Anda di halaman 1dari 4

Rizki Ardiansah

XI MIPA 4

E. Partisipasi Politik dalam Budaya


Politik
1. Pengertian dan Ciri Ciri Partisipasi Politik

Menurut Budiardjo (2003), partisipasi politik mencangkup


semua kegiatan sukarela seseorang turut serta dalam proses
pemilihan pemimpin politik dan turut serta secara langsung
atau tidak langsung dalam pembentukan kebijaksanaan umum.
Menurut Ramlan Surbakti, partisipasi politik adalah kegiatan
warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan
dan pelaksanaan kebijakan umum serta menentukan pemimpin
pemerintahan. Kegiatan yang dimaksud antara lain,
mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan
keputusan, mengajukan kritik dan koreksi atas pelaksanaan
suatu kebijakan umum, mendukung atau menentang calon
pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin, serta
memilih wakil rakyat dalam pemilihan umum.
Berdasarkan pandangannya mengenai pengertian partisipasi
politik, Surbakti menyatakan bahwa ciri-ciri partisipasi politik
adalah sebagai berikut.
a) Kegiatan atau perilaku individu warga negara biasa yang
dapat diamati, bukan kegiatan atau perilaku batiniah yang
berupa sikap dan nilai
b) Kegiatan yang dilakukan diarahkan untuk mempengaruhi
pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik
c) Kegiatan yang berhasil (efektif) ataupun yang tidak (tidak
efektif) mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep
partisipasi politik.
d) Kegiatan yang mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan
secara langsung ataupun tidak langsung.
e) Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan baik
melalui prosedur wajar (konvensional) dan tidak berupa
kekerasan (non violence), seperti ikut memilih dalam
pemilihan umum, mengajukan petisi, melakukan kontak
tatap muka, dan menulis surat.
Rizki Ardiansah
XI MIPA 4

2. Bentuk dan Jenis Partisipasi Poltik

Bentuk dan hierarki partisipasi politik itu sendiridalam


kerangka konsep Rush dan Althoff secara berturut-turut
adalah :
a) Voting (pemberian suara).
b) Ikut serta dalam diskusi politik informal minat umum dalam
politik.
c) Partisipasi dalam rapat umum.
d) Keanggotaan pasif/aktif suatu organisasi semu politik.
e) Keanggotaan pasif/aktif suatu organisasi politik.
f) Mencari jabatan politik atau administrasi.
g) Menduduki jabatan politik atau administrasi.

Hunting dan Nelson mengklasifikasikan, partisipasi politik


dalam 4 bentuk. Berbagai studi mengenai partisipasi politik
menggunakan berbagai klasifikasi yang berbeda-beda. Akan
tetapi, sebagian besar riset yang dilakukan saat ini
membedakan jenis-jenis perilaku politik dalam 4 jenis berikut.

a) Kegiatan pemilihan yang mencangkup pemberian suara,


memberikan sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam
kegiatan pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon,
atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil
pemilihan.
b) Lobbying yang mencangkup upaya-upaya, baik perorang
maupun kelompok untuk melindungi pejabat-pejabat
pemerintahan atau pimpinan-pimpinan politik dengan
maksud mempengaruhi keputusan yang akan diambil.
c) Kegiatan orgnisasi, menyangkut kegiatan-kegiatan sebagai
anggota atau pejabat suatu organisasi yang tujuan
utamanya mempengaruhi pengambilan keputusan
pemerintah.
d) Mencari koneksi, yaitu tindakan perorangan yang ditujukan
kepada pejabat pemerintahan dan biasanya dengan maksud
memperoleh manfaat, baik hanya seorang atau beberapa
orang.
Rizki Ardiansah
XI MIPA 4

Jika dilihat dari jumlah pelaku, partisipasi politik dapat


dibedakan menjadi berikut.
a) Partisipasi individual, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh
perorang secara individual, misalnya menulis surat yang
berisi tuntutan atau keluhan pemerintah.
b) Partisipasi kolektif, yaitu kegiatan politik yang dilakukan oleh
sejumlah warga negara secara serentak yang dimaksudkan
untuk mempengaruhi penguasa. Partisipasi kolektif ini dibagi
lagi menjadi 2, yaitu konvensional dan nonkonvesional.

Tur Wahyudin (2008) membagi bentuk partisipasi politik


berdasarkan type masyarakat sebagai berikut :
a) Masyarakat primitif, dalam masyarakat primitif, kehidupan
politik cenderung erat terintegrasi dengan kegiatan
masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu, partisipasi
politik pada masyarakat ini cenderung tinggi dan mungkin
sulit untuk dibedakan dengan kegiatan yang lain.
b) Masyarakat berkembang, dalam masyarakat berkembang,
karena adanya kombinasi dari institusi dan pengaruh
modern dan tradisional, partisipasi umumnya dibatasi oleh
faktor seperti tingkatan melek huruf dan masalah umum.
c) Masyarakat totaliter, salah satu karakteristik paling penting
dari masyarakat totaliter adalah mereka berusaha
mengontrol partisipasi dalam proses politik pada semua
tingkatan.

Partisipasi yang baik adalah partisipasi yang mendukung


suksesnya usaha bersama. Kualifikasi partisipasi yang baik
adalah postif, kreatif, realistis, serta kritis-korektif-konstruktif.
a) Partisipasi positif merupakan partisipasi yang mendukung
kelancaran usaha bersama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
b) Partisipasi kreatif adalah keterlibatan yang berdaya cipta,
tidak hanya mengikuti suatu kegiatan yang direncanakan
pihak lain, tidak hanya melaksanakan instruksi atasan,
melainkan memikirkan sesuatu yang baru.
c) Partisipasi realistis berarti keikutsertaan dengan
memperhitungkan kenyataan baik dalam masyarakat
maupun kenyataan mengenai kemampuan pelaksana
Rizki Ardiansah
XI MIPA 4

kegiatan, waktu yang tersedia, kesempatan, dan


keterampilan para pelaksana.
d) Partisipasi kritis-korektif-konstruktif berati keterlibatan yang
dilakukan dengan mengkaji suatu bentuk kegiatan,
menunjukkkan kekurangan atau kesalahan, dan memberikan
alternatif yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai