Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AKHIR MODUL 5 PROFESIONAL

KEKUASAAN, SISTEM POLITIK, DAN DEMOKRASI

OLEH:

PUSPITA SARI

19126015410036

PROGRAM PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHAP 5

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
TUGAS AKHIR MODUL 5

INSTRUCTION

Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang Modul 5: Kekuasaan, Sistem Politik, dan
Demokrasi di Indonesia, kerjakan tugas di bawah ini dengan tepat!

Setelah Anda menguasai konsep-konsep utama kajian politik dan kekuasaan, coba
Anda rumuskan sendiri menurut pemahaman Anda dengan argumentasi yang tepat
tentang:
 Pengertian konsep politik menurut pemahaman konsep akademik!
 Pengertian dan dimensi-dimensi kekuasaan (Politik)!
 Struktur Politik (suprastruktur politik dan infrastruktur politik)
 Konflik, proses politik, perilaku politik dan partisipasi politik

Uraikan evaluasi Anda tentang proses bekerjanya sistem politik Indonesia


berdasarkan pendekatan dan model analisis di bawah ini:
 Pendekatan Analisis sistem politik menurut David Easton
 Pendekatan struktural fungsional menurut Gabriel Almon
 Pendekatan atau model analisis menurut David Apter, Mitchell, dan Hoogerwerf

 Uraikan pendapat Anda tentang implementasi hubungan pemerintah pusat dan daerah!
 Uraikan evaluasi anda tentang dinamika perkembangan sistem politik dan demokrasi
di Indonesia berdasarkan indikator dari para pakar!

JAWABAN

PENGERTIAN KONSEP POLITIK MENURUT PEMAHAMAN KONSEP


AKADEMIK

Miriam Budiardjo (1993)  mendefinisikan politik sebagai berbagai macam kegiatan yang
terjadi di suatu negara, yang menyangkut proses menentukan tujuan dan bagimana cara
mencapai tujuan itu. Sementara itu, Hoogerwerf, mendefinisikan politik sebagai pertarungan
kekuasaan. Hans Morgenthau juga mendefinisikan politik sebagai usaha mencari kekuasaan
(struggle power). Sementara David Easton mengartikan politik sebagai semua aktivitas yang
mempengaruhi kebijaksanaan dan cara bagaimana kebijaksanaan itu dilaksanakan.

Dengan demikian, mengikuti Miriam Budiardjo, sesungguhnya politik itu memiliki beberapa
konsep pokok. Beberapa konsep pokok politik tersebut adalah : politik berkaitan dengan
negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan
umum (public policy), pembagian (distribution) dan alokasi (alocation). Roger F.  Soltou
mengatakan ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan negara dan lembaga-
lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu, hubungan antara negara dengan warganegara,
hubungan antara negara dengan negara lain.
PENGERTIAN DAN DIMENSI-DIMENSI KEKUASAAN (POLITIK)

Kekuasaan politik adalah kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk


mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, sehingga keputusan
politik itu menguntungkan dirinya dan kelompoknya.

Dimensi Kekuasaan (politik)

Kekuasaan Potensial dan Aktual


Kekuasan potensial adalah sumber-sumber energi yang dimiliki baik berupa kekayaan, tanah,
senjata, pengetahuan, informasi, jabatan dan sebagainya, yang belum digunakan.
Kekuasaan aktual terjadi apabila sumber-sumber energi yg dimiliki tersebut digunakan dalam
kegiatan politik

Kekuasaan konsensus dan paksaan


Kekuasaan paksaan memandang kekuasaan sbg intrumen utk memaksakan kehendak &
mendominasi klp lain. Kepatuhan diperoleh dg cara ancaman fisik dan non fisik.
Kekuasaan konsensus berarti menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan masyarakat
secara bersama. Kepatuhan diperoleh tdk dg cara mengancam. Kepatuhan diperoleh melalui
kesadaran dari orang yg mengikuti.

Kekuasaan positif dan negatif


Kekuasan positif berarti penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang
penting dan diharuskan.
Kekuasaan negatif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencegah pihak lain
mencapai tujuan yang dipandang tidak perlu dan dapat merugikan pihaknya.

Kekuasaan jabatan dan pribadi


Kekuasaan jabatan adalah kekuasan yg bersumber dari jabatan formal, seperti Presiden,
Gubernur,Bupati Walikota, dsb.
Kekuasaan pribadi adalah kekuasan yang bersumber dari kualitas pribadinya

Kekuasaan implisit dan eksplisit


Kekuasaan implisit adalah pengaruh yang tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan. Contoh:
Kekuasaan mantan Presiden Soeharto saat ini, kekuasaan Bakri.
Kekuasaan eksplisit adalah pengaruh yang jelas dapat terlihat dan dirasakan. Misal:
Kekuasaan Presiden, SBY

Kekuasaan langsung dan tak langsung


Kekuasaan kangsung adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mempengaruhi
pembuat dan pelaksana keputusan politik dengan melakukan hubungan langsung, tanpa
perantara. Contoh: Para Guru datang ke DPR untuk memberikan input dlm pembahasan RUU
Guru
Kekuasaan tak langsung adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mempengaruhi
pembuat dan pelaksana keputusan politik melalui perantara pihak lain yang punya pengaruh
lebih besar terhadap pembuat dan pelaksana keputusan politik.
STRUKTUR POLITIK (SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR)

Struktur politik merupakan cara untuk melembagakan hubungan antara komponen-komponen


yang membentuk bangunan politik suatu negara supaya terjadi hubungan yang fungsional.

Struktur politik suatu negara terdiri dari kekuatan suprastruktur dan infrastruktur. Struktur
politik negara Indonesia pun terdiri dari dua kekuatan tersebut. Suprastruktur politik diartikan
sebagai mesin politik resmi di suatu negara dan merupakan penggerak politik yang bersifat
formal. Dengan kata lain suprastruktur politik merupakan gambaran pemerintah dalam arti
luas yang terdiri dari lembaga-lembaga negara yang tugas dan peranannya diatur dalam
konstitusi negara atau peraturan perundangundangan lainnya

SUPRA STRUKTUR POLITIK INDONESIA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai konstitusi Indonesia
mengatur keberadaan lembaga-lembaga negara mulai tugas, fungsi, wewenang sampai pada
susunan dan kedudukannya. Aturan dalam konstitusi ini selanjutnya dijabarkan oleh undang-
undang, yaitu dalam UU Nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, UU
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014
tentang Mahkamah Konstitusi, UU Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial, dan UU
Nomor 15 Tahun 2004 tentang BPK, Kekuatan suprastruktur politik yang tergolong ke dalam
lembaga tinggi negara Indonesia adalah sebagai berikut.

Kekuatan Suprastruktur Politik dalam Lembaga Tinggi Negara Indonesia

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
4. Presiden/Wakil Presiden
5. Mahkamah Agung
6. Mahkamah Konstitusi
7. Komisi Yudisial
8. Badan Pemeriksa Kekuangan
Secara garis besar berdasarkan UUD 1945 tugas dan wewenang lembaga negara yang
merupakan kekuatan suprastruktur politik di Indonesia adalah sebagai berikut.

INFRASTRUKTUR POLITIK INDONESIA

Infrastruktur politik adalah kelompok-kelompok kekuatan politik dalam masyarakat yang


turut berpartisipasi secara aktif. Bahkan kelompokkelompok tersebut dapat berperan menjadi
pelaku politik tidak formal untuk turut serta dalam membentuk kebijaksanaan negara. Pada
dasarnya organisasi organisasi yang tidak termasuk dalam birokrasi pemerintahan merupakan
kekuatan infrastruktur politik. Di Indonesia banyak sekali organisasi atau kelompok yang
menjadi kekuatan infrastruktur politik diantaranya:

1. Partai Politik

Parpol yaitu organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik
Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan
umum. Pendirian partai politik biasanya didorong oleh adanya persamaan kepentingan,
persamaan cita-cita politik dan persamaan keyakinan keagamaan.

2. Kelompok Kepentingan (interests group),

Kelompok kepentingan yaitu kelompok yang mempunyai kepentingan terhadap kebijakan


politik negara. Kelompok kepentingan bisa menghimpun atau mengeluarkan dana dan
tenaganya untuk melaksanakan tindakan politik yang biasanya berada di luar tugas partai
politik. Contoh dari kelompok kepentingan adalah elite politik, pembayar pajak, serikat
dagang, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serikat buruh dan sebagainya

3. Kelompok Penekan (pressure group)

Kelompok penekan yaitu kelompok yang bertujuan mengupayakan atau memperjuangkan


keputusan politik yang berupa undang-undang atau kebijakan publik yang dikeluarkan
pemerintah sesuai dengan kepentingan dan keinginan kelompok mereka. Kelompok ini
biasanya tampil ke depan dengan berbagai cara untuk menciptakan pendapat umum yang
mendukung keinginan kelompok mereka. Misalnya, dengan cara melakukan demonstrasi,
aksi mogok dan sebagainya. Gedung MPR/DPR merupakan gedung tempat bekerja dan
berkumpulnya wakil rakyat untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. DPR merupakan salah satu
lembaga  dalam suprastruktur  politik di Indonesia.

4. Media Komunikasi Politik

Media massa merupakan sarana atau alat komunikasi politik dalam proses penyampaian
informasi dan pendapat politik secara tidak langsung, baik terhadap pemerintah maupun
masyarakat pada umumnya. Sarana media komunikasi ini antara lain adalah media cetak
seperti koran, majalah, buletin, brosur, tabloid dan sebagainya. Sedangkan media elektronik
seperti televisi, radio, internet dan sebagainya. Media komunikasi diharapkan mampu
mengolah serta mengedarkan informasi

5. Tokoh Politik

Tokoh politik adalah seseorang yang menjadi pusat perhatian dibidang politik dan
berkecimpung dalam dinamika politik yang telah atau sedang berlangsung. Seseorang
dianggap tokoh politik dalam suatu negara apabila menduduki jabatan di eksekutif dan
legislatif

KONFLIK, PROSES POLITIK, PERILAKU POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK

Konflik politik adalah kegiatan kolektif warga masyarakat yang diarahkan untuk
memenangkan kebijakan umum dan pelaksanaannya, juga perilaku penguasa, beserta
segenap aturan, struktur, dan prosedur yang mengatur hubungan-hubungan di antara
partisipan politik (Surbakti, 1992: 151).

Proses penyelesaian konflik politik yang tidak bersifat kekerasan dibagi menjadi tiga tahap
yakni meliputi tahap politisasi dan atau koalisi, tahap pembuatan keputusan, dan tahap
pelaksanaan dan integrasi.

Perilaku Politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan
keputusan politik (Surbakti,1992:131). Perilaku politik juga termasuk kegiatan masyarakat
dalam proses meraih kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, serta mengembangkan
kekuasaan. Dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik ada tiga unit analisis yang
dapat dipilih, yaitu individu aktor pilitik agregasi politik, dan tipologi kepribadian politik.

Partisipasi politik memiliki pengertian keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan
segala keputusan yang menyangkut mempengaruhi hidupnya (Surbakti,1992:140).
Sedangkan menurut Mariam Budiarjo (1981:1) menyatakan bahwa partisipasi politik secara
umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang yang ikut serta
aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah. Di negara-negara demokrasi yang
dinamakan partisipasi politik hanya terbatas pada kegiatan sukarela saja,yaitu kegiatan yang
dilakukan tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun.

PENDEKATAN ANALISIS SISTEM POLITIK MENURUT DAVID EASTON

Sistem politik menurut David Easton adalah: sistem politik merupakan serangkaian proses
yang terdiri dari banyak bagian-bagian, saling berkaitan yang menjalankan alokasi nilai-nilai
(berupa kebijakan-kebijakan atau keputusan ) yang alokasinya bersifat otoritatif ( dikuatkan
oleh kekuasaan yang sah sah ) dan mengikat masyarakat.
Skema David Easton

Pendekatan sistem politik pada mulanya terbentuk dengan mengacu pada pendekatan yang
terdapat dalam ilmu eksakta. Adapun untuk membedakan sistem politik dengan sistem yang
lain maka dapat dilihat dari definisi politik itu sendiri. Sebagai suatu sistem, sistem politik
memiliki ciri-ciri tertentu. Perbedaan pendapat mulai muncul ketika harus menentukan batas
antara sistem politik dengan sistem lain yang terdapat dalam lingkungan sistem politik.
Namun demikian, batas akan dapat dilihat apabila kita dapat memahami tindakan politik
sebagai sebuah tindakan yang ingin berkaitan dengan pembuatan keputusan yang
menyangkut publik.

Input, Output, dan Lingkungan dalam Sistem Politik

Input dalam sistem politik dibedakan menjadi dua, yaitu tuntutan dan dukungan. Input yang
berupa tuntutan muncul sebagai

konsekuensi dari kelangkaan atas berbagai sumber-sumber yang langka dalam masyarakat
(kebutuhan). Input tidak akan sampai (masuk) secara baik dalam sistem politik jika tidak
terorganisir secara baik. Oleh sebab itu komunikasi politik menjadi bagian penting dalam hal
ini. Terdapat perbedaan tipe komunikasi politik di negara yang demokratis dengan negara
yang nondemokratis. Tipe komunikasi politik ini pula yang nantinya akan membedakan
besarnya peranan dari organisasi politik.

Output merupakan keputusan otoritatif(yang mengikat) dalam menjawab dan memenuhi


input yang masuk. Output sering dimanfaatkan sebagai mekanisme dukungan dalam rangka
memenuhi tuntutan-tuntutan yang muncul.

PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL MENURUT GABRIEL ALMON


Pendekatan struktural fungsional merupakan alat analisis dalam mempelajari sistem politik,
pada awalnya adalah pengembangan dari teori struktural fungsional dalam sosiologi. Dalam
pendekatan ini, sistem politik merupakan kumpulan dari peranan-peranan yang saling
berinteraksi. Menurut Almond, sistem politik adalah sistem interaksi yang terdapat dalam
semua masyarakat yang bebas dan merdeka yang melaksanakan fungsi-fungsi integrasi dan
adaptasi (baik dalam masyarakat ataupun berhadap-hadapan dengan masyarakat lainnya).
Semua sistem politik memiliki persamaan karena sifat universalitas dari struktur dan fungsi
politik. Mengenai fungsi politik ini, Almond membaginya dalam dua jenis, fungsi input dan
output.

Analisis Struktural Fungsional dalam Sistem Politik

Menurut Gabriel Almond, dalam setiap sistem politik terdapat enam struktur atau lembaga
politik, yaitu kelompok kepentingan, partai politik, badan legislatif, badan eksekutif,
birokrasi, dan badan peradilan. Dengan melihat keenam struktur dalam setiap sistem politik,
kita dapat membandingkan suatu sistem politik dengan sistem politik yang lain. Hanya saja,
perbandingan keenam struktur tersebut tidak terlalu membantu kita apabila tidak disertai
dengan penelusuran dan pemahaman yang lebih jauh dari bekerjanya sistem politik tersebut.

Suatu analisis struktur menunjukkan jumlah partai politik, dewan yang terdapat dalam
parlemen, sistem pemerintahan terpusat atau federal, bagaimana eksekutif, legislatif, dan
yudikatif diorganisir dan secara formal dihubungkan satu dengan yang lain. Adapun analisis
fungsional menunjukkan bagaimana lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi tersebut
berinteraksi untuk menghasilkan dan melaksanakan suatu kebijakan.

PENDEKATAN ATAU MODEL ANALISIS MENURUT DAVID APTER,


MITCHELL, DAN HOOGERWERF

David E.Apter Atau biasanya saya sebut Apter adalah Seorang teoritis terkemuka dalam
dunia politik. Apter menjabarkan alternatif pendekatan-pendekatan ilmu politik terbagi
menjadi 6 bagian

1. Filsafat Politik
Filsafat politik mempelajari tentang akal yang diterapkan pada masalah kemasyarakatan.
tekanan yang diberikan oleh filsafat politik terletak pada kehendak, cita-cita, moral
dan tujuan. Tokoh paling populer pada pendekatan filsafat politik ini adalah plato dan
Aristoteles
2. Institusionalisme
Mempermasalahkan bagaimana lembaga-lembaga mengatur kehidupan masyarakat
melalui alat politik, dengan sendirinya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi
karakter tujuan-tujuan politik.
3. Behavioralisme
Memindahkan tekanan dari institusi kepada studi tentang bagaimana bertingkah lagu dan
apa motivasi dari pada tingkah laku mereka. Menurut apter Behavioralisme berhubungan
dengan banyak topik.
misalnya :
pilihan dan pendapat orang; Apa yang mendorong mereka terlibat dalam kekerasan;
kapan mereka mematuhi aturan
4. Pluralisme
Pandangan apter tentang pluralisme berkaitan dengan aspek-aspek interaksi yang bersifat
sama dan persaingan diantara kelompok-kelompok serta berkaitan dengan ragam bentuk
tingkah laku organisasi
5. Strukturalisme
Memperhatikan pembagian kehidupan masyarakat dalam jaringan pertukaran peran,
kelas dan resiprositas.
6. Developmentalisme
Meneliti tentang proses pertumbuhan, industrialisasi dan pembaharuan serta dampak dari
pada faktor-faktor tersebut terhadap bentuk dan kebijakan pemerintah

Menurut Mitchell semua input sistem politik tidak hanya berupa demands dan supports saja
melainkan juga perlu memperhitungkan semua input-input sistem termasuk harapan dan
sumber-sumber yang ada dimana sistem itu beroperasi.
Mitchell mendefinisikan ‘outputs’ sistem dalam tiga kategori-tujuan yaitu nilai, ongkos/biaya
dan pengawasan. Nilai merupakan pengertian ‘outputs’ positif sedangkan biaya adalah
negatif. Satu nilai untuk seorang pribadi biasanya meliputi biaya untuk dirinya sendiri atau
orang lain. Sedangkan kontrol adalah cara-cara di mana tujuan,  nilai dan biaya
diimplementasikan.
Dilihat dari analisa inputs-outputs Easton dan Mitchell, dapat dikatakan bahwa David Easton
berbicara dalam istilah sosiologi politik sedangkan Mitchell mengemukakan sistem politik
dalam interpretasi ekonomi. Walaupun model polity/pemerintahan Mitchell memperlihatkan
adanya hubungan timbal balik antara tuntutan, harapan, sumber,-sumber dan dukungan di
satu sisi dan tujuan sistem, nilai-nilai dan biaya-biaya serta pengawasan di sisi lain, model
perubahan pemerintahan nyata/manifest berdasarkan model analisa input-output Mitchel
menggambarkan  terjadinya hubungan timbal balik antara sumber, tuntutan dan dukungan,
manfaat publik  dan  jasa satu sama lainnya.
Model yang digambarkan Mitchel mengenai sistem politik, seperti dalam salah satu
tulisannya, Mitchel menjelaskan bahwa tujuannya adalah mendiskusikan tentang ‘bentuk
teori politik yang akan datang’ yang meramalkan bahwa teori politik baru di bawah pengaruh
ekonomi akan menambah kesenjangan jika kita tidak berbuat sesuatu. Mitchel siap membuat
awal yang sangat kuat dalam kesejahteraan ekonomi dan dalam perkembangan cara-cara
seperti ‘analisis biaya keuntungan’, teori sistem, ‘program penganggaran’ dan teori ekonomi
lebih umumnya”.

Hoogerwerf  berpendapat bahwa “input” bisa berasal dari sistem lain, misalnya sistem
ekonomi.sistem ekonomi yang terkena dampak kebijakan pemerintah akan memberikan
reaksi tertentu, mungkin memperkuat atau bertentangan. reaksi inimerupakan input  bagi
sistem politik untuk diperoses lebih lanjut. disamping itu, input juga berasal dari perilaku
politik berupa unjuk rasa / demontrasi atau tindakan makar sebagai dampak dari output 
sistem politik.

IMPLEMENTASI HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Secara umum hubungan antara pusat dan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah
sebagai berikut:
 
1. Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah yang dituangkan
dalam peraturan perundangan yang bersifat mengikat kedua belah pihak. Namun dalam
pengaturan hubungan tersebut haruslah memperhatikan aspirasi daerah sehingga tercipta
sinerji antara kepentingan pusat dan daerah. 
2. Tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada daerah adalah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat karena
dampak akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara
3. Peran pusat dalam kerangka otonomi daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan
makro, melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan pemberdayaan sehingga
daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah akan
lebih banyak bersifat pelaksanaan otonomi tersebut. Dalam melaksanakan otonominya,
daerah berwenang membuat kebijakan daerah. Kebijakan yang diambil daerah adalah
dalam batas-batas otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundangan yang lebih tinggi

Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan


dengan pemerintah pusat, hubungan tersebut diantaranya meliputi;
 Hubungan Wewenang;
 Keuangan;  
 Pelayanan Umum;
 Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya.

DINAMIKA PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK DAN DEMOKRASI DI


INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR DARI PARA PAKAR

DINAMIKA PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK

Ada beberapa indikator dalam mengikuti dinamika perkembangan sistem politik menurut
para pakar, di antaranya sebagai berikut.

Lucyan Pye, salah seorang ”teoritisi pembangunan politik”, merumuskan konsep


perkembangan (pembangunan) politik sebagai ”syndrom pembangunan”, yaitu: persamaan,
kapasitas, dan deferensiasi.

Weiner berpendapat bahwa tingkat integrasi politik yang dimiliki oleh suatu masyarakat
menentukan bekerjanya sistem politik integrasi politik merupakan kunci kemampuan suatu
negara dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan dan proses pembangunan dan perubahan
yang cepat dalam masyarakat.

Gabriel Almond berpendapat bahwa apa yang benar-benar dilakukan atau dikerjakan oleh
sistem politik menjadi kriteria untuk menilai kemampuan sistem politik atau kapabilitas
sistem politik.

Alfian berpendapat bahwa adanya keseimpangan antara konflik dengan konsensus dalam
proses politik merupakan pertanda kematangan sistem politik.

Dari berbagai pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa setidak-tidaknya ada beberapa
kriteria atau ukuran menilai tingkat perkembangan suatu sistem politik yaitu

1. Integrasi politik, Indikatornya:


Integrasi bangsa Integrasi wilayah Integrasi nilai Integrasi elit massa Perilaku
integratif
2. Kapabilitas Sistem Politik, Indikatornya:
Kapabilitas ekstraktif Kapabilitas regulatif Kapabilitas distributif Kapabilitas
responsif Kapabilitas simbolik Kapabilitas domestik dan internasional

3. Persamaan, Indikatornya:
Persamaan partisipasi rakyat dan persamaan keterlibatan rakyat dalam politik
Persamaan hukum yang diterapkan secara universal Persamaan ukuran prestasi dan
kecakapan dalam jabatan politik

4. Deferensiasi dan Spesifikasi Struktur Politik, Indikatornya:


Deferensiasi dan spesialisasi struktur Spesialisasi fungsional dalam sistem politik
Integerasi dari struktur dan proses-proses politik yang kompleks Keseimbangan
Konflik-Konsensus Akhirnya keseimbangan konflik dengan konsensus yang berarti
dimungkinkannya konflik dalam proses politik, tetapi selalu berorientasi pada
pencapaian konsensus.

DINAMIKA PERKEMBANGAN DEMOKRASI


Ada beberapa indikator dalam mengikuti dinamika perkembangan demokrasi di Indonesia
menurut para pakar, di antaranya sebagai berikut.

Henry B. Mayo Menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela Menjamin terjadinya
perubahan secara damai. Pergantian penguasa dengan teratur Penggunaan paksaan sedikit
mungkin Pengakuan terhadap nilai keanekaragaman Menegakan keadilan Memajukan ilmu
pengetahuan

United States Information Agencies (1999: 5)


Dinamika perkembangan demokrasi dilihat dari: Kedaulatan rakyat Pemerintahan
berdasarkan persetujuan dari yang diperintah Kekuasaan mayoritas Hak-hak minoritas
Jaminan hak-hak asasi manusia Pemilihan yang bebas dan jujur Persamaan di depan hukum
Proses hukum yang wajar Pembatasan pemerintah secara konstitusional Pluralisme sosial,
ekonomi dan politik Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat

Sanusi (2006) mengetengahkan sepuluh pilar:


1. Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Demokrasi dengan kecerdasan
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat
4. Demokrasi dengan rule of law
5. Demokrasi dengan pembagian kekuasaan negara
6. Demokrasi dengan hak asasi manusia
7. Demokrasi dengan peradilan yang merdeka
8. Demokrasi dengan otonomi daerah
9. Demokrasi dengan kemakmuran
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial

Anda mungkin juga menyukai