarti badan atau organisasi yang
berkenaan dengan urusan negara.Struktur politik adalah alokasi nilai-nilai
yang bersifat otoritatif yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan
kekuasaan. Kekuasaan berarti kapasitas dalam menggunakan wewenang,
hak, dan kekuatanfisik.
Struktur politik meliputi struktur hubungan antar manusia dan struktur
hubungan antara manusia dan pemerintah. Selain itu, struktur politik dapat
merupakan bangunan yang konkret dan yang abstrak. Unit dasar struktur
politik adalah peran individu. Peran merupakan pola-pola perilaku yang
teratur, yang ditentukan oleh harapan dan tindakan sendiri dan orang lain.
Struktur senantiasa melibatkan fungsi-fungsi politik maka pendekatan yang
digunakan biasa disebut sebagai struktural fungsional.
Menurut Almond dan Powell Jr., struktur politik dapat dibedakan ke dalam
sistem, proses, dan aspek-aspek kebijakan. Struktur sistem merujuk pada
organisasi dan institusi yang memelihara atau mengubah (maintain or change)
struktur politikdan secara khusus struktur menampilkan fungsi-fungsi berikut.
1. Fungsi-fungsi sosialisasi politik merupakan fungsi mengantarkan generasi
muda dan anak-anak untuk mendapat sosialisasi kehidupan politik dari
berbagai institusi, seperti keluarga ,tempat-tempat ibadah, lingkungan
kerja, sekolah, dan sebagainya.
2. Rekrutmen politik melibatkan proses perekrutan pemimpin pemimpin politik
melalui partai-partai politik. Komunikas ipolitik menjadi penyambung bagi
keseluruhan sistem agar dapat bekerja sebagaimana mestinya. Tanpa
adanya komunikasi politik, energi yang berada dalam elemen-elemen
sistem politik tidak dapat mengalir. Akibatnya, sistem politik mengalami
kemacetan.
DPR. Amandemen UUD 1945 juga telah memberikan ruang ekspresi yang
lebih besar kepada lembaga perwakilan ini.
Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar ini menegaskan bahwa DPR
memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Selanjutnya, dalam
Pasal 20 A ayat (1) disebutkan bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan. Selain itu, da lam Pasal 20 A ayat (3)
disebutkan bahwa selain hak yang diatur dalam pasal-pasal ini, setiap
anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan
pertanyaan,menyampaikan usul, dan pendapat serta hak imunitas. Selain
DPR, konstitusi juga mensyaratkan adanya Dewan Perwakilan Daerah
(DPD). DPD ini dipilih melalui pemilihan umum dan dipilih secara langsung
oleh rakyat untuk masing-masing provinsi dengan jumlah yang sama.
Keseluruhan jumlah anggota DPD ini tidak boleh lebih dari sepertiga dari
jumlah anggota DPR. Pada Pasal 22 D ayat (1) disebutkan bahwa “Dewan
Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah”.
Selanjutnya, ayat (2) dan ayat (3) pasal yang sama mengatur fungsi-
fungsi legislasi dan pengawasan menyangkut hal-hal sebagaimana telah
dikemukakan pada ayat 1. Pendeknya, DPD mempunyai fungsi legislasi
dan pengawasan berkenaan dengan otonomi daerah, yang dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia diimplementasikan melalui
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999. Meskipun
jika dibandingkan dengan masa Orde Baru keanggotaan lembaga-lembaga
legislatif ini telah banyak mengalami perubahan, terutama berkenaan
dengan representasi partai politik,pada kenyataannya lembaga-lembaga
legislatif ini belum mampu bekerja secara maksimal.
Banyak pengamat mengatakan bahwa anggota-anggota legislatif
lebih cenderung mementingkan kepentingan pribadi dan partai-partai politik
yang diwakilinya dibandingkan dengan memperjuangkan kepentingan
rakyat dan kepentingan nasional dalam pengertian yang luas. Kuatnya
orientasi kekuasaan dan kekayaan para anggota legislatif ini telah
membuat lembaga ini tidak peka terhadap kebutuhan dan tuntutan rakyat.
Jika pada masa Orde Baru, lembaga legislatif dianggap sebagai lembaga
yang lemah ketika berhadapan dengan kekuasaan eksekutif, pada masa
reformasi, lembaga ini telah dianggap terlampau kuat, tetapitidak responsif.
Kurangnya tradisi oposisi dalam sistem politik Indonesia juga membuat
DPR menjadi institusi yang kurang kritis dalam melaksanakan fungsinya
untuk mengawasi pemerintah.
C. Latihan soal
D. Daftar pustaka