Anda di halaman 1dari 20

Dosen pengampu:

Drs. Sana Prabowo M.Si


Disusun oleh :
1. Anisatunimah
2. Baskoro
3. Diyah Ayu Aprilia
4. Heri Santoso
5. Irma Wardani
6. Megawati Shima Hapsari
7. Muhammad Irzan
8. Ragil Priyadi
9. Slamet Priyanto
Merupakan kesatuan tatacara menjalankan
pemerintahan dan hak kekuasaan negara,
dan seluruh komponen dalam sistem politik
tersebut saling terkait dan saling
mempengaruhi.
1. David Easton sistem politik adalah interaksi yang
abstraksi dari seluruh tingkah laku sosial sehingga nilai-
nilai tersebut diabadikan secara otoritas kepada
masyarakat.
2. Almond sistem politik adalah sistem interaksi yang
ditemui dalam masyarakat merdeka serta menjalankan
fungsi integrasi dan adaptasi.
3. Rusandi Simantapura sistem politik adalah mekanisme
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik
dalam hubungan satu sama lain yang menunjukkan suatu
proses yang langgeng.
Didalam Sistem Politik terdapat Dimensi-Dimensi Sistem
Politik salah satunya adalah Dimensi Struktur Politik, yang
akan kita pelajari...
Merupakan tempat dimana seperangkat peranan
melekat berkait satu sama lain dan berinteraksi secara
absah dalam kerangka pengelolaan kekuasaan negara,
pemerintahan dan masyarakat.
Dalam Struktur Politik terbagi menjadi Suprastruktur dan
Infrastruktur.
Suprastruktur politik sering disebut sebagai mesin politik resmi,
atau lembaga pembuat keputusan politik yang sah dalam atau
yang memiliki pengaruh secara langsung dalam pembuatan
keputusan politik negara.
Lembaga tersebut bertugas mengkonversikan input yang berupa
tuntutan dan dukungan yang menghasilkan suatu output berupa
kebijakan publik.
Fungsi Suprastruktur Politik menurut Gabriel A. Almond,
yaitu :
a) Rule making (membuat UU)
b) Rule application (melaksanakan UU)
c) Rule adjudication (mengadili pelanggaran UU)

Jadi, suprastruktur politik berupa lembaga tinggi negara yang


berada pada sektor formal yang memiliki hak-hak formal.
Lembaga-lembaga tersebut di indonesia diatur dalam uud 1945
yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, MA, MK, KY
(atau yang berada pada trias politika).
1. Eksekutif
Kekuasaan eksekutif yang berfungsi sebagai Rule making
(membuat undang-undang) berada di tangan presiden, kalau di
Indonesia presiden adalah kepala Negara dan sekaligus sebagai
kepala pemerintahan. Presiden adalah pemegang kekuasaan
pemerintahan Negara. Sebagai kepala negara, Presiden adalah
simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala
pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-
menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-hari.
2. Legeslatif

Kekuasaan legeslatif yang berfungsi sebagai Rule


making (membuat undang-undang) berterletak pada,
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Yang anggota-
angotanya terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
3. Yudikatif
Kekuasaan Yudikatif/Kehakiman yang berfungsi
sebagai Rule adjudication (mengadili pelaksanaan
undang-undang/mengawasi pelaksanaan UU). Di
Indonesia, kekuasaan kehakiman diatur dalam Pasal 24
UUD 1945 menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan. Kekuasaan ini diduduki oleh MK, MA, dan
KY.
Infrastruktur politik sering disebut sebagai bangun
bawah politik atau mesin politik informal atau atau
mesin politik masyarakat yang tidak memiliki
kewenangan secara langsung dalam pembuatan
keputusan politik negara. Dan terdiri berbagai
kelompok yang dibentuk atas dasar kesamaan sosial,
ekonomi, kesamaan tujuan, serta kesamaan-kesamaan
lainnya.
Fungsi Infrastruktur Politik antara lain:
a) Pendidikan/Sosialisasi politik
b) Artikulasi/Penampung aspirasi kepentingan
c) Agregasi/Penyatu aspirasi kepentingan
d) Rekuitmen politik/Proses Seleksi politik
a) Partai Politik, merupakan suatu kelompok terorganisir yang
anggota-anggotanya memiliki nilai, orientasi, dan cita-cita
yang sama, dengan tujuan mendapatkan kekuasaan politik
dengan cara yang konstitusional, seperti melalui pemilihan
umum.
b) Organisasi Kemasyarakatan (Ormas), yang dibentuk
dengan tujuan-tujuan dalam bidang sosial, dan budaya,
organisasi ini tidak melibatkan diri untuk ikut serta dalam
pemilihan umum.
c) Kelompok Kepentingan (Interest Group), merupakan
kelompok yang berusaha mempengaruhi kebijakan
pemerintah tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik.
Kelompok kepentangan tidak berusaha menguasai
pengelolaan pemerintahan secara langsung, kelompok ini
tidak ikut dalam pemilihan umum. Mempunyai latar belakang
pekerjaan
d) Kelompok Penekan (Pressure Group), merupakan
kelompok yang dapat mempengaruhi kebijaksanaan
pemerintah melalui cara persuasi, propaganda, atau cara-
cara lain yang dipandang lebih efektif yang lebih
mengutamakan kepentingan masyarakat daripada
kepentingan kelompok. Mereka antara lain, industriawan,
mahasiswa, LSM dan asosiasi lainya.
e) Kelompok Tokoh Masyarakat (Opinian Leaders),
merupakan kelompok dari tokoh-tokoh masyarakat, baik
tokoh-tokoh agama, masyarakat adat, dan budaya.
f) Media Massa (Pers), yaitu media massa dalam arti sempit,
yang meliputi surat kabar, koran, majalah, tabloit, dan
buletin-buletin pada kantor, maupun media massa dalam
arti luas, yang meliputi media cetak, audio, audio visual, dn
media elektronik.
Unsur-unsur yang ada dalam suprastruktur dan
infrastruktur politik saling mempengaruhi, dimana
suprastruktur politik sebagai pembuat keputusan akan
mendapat masukan, tuntutan dan aspirasi dari
infrastruktur politik, sebaliknya Infrastruktur akan
menopang dan melaksanakan segala produk dan
kebijakan suprastruktur politik. Berjalan dan
berfungsinga lembaga-lembaga negara atau organisasi
pemerintahan dipengaruhi oleh komponen-komponen
kehidupan politik rakyat.
Supra dengan infra tidak bisa dipisahkan apalagi di
Negara demokrasi. Di Indonesia kedaulatan tertinggi ada
pada rakyat (Infra). Ini sebagai bukti bahwa suprastruktur
politik di Indonesia dipilih dari, oleh dan untuk rakyat.
Rakyat dan pemerintahan harus memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang untuk mewujudkan keadaan
yang kondusif.
Misalnya hakim MK yang berasal dari hakim MA, calon yang ditunjuk
oleh presiden, dan calon yang ditunjuk oleh DPR. Kembali ke awal,
bahwa anggota DPR maupun presiden sendiri adalah wakil-wakil
partai politik sehingga hakim MK pun tidak terlepas dari dukungan
partai politik tertentu. Selain dari sisi pemilihan hakim, kekuasaan
kehakiman juga tidak dapat terlepas dari partai politik karena dalam
menjalankan fungsi kehakiman, para hakim bekerja berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh pada legislator
yang merupakan perwakilan partai politik.

Anda mungkin juga menyukai