OLEH:
PUSPITA SARI
19126015410036
2019
TUGAS AKHIR MODUL 5
INSTRUCTION
Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang Modul 5: Kekuasaan, Sistem Politik, dan
Demokrasi di Indonesia, kerjakan tugas di bawah ini dengan tepat!
Setelah Anda menguasai konsep-konsep utama kajian politik dan kekuasaan, coba
Anda rumuskan sendiri menurut pemahaman Anda dengan argumentasi yang tepat
tentang:
Pengertian konsep politik menurut pemahaman konsep akademik!
Pengertian dan dimensi-dimensi kekuasaan (Politik)!
Struktur Politik (suprastruktur politik dan infrastruktur politik)
Konflik, proses politik, perilaku politik dan partisipasi politik
Uraikan pendapat Anda tentang implementasi hubungan pemerintah pusat dan daerah!
Uraikan evaluasi anda tentang dinamika perkembangan sistem politik dan demokrasi
di Indonesia berdasarkan indikator dari para pakar!
JAWABAN
Miriam Budiardjo (1993) mendefinisikan politik sebagai berbagai macam kegiatan yang
terjadi di suatu negara, yang menyangkut proses menentukan tujuan dan bagimana cara
mencapai tujuan itu. Sementara itu, Hoogerwerf, mendefinisikan politik sebagai pertarungan
kekuasaan. Hans Morgenthau juga mendefinisikan politik sebagai usaha mencari kekuasaan
(struggle power). Sementara David Easton mengartikan politik sebagai semua aktivitas yang
mempengaruhi kebijaksanaan dan cara bagaimana kebijaksanaan itu dilaksanakan.
Dengan demikian, mengikuti Miriam Budiardjo, sesungguhnya politik itu memiliki beberapa
konsep pokok. Beberapa konsep pokok politik tersebut adalah : politik berkaitan dengan
negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan
umum (public policy), pembagian (distribution) dan alokasi (alocation). Roger F. Soltou
mengatakan ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan negara dan lembaga-
lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu, hubungan antara negara dengan warganegara,
hubungan antara negara dengan negara lain.
PENGERTIAN DAN DIMENSI-DIMENSI KEKUASAAN (POLITIK)
Struktur politik suatu negara terdiri dari kekuatan suprastruktur dan infrastruktur. Struktur
politik negara Indonesia pun terdiri dari dua kekuatan tersebut. Suprastruktur politik diartikan
sebagai mesin politik resmi di suatu negara dan merupakan penggerak politik yang bersifat
formal. Dengan kata lain suprastruktur politik merupakan gambaran pemerintah dalam arti
luas yang terdiri dari lembaga-lembaga negara yang tugas dan peranannya diatur dalam
konstitusi negara atau peraturan perundangundangan lainnya
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai konstitusi Indonesia
mengatur keberadaan lembaga-lembaga negara mulai tugas, fungsi, wewenang sampai pada
susunan dan kedudukannya. Aturan dalam konstitusi ini selanjutnya dijabarkan oleh undang-
undang, yaitu dalam UU Nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, UU
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014
tentang Mahkamah Konstitusi, UU Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial, dan UU
Nomor 15 Tahun 2004 tentang BPK, Kekuatan suprastruktur politik yang tergolong ke dalam
lembaga tinggi negara Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Partai Politik
Parpol yaitu organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik
Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan
umum. Pendirian partai politik biasanya didorong oleh adanya persamaan kepentingan,
persamaan cita-cita politik dan persamaan keyakinan keagamaan.
Media massa merupakan sarana atau alat komunikasi politik dalam proses penyampaian
informasi dan pendapat politik secara tidak langsung, baik terhadap pemerintah maupun
masyarakat pada umumnya. Sarana media komunikasi ini antara lain adalah media cetak
seperti koran, majalah, buletin, brosur, tabloid dan sebagainya. Sedangkan media elektronik
seperti televisi, radio, internet dan sebagainya. Media komunikasi diharapkan mampu
mengolah serta mengedarkan informasi
5. Tokoh Politik
Tokoh politik adalah seseorang yang menjadi pusat perhatian dibidang politik dan
berkecimpung dalam dinamika politik yang telah atau sedang berlangsung. Seseorang
dianggap tokoh politik dalam suatu negara apabila menduduki jabatan di eksekutif dan
legislatif
Konflik politik adalah kegiatan kolektif warga masyarakat yang diarahkan untuk
memenangkan kebijakan umum dan pelaksanaannya, juga perilaku penguasa, beserta
segenap aturan, struktur, dan prosedur yang mengatur hubungan-hubungan di antara
partisipan politik (Surbakti, 1992: 151).
Proses penyelesaian konflik politik yang tidak bersifat kekerasan dibagi menjadi tiga tahap
yakni meliputi tahap politisasi dan atau koalisi, tahap pembuatan keputusan, dan tahap
pelaksanaan dan integrasi.
Perilaku Politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan
keputusan politik (Surbakti,1992:131). Perilaku politik juga termasuk kegiatan masyarakat
dalam proses meraih kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, serta mengembangkan
kekuasaan. Dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik ada tiga unit analisis yang
dapat dipilih, yaitu individu aktor pilitik agregasi politik, dan tipologi kepribadian politik.
Partisipasi politik memiliki pengertian keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan
segala keputusan yang menyangkut mempengaruhi hidupnya (Surbakti,1992:140).
Sedangkan menurut Mariam Budiarjo (1981:1) menyatakan bahwa partisipasi politik secara
umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang yang ikut serta
aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah. Di negara-negara demokrasi yang
dinamakan partisipasi politik hanya terbatas pada kegiatan sukarela saja,yaitu kegiatan yang
dilakukan tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun.
Sistem politik menurut David Easton adalah: sistem politik merupakan serangkaian proses
yang terdiri dari banyak bagian-bagian, saling berkaitan yang menjalankan alokasi nilai-nilai
(berupa kebijakan-kebijakan atau keputusan ) yang alokasinya bersifat otoritatif ( dikuatkan
oleh kekuasaan yang sah sah ) dan mengikat masyarakat.
Skema David Easton
Pendekatan sistem politik pada mulanya terbentuk dengan mengacu pada pendekatan yang
terdapat dalam ilmu eksakta. Adapun untuk membedakan sistem politik dengan sistem yang
lain maka dapat dilihat dari definisi politik itu sendiri. Sebagai suatu sistem, sistem politik
memiliki ciri-ciri tertentu. Perbedaan pendapat mulai muncul ketika harus menentukan batas
antara sistem politik dengan sistem lain yang terdapat dalam lingkungan sistem politik.
Namun demikian, batas akan dapat dilihat apabila kita dapat memahami tindakan politik
sebagai sebuah tindakan yang ingin berkaitan dengan pembuatan keputusan yang
menyangkut publik.
Input dalam sistem politik dibedakan menjadi dua, yaitu tuntutan dan dukungan. Input yang
berupa tuntutan muncul sebagai
konsekuensi dari kelangkaan atas berbagai sumber-sumber yang langka dalam masyarakat
(kebutuhan). Input tidak akan sampai (masuk) secara baik dalam sistem politik jika tidak
terorganisir secara baik. Oleh sebab itu komunikasi politik menjadi bagian penting dalam hal
ini. Terdapat perbedaan tipe komunikasi politik di negara yang demokratis dengan negara
yang nondemokratis. Tipe komunikasi politik ini pula yang nantinya akan membedakan
besarnya peranan dari organisasi politik.
Menurut Gabriel Almond, dalam setiap sistem politik terdapat enam struktur atau lembaga
politik, yaitu kelompok kepentingan, partai politik, badan legislatif, badan eksekutif,
birokrasi, dan badan peradilan. Dengan melihat keenam struktur dalam setiap sistem politik,
kita dapat membandingkan suatu sistem politik dengan sistem politik yang lain. Hanya saja,
perbandingan keenam struktur tersebut tidak terlalu membantu kita apabila tidak disertai
dengan penelusuran dan pemahaman yang lebih jauh dari bekerjanya sistem politik tersebut.
Suatu analisis struktur menunjukkan jumlah partai politik, dewan yang terdapat dalam
parlemen, sistem pemerintahan terpusat atau federal, bagaimana eksekutif, legislatif, dan
yudikatif diorganisir dan secara formal dihubungkan satu dengan yang lain. Adapun analisis
fungsional menunjukkan bagaimana lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi tersebut
berinteraksi untuk menghasilkan dan melaksanakan suatu kebijakan.
David E.Apter Atau biasanya saya sebut Apter adalah Seorang teoritis terkemuka dalam
dunia politik. Apter menjabarkan alternatif pendekatan-pendekatan ilmu politik terbagi
menjadi 6 bagian
1. Filsafat Politik
Filsafat politik mempelajari tentang akal yang diterapkan pada masalah kemasyarakatan.
tekanan yang diberikan oleh filsafat politik terletak pada kehendak, cita-cita, moral
dan tujuan. Tokoh paling populer pada pendekatan filsafat politik ini adalah plato dan
Aristoteles
2. Institusionalisme
Mempermasalahkan bagaimana lembaga-lembaga mengatur kehidupan masyarakat
melalui alat politik, dengan sendirinya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi
karakter tujuan-tujuan politik.
3. Behavioralisme
Memindahkan tekanan dari institusi kepada studi tentang bagaimana bertingkah lagu dan
apa motivasi dari pada tingkah laku mereka. Menurut apter Behavioralisme berhubungan
dengan banyak topik.
misalnya :
pilihan dan pendapat orang; Apa yang mendorong mereka terlibat dalam kekerasan;
kapan mereka mematuhi aturan
4. Pluralisme
Pandangan apter tentang pluralisme berkaitan dengan aspek-aspek interaksi yang bersifat
sama dan persaingan diantara kelompok-kelompok serta berkaitan dengan ragam bentuk
tingkah laku organisasi
5. Strukturalisme
Memperhatikan pembagian kehidupan masyarakat dalam jaringan pertukaran peran,
kelas dan resiprositas.
6. Developmentalisme
Meneliti tentang proses pertumbuhan, industrialisasi dan pembaharuan serta dampak dari
pada faktor-faktor tersebut terhadap bentuk dan kebijakan pemerintah
Menurut Mitchell semua input sistem politik tidak hanya berupa demands dan supports saja
melainkan juga perlu memperhitungkan semua input-input sistem termasuk harapan dan
sumber-sumber yang ada dimana sistem itu beroperasi.
Mitchell mendefinisikan ‘outputs’ sistem dalam tiga kategori-tujuan yaitu nilai, ongkos/biaya
dan pengawasan. Nilai merupakan pengertian ‘outputs’ positif sedangkan biaya adalah
negatif. Satu nilai untuk seorang pribadi biasanya meliputi biaya untuk dirinya sendiri atau
orang lain. Sedangkan kontrol adalah cara-cara di mana tujuan, nilai dan biaya
diimplementasikan.
Dilihat dari analisa inputs-outputs Easton dan Mitchell, dapat dikatakan bahwa David Easton
berbicara dalam istilah sosiologi politik sedangkan Mitchell mengemukakan sistem politik
dalam interpretasi ekonomi. Walaupun model polity/pemerintahan Mitchell memperlihatkan
adanya hubungan timbal balik antara tuntutan, harapan, sumber,-sumber dan dukungan di
satu sisi dan tujuan sistem, nilai-nilai dan biaya-biaya serta pengawasan di sisi lain, model
perubahan pemerintahan nyata/manifest berdasarkan model analisa input-output Mitchel
menggambarkan terjadinya hubungan timbal balik antara sumber, tuntutan dan dukungan,
manfaat publik dan jasa satu sama lainnya.
Model yang digambarkan Mitchel mengenai sistem politik, seperti dalam salah satu
tulisannya, Mitchel menjelaskan bahwa tujuannya adalah mendiskusikan tentang ‘bentuk
teori politik yang akan datang’ yang meramalkan bahwa teori politik baru di bawah pengaruh
ekonomi akan menambah kesenjangan jika kita tidak berbuat sesuatu. Mitchel siap membuat
awal yang sangat kuat dalam kesejahteraan ekonomi dan dalam perkembangan cara-cara
seperti ‘analisis biaya keuntungan’, teori sistem, ‘program penganggaran’ dan teori ekonomi
lebih umumnya”.
Hoogerwerf berpendapat bahwa “input” bisa berasal dari sistem lain, misalnya sistem
ekonomi.sistem ekonomi yang terkena dampak kebijakan pemerintah akan memberikan
reaksi tertentu, mungkin memperkuat atau bertentangan. reaksi inimerupakan input bagi
sistem politik untuk diperoses lebih lanjut. disamping itu, input juga berasal dari perilaku
politik berupa unjuk rasa / demontrasi atau tindakan makar sebagai dampak dari output
sistem politik.
Secara umum hubungan antara pusat dan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah
sebagai berikut:
1. Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah yang dituangkan
dalam peraturan perundangan yang bersifat mengikat kedua belah pihak. Namun dalam
pengaturan hubungan tersebut haruslah memperhatikan aspirasi daerah sehingga tercipta
sinerji antara kepentingan pusat dan daerah.
2. Tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada daerah adalah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat karena
dampak akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara
3. Peran pusat dalam kerangka otonomi daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan
makro, melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan pemberdayaan sehingga
daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah akan
lebih banyak bersifat pelaksanaan otonomi tersebut. Dalam melaksanakan otonominya,
daerah berwenang membuat kebijakan daerah. Kebijakan yang diambil daerah adalah
dalam batas-batas otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundangan yang lebih tinggi
Ada beberapa indikator dalam mengikuti dinamika perkembangan sistem politik menurut
para pakar, di antaranya sebagai berikut.
Weiner berpendapat bahwa tingkat integrasi politik yang dimiliki oleh suatu masyarakat
menentukan bekerjanya sistem politik integrasi politik merupakan kunci kemampuan suatu
negara dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan dan proses pembangunan dan perubahan
yang cepat dalam masyarakat.
Gabriel Almond berpendapat bahwa apa yang benar-benar dilakukan atau dikerjakan oleh
sistem politik menjadi kriteria untuk menilai kemampuan sistem politik atau kapabilitas
sistem politik.
Alfian berpendapat bahwa adanya keseimpangan antara konflik dengan konsensus dalam
proses politik merupakan pertanda kematangan sistem politik.
Dari berbagai pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa setidak-tidaknya ada beberapa
kriteria atau ukuran menilai tingkat perkembangan suatu sistem politik yaitu
3. Persamaan, Indikatornya:
Persamaan partisipasi rakyat dan persamaan keterlibatan rakyat dalam politik
Persamaan hukum yang diterapkan secara universal Persamaan ukuran prestasi dan
kecakapan dalam jabatan politik
Henry B. Mayo Menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela Menjamin terjadinya
perubahan secara damai. Pergantian penguasa dengan teratur Penggunaan paksaan sedikit
mungkin Pengakuan terhadap nilai keanekaragaman Menegakan keadilan Memajukan ilmu
pengetahuan